Pengertian
Kecemasan atau dalam bahasa inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin
angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti menceki. Konsep
kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori-teori tentang
stres dan penyesuaian diri (Lazarus,1961).
Tingkatan kecemasan
Selanjutnya, Jersild (1963) menyatakan bahwa ada dua tingkatan
kecemasan. Pertama, kecemasan normal, yaitu pada saat individu masih
menyadari konflik-konflik dalam diri yang menyebabkan cemas. Kedua,
kecemasan neurosis, ketika indivudu tidak menyaadari adanya konflik dan tidak
mengetahui penyebab cemas, kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk
pertahanan diri. Menurut Bucklew (1980), para ahli membagi bentuk kecemasan
itu dalam dua tingkat, yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat psikologis.
Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan,
seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak
menentu, dan sebagainya.
2. Tingkat fisiologis.
Kecemasan yang sudah memengaruhi atur terwujud pada
gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem saraf, misalnya tidak dapat
tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Gejala
Gejala-gejala somatis yang dapat menunjukkan kecemasan adalah
muntah-muntah, diare, denyut jantung yang bertambah keras, sering kali buang
air, napas sesak disertai tremor pada otot. Kartono (1981) menyebutkan bahwa
kecemasan ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung
dan marah, sering dalam keadaan excited atau gempar gelisah. Manivestasi
kecemasan terwujud dalam 4 hal berikut.
1. Manivestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, sering kali
memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak
menentu seperti gemetar.
3. Perubahan somatis, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki
dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah,
dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukan
peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot, dan tekanan darah.
4. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang
berlebihan.
PENYEBAB
faktor presdisposisi
1. Teori Psikonalitik
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri atas 3 elemen yaitu
id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan implus
primitif, superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai
mediator antara tuntutan dari id dan superego. Kecemasan merupakan
konflik emosional antara id dan superego yang berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.
2. Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal, hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa
pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang
menjadi tidak berbahaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah
biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan.
3. Teori perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu
dorongan yang dipelajari berdasarkan dorongan, keinginan untuk
menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada
awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan yang
berat dan masa dewasanya.
4. Teori biologis
a. Menurut Selye, otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepina reseptor ini membantu mengatur kecemasan.
Penghambat asam amino butirikgamma neuroregulator juga mungkin
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan kecemasan sebagai halnya dengan endokrin. Kecemasan
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi reseptor.
b. Menurut W. B. Cannon, sentrum-sentrum dalam otak yang diduga
mempunyai pengaruh penting dalam masalah emosi adalah
hipotalamus retikular aktivasi sistem (RAS) dan sistem limbik. Fungsi
dari sistem aktivasi retikular adalah untuk mempersiapkan areal-areal
dalam otak untuk rangsangan yang akan datang. Sistem limbik adalah
bagian dari otak yaitu visceral brain (otak dalam) yang merupakan
kesatuan integritas dan menerima impuls dari organ tubuh. Impuls dan
viseral dapat sampai ke korteks melalui sistem limbik. Salah satu
aspek yang penting dalam penyaluran impuls adalah zat-zat
katekolamin neurotransmiter tidak secara homogen tersebar diseluruh
otak tetapi berkonsentrasi dibagian-bagian otak tertentu.
c. Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan bahwa kemampuan
untuk mengalami suatu emosi tidak hanya bergantung pada kadar
adrenalin yang meningkat tetapi jenis emosi yang dialami dan
diperhatikan bergantung pada faktor-faktor dan stimulus dalam
lingkungan.
d. Bila pada seseorang terdapat kadar neurotransmiter meningkat, dia
akan merasakan suatu emosi (menangis, tertawa, takut dan cemas)
dibuktikan juga bahwa kesehatan umum seseorang dapat berbagai
kecemasan-kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
Faktor Presipitasi
1. Ancaman integritas diri
Meliputi ketidakmampuan fidiologis atau gangguan terhadap kebutuhan
dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal meliputi infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, sampah,
rumah, dan makanan juga pakaian serta trauma fisik. Faktor internal
meliputi kegagalan mekanisme fisiologis seperti sistem kekebalan,
pengaturan suhu dan jantung, serta perubahan biologis.
2. Ancaman sistem diri
Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan
interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran. Faktor
eksternal yang memengaruhi harga diri adalah kehilangan, dilematik,
tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.
3. Faktor lain menurut Model Integritas
a. Perbedaan dipengaruhi kecemasan sehingga untuk menyelamatkan dari
stimulus yangt mengancam adalah dengan cara menghindar.
b. Individu lahir mempunyai sistem saraf otonom yang lebih peka
terhadap ancaman atau stresor.
c. Masa anak-anak dan dewasa dalam belajar mencari pengalaman
mungkin dengan menentukan tingkat kecemasan dan situasi yang pada
dasarnya akan menimbulkan kecemasan.
d. Ketidakmampuan mengatasi situasi berbahaya dengan adaptif bisa
menimbulkan kecendrungan untuk berespons terhadap kecemasan.
e. Fungsi kognitif dapat berkesinambungan yang berfokus pada
kecemasan sehingga fungsi tersebut mempunyai antisispasi untuk
menahan stimulus yang menimbulkan kecemasan.
f. Seseorang mungkin lebih mudah terancam rasa amannya terutama
trauma intelegensi dan mawas diri.
Ukuran Skala Kecemasan
Ukuran skala kecemasan rentang respons kecemasan dapat ditentukan dengan
gejala yang ada dengan menggunakan Hamilton anxiety rating scale (Stuart dan
Sundeen, 1991), skala HARS terdiri atas 14 komponen yaitu sebagai berikut
1. Perasaan cemas meliputi cemas, takut, mudah tersinggung, dan firasat
buruk.
2. Ketegangan meliputi lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah, mudah
terkejut, dan mudah menangis.
3. Ketakutan meliputi akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang
besar, keramaian lalu lintas, kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur meliputi sukar tidur, terbangun, malam hari, tidak puas,
bangun lesu, sering mimpi buruk, dan mimpi menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk.
6. Perasaan depresi meli[uti kehilangan minat, sedih, bangun dini hari,
berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah sepanjang
hari.
7. Gejala somatis meliputi nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi gemertak, suara
tidak stabil.
8. Gejala sensoris meliputi tinitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat,
merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala kadiovaskuler meliputi takikardia, berdebar-debar, nyeri dada,
denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung
hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
merasa napas pendek atau sesak, sering menarik napas panjang.
11. Gejala saluran pencernaan makanan meliputi sulit menelan, mual, muntah,
enek, konstipasi, perut melilit, defekasi lembek, gangguan pencernaan,
nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, rasa panas di perut, berat
badan menurun, perut terasa panas atau kembung.
12. Gejala urogenital meliputi sering kencing, tidak dapat menahan kencing.
13. Gejala vegetatif atau otonom meliputi mulut kering, muka kering, mudah
berkeringat sering pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri.
14. Perilaku sewaktu wawancara meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar,
mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas
pendek dan cepat, muka merah.
Adapun cara penilaiannya adalah dengan sistem skoring yaitu sebagai
berikut:
1. Nilai 0 = tidak ada gejala
2. Nilai 1 = gejala ringan ( satu gejala dari pilihan yang ada)
3. Nilai 2 = gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)
4. Nilai 3 = gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada)
5. Niali 4 = gejala berat sekali (semua gejala ada)
Apabila :
1. Skor <14 = tidak ada kecemasan
2. Skor 14-20 = kecemasan ringan
3. Skor 21-27 = kecemasan sedang
4. Skor 28-41 = kecemasan berat
5. Skor 42-56 = kecemasan berat sekali
Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart dan Sunden (1991), tingkat kecemasan dibagi empat, yaitu
sebagai berikut:
1. Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan
kreativitas.
2. Kecemasan sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan
mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Kecemasan berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada orang lain.
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan dengan teror, karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun tanpa pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian, peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang,
dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan tidak
sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam
waktu yang lama sapat terjadi kelelahan.
Karakteristik Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan ringan
a. Fisik
Seseklaiu napas pendek, nadi, dan tekanan darah meningkat, gejala
ringan berkeringat.
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang kompleks,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual.
c. Perilaku dan emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-
kadang meninggi.
2. Kecemasan sedang
a. Fisik
Sering napas pendek, nadi ekstrasistol, tekanan darah meningkat,
mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi, gelisah.
b. Kognitif
Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima rangsang lagi,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
c. Perilaku dan emosi
Gerakan tersentak-sentak, meremas tangan, bicra lebih banyak dan
cepat, susah tidur, serta perasaan tidak aman.
3. Kecemasan berat
a. Fisik
Napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan
sakit kepala, penglihatan kabur, serta ketegangan.
b. Kognitif
Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan
masalah.
c. Perilaku dan emosi
Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat
4. Kecemasan panik
a. Fisik
Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucatr, hipotensi,
koordinasi motorik rendah.