Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan tulang.1,2
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sulit
pengobatannya dikarenakan sifat heterogenitasnya, presentasi klinis, dan
patofisiologinya.
Data insidensi kasus osteomielitis di seluruh dunia masih belum ada,
namun di Amerika Serikat insidensi osteomielitis adalah 21,8 kasus dari
100.000 orang per tahun pada rentang tahun 2000-2007. Tahun 2007-2017,
kasus osteomielitis adalah 24,4 dari 100.000 orang pertahun. Jumlah ini
mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun1990-2000 , yang mana
kasus osteomielitis adalah 11,4 dari 100.000 orang per tahun.5 Sekitar 50
70% kasus osteomielitis disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus,
Secara umum osteomielitis terbagi menjadi osteomielitis akut dan
osteomielitis kronis yang memiliki manajemen pengobatan yang berbeda.
Manajemen osteomielitis saat ini masih kurang memuaskan dan masih
sedikitnya bukti ilmiah pedoman pengobatan, sehingga sering sekali
osteomielitis akut berkembang menjadi osteomielitis kronik, sebagaimana
penelitian yang dilakukan di Amerika, ditemukan sekitar 25% osteomielitis
akut berlanjut menjadi osteomielitis kronis. Kondisi ini yang menyebabkan
osteomielitis semakin sulit diobati karena sering disertai kekambuhan.
Manajemen penatalaksanaan osteomielitis kronis memerlukan
debridemen dan rekonstruksi bedah yang diikuti dengan terapi antibiotika.
Tahap pertama adalah debridemen radikal dan penyisipan kombinasi bone
cementantibiotika ke dalam defek tulang. Tahap kedua dilakukan 6 hingga 8
minggu kemudian yaitu pengangkatan bone cement dan digantikan dengan
bone graft.
Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama
di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani
pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami
sepsisrentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial
atau dehidrasi luka, atau memerlukanevakuasi hematoma pasca operasi.
Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat
merupakan tindakan utama dalam menghadapi pasien osteomielitis untuk
mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharapkan pasien dapat segera
sembuh kembali. Intervensi keperawatan utama adalah mengatasi nyeri akut
dan mencegah terjadinya infeksi. Agar perawatan berjalan dengan lancar
maka diperlukan kerja sama yang baik dengan tim kesehatan yang lainnya,
serta dengan melibatkan pasien dan keluarganya. Berhubungan dengan hal
tersebut di atas, penulis tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada
Ny. D dengan osteomielitis di Ruang rajawai 2 RSUP Dr. Karyadi Semarang.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Utama
Mampu menjelaskan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
osteomielitis .
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep keperawatan osteomielitis
b. Mampu menjelaskan aplikasi asuhan keperawatan osteomielitis
c. Mampu menganalisa kesenjangan data dan aplikasi asuhan
keperawatan dengan konsep teori osteomielitis.
C. Manfaat Penulisan
Makalah asuhan keperawatan ini dapat memberikan manfaat bagi :
1) Bagi penulis
Mengaplikasikan ilmu yand didapat di perguruan tinggi dengan
melkukan asuhan keperawatan pada pasien dengan osteomielitis secara
tepat
2) Profesi keperawatan
Dengan makalah ini profesi keperawatan bisa berperan secara mandiri,
dan kolaborasi terhadap penanganan kepada pasien.
3) Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukkan dan menambah referensi dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang osteomielitis.
4) Bagi masyarakat
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, pencegahan dan
penatalaksanaan kepada masyarakat terkait dengan penyakit
osteomielitis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi entukan involukrum (pembentukan tulang
baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah
kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari
material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-
lapisan berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya
periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis.
Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang),
jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat
melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam
memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang
ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan
Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan
tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan
dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang
yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang
kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai
dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga
tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.
Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula. Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang
halus yaitu trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok) yang
bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk jala-
jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh
sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang
berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah
yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-
kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah
sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental.
Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah
dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting
dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada
dalam tubuh.

C. ETIOLOGI
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis
adalah Staphylococcus aureus (70% -80%), selain itu juga bisa
disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,
Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang
terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu
infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur
terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan
tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa
menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi
jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena
cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang
disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus
yang terinfeksi).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah
mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita
diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid,
telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami
osteomyelitis.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang
dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak
dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat
rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan
penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering
dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza, bakteri colli,
salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden
infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic.
Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat
( stadium 2 ) terjadi antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis
awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah
salah satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau
3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medulla.
Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk
abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses
yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun
seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum )
tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis
dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi
pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius
kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
F. PATWAYS.

Resiko
Defisit
infeksi
perawata
n diri
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan
laju endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcu
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang
yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang
baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada
T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

H. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
a. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
b. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
c. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
d. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan
jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta
ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan
tulang, otot, atau kulit sehat.
4. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
5. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B, dan C

I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang
dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada
osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal
yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat
ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi obat-
obatan, atau pengobatan imunosupresif.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
- Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis
yang bergantung pada keadaan klien).
- Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan
paa kasus osteomielitis biasanya akut)
- Tanda-tanda vital tidak normal

2) Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas
tambahan.

3) Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan
S2 tunggal, tidak ada murmur.

4) Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik
klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

5) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.

6) Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan
berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada
sitem ini.

7) Pola nutrisi dan metabolism


Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab
masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi
yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan
klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen injury
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan
muskuloskeletal dan keterbatasan menahan beban berat badan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit
4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.

D. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Nyeri akut  Pain Level, - Lakukan pengkajian
berhubungan  pain control, nyeri secara
dengan: Agen injuri  comfort level komprehensif
(biologi, kimia,  Setelah dilakukan termasuklokasi,
fisik,psikologis), tinfakankeperawatan karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan selama ….Pasien frekuensi, kualitas
DS: tidakmengalami dan faktor presipitasi
- Laporan secara nyeri, dengan kriteria - Observasi reaksi
verbal hasil: nonverbal dari
DO: - Mampu ketidaknyamanan
- Posisi untuk mengontrol nyeri - Bantu pasien dan
menahan nyeri (tahupenyebab keluarga untuk
- Tingkah laku nyeri, mencari dan
berhati-hati mampumengguna menemukan
- Gangguan tidur kan dukungan
(mata sayu, tehniknonfarmako - Kontrol lingkungan
tampakcapek, logi untuk yang dapat
sulit atau gerakan menguranginyeri, mempengaruhi nyeri
kacau,menyering mencari bantuan) sepertisuhu ruangan,
ai) - Melaporkan pencahayaan dan
- Terfokus pada bahwa nyeri kebisingan
diri sendiri berkurangdengan - Kurangi faktor
 -Fokus menggunakan presipitasi nyeri
menyempit manajemennyeri - Kaji tipe dan sumber
- Tingkah laku - Mampu nyeri untuk
distraksi, contoh : mengenali nyeri menentukan
jalan- jalan, (skala,intensitas, intervensi
menemui orang frekuensi dan - Ajarkan tentang tekni
lain tanda nyeri) k non farmakologi: n
dan/atauaktivitas, - Menyatakan rasa apas dala,relaksasi,
aktivitas nyaman distraksi, kompres
berulang-ulang) setelahnyeri hangat/ dingin
- Respon autonom berkurang - Berikan analgetik
(perubahan - Tanda vital dalam untuk mengurangi
tekanan darah, rentang normal nyeri: ……...
perubahannafas, - Tidak mengalami - Tingkatkan istirahat
nadi dan dilatasi gangguan tidur - Berikan informasi
pupil) tentang nyeri seperti
- Perubahan penyebab
autonomic dalam nyeri,berapa lama
tonus otot nyeri akan berkurang
- Tingkah laku dan
ekspresif (contoh antisipasiketidaknya
:gelisah, manan dari prosedur
- Monitor vital sign
merintih, sebelum dan sesudah
menangis, pemberiananalgesik
waspada,iritabel, pertama kali
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahandalam
nafsu makan dan
minum
2. Gangguan mobilitas NOC : NIC :
fisik  Joint Movement : - Exercise therapy :
Berhubungan Active ambulation
dengan :  Mobility Level - Monitoring vital
- Gangguan  Self care : ADLs sign sebelm/sesudah
metabolisme sel  Transfer latihan dan
- Keterlembatan performance lihatrespon pasien
perkembangan  Setelah dilakukan saat latihan
- Keterbatasan tindakan - Konsultasikan
ketahan keperawatan dengan terapi fisik
kardiovaskuler selama…. tentang
- Kehilangan Gangguan rencanaambulasi
integritas struktur mobilitas fisik sesuai dengan
tulang teratasi dengan kebutuhan
- Kerusakan kriteria hasil: - Bantu klien untuk
persepsi sensori - Klien meningkat menggunakan
- Tidak nyaman, dalam tongkat saat
nyeri aktivitasfisik berjalandan cegah
- Kerusakan - Mengerti tujuan terhadap cedera
muskuloskeletal daripeningkatan - Ajarkan pasien atau
dan mobilitas tenaga kesehatan
neuromuskuler lain tentang teknik
DO: - Memverbalisasikn ambulasi
- Penurunan waktu perasaandalam - Kaji kemampuan
reaksi meningkatkan pasien dalam
- Kesulitan merubah kekuatan dan mobilisasi
posisi kemampuan - Latih pasien dalam
- Perubahan gerakan berpindah pemenuhan
(penurunan - Memperagakan kebutuhan ADL
untukberjalan, penggunaan alat secara mandiri
kecepatan, kesulitan Bantu untuk sesuai kemampuan
memulailangkah mobilisasi (walker) - Dampingi dan
pendek) Bantu pasien saat
-Keterbatasan mobilisasi dan
motorik kasar dan bantu penuhi
halus kebutuhan ADLs ps.
- Keterbatasan ROM - Berikan alat Bantu
-Ketidak stabilan jika klien
posisi selama memerlukan.
melakukan ADL - Ajarkan pasien
-Gerakan sangat bagaimana merubah
lambat dan posisi dan
tidakterkoordinasi berikanbantuan jika
diperlukan
3 Risiko infeksi NOC : NIC :
· Immune Status · Pertahankan
Faktor-faktor risiko : · Knowledge : teknik aseptif
· Prosedur Infection control · Batasi pengunjung
Infasif · Risk control bila perlu
· Kerusakan Setelah dilakukan · Cuci tangan setiap
jaringan dan tindakan keperawatan sebelum dan sesudah
peningkatan paparan selama…… pasien tindakan keperawatan
lingkungan tidak mengalami · Gunakan baju,
· Malnutrisi infeksi dengan kriteria sarung tangan sebagai
· Peningkatan hasil: alat pelindung
paparan lingkungan · Klien bebas dari · Ganti letak IV
patogen tanda dan gejala infeksi perifer dan dressing
· Imonusupresi · Menunjukkan sesuai dengan petunjuk
· Tidak adekuat kemampuan untuk umum
pertahanan sekunder mencegah timbulnya · Gunakan kateter
(penurunan Hb, infeksi intermiten untuk
Leukopenia, · Jumlah leukosit menurunkan infeksi
penekanan respon dalam batas normal kandung kencing
inflamasi) · Menunjukkan · Tingkatkan intake
· Penyakit perilaku hidup sehat nutrisi
kronik · Status imun, · Berikan terapi
· Imunosupresi gastrointestinal, antibiotik:.....................
· Malnutrisi genitourinaria dalam ............
· Pertahan batas normal · Monitor tanda dan
primer tidak adekuat gejala infeksi sistemik
(kerusakan kulit, dan lokal
trauma jaringan, · Pertahankan
gangguan teknik isolasi k/p
peristaltik) · Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
· Monitor adanya
luka
· Dorong masukan
cairan
· Dorong istirahat
· Ajarkan pasien
dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
· Kaji suhu badan
pada pasien
neutropenia setiap 4
jam
4 Ketidakseimbanga NOC: · Kaji adanya alergi
n nutrisi kurang a. Nutritional status: makanan
dari kebutuhan Adequacy of nutrient . kaji pemenuhan
tubuh b. Nutritional Status nutrisi harian
Berhubungan : food and Fluid Intake · Kolaborasi dengan
dengan : c. Weight Control ahli gizi untuk
Ketidakmampuan Setelah dilakukan menentukan jumlah
untuk memasukkan tindakan keperawatan kalori dan nutrisi yang
atau mencerna selama….nutrisi dibutuhkan pasien
nutrisi oleh karena kurang teratasi dengan · Yakinkan diet yang
faktor biologis, indikator: dimakan mengandung
psikologis atau · Albumin serum tinggi serat untuk
ekonomi. · Pre albumin mencegah konstipasi
DS: serum · Ajarkan pasien
· Nyeri · Hematokrit bagaimana membuat
abdomen · Hemoglobin catatan makanan
· Muntah · Total iron harian.
· Kejang perut binding capacity · Monitor adanya
· Rasa penuh · Jumlah limfosit penurunan BB dan
tiba-tiba setelah gula darah
makan · Monitor
DO: lingkungan selama
· Diare makan
· Rontok · Jadwalkan
rambut yang pengobatan dan
berlebih tindakan tidak selama
· Kurang nafsu jam makan
makan · Monitor turgor
· Bising usus kulit
berlebih · Monitor
· Konjungtiva kekeringan, rambut
pucat kusam, total protein,
· Denyut nadi Hb dan kadar Ht
lemah · Monitor mual dan
muntah
· Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
· Monitor intake
nuntrisi
. dokumentasikan
masukan oral 24 jam
. ciptakan suasana
makan yang nyaman
· Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
· Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
· Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama makan
· Kelola pemberan
anti emetik:.....

Anda mungkin juga menyukai