Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI BARU LAHIR DI RUANG MAWAR


RSUD DR. H SOEWONDO KENDAL

Di Sususun Oleh :

Irma Nur Diana (1808047)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR

A. Pengertian
Menurut Vivian (2010), bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2.500-4.000 gram.
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir
akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan (prawiroharjo, S, 2002).
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan
keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra
uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.

B. Klasifikasi Bayi
1. Bayi Aterm
a. Berat badan 2500-4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
f. Umur kehamilan 37-42 minggu
2. Bayi Prematur
a. Berat badan kurang dari 2499 gram
b. Organ-organ tubuh imatur
c. Umur kehamilan 28-36 minggu
3. Bayi Posmatur
a. Biasanya lebih berat dari bayi aterm
b. Tulang dan Sutura kepala lebih keras dari bayi aterm
c. Kuku-kuku panjang
d. Rambut kepala agak tebal
e. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
f. Umur kehamilan lebih dari 42 minggu

C. Adaptasi Fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
1. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran
melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru
(setelah tali pusat dipotong).
2. Jantung dan Sirkulasi Darah
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal
dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis,
sebagian besar masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena
sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan
sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui
umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat,
dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil
dan darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak
berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale
terjadi karena pemotongan tali pusat.
3. Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan
janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.
4. Hepar atau Hati
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,
setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
sudah disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera
setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan
dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran
darah dari peredaran darah.
5. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat
dan pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak.
6. Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Fungsi ginjal belum sempurna
karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada
ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif
kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
7. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan 10 minggu dilahirkan hidup maka dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan
menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan
gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
8. Imunologi
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada
kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi
dilahirkan.
9. Sistem Integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua
struktur kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis
tidak terikat dengan erat dan sangat tipis.
10. Sistem Hematopoiesis.
Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih
tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl,
Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3.
D. Periode trasisional pada neonatus :
1. Periode I : reaktivitas ( 30 menit pertama setelah lahir ).Bayi terjaga
dengan :
a. Buka mata
b. Memberikan respon terhadap stimulus
c. Mengisap dengan penuh semangat dan menangis
d. RR 82 x/ mnt.
e. Denyut jantung sampai 180 x/mnt
f. Bising usus aktif
2. Periode II : reaktivitas ( berlangsung 2 sampai 5 jam )
Bayi bangun dari tidur yang nyenyak :
a. Denyut jantung dan kecepatan pernafasan meningkat
b. Mungkin mengeluarkan meconium & urine
c. Menghisap
d. Lendir pernafasan berkurang.
3. Periode III : stabilisasi ( 12 sampai 24 jam setelah lahir )
Bayi lebih mudah tidur dan terbangun
a. Tanda-tanda vital stabil
b. Kulit berwarna kemerahan dan hangat.

E. Penanganan bayi baru lahir


Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah :
1. Membersihkan jalan nafas.
Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
a. Letakkkan bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi
lebih bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur
lurus sedikit tengadah ke belakang.
c. Bersihkan rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya
bayi akan segera menangis.
e. Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
kerusakan otak. Oleh karena itu segera bersihkan mulut dan hidung
bayi baru lahir. Observasi warna kulit, adanya meconium dalam
hidung atau mulut.
f. Bantuan untuk memulai pernafasan diperlukan untuk mewujudkan
ventilasi yang adekuat.
g. Dokter atau tenaga medis hendaknya melakukan pemompaan setelah 1
menit bayi tidak menangis.
2. Memotong dan merawat tali pusat.
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
menentukan dan mempengaruhi bayi, kecuali bayi kurang bulan. Apabila
bayi lahir tidak menangis maka tali pusat segera dipotong untuk
memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi.
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat. Bayi baru lahir di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan
tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu
tubuhnya stabil.
4. Memberikan vitamin K.
Pemberian vitamin K dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defisiensi vitamin K. Vitamin K diberikan peroral 1 mg/ hari
selama 3 hari, sedangkan bayi yang beresiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.
5. Memberikan obat tetes/ salep mata.
Setiap bayi lahir perlu diberikan tetes mata atau salep mata setelah 5
jam bayi lahir untuk mencegah terjadinya penyakit mata karena klamidia.
Tetes atau salep mata yang diberikan adalah eritromisin 0,5 % atau
tetrasiklin 1 %.
6. Identifikasi bayi baru lahir.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat
penerimaan pasien. Kamar bersalin dan ruang rawat bayi. Peralatan yang
digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus dan tidak melukai,
tidak mudah robek dan tidak mudah lepas. Pada gelang atau alat
identifikasi harus tercantum :
a. Nama ( bayi, nyonya )
b. Tanggal lahir.
c. Nomor bayi.
d. Jenis kelamin.
e. Unit.
f. Nama lengkap ibu.
7. Mencegah terjadinya infeksi.
Dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang aseptik dan
antiseptik. Pemberian tetes atau salep mata untuk mencegah infeksi pada
mata.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3
b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl
c. Hematokrit (Ht) 43-61%
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar
8mg/dl 1-2 hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Golongan darah RH.
2. Terapi
a. Suction dan oksigen
b. Vitamin K
c. Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak
nitral atau neosporin).
d. Vaksinasi hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat
yang biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir
adalah muskulus vastus lateralis. (Bobak, M Irene, 2005)

G. Komplikasi yang sering terjadi pada bayi baru lahir.


1. Icterus neonatorum
Kira-kira 1/3 dari bayi yang baru lahir , memperlihatkan icterus antara Hari ke 2
dan ke 5 yang dinamakan icterus fisiologis yang ditimbulkan oleh
hyperbilirubinaemia.
2. Kehilangan Berat Badan
Selama 3 atau 4 hari yang pertama bayi boleh dikatakan hampir tidak kemasukan
cairan ( Asi belum lancar ). Sedangkan bayi mengeluarkan faeces, urine dan peluh
dengan cukup banyak maka BB bayi turun. Kehilangan BB tidak boleh lebih dari
10%.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur
dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan
peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun
secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam
pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit
(tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat
dengan sedikit pengelupasan.
e. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan
tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di
sekitarnya.
f. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.
Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan
lahir.
g. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap
hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24
jam pertama.
h. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur.
i. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum
tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.

3. Rencana Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil:
1) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
2) Intake dan output makanan seimbang.
3) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Intervensi Keperawatan:
1) Timbang BB setiap hari.
2) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
3) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10
menit.
4) Lakukan pemberian makanan tambahan.
5) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian
makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa
meningkat).
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
1) Suhu tubuh normal 36-370 C.
2) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis
dan pucat.
Intervensi Keperawatan:
1) Pertahankan suhu lingkungan.
2) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.
3) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk
menjaga air bayi tidak kedinginan.
4) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan(
tremor, pucat, kulit dingin).
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1) Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
3) Tali pusat mengering
Intervensi Keperawatan :
1) Pertahankan teknik septic dan aseptic.
2) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali
perhari.
3) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
4) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas
kulit.
5) Ukur TTV setiap 4 jam.
6) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria Hasil:
1) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan
output kurang dari 1-3ml/kg/jam.
2) Membran mukosa normal.
3) Ubun-ubun tidak cekung.
4) Temperature dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan :
1) Pertahankan intake sesuai jadwal
2) Berikan minum sesuai jadwal
3) Monitor intake dan output
4) Berikan infuse sesuai program
5) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor
kulit, mata
6) Monitor temperatur setiap 2 jam
e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan
perkembangan bayi
Kriteria Hasil:
1) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.
2) Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.

Intervensi Keperawatan :
1) Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan
perawatan dan pengobatan.
2) Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.
3) Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.
4) Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.
5) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.
6) Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin

4. Pelaksanaan Keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat 2004). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-
bahaya fisik dan perlindungan pada klien. Teknik komunikasi kemampuan
dalam prosedur klien. Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua
jenis tindakan yaitu tindakan jenis mandiri dan kolaborasi. Sebagai profesi
perawat mempunyai kewenangan dalam tanggung jawab dalam
menentukan komponan pada tahap asuhan keperawatan.
Komponen pada tahap implementasi adalah :
a. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.
Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek
American Nurses Associatioin (1973) dan kebijakan institusi
perawatan kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaborasi diimpelementasikan bila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam
membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah
klien.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan
keperawatan
Dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian/identitas yang
otentik dengan mempertahankan catatan-catatan yang tertulis.
Dokumentasi merupakan wahana untuk komunikasi dan suatu
profesional ke profesional lainnya tentang kasus klien. Dokumen klien
merupakan bukti tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi yang
diimplementasikan oleh perawat dan perubahan-perubahan pada
kondisi klien. Frekuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien
dan terapi yang diberikan idealnya therapi dilakukan setiap shift.
Rekam medis klien merupakan dokumentasi yang legal, rekam medis
tersebut diterima di pengadilan. Pada tuntutan mal praktik, catatan
perawatan memberikan bukti tindakan perawat. Perawat harus
melindungi catatan tersebut dari pembaca yang tidak berhak seperti
pengunjung. Tanda tangan perawat di akhiri catatan perawat
merupakan akuntabilitas terhadap isi catatan. Mengubah dokumen
legal tersebut merupakan suatu kejahatan adalah tidak bisa di teruma
untuk menghapus tulisan pada catatan menggunakan tipe x,
penghapusan tinta atau lainnya.

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap
intervensi keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan-
tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2
kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga
sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu yang
membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai
sebagian.
1) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai
secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah
atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih
merasa mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.

3) Tujuan tidak tercapai


Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.

Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori adalah


:
a. Resiko tinggi perubahan nutrisi tidak terjadi.
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
c. Resiko tinggi infeksi tidak terjadi.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Saefudin AB. 2007, Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal,


YBPSP, Jakarta.

Santosa, B. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika
Straight. B. R. 2009. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC
Suto AH. 2008. Perawatan Ibu Dan Bayi, EGC, Jakarta.
Wiknjosastro, Gulardi.dkk. 2007. Asuhan Persalinan Normal. JNPKR.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai