Laporan Gagal Napas Kelompok 10 PDF
Laporan Gagal Napas Kelompok 10 PDF
Disusun oleh:
Kelompok 10
Tutor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2017
Laporan Modul Gagal Napas | 1
Kasus 1
Seorang laki-laki usia 35 tahun dibawa ke Puskesmas setelah mengalami KLL 2 jam
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit,
pernapasan 25x/menit, temperature 37oC, nampak lebam pada lengan kiri, jejas pada dada
kiri dan jejas pada region abdomen kiri atas. Selama observasi di UGD tiba-tiba pasien
sesak napas hebat hingga sianosis.
C. Pertanyaan
1. Bagaimana Interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario?
2. Sebutkan penyebab gagal napas!
3. Sebutkan tanda dan gejala pada penderita gagal napas!
4. Bagaimana mekanisme sesak pada skenario?
5. Bagaimana tindakan penanganan awal yang dapat dilakukan? (alat maupun non-alat)
6. Bagaimana cara pemberian O2 berdasarkan skenario?
7. Jika tindakan awal gagal, Apa tindakan lanjut yang dapat dilakukan?
8. Bagaimana cara melakukan stabilisasi pada kasus gagal napas baik pada kasus
trauma maupun bukan kasus trauma?
9. Bagaimana cara melakukan transportasi serta mobilisasi pada penderita gagal napas?
10. Bagaimana perspektif Islam berkaitan kasus diatas?
Jawab
1. Tekanan Darah1,2
Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh
jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukur melalui
nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat
sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi.
Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun berdasarkan Joint
National Committee VII adalah seperti kolom diatas. Sehingga berdasarkan skenario,
korban memiliki tekanan darah 100/80 mmHg, berarti dibawah normal atau
mengalami hipotensi.
2. Denyut nadi1,2
Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:
1) Normal: 60-100 x/mnt
2) Bradikardi: < 60x/mnt
3) Takhikardi: > 100x/mnt
Sehingga berdasarkan pada skenario dimana denyut nadi 90x/menit maka termasuk
denyut nadi normal.
3. Pernapasan1,2
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit.
Faktor yang mempengaruhi Respiratory Rate:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubu
5) Aktivitas
4. Temperatur1,2
Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu
benda/makhluk hidup. Suhu tubuh dihasilkan dari:
Oral. Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak
dianjurkan pada bayi
Axilla. Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan
menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada
oral
Rectal. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral
Rentang suhu tubuh normal untuk dewasa asalah 36,4-37,2°C (97,5 – 99,0 °F). Suhu
tubuh normal dapat dipengaruhi oleh ritme biologis, hormon-hormon, olahraga dan
usia. Fluktuasi diurnal sekitar 1°C biasa terjadi, dengan suhu terendah pada awal pagi
hari dan tertinggi pada akhir sore hari sampai menjelang malam.
Sehingga berdasarkan skenario, suhu pada korban adalah 37‟C, maka suhu korban
termasuk suhu normal.
Jawab
Gagal nafas dapat disebabkan karena kasus trauma dan non trauma.3
Penyebab Trauma:
o Fraktur muskulofasialis
o Fraktur iga
o Trauma tumpul abdomen
o Trauma tumpul toraks
Penyebab Non Trauma:
o Penyakit infeksi
o Kongenital
o Dan lainnya
a. Trauma
Sumbatan jalan napas
Sumbatan jalan napas dapat disebabkan oleh beberapa penyebab antara lain adalah
edema jalan napas bisa akibat adanya suatu infeksi, reaksi alergi atau akibat trauma
tumpul. Penyebab lain disebabkan oleh benda asing yang masuk dalam saluran nafas
selain itu bisa disebabkan karena adanya tumor pada saluran napas, atau akibat
spasme laring dimana disebabkan oleh tetanus.
Pada beberapa kasus juga kemungkinan terjadi akibat sumbatan benda asing, dimana
benda asing yang masuk kedalam saluran nafas dan menyebabkan obstruksi pada
jalan napas sehingga terjadi gangguan pada proses inspirasi dan ekspirasi normal.
Akibat hal tersebut menyebabkan terjadinya usaha tubuh untuk mempertahankan
pernafasan normal dengan gejala seperti sesak napas. Adapun yang dapat dilakukan
pada kasus sumbatan jalan napas akibat benda asing antara lain keluarkan benda asing
segera mungkin dengan heimlich manuver atau usapan jari tangan.3
Pneumothorax
Pneumothorax adalah adanya udara dalam kavum pleura. Pneumothorax yang
dimaksud dalam kasus ini adalah pneumothorax traumatik, yaitu pneumothorax yang
disebabkan oleh trauma baik trauma tumpul, tajam bahkan ledakan. Dimana pada
trauma thorax akan disusul dengan fraktur kosta, sehingga fragmen kosta tersebut
pada gilirannya dapat menyebabkan suatu trauma tajam yang menembus pleura
parietal maupun viseralis. Akibat hal ini udara akan masuk dan mengisi kavum pleura
sehingga akan terjadi gangguan pegembangan paru akibat beban udara pada kavum
pleura sehingga akan terjadi sesak pada pasien ini.3
Hematothorax
Hematothorax adalah adanya cairan patologis berupa darah dimana biasanya
akibat trauma thorax atau adanya suatu tanda keganasan. Penyebab utama dari
hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau
arteri mamaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau cedera tumpul.
Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi
operasi.3
Asma Bronkial
penyakit yang ditandai dengan resistensi terhadap aliran udara intrapulmoner
yang sangat variabel dalam jangka waktu yang pendek. Dimana pada asma
terdapat kombinasi keluhan sesak napas, rasa dada yang terhimpit, suara napas
mengi (wheezing). Adapun yang mendasari terjadinya asma adalah terpajannya
sesorang oleh alergen yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi sehingga
menyebabkan hipersekresi mukus, edema mukosa dan bronkospasme sehingga
terjadinya obstruksi jalan nafas. Akibat obstruksi menyebabkan pasien menderita
sesak napas.3
Jawab
Gagal napas akut terjadi bila dengan peningkatan upaya napas dan laju napas, tidak
dapat mempertahankan oksigenasi adekuat atau bila oksigenasi tetap buruk. Dasar
patofisiologi gagal napas menentukan gambaran klinisnya. Pasien gagal napas yang masih
mempunyai kemampuan bernapas normal akan tampak sesak dan gelisah. Sebaliknya,
pasien yang telah menurun kemampuan pusat pernapasannya akan tampak tenang atau
bahkan mengantuk. Peningkatan upaya dan laju napas serta takakirdia akan berkurang
bila gagal napas memburuk, bahkan dapat terjadi henti napas. Gagal napas diawali oleh
stadium kompensasi. Pada keadaan ini ditemukan peningkatan upaya napas (work of
breathing) yang ditandai dengan adanya distress pernapasan (pemakaian otot pernapasan
tambahan, retraksi, takipnea dan takikardia). Peningkatan upaya napas terjadi dalam usaha
mempertahankan aliran udara walaupun compliance paru menurun. Sebaliknya, stadium
dekompensasi muncul belakangan ditandai dengan menurunnya upaya napas. Ancaman
gagal napas karena penyakit paru ditandai dengan napas cepat atau takipnea, pemakaian
otot pernapasan tambahan berlebihan dan retraksi epigastrik, interkosta, serta
supraklavikula. Laju pernapasan yang rendah atau napas yang dangkal dapat
mengidentifikasi pasien tersebut.4,5
Jawab
Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan atau organ
intra thoraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Memahami
mekanisme dari trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan identifikasi awal atas
trauma sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan segera.6
Secara anatomis rongga thoraks di bagian bawah berbatasan dengan rongga abdomen
yang dibatasi oleh diafragma dan batas atas dengan leher dapat diraba insisura jugularis.
Otot-otot yang melapisi dinding dada yaitu muskulus latisimus dorsi, muskulus trapezius,
muskulus rhombhoideus mayor dan minor, muskulus seratus anterior, dan muskulus
interkostalis. Tulang dinding dada terdiri dari sternum, vertebra thorakalis, iga dan skapula.
Organ yang terletak didalam rongga thoraks yaitu paru-paru dan jalan nafas, esofagus,
jantung, pembuluh darah besar, saraf, dan sistem limfatik.6
Trauma tumpul thoraks terdiri dari kontusio dan hematoma dinding thoraks, fraktur
tulang kosta, flail chest, fraktur sternum, trauma tumpul pada parenkim paru, trauma pada
trakea dan bronkus mayor, pneumothoraks dan hematothoraks.6
Akibat kerusakan anatomi dinding thoraks dan organ didalamnya dapat mengganggu
fungsi fisiologi dari pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Gangguan sistem pernafasan dan
kardiovaskuler dapat ringan sampai berat tergantung kerusakan anatominya. Gangguan faal
pernafasan dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan mekanik
alat pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma thoraks adalah gangguan faal
jantung dan pembuluh darah6
Kontusio dan hematoma dinding thoraks adalah trauma thoraks yang paling sering
terjadi. Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding thoraks, perdarahan massif dapat terjadi
karena robekan pada pembuluh darah pada kulit, subkutan, otot dan pembuluh darah
interkosta. Kebanyakan hematoma ekstrapleura tidak membutuhkan pembedahan, karena
jumlah darah yang cenderung sedikit. 6
Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupun tidak
langsung. Fraktur kosta terjadi sekitar 35-40% pada trauma thoraks. Karakteristik dari trauma
kosta tergantung dari jenis benturan terhadap dinding dada. Gejala yang spesifik pada fraktur
kosta adalah nyeri, yang meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau pada saat bergerak.
Pasien akan berusaha mencegah daerah yang terkena untuk bergerak sehingga terjadi
hipoventilasi. Hal ini meningkatkan risiko atelektasis dan pneumonia. 6
Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta-kosta yang berdekatan patah baik
unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah kostokondral. Angka kejadian dari flail
chest sekitar 5%, dan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebabyang paling sering. Diagnosis
flail chest didapatkan berdasarkan pemeriksaan fisik, foto thoraks, dan CT scan thoraks.
Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering kali disertai dengan
fraktur kosta multipel. Gangguan organ mediastinum harus dicurigai pada pasien fraktur
sternum, umumnya adalah kontusio miokardium (dengan nyeri prekordium dan dispnea).
Diagnosis fraktur sternum didapatkan dari pemeriksaan fisik, adanya edema, deformitas, dan
nyeri lokal. 6
Hematothoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Darah dapat masuk ke
rongga pleura setelah trauma dari dinding dada, diafragma, paru-paru, atau mediastinum.
Insiden dari hematothoraks tinggi pada trauma tumpul, 37% kasus berhubungan dengan
pneumothoraks (hemopneumothoraks) bahkan dapat terjadi hingga 58%.6
Jawab
A. Airway7,8,9
Menilai jalan nafas dan pernafasan :
• Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas
• Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing baik
• Bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulit
• Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Look – Listen – Feel
• Obstruksi jalan nafas
1) Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan
tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda
asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total
timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi total.
2) Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga
timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik nafas,
inspirasi)
- Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunti kumur-kumur (gargling)
- Lidah yang jatuh kebelakang-mengorok (snoring)
- Penyempitan di larink atau trakhea-stridor
b. Jaw-thrust maneuver
Jaw-thrust maneuver merupakan teknik membuka jalan napas yang paling aman
jika diperkirakan terdapat cedera servikal. Teknik ini memungkinkan servikal tetap
pada posisi netral selama resusitasi. Penolong berada diatas kepala penderita, letakan
kedua tangan disamping pipi penderita, pegang rahang pada sudutnya, kemudian
angkat mandibula ke arah depan. Siku penolong dapat diletakan diatas permukaan
dimana penderita berbaring. Teknik ini akan mengangkat rahang dan membuka jalan
nafas dengan gerakan minimal kepala.
Sumber: https://clinicalgate.com/problems-in-the-injured-patient/
Bila penderita sadar, dapat berbicara tetapi tidak dapat berbicara kalimat panjang :
Airway baik, Breathing terganggu, penderita terlihat sesak. Sesak nafas dapat terlihat
atau mungkin juga tidak. Bila terlihat maka akan ditemukan :
- Penderita mengeluh sesak
- Bernafas cepat (tachypnoe)
- Pemakaian otot pernafasan tambahan
- Penderita terlihat ada kebiruan7,,8,9,10
C. Circulation
1. Umum
a. Frekuensi denyut jantung
Frenkuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80/menit.
Penentuan denyut nadi
Pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.radialis
(lengan bawah, dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping
dari jakun.
2. Penanganan
a. Lakukan Tredelenburg manuver (angkat kaki pasien 45˚ ke atas)
b. Lakukan resusitasi cairan
D.Disability
Disability (Neurologic Status) – Nilai Keadaan Neurologis secara cepat
Parameter : tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi, dan tingkat
(level) cedera spinal.
Tingkat kesadaran dinilai dengan AVPU scoring atau GCS scoring. Penurunan kesadaran
dapat disebabkan penurunan oksigenasi dan/atau penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan
E. Exposure
Buka pakaian penderita untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Periksa
hal-hal yg mungkin terlewat pada pemeriksaan sebelumnya, misal perlukaan pada tubuh yg
tertutup pakaian, darah yg keluar dari MUE atau anus, dll. Setelah pakaian dibuka, penderita
harus segera diselimuti untuk mencegah hipotermi.
Jawab
7. Jika tindakan awal gagal, Apa tindakan lanjut yang dapat dilakukan
Jawab
Chest Tube1
c) Indikasi WSD
1. Pneumothorax
2. Hematothorax
3. Pleura efusi
4. Empiema thorax
5. Pasca torakotomi
e) Prinsip WSD
1. Gravitasi
2. Tekanan (-)
3. Suction
4. Water sealed (ujung WSD dipastikan terendam)
m) Teknik Remove:
1. Manuver valvasa
2. Expirasi atau inspirasi dalam
3. Tube ditarik keluar dengan cepat, luka ditutup dengan occlucive dressing over the
gauza
n) Hal Penting:14
Pada effusi massive, jika dikeluarkan seluruhnya secara mendadak, akan timbul :
· Edema paru ( lung overflow edema paru)
· Pleural syok (hipotensi) :
Tekanan pleura mendadak menjadi negative (-) paru-paru mengembung terlalu cepat
atau
paru-paru tertarik mendadak darah dari kapiler dan dan A. pulmonalis (tersedot)
hipotensi.
8. Bagaimana cara melakukan stabilisasi pada kasus gagal napas baik pada kasus trauma
maupun bukan kasus trauma?
Jawab
a. Trauma15
1. Pertahankan napas tetap terbuka dengan head tilt, chin lift, jaw trust
2. Fraktur serikalis pasang collar neck
3. Trauma tulang belakang pasang long spine board, log roll, scoop stretcher
4. Trauma musculoskeletal pemasangan gips
5. Resusitasi dengan cepat
6. Pemberian analgesia
b. Non trauma15
1. Pertahankan jalan nafas tetap stabil
2. Posisikan penderita dalam posisi paling nyaman
Jawab
Jalan napas telah terkuasai dengan baik dan pertahankan tetap terbuka
I.V Line telah terpasang dan telah dilakukan resusitasi cairan
Pasang NGT (Nasogastric Tube)
Pasang kateter urin
Tenaga manusia telah siap
Transportasi yang memadai telah tersedia
Pusat pelayanan yang di tuju telah di beritahu
Jawab
Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan keutamaan doa ini,
Maka disampaikan kepadanya, „Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan
kamu dilindungi.‟ Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu salah satu setan
berkata kepada temannya, ‟Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah
diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.‟ (HR. Abu Daud, no. 5095; Turmudzi, no. 3426;
dinilai shahih oleh Al-Albani)16
1. Advanced Trauma Life Support for Doctors. Students Course Manual. 8th Edition.
American College of Surgeons Committee on Trauma.
2. Bates B. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. 2nd ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. Hal. 41-2, 151-5.
3. Sloane E. Sistem Pernafasan. In: Palupi Widyastuti S, editor. Anatomi dan Fisiologi
Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. p. 266-9
4. Nitu ME, Elger H. Respiratory failure. Rev 2009;30:470-4.
5. Carpenter TC, Dobyns EL, Lane J, Mourani P, Robinson A, Ferguson M, dkk. Acute
respiratory failure. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM,
pnyunting. Current pediatric diagnosis & treatment, edisi ke 16. Boston : McGraw-
Hill ; 2003. H. 362-7
6. Eckstein, Marc, et all. Thoracic Trauma. Chapter 45. 2012. P135
7. Aryani, R. Dkk., 2009. Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : C.V.
Trans Info Media, 111-138.
8. Kustati, Yulia Suparmi. 2008. Panduan Klinik Kebutuhan Dasar Manusia.
Yogyakarta: PT. Citra Parama
9. Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta.
10. Sunatrio DR, Resusitasi Jantung Paru, Editor Muchtaruddin Mansyur, IDI, Jakarta,
hal : 193.
11. Siahaan O, Resusitasi Jantung Paru Otak, Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus,
No. 80, hal : 137-129, 1992.
12. Emergency Medicine Illustrated, Editor Tsuyoshi Sugimoto, Takeda Chemical
Industries, 1985.
13. Mustafa I, dkk, Bantuan Hidup Dasar, RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, 1996.
14. Laboratorium Keterampilan Medik PPD Universitas Soedirman. [Akses Online 30
September 2017] -
http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/modul%20labskill/modul%20B3/Modul
%20B3%20-%20Water%20Seal%20Drainage.pdf
15. David Sprigings, John B. Chambers. Airway management and upper
airwayobstruction. In: David Sprigings, John B. Chambers, editors. Acute Medicine