Anda di halaman 1dari 12

Konsep Dasar Kecemasan

Pengertian

Kecemasan atau dalam bahasa inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin
angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti menceki. Konsep
kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori-teori tentang
stres dan penyesuaian diri (Lazarus,1961).

1. Jhonston (1971) yang menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi karena


kekecewaan, ketidakpuasan, perasaan tidak aman, atau adanya
permusuhan dengan orang lain.
2. Freud ( dalam Ardnt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan
kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti
oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan
pernapasan. Menurut Freud, kecemasan melibatkan persepsi tentang
perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain
kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya.
3. Menurut Post (1978), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak
menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti
ketegangan, ketakutan, kekhawatiran, dan juga ditandai dengan aktifnya
sistem saraf pusat.
4. Lefrancois (1980) juga menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi
emosi yang pada kecemasan bahaya bersifat kabur, misalnya ada ancaman,
hambatan terhadap keinginan pribadi, dan perasaan-perasaan tertekan yang
muncul dalam kesadaran.
5. Kartono (1981) juga mengungkapkan bahwa neurosis kecemasan ialah
kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, sungguh pun
tidak ada rangsangan yang spesifik:
6. Wignyosoebroto (1981), ada perbedaan mendasar antara kecemasan dan
ketakutan. Pada ketakuan, apa yang menjadi sumber penyebabnya selalu
dapat ditunjuk secara nayat, sedangkan pada kecemasan sumber
penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan tegas, jelas, dan tepat.
7. Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas tentang kepribadian dan
khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang
(Carpenito, 2000).
8. Kecemasan adalah sebab dari persepsi terdapat konflik emosional antara id
dan super ego (Freud, 2002). Freud membagi kecemasan menjadi tiga,
yaitu sebagai berikut.
a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or Objective Anxiety).
Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap
bahaya yang mengancam di dunia nyata. Kecemasan seperti ini
misalnya ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado, gempa bumi,
atau binatang buas. Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilaku
bagaimana menghadapi bahaya. Tidak jarang ketakutan yang
bersumber pada realitas ini menjadi eksterm. Seseorang dapat menjadi
sangat takut untuk keluar rumah karena takut terjadi kecelakaan pada
dirinya atau takut menyalakan korek api karena takut terjadi
kebakaran.
b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety). Kecemasan ini mempunyai
dasar pada masa kecil, pada konflik antara pemuasan insting dan
realitas. Pada masa kecil, terkadang beberapa kali seorang anak
mengalami hukuman dari orang tua akibat pemenuhan kebutuhan id
yang implusif terutama sekali yang berhubungan dengan pemenuhan
insting seksual dan agresif. Anak biasanya dihukum karena secara
berlebihan mengekspresikan impuls seksual dan agresifnya itu.
Kecemasan atau ketakutan untuk itu untuk itu berkembang karena
adanya harapan untuk memuaskan impuls id tertentu. Kecemasan
neurosis yang muncul adalah ketakutan akan terkena hukuman karena
memperlihatkan perilaku implusif yang didominasi oleh id. Hal yang
perlu diperhatikan adalah ketakutan terjadi bukan karena ketakutan
terhadap insting tersebut tapi merupakan ketakutan atas apa yang akan
terjadi bila insting tersebut dipuaskan. Konflik yang terjadi adalah di
antara id dan ego yang kita ketahui mempunyai dasar dalam realitas.
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety). Kecemasan ini merupakan hasil
dari konflik antara id dan superego. Secara dasar merupakan ketakutan
akan suara hati individu sendiri. Ketika individu termotivasi untuk
mengekspresikan impuls insting yang berlawanan dengan nilai moral
yang termaksud dalam superego individu itu maka ia akan merasa
malu atau bersalah. Pada kehidupan sehari-hari ia akan menemukan
dirinya sebagai consience strike. Kecemasan moral menjelaskan
bagaimana berkembangnya superego. Biasanya individu dengan kata
hati yang kuat dan mengalami konflik yang lebih hebat dari pada
individu yang mempunyai kondisi toleransi moral yang lebih longgar.
Seperti kecemasan neurosis, kecemasan moral juga mempunyai dasar
dalam kehidupan nyata. Anak-anak akan dihukum bila melanggar
aturan yang ditetapkan orang tua mereka. Orang dewasa juga akan
mendapatkan hukuman jika melanggar norma yang ada di masyarakat.
Rasa malu dan perasaan bersalah menyertai kecemasan moral. Dapat
dikatakan bahwa yang menyebabkan kecemasan adalah kata hati
individu itu sendiri.
Freud mengatakan bahwa superego dapat memberikan balasan
yang setimpal karena pelanggaran terhadap aturan moral. Apapun
tipenya, kecemasan merupakan suatu tanda peringatan kepada
individu. Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi
dorongan pada individu bermotivasi untuk memuaskan. Tekanan
ini harus di kurangi. Kecemasan memberikan peringatan kepada
individu bahwa ego sedang dalam ancaman dan karena itu apabila
tidak ada tindakan maka ego akan terbuang secara keseluruhan.
Ada berbagai cara ego melindungi dan mempertahankan dirinya.
Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta
berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan
sumber bahaya. Individu juga dapat mengikuti kata hatinya atau
jika tidak ada teknik rasional yang bekerja, individu dapat
memakai mekanisme pertahanan (defence mechanism) yang
nonrasional untuk mempertahankan ego.

9. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada


waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu reaksi
normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan
karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau
bergabung gejala-gejala lain dari bebagai gangguan emosi (Savitri, 2003).
10. Kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang terlalu
mengkhawatirkan kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi
dimasa depan yang tidak bisa dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai
sebagai “mengerikan” (Sivalitar, 2007)

Tingkatan kecemasan
Selanjutnya, Jersild (1963) menyatakan bahwa ada dua tingkatan
kecemasan. Pertama, kecemasan normal, yaitu pada saat individu masih
menyadari konflik-konflik dalam diri yang menyebabkan cemas. Kedua,
kecemasan neurosis, ketika indivudu tidak menyaadari adanya konflik dan tidak
mengetahui penyebab cemas, kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk
pertahanan diri. Menurut Bucklew (1980), para ahli membagi bentuk kecemasan
itu dalam dua tingkat, yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat psikologis.
Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan,
seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak
menentu, dan sebagainya.
2. Tingkat fisiologis.
Kecemasan yang sudah memengaruhi atur terwujud pada
gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem saraf, misalnya tidak dapat
tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Gejala
Gejala-gejala somatis yang dapat menunjukkan kecemasan adalah
muntah-muntah, diare, denyut jantung yang bertambah keras, sering kali buang
air, napas sesak disertai tremor pada otot. Kartono (1981) menyebutkan bahwa
kecemasan ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung
dan marah, sering dalam keadaan excited atau gempar gelisah. Manivestasi
kecemasan terwujud dalam 4 hal berikut.
1. Manivestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, sering kali
memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak
menentu seperti gemetar.
3. Perubahan somatis, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki
dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah,
dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukan
peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot, dan tekanan darah.
4. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang
berlebihan.

Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian


didalam kehidupan atau dapat terletak didalam diri seseorang. Suatu kekaburan
atau ketidakjelasan, ketakutan akan dipisahkan dari sumber-sumber pemenuhan
kekuasaan dan kesamaan dengan orang lain adalah penyebab terjadinya. Menurut
Murray (dalam Arndt, 1974) sumber-sumber kecemasan adalah kebutuhan untuk
menghindar dari terluka (harm avoidance), menghindari teracuni (inavoidiance),
menghindar dari disalahkan (blame avoidance), dan bermacam sumber-sumber
lain. Disamping ketiga kebutuhan tersebut, kecemasan dapat merupakan reaksi
emosional pada berbagai kekhawatiran, seperti kekhawatiran pada masalah
sekolah, finansial, kehilangan objek yang dicintai, dan sebagainya.
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983) mengatakan
bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-
laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif.
Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih relaks dibandingkan
perempuan (Power dalam Myers, 19839). Perempuan lebih mudah dipengaruhi
oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga lebih cemas,
kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Lebih jauh lagi, dalam berbagai
studi kecemasan secara umum, menyatakan bahwa perempuan lebih cemas
daripada laki-laki (Maccoby dan Jacklin 1974). Perempuan memiliki skor yang
lebih tinggi pada pengukuran ketakutan dalam situasi sosial dibanding laki-laki.

PENYEBAB
faktor presdisposisi
1. Teori Psikonalitik
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri atas 3 elemen yaitu
id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan implus
primitif, superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai
mediator antara tuntutan dari id dan superego. Kecemasan merupakan
konflik emosional antara id dan superego yang berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.
2. Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal, hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa
pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang
menjadi tidak berbahaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah
biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan.
3. Teori perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu
dorongan yang dipelajari berdasarkan dorongan, keinginan untuk
menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada
awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan yang
berat dan masa dewasanya.
4. Teori biologis
a. Menurut Selye, otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepina reseptor ini membantu mengatur kecemasan.
Penghambat asam amino butirikgamma neuroregulator juga mungkin
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan kecemasan sebagai halnya dengan endokrin. Kecemasan
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi reseptor.
b. Menurut W. B. Cannon, sentrum-sentrum dalam otak yang diduga
mempunyai pengaruh penting dalam masalah emosi adalah
hipotalamus retikular aktivasi sistem (RAS) dan sistem limbik. Fungsi
dari sistem aktivasi retikular adalah untuk mempersiapkan areal-areal
dalam otak untuk rangsangan yang akan datang. Sistem limbik adalah
bagian dari otak yaitu visceral brain (otak dalam) yang merupakan
kesatuan integritas dan menerima impuls dari organ tubuh. Impuls dan
viseral dapat sampai ke korteks melalui sistem limbik. Salah satu
aspek yang penting dalam penyaluran impuls adalah zat-zat
katekolamin neurotransmiter tidak secara homogen tersebar diseluruh
otak tetapi berkonsentrasi dibagian-bagian otak tertentu.
c. Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan bahwa kemampuan
untuk mengalami suatu emosi tidak hanya bergantung pada kadar
adrenalin yang meningkat tetapi jenis emosi yang dialami dan
diperhatikan bergantung pada faktor-faktor dan stimulus dalam
lingkungan.
d. Bila pada seseorang terdapat kadar neurotransmiter meningkat, dia
akan merasakan suatu emosi (menangis, tertawa, takut dan cemas)
dibuktikan juga bahwa kesehatan umum seseorang dapat berbagai
kecemasan-kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

Faktor Presipitasi
1. Ancaman integritas diri
Meliputi ketidakmampuan fidiologis atau gangguan terhadap kebutuhan
dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal meliputi infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, sampah,
rumah, dan makanan juga pakaian serta trauma fisik. Faktor internal
meliputi kegagalan mekanisme fisiologis seperti sistem kekebalan,
pengaturan suhu dan jantung, serta perubahan biologis.
2. Ancaman sistem diri
Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan
interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran. Faktor
eksternal yang memengaruhi harga diri adalah kehilangan, dilematik,
tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.
3. Faktor lain menurut Model Integritas
a. Perbedaan dipengaruhi kecemasan sehingga untuk menyelamatkan dari
stimulus yangt mengancam adalah dengan cara menghindar.
b. Individu lahir mempunyai sistem saraf otonom yang lebih peka
terhadap ancaman atau stresor.
c. Masa anak-anak dan dewasa dalam belajar mencari pengalaman
mungkin dengan menentukan tingkat kecemasan dan situasi yang pada
dasarnya akan menimbulkan kecemasan.
d. Ketidakmampuan mengatasi situasi berbahaya dengan adaptif bisa
menimbulkan kecendrungan untuk berespons terhadap kecemasan.
e. Fungsi kognitif dapat berkesinambungan yang berfokus pada
kecemasan sehingga fungsi tersebut mempunyai antisispasi untuk
menahan stimulus yang menimbulkan kecemasan.
f. Seseorang mungkin lebih mudah terancam rasa amannya terutama
trauma intelegensi dan mawas diri.
Ukuran Skala Kecemasan
Ukuran skala kecemasan rentang respons kecemasan dapat ditentukan dengan
gejala yang ada dengan menggunakan Hamilton anxiety rating scale (Stuart dan
Sundeen, 1991), skala HARS terdiri atas 14 komponen yaitu sebagai berikut
1. Perasaan cemas meliputi cemas, takut, mudah tersinggung, dan firasat
buruk.
2. Ketegangan meliputi lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah, mudah
terkejut, dan mudah menangis.
3. Ketakutan meliputi akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang
besar, keramaian lalu lintas, kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur meliputi sukar tidur, terbangun, malam hari, tidak puas,
bangun lesu, sering mimpi buruk, dan mimpi menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk.
6. Perasaan depresi meli[uti kehilangan minat, sedih, bangun dini hari,
berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah sepanjang
hari.
7. Gejala somatis meliputi nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi gemertak, suara
tidak stabil.
8. Gejala sensoris meliputi tinitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat,
merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala kadiovaskuler meliputi takikardia, berdebar-debar, nyeri dada,
denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung
hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
merasa napas pendek atau sesak, sering menarik napas panjang.
11. Gejala saluran pencernaan makanan meliputi sulit menelan, mual, muntah,
enek, konstipasi, perut melilit, defekasi lembek, gangguan pencernaan,
nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, rasa panas di perut, berat
badan menurun, perut terasa panas atau kembung.
12. Gejala urogenital meliputi sering kencing, tidak dapat menahan kencing.
13. Gejala vegetatif atau otonom meliputi mulut kering, muka kering, mudah
berkeringat sering pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri.
14. Perilaku sewaktu wawancara meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar,
mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas
pendek dan cepat, muka merah.
Adapun cara penilaiannya adalah dengan sistem skoring yaitu sebagai
berikut:
1. Nilai 0 = tidak ada gejala
2. Nilai 1 = gejala ringan ( satu gejala dari pilihan yang ada)
3. Nilai 2 = gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)
4. Nilai 3 = gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada)
5. Niali 4 = gejala berat sekali (semua gejala ada)
Apabila :
1. Skor <14 = tidak ada kecemasan
2. Skor 14-20 = kecemasan ringan
3. Skor 21-27 = kecemasan sedang
4. Skor 28-41 = kecemasan berat
5. Skor 42-56 = kecemasan berat sekali

Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart dan Sunden (1991), tingkat kecemasan dibagi empat, yaitu
sebagai berikut:
1. Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan
kreativitas.
2. Kecemasan sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan
mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Kecemasan berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada orang lain.
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan dengan teror, karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun tanpa pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian, peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang,
dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan tidak
sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam
waktu yang lama sapat terjadi kelelahan.
Karakteristik Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan ringan
a. Fisik
Seseklaiu napas pendek, nadi, dan tekanan darah meningkat, gejala
ringan berkeringat.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang kompleks,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual.
c. Perilaku dan emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-
kadang meninggi.
2. Kecemasan sedang
a. Fisik
Sering napas pendek, nadi ekstrasistol, tekanan darah meningkat,
mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi, gelisah.
b. Kognitif
Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima rangsang lagi,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
c. Perilaku dan emosi
Gerakan tersentak-sentak, meremas tangan, bicra lebih banyak dan
cepat, susah tidur, serta perasaan tidak aman.
3. Kecemasan berat
a. Fisik
Napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan
sakit kepala, penglihatan kabur, serta ketegangan.
b. Kognitif
Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan
masalah.
c. Perilaku dan emosi
Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat
4. Kecemasan panik
a. Fisik
Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucatr, hipotensi,
koordinasi motorik rendah.

Anda mungkin juga menyukai