Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

Modul Gagal Napas


Blok Kegawatdaruratan dan Traumatologi

Disusun oleh:

Kelompok 10

Mirnawati Yalida 11020140018


Siti Ramdhani YP 11020140019
Andi Muh Ariansyah N 11020140021
Irmanurwahyu Ningsih 11020140026
Dian Hariati 11020140039
Kamila Furqani D 11020140044
Pramuliansyah Haq 11020140053
Ahmad Rizki Imran 11020140076
Ni Made Ayu MN 11020140108
St. Mutmainnah 11020140134
Denna Rezkyena A 11020140159

Tutor:

dr. Nurfachanti Fattah

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2017
Laporan Modul Gagal Napas | 1
Kasus 1

Seorang laki-laki usia 35 tahun dibawa ke Puskesmas setelah mengalami KLL 2 jam
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit,
pernapasan 25x/menit, temperature 37oC, nampak lebam pada lengan kiri, jejas pada dada
kiri dan jejas pada region abdomen kiri atas. Selama observasi di UGD tiba-tiba pasien
sesak napas hebat hingga sianosis.

A. Klarifikasi Kata Sulit


Tidak ditemukan sulit.

B. Kata Kunci Skenario


1. Laki-laki umur 35 tahun 6. Pernapasan 25x/menit
2. Sesak napas 7. Suhu tubuh 37‟C
3. Sianosis 8. Lebam lengan kiri
4. Tekanan Darah 100/60 mmHg 9. Jejas dada kiri
5. Nadi 90x/menit 10. Jejas regio abdomen kiri atas

C. Pertanyaan
1. Bagaimana Interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario?
2. Sebutkan penyebab gagal napas!
3. Sebutkan tanda dan gejala pada penderita gagal napas!
4. Bagaimana mekanisme sesak pada skenario?
5. Bagaimana tindakan penanganan awal yang dapat dilakukan? (alat maupun non-alat)
6. Bagaimana cara pemberian O2 berdasarkan skenario?
7. Jika tindakan awal gagal, Apa tindakan lanjut yang dapat dilakukan?
8. Bagaimana cara melakukan stabilisasi pada kasus gagal napas baik pada kasus
trauma maupun bukan kasus trauma?
9. Bagaimana cara melakukan transportasi serta mobilisasi pada penderita gagal napas?
10. Bagaimana perspektif Islam berkaitan kasus diatas?

Laporan Modul Gagal Napas | 2


D. Jawaban Pertanyaan

1. Bagaimana Interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario?1,2

Jawab

1. Tekanan Darah1,2
Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh
jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukur melalui

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa(≥18 tahun) 7

Klasifikasi Sistolik Diastolik


Normal 120 dan 80
Prahipertensi 120 - 139 atau 80 - 89
Hipertensi stage I 140 - 159 atau 90 - 99
Hipertensi stage 2 >160 atau >100

nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat
sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi.
Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun berdasarkan Joint
National Committee VII adalah seperti kolom diatas. Sehingga berdasarkan skenario,
korban memiliki tekanan darah 100/80 mmHg, berarti dibawah normal atau
mengalami hipotensi.

2. Denyut nadi1,2
Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:
1) Normal: 60-100 x/mnt
2) Bradikardi: < 60x/mnt
3) Takhikardi: > 100x/mnt

Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:


 Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara
rutin.

Laporan Modul Gagal Napas | 3


 Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan
siku. Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
 Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri
karotid berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.

Sehingga berdasarkan pada skenario dimana denyut nadi 90x/menit maka termasuk
denyut nadi normal.

3. Pernapasan1,2
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit.
Faktor yang mempengaruhi Respiratory Rate:

1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubu
5) Aktivitas

Interpretasi dari frekuensi pernapasan pada manusia adalah :


 Takhipnea : Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
 Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
 Apnea : Bila tidak bernapas .

Sehingga berdasarkan pada skenario dimana frekuensi pernapasan adalah 25x/menit,


termasuk dalam takhipnea.

4. Temperatur1,2
Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu
benda/makhluk hidup. Suhu tubuh dihasilkan dari:

1) Laju metabolisme basal diseluruh tubuh


2) Aktifitas otot
3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormon

Laporan Modul Gagal Napas | 4


Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer.
Jenis-jenis termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah
termometer air raksa dan digital. Metode mengukur suhu tubuh:

 Oral. Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak
dianjurkan pada bayi
 Axilla. Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan
menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada
oral
 Rectal. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral

Rentang suhu tubuh normal untuk dewasa asalah 36,4-37,2°C (97,5 – 99,0 °F). Suhu
tubuh normal dapat dipengaruhi oleh ritme biologis, hormon-hormon, olahraga dan
usia. Fluktuasi diurnal sekitar 1°C biasa terjadi, dengan suhu terendah pada awal pagi
hari dan tertinggi pada akhir sore hari sampai menjelang malam.

Sehingga berdasarkan skenario, suhu pada korban adalah 37‟C, maka suhu korban
termasuk suhu normal.

2. Sebutkan penyebab gagal napas!

Jawab

Gagal nafas dapat disebabkan karena kasus trauma dan non trauma.3

 Penyebab Trauma:
o Fraktur muskulofasialis
o Fraktur iga
o Trauma tumpul abdomen
o Trauma tumpul toraks
 Penyebab Non Trauma:
o Penyakit infeksi
o Kongenital
o Dan lainnya

Laporan Modul Gagal Napas | 5


Bisa juga digolongkan atas:3

a. Trauma
 Sumbatan jalan napas
Sumbatan jalan napas dapat disebabkan oleh beberapa penyebab antara lain adalah
edema jalan napas bisa akibat adanya suatu infeksi, reaksi alergi atau akibat trauma
tumpul. Penyebab lain disebabkan oleh benda asing yang masuk dalam saluran nafas
selain itu bisa disebabkan karena adanya tumor pada saluran napas, atau akibat
spasme laring dimana disebabkan oleh tetanus.
Pada beberapa kasus juga kemungkinan terjadi akibat sumbatan benda asing, dimana
benda asing yang masuk kedalam saluran nafas dan menyebabkan obstruksi pada
jalan napas sehingga terjadi gangguan pada proses inspirasi dan ekspirasi normal.
Akibat hal tersebut menyebabkan terjadinya usaha tubuh untuk mempertahankan
pernafasan normal dengan gejala seperti sesak napas. Adapun yang dapat dilakukan
pada kasus sumbatan jalan napas akibat benda asing antara lain keluarkan benda asing
segera mungkin dengan heimlich manuver atau usapan jari tangan.3
 Pneumothorax
Pneumothorax adalah adanya udara dalam kavum pleura. Pneumothorax yang
dimaksud dalam kasus ini adalah pneumothorax traumatik, yaitu pneumothorax yang
disebabkan oleh trauma baik trauma tumpul, tajam bahkan ledakan. Dimana pada
trauma thorax akan disusul dengan fraktur kosta, sehingga fragmen kosta tersebut
pada gilirannya dapat menyebabkan suatu trauma tajam yang menembus pleura
parietal maupun viseralis. Akibat hal ini udara akan masuk dan mengisi kavum pleura
sehingga akan terjadi gangguan pegembangan paru akibat beban udara pada kavum
pleura sehingga akan terjadi sesak pada pasien ini.3
 Hematothorax
Hematothorax adalah adanya cairan patologis berupa darah dimana biasanya
akibat trauma thorax atau adanya suatu tanda keganasan. Penyebab utama dari
hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau
arteri mamaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau cedera tumpul.
Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi
operasi.3

Laporan Modul Gagal Napas | 6


 Emboli paru
Emboli paru terjadi apabila terdapat suatu embolus, biasanya merupakan
bekuan darah yang terlepas dari perlengketan pada vena ekstremitas bawah biasa
terjadi akibat terjadinya fraktur, lalu bersirkulasi melalui pembuluh darah dan
jantung kanan sehingga akhirnya tersangkut di arteri pulmonalis utama atau salah
satu percabangannya sehingga dapat menyebabkan sesak napas secara mendadak
yang berat dimana akan menyababkan infark paru. Infark paru adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan fokus nekrosis lokal yang diakibatkan oleh
penyumbatan vascular3
b. Non Trauma
 Efusi Pleura
terdapatnya cairan patologis pada kavum pleura. Namun tetap perlu diingat
bahwa dalam keadaan normal kavum pleura juga selalu terdapat cairan yang
berfungsi untuk mecegah melekatnya pleura viseralis dan pleura
parietalis,sehingga dengan demikian gerakan paru berjalan dengan mulus tanpa
harus adanya friksi. Cairan fisiologis ini disekresikan oleh pleura parietalis dan
diabsorbsi oleh pleura viseralis. Dalam keadaan normal cairan fisiologis dalam
rongga pleura ini berkisar antara 1 ml sampai 20 ml. Setiap peningkatan jumlah
cairan di atas ini harus dianggap sebagai efusi pleura. Pada umumnya kelainan ini
didasari oleh suatu proses peradangan dimana dapat bersifat akut ataupun kronik,
selain itu juga dapat sebagai salah satu manifestasi kelainan sistemik. Akibat
terdapatnya cairan patologis pada kavum pleura akan menyebabkan gangguan
pengembangan paru sehingga pasien akan menderita sesak napas.3

 Asma Bronkial
penyakit yang ditandai dengan resistensi terhadap aliran udara intrapulmoner
yang sangat variabel dalam jangka waktu yang pendek. Dimana pada asma
terdapat kombinasi keluhan sesak napas, rasa dada yang terhimpit, suara napas
mengi (wheezing). Adapun yang mendasari terjadinya asma adalah terpajannya
sesorang oleh alergen yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi sehingga
menyebabkan hipersekresi mukus, edema mukosa dan bronkospasme sehingga
terjadinya obstruksi jalan nafas. Akibat obstruksi menyebabkan pasien menderita
sesak napas.3

Laporan Modul Gagal Napas | 7


 Penyakit Valvular
memiliki kemungkinan besar menyebabkan sesak adalah stenosis katup
mitralis. Dimana pada stenosis katup mitral terjadi penyempitan pembukaan katup
mitral pada fase distolik dimana darah dipompakan dari atrium kiri menuju
ventrikel kiri, namun apabila terjadi penyempitaan pada pembukaan katup mitral
di fase distolik dimana lama kelamaan akan terjadi peningkatan volume pada
atrium kiri dan peningkatan tekanan atrium kiri. Berjalannya waktu akan diikuti
dengan peningkatan tekanan pada arteri pulmonal sehingga terjadi ekstravasasi
cairan ke jaringan interstisial paru. Sehingga akan terjadi gangguan
pengembangan atau elastisitas paru sehingga akan diikuti dengan gejala sesak
nafas.3

3. Sebutkan tanda dan gejala pada penderita gagal napas!

Jawab

Gagal napas akut terjadi bila dengan peningkatan upaya napas dan laju napas, tidak
dapat mempertahankan oksigenasi adekuat atau bila oksigenasi tetap buruk. Dasar
patofisiologi gagal napas menentukan gambaran klinisnya. Pasien gagal napas yang masih
mempunyai kemampuan bernapas normal akan tampak sesak dan gelisah. Sebaliknya,
pasien yang telah menurun kemampuan pusat pernapasannya akan tampak tenang atau
bahkan mengantuk. Peningkatan upaya dan laju napas serta takakirdia akan berkurang
bila gagal napas memburuk, bahkan dapat terjadi henti napas. Gagal napas diawali oleh
stadium kompensasi. Pada keadaan ini ditemukan peningkatan upaya napas (work of
breathing) yang ditandai dengan adanya distress pernapasan (pemakaian otot pernapasan
tambahan, retraksi, takipnea dan takikardia). Peningkatan upaya napas terjadi dalam usaha
mempertahankan aliran udara walaupun compliance paru menurun. Sebaliknya, stadium
dekompensasi muncul belakangan ditandai dengan menurunnya upaya napas. Ancaman
gagal napas karena penyakit paru ditandai dengan napas cepat atau takipnea, pemakaian
otot pernapasan tambahan berlebihan dan retraksi epigastrik, interkosta, serta
supraklavikula. Laju pernapasan yang rendah atau napas yang dangkal dapat
mengidentifikasi pasien tersebut.4,5

Laporan Modul Gagal Napas | 8


Gagal napas diketahui dengan adanya insufusiensi pulmonal, hiperkarbia dan dispnea.
Tidak ada nilai analisis gas darah (PaO2 atau PaCO2) mutlak yang memberi definisi keadaan
ini. Interpretasi analisis gas darah dapat dibuat berdasarkan status gas darah dasar.
Penampilan dan pemeriksaan klinis lebih bermakna untuk menegakkan gagal napas akut.
Analisi gas darah arteri masih merupakan baku emas dan merupakan indikator definitif dari
pertukaran gas untuk menilai gagal napas. Gas darah arteri memberikan informasi status
asam-basa (dengan ukuran pH dan menghitung bikarbonat) sama seperti kadar PaO2 dan
PaCO2. PaO2 merupakan faktor yang menentukan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan,
dan PaCO2 merupakan pengukur yang sensitive untuk ventilasi.4,5
Pada gagal nafas tanda utama adalah berdasarkan pemeriksaan laboratorium berupa
adanya hipoksemia (PaO2<50-60 mmHg, SaO2<90%; PaO2<60 mmHg dengan FiO2 40%
atau rasio PaO2/FiO2<300) dan hiperkapnia (PaCO2>50 mmHg dengan asidosis pH <7,25;
PaCO2>40 mmHg dengan distress pernapasan berat atau PaCO2>55 mmHg).4,5

4. Bagaimana mekanisme sesak pada skenario?

Jawab

Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan atau organ
intra thoraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Memahami
mekanisme dari trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan identifikasi awal atas
trauma sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan segera.6

Secara anatomis rongga thoraks di bagian bawah berbatasan dengan rongga abdomen
yang dibatasi oleh diafragma dan batas atas dengan leher dapat diraba insisura jugularis.
Otot-otot yang melapisi dinding dada yaitu muskulus latisimus dorsi, muskulus trapezius,
muskulus rhombhoideus mayor dan minor, muskulus seratus anterior, dan muskulus
interkostalis. Tulang dinding dada terdiri dari sternum, vertebra thorakalis, iga dan skapula.
Organ yang terletak didalam rongga thoraks yaitu paru-paru dan jalan nafas, esofagus,
jantung, pembuluh darah besar, saraf, dan sistem limfatik.6

Trauma tumpul thoraks terdiri dari kontusio dan hematoma dinding thoraks, fraktur
tulang kosta, flail chest, fraktur sternum, trauma tumpul pada parenkim paru, trauma pada
trakea dan bronkus mayor, pneumothoraks dan hematothoraks.6

Laporan Modul Gagal Napas | 9


Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung
besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan pada
dinding thoraks berupa fraktur kosta simpel. Sedangkan kerusakan anatomi yang lebih berat
berupa fraktur kosta multipel dengan komplikasi pneumothoraks, hematothoraks dan
kontusio pulmonum. Trauma yang lebih berat menyebakan robekan pembuluh darah besar
dan trauma langsung pada jantung.6

Akibat kerusakan anatomi dinding thoraks dan organ didalamnya dapat mengganggu
fungsi fisiologi dari pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Gangguan sistem pernafasan dan
kardiovaskuler dapat ringan sampai berat tergantung kerusakan anatominya. Gangguan faal
pernafasan dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan mekanik
alat pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma thoraks adalah gangguan faal
jantung dan pembuluh darah6

Kontusio dan hematoma dinding thoraks adalah trauma thoraks yang paling sering
terjadi. Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding thoraks, perdarahan massif dapat terjadi
karena robekan pada pembuluh darah pada kulit, subkutan, otot dan pembuluh darah
interkosta. Kebanyakan hematoma ekstrapleura tidak membutuhkan pembedahan, karena
jumlah darah yang cenderung sedikit. 6

Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupun tidak
langsung. Fraktur kosta terjadi sekitar 35-40% pada trauma thoraks. Karakteristik dari trauma
kosta tergantung dari jenis benturan terhadap dinding dada. Gejala yang spesifik pada fraktur
kosta adalah nyeri, yang meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau pada saat bergerak.
Pasien akan berusaha mencegah daerah yang terkena untuk bergerak sehingga terjadi
hipoventilasi. Hal ini meningkatkan risiko atelektasis dan pneumonia. 6

Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta-kosta yang berdekatan patah baik
unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah kostokondral. Angka kejadian dari flail
chest sekitar 5%, dan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebabyang paling sering. Diagnosis
flail chest didapatkan berdasarkan pemeriksaan fisik, foto thoraks, dan CT scan thoraks.
Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering kali disertai dengan
fraktur kosta multipel. Gangguan organ mediastinum harus dicurigai pada pasien fraktur
sternum, umumnya adalah kontusio miokardium (dengan nyeri prekordium dan dispnea).
Diagnosis fraktur sternum didapatkan dari pemeriksaan fisik, adanya edema, deformitas, dan
nyeri lokal. 6

Laporan Modul Gagal Napas | 10


Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul thoraks yang paling umum
terjadi. Kontusio pulmonum paling sering disebabkan trauma tumpul pada dinding dada
secara langsung yang dapat menyebabkan kerusakan parenkim, edema interstitial dan
perdarahan yang mengarah ke hipoventilasi pada sebagian paru. Kontusio juga dapat
menyebabkan hematoma intrapulmoner apabila pembuluh darah besar didalam paru terluka.
Diagnosis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik (adanya suara gurgling pada
auskultasi), foto thoraks, dan CT scan thoraks. Kontusio lebih dari 30% pada parenkim paru
membutuhkan ventilasi mekanik. 6

Pneumothoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumothoraks sangat


berkaitan dengan fraktur kosta laserasi dari pleura parietalis dan visceralis. Robekan dari
pleura visceralis dan parenkim paru dapat menyebabkan pneumothoraks, sedangkan robekan
dari pleura parietalis dapat menyebabkan terbentuknya emfisema subkutis. Pneumothoraks
pada trauma tumpul thoraks terjadi karena pada saat terjadinya kompresi dada tiba-tiba
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar yang dapat menyebabkan ruptur
alveolus. Udara yang keluar ke rongga interstitial ke pleura visceralis ke mediastinum
menyebabkan pneumothoraks atau emfisema mediastinum. Selain itu pneumothoraks juga
dapat terjadi ketika adanya peningkatan tekanan tracheobronchial tree, dimana pada saat
glotis tertutup menyebabkan peningkatan tekanan terutama pada bivurcatio trachea dan atau
bronchial tree tempat dimana bronkus lobaris bercabang, sehingga ruptur dari trakea atau
bronkus dapat terjadi. Gejala yang paling umum pada pneumothoraks adalah nyeri yang
diikuti oleh dispneu. 6

Hematothoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Darah dapat masuk ke
rongga pleura setelah trauma dari dinding dada, diafragma, paru-paru, atau mediastinum.
Insiden dari hematothoraks tinggi pada trauma tumpul, 37% kasus berhubungan dengan
pneumothoraks (hemopneumothoraks) bahkan dapat terjadi hingga 58%.6

Laporan Modul Gagal Napas | 11


5. Bagaimana tindakan penanganan awal yang dapat dilakukan? (alat maupun non-alat)

Jawab

A. Airway7,8,9
Menilai jalan nafas dan pernafasan :
• Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas
• Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing baik
• Bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulit
• Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Look – Listen – Feel
• Obstruksi jalan nafas
1) Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan
tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda
asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total
timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi total.
2) Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga
timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik nafas,
inspirasi)
- Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunti kumur-kumur (gargling)
- Lidah yang jatuh kebelakang-mengorok (snoring)
- Penyempitan di larink atau trakhea-stridor

Pengelolaan Jalan nafas:


a. Penghisapan (suction) – bila ada cairan
b. Menjaga jalan nafas secara manual
Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakang dengan
memakai :

a. Head tilt-chin lift maneuver


Tekniknya dengan meletakan salah satu tangan dibawah leher penderita dan
tangan yang lainnya pada dahi, kemudian lakukan ekstensi. Head tilt akan
memposisikan kepala pasien pada “posisi sniffing” dengan lubang hidung menghadap
ke atas. Kemudian pindahkan tangan yang menyangga leher, letakan dib bawah

Laporan Modul Gagal Napas | 12


simfisis mandibula, sehingga tidak menekan jaringan lunak dari submental triangel
dan pangkal lidah. Mandibula kemudian didorong ke depan dan ke atas hingga gigi
atas dan bawah bertemu. Ini disebut dengan chin lift, yang akan menyokong rahang
dan membantu memiringkan kepala belakang.

b. Jaw-thrust maneuver
Jaw-thrust maneuver merupakan teknik membuka jalan napas yang paling aman
jika diperkirakan terdapat cedera servikal. Teknik ini memungkinkan servikal tetap
pada posisi netral selama resusitasi. Penolong berada diatas kepala penderita, letakan
kedua tangan disamping pipi penderita, pegang rahang pada sudutnya, kemudian
angkat mandibula ke arah depan. Siku penolong dapat diletakan diatas permukaan
dimana penderita berbaring. Teknik ini akan mengangkat rahang dan membuka jalan
nafas dengan gerakan minimal kepala.

Sumber: https://clinicalgate.com/problems-in-the-injured-patient/

B. Breathing dan Pemberian Oksigen


Bila Airway sudah baik, belum tentu pernafasan akan baik sehingga perlu selalu
dilakukan pemeriksaan apakah ada pernafasan penderita sudah adekuat atau belum.
Pada saat memeriksa gunakan tehnik (Look , Listen, and Feel )
- Gerakan dada waktu membesar dan mengecil (LOOK)
- Dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi (LISTEN)
- Merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu mengembang (FEEL)

Laporan Modul Gagal Napas | 13


a. Pemeriksaan Fisik penderita
Pernafasan Normal, kecepatan bernafas manusia adalah :
Dewasa : 12-20 kali/menit (20)
Anak-anak : 15-30 kali/menit (30)
Pada orang dewasa abnormal bila pernafasan >30 atau <10 kali/menit
Sesak Nafas (dyspnoe)

Bila penderita sadar, dapat berbicara tetapi tidak dapat berbicara kalimat panjang :
Airway baik, Breathing terganggu, penderita terlihat sesak. Sesak nafas dapat terlihat
atau mungkin juga tidak. Bila terlihat maka akan ditemukan :
- Penderita mengeluh sesak
- Bernafas cepat (tachypnoe)
- Pemakaian otot pernafasan tambahan
- Penderita terlihat ada kebiruan7,,8,9,10

C. Circulation
1. Umum
a. Frekuensi denyut jantung
Frenkuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80/menit.
Penentuan denyut nadi
Pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.radialis
(lengan bawah, dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping
dari jakun.

2. Penanganan
a. Lakukan Tredelenburg manuver (angkat kaki pasien 45˚ ke atas)
b. Lakukan resusitasi cairan

D.Disability
Disability (Neurologic Status) – Nilai Keadaan Neurologis secara cepat
Parameter : tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi, dan tingkat
(level) cedera spinal.
Tingkat kesadaran dinilai dengan AVPU scoring atau GCS scoring. Penurunan kesadaran
dapat disebabkan penurunan oksigenasi dan/atau penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan

Laporan Modul Gagal Napas | 14


trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya re-evaluasi
terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi.
Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran penderita. Walaupun
demikian, bila sudah disingkirkan kemungkinan hipoksia atau hipovolemia sbg sebab
penurunan kesadaran, maka trauma kapitis dianggap sebagai penyebab penurunan kesadaran
dan bukan alkoholisme, sampai terbukti
sebaliknya.

E. Exposure
Buka pakaian penderita untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Periksa
hal-hal yg mungkin terlewat pada pemeriksaan sebelumnya, misal perlukaan pada tubuh yg
tertutup pakaian, darah yg keluar dari MUE atau anus, dll. Setelah pakaian dibuka, penderita
harus segera diselimuti untuk mencegah hipotermi.

6. Bagaimana cara pemberian O2 berdasarkan skenario?

Jawab

Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul


Pengertian11,12
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan
kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan selang
yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang
selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan
nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif nyaman, mudah
digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka
panjang, dan efektif dalam mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak
mengganggu klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan.
Tujuan

a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen


minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.

Laporan Modul Gagal Napas | 15


Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).2
Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya
hanya 2-3 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.2

Pemberian Oksigen Melalui Masker Oksigen


Pengertian11,12
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen
dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening
dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face
mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak
pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali.1
Macam Bentuk Masker :
a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan
kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan
kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik,
saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar
yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian

Laporan Modul Gagal Napas | 16


tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada
simple face mask.
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah.3
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100%
dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang
fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi10,11

7. Jika tindakan awal gagal, Apa tindakan lanjut yang dapat dilakukan

Jawab

Chest Tube1

a) Cara pemasangan Chest Tube


Operative tube thoracostomy (ATLS)
1. Penderita pada posisi ½ duduk, lengan pada sisi yang sama dengan dada yang akan
dipasang Chest Tube diangkat keatas kepala.
2. Dipasang kanula intravena caliber besar, monitor vital signs
3. Tentukan tempat insersi, pada ics 5-6, anterior linea midaksilaris pada area yang akan
dipasang Chest Tube
4. Dilakukan tindak aseptic dan antiseptic
5. Lapangan insersi dipersempit dengan doek steril
6. Dilakukan anestesi local di kulit sampai periosteum costae tempat insersi
7. Dilakukan incisi transversal sepanjang 2-3 cm pada tempat yang ditentukan,
dilanjutkan diseksi tumpul melalui jaringan subcutan, tepat diatas costa.

Laporan Modul Gagal Napas | 17


8. Dilakukan penusukan pleura parietal dengan ujung klem, lalu masukkan jari ke dalam
tempat incisi untuk mencegah melukai organ lain, juga untuk melepaskan
perlengketan, bekuan darah, dll.
9. Klem ujung proximal Chest Tube, lalu masukkan tube ke rongga pleura, dorong tube
ke rongga pleura sesuai panjang yang diinginkan.
10. Sambungkan ujung tube ke WSD
11. Jahit tube (fiksasi) ke dinding dada dengan benang yang besar
12. Tutup dengan kasa dan diplester
13. Ro thorax

b) Indikasi pemasangan Chest Tube


1. Diagnosis : Jenis cairan, air bubble
2. Terapi : Evakuasi cairan, evakuasi udara, mengembalikan tekanan pleura yang
negatif
3. Monitoring/preventing : mencegah perburukan (jumlah cairan, ukuran fistel,
monitoring adanya on going bleeding)

c) Indikasi WSD
1. Pneumothorax
2. Hematothorax
3. Pleura efusi
4. Empiema thorax
5. Pasca torakotomi

d) Kontraindikasi Pemasangan Chest Tube


Paru-paru menempel ke dinding dada di seluruh hemithorax

e) Prinsip WSD
1. Gravitasi
2. Tekanan (-)
3. Suction
4. Water sealed (ujung WSD dipastikan terendam)

Laporan Modul Gagal Napas | 18


f) Ukuran Chest Tube
1. Disesuaikan
2. Untuk drainase cairan no. 28 - 32

g) Lokasi pemasangan Chest Tube yang ideal


1. Diantara garis axillaris anterior dan posterior
2. Pada ICS 5-6, anterior linea midaxillaris (ATLS)
3. Sebenarnya dapat dipasang di area “thorax” mana saja ( dextra, ICS 7-8 lateral dan
sinistra, ICS 8-9 lateral)

h) Komplikasi Pemasangan Chest Tube


1. Laserasi intrathorax/organ abdomen; dapat dicegah dengan teknik memasukkan jari
sebelum dilakukan insersi Chest Tube
2. Empyema
3. Kerusakan N.intercostalis, Arteri dan Vena Intercostalis
4. Posisi tube yang salah
5. Pneumothorak persisten misalnya : kebocoran primer yang besar, kebocoran di kulit
sekitar insersi
6. Emfisema subcutis
7. Reaksi alergi obat anestesi
8. Pneumothorak recurrent pasca remove
9. Paru-paru gagal mengembang misalnya, ada plak bronkus
10. Edema paru dan pleural shock (hipotensi)

i) Evaluasi Chest Tube


1. Apakah berfungsi dengan baik ? Ada undulasi (monitoring bahwa posisi Chest
Tube benar)
2. Ada air bubble, ada expiratory bubble?
2. Bagaimana produksinya? Tipenya?
3. Bagaimana kondisi klinis dan radiologis?

j) Perawatan Chest Tube


1. Perawatan Luka
· Ganti balutan

Laporan Modul Gagal Napas | 19


· Fiksasi Chest Tube pada kulit dengan benang yang besar
· Cegah infeksi kulit
· Cegah tube tidak bergoyang-goyang dengan plester yang besar, agar tidak nyeri
2. Perawatan botol WSD
· Ganti botol dan cairannya setiap hari
· Jaga sterilitasnya dan diisi cairan antiseptic

k) Remove Chest Tube


1. Tekanan rongga pleura (-)
2. Paru-paru sudah mengembang (Ro.thorax)
3. Fistel negative (tidak ada bubble)
4. Selang (Chest Tube) tidak tersumbat atau kingking
5. Produksi kualitatif dan kuantitatif minimal (< 100cc/24 jam)
6. Pasca remove Chest Tube (Ro.Thorak control)
7. Klinis (normal)

l) Hemothorax, diremove jika:


· Pleural drainase; darah dan pus minimal (<100 cc/jam)
· Paru-paru mengembang

m) Teknik Remove:
1. Manuver valvasa
2. Expirasi atau inspirasi dalam
3. Tube ditarik keluar dengan cepat, luka ditutup dengan occlucive dressing over the
gauza

n) Hal Penting:14
Pada effusi massive, jika dikeluarkan seluruhnya secara mendadak, akan timbul :
· Edema paru ( lung overflow edema paru)
· Pleural syok (hipotensi) :
Tekanan pleura mendadak menjadi negative (-) paru-paru mengembung terlalu cepat
atau
paru-paru tertarik mendadak darah dari kapiler dan dan A. pulmonalis (tersedot)
hipotensi.

Laporan Modul Gagal Napas | 20


o) Yang dilihat pada evaluasi setelah pemasangan Chest Tube:
1. Initial Assessment
2. Air buble
3. Expiratory bubble
4. Undulasi
5. Continous buble
6. Produksi
Setiap pemasangan Chest Tube jangan lupa untuk dilakukan “chest fisiotherapy”.
Ada beberapa macam chest fisiotherapy :
1. Aktif Rehabilitasi medik
2. Pasif
 Latihan batuk
 Menghilangkan sekret dengan obat-obatan atau alat (OBH/Bisolvon)

8. Bagaimana cara melakukan stabilisasi pada kasus gagal napas baik pada kasus trauma
maupun bukan kasus trauma?

Jawab

a. Trauma15
1. Pertahankan napas tetap terbuka dengan head tilt, chin lift, jaw trust
2. Fraktur serikalis pasang collar neck
3. Trauma tulang belakang pasang long spine board, log roll, scoop stretcher
4. Trauma musculoskeletal pemasangan gips
5. Resusitasi dengan cepat
6. Pemberian analgesia
b. Non trauma15
1. Pertahankan jalan nafas tetap stabil
2. Posisikan penderita dalam posisi paling nyaman

Laporan Modul Gagal Napas | 21


9. Bagaimana cara melakukan transportasi serta mobilisasi pada penderita gagal napas?

Jawab

 Jalan napas telah terkuasai dengan baik dan pertahankan tetap terbuka
 I.V Line telah terpasang dan telah dilakukan resusitasi cairan
 Pasang NGT (Nasogastric Tube)
 Pasang kateter urin
 Tenaga manusia telah siap
 Transportasi yang memadai telah tersedia
 Pusat pelayanan yang di tuju telah di beritahu

10. Bagaimana perspektif Islam berkaitan kasus diatas?

Jawab

Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan keutamaan doa ini,

”Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa”

Maka disampaikan kepadanya, „Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan
kamu dilindungi.‟ Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu salah satu setan
berkata kepada temannya, ‟Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah
diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.‟ (HR. Abu Daud, no. 5095; Turmudzi, no. 3426;
dinilai shahih oleh Al-Albani)16

Laporan Modul Gagal Napas | 22


DAFTAR PUSTAKA

1. Advanced Trauma Life Support for Doctors. Students Course Manual. 8th Edition.
American College of Surgeons Committee on Trauma.
2. Bates B. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. 2nd ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. Hal. 41-2, 151-5.
3. Sloane E. Sistem Pernafasan. In: Palupi Widyastuti S, editor. Anatomi dan Fisiologi
Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. p. 266-9
4. Nitu ME, Elger H. Respiratory failure. Rev 2009;30:470-4.
5. Carpenter TC, Dobyns EL, Lane J, Mourani P, Robinson A, Ferguson M, dkk. Acute
respiratory failure. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM,
pnyunting. Current pediatric diagnosis & treatment, edisi ke 16. Boston : McGraw-
Hill ; 2003. H. 362-7
6. Eckstein, Marc, et all. Thoracic Trauma. Chapter 45. 2012. P135
7. Aryani, R. Dkk., 2009. Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : C.V.
Trans Info Media, 111-138.
8. Kustati, Yulia Suparmi. 2008. Panduan Klinik Kebutuhan Dasar Manusia.
Yogyakarta: PT. Citra Parama
9. Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta.
10. Sunatrio DR, Resusitasi Jantung Paru, Editor Muchtaruddin Mansyur, IDI, Jakarta,
hal : 193.
11. Siahaan O, Resusitasi Jantung Paru Otak, Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus,
No. 80, hal : 137-129, 1992.
12. Emergency Medicine Illustrated, Editor Tsuyoshi Sugimoto, Takeda Chemical
Industries, 1985.
13. Mustafa I, dkk, Bantuan Hidup Dasar, RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, 1996.
14. Laboratorium Keterampilan Medik PPD Universitas Soedirman. [Akses Online 30
September 2017] -
http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/modul%20labskill/modul%20B3/Modul
%20B3%20-%20Water%20Seal%20Drainage.pdf
15. David Sprigings, John B. Chambers. Airway management and upper
airwayobstruction. In: David Sprigings, John B. Chambers, editors. Acute Medicine

Laporan Modul Gagal Napas | 23


A Practical guide to the management of medical emergencies. Fourth Edition.
NewYork: Blackwell Publishing; 2008
16. [Akses Online 30 September 2017] - https://muslimah.or.id/5573-keistimewaan-doa-
keluar-rumah.html

Laporan Modul Gagal Napas | 24

Anda mungkin juga menyukai