Oleh :
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Mata kuliah Good Corporate
Governance mengenai perbandingan anatara Good Corporate Governance dengan Good
Public Governance. Penulis yakin bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan namun penulis
berharap hal ini tidak mengurangi fungsi dari makalah ini.
Makalah ini berisikan transparansi laporan, prinsip kerahasiaan dan perlindungan
terhadap lingkungan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
makalah ini lebih lanjut, akan penulis terima dengan senang hati. Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis telah
mencurahkan semua kemampuan, namun penulis sangat menyadari bahwa hasil penyusunan
makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi maupun
kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Atas perhatian dan kerja samanya penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………...… .i
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..... .2
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis
dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan.
Transparansi (Transparency)
Prinsip Dasar
1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan haknya.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya yang memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen risiko,
sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta
tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
perusahaan.
3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
Definisi Benchmarking
Roger Miliken meyebut benchmarking sebagai “stealing shamelessly” atau mencuri tanpa
rasa malu.
Sedangkan kuliah Westinghouse Productivity and Quality Center mendefinisikan
benchmarking dengan :
“Benchmarking merupakan pencarian dan aplikasi praktik-praktik yang benar-benar lebih
baik secara terus menerus yang mengarah pada kinerja kompetitif yang superior”.
Tafsiran lain tentang benchmarking diajukan oleh Atkinson, Banker, Kaplan and Young :
“Benchmarking is studying how other best performing organization either internal or
external to the firm, perform similar activities and process”.
Menurut Horgren, Foster and Daler dalam bukunya Cost Accounting menyebutkan :
“Benchmarking is the continous process of measuring product, services, and activities
againts the best levels of performance, which can be found either inside or outside the
organization”.
Tujuan Benchmarking
Penerapan benchmarking mempunyai tujuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif
dengan memperbaiki kinerja usaha, meningkatkan produktivitas, memperbaiki mutu
produk dan pelayanan dan sebagainya, dengan menggunakan kinerja pesaing utama atau
perusahaan terkenal lainnya sebagai pembanding.
Klasifikasi Benchmarking
1. Benchmarking internal, adalah benchmarking yang dilakukan di dalam suatu
organisasi. Biasanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki cabang atau anak
perusahaan.
2. Benchmarking eksternal, adalah benchmarking yang dilakukan dengan
membandingkan perusahaan sendiri dengan perusahaan lain yang sama atau serupa.
Benchmarking eksternal ini dibagi menjadi dua:
1. Competitive benchmarking, artinya perusahaan sendiri dibandingkan dengan pesaing
utama perusahaan.
2. Non-competitive benchmarking, yang terdiri dari dua:
• Functional : membandingkan fungsi yang sama dari organisasi yang berbeda pada
berbagai industri.
• Generic : melakukan perbandingan proses bisnis dasar yang cenderung sama pada
setiap industri.
Keuntungan benchmarking
Menurut Balm, terdapat beberapa keuntungan yang dapat dicapai dengan penerapan
benchmarking, yaitu :
1. Justification of potential break-through improvement.
2. Becoming the best that you can be.
3. Cross-pollination of professional interaction and contact.
4. Reduction of employee reluctance to change.
5. Improvement in employee moral and pride.
Prinsip-prisip Benchmarking
1. Resiproritas ; benchmarking merupakan praktik yang yang didasarkan pada
hubungan timbal balik sebagaimana dalam ungkapan modern “menciptakan situasi
menang-menang”. Sehingga semua partisipan adalah pemenang sebagai hasil pertukaran
informasi antar perusahaan.
2. Analogi ; jika hendak mencapai tingkat tertimggi alih pengetahuan di antara
benchmarking, proses operasional yang dikaji harus kompetitif dan analogis.
3. Pengukuran ; benchmarking merupakan perbandingan kinerja yang diukur di antara
setidaknya dua perusahaan, maksudnya adlah untuk memahami mengapa ada berbagai
tingkat kinerja dan bagaimana caranya mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi.
4. Validitas ; untuk mengamati dan mengaitkan faktor-faktor penentu proses dengan
tolok ukur proses, fakta-fakta serta data yang valid harus dikumpulkan dan digunakan
dalam perbandingan-perbandingan proses.
a. Tahap Perencanaan
Ini adalah langkah awal dalam proses audit. Di tahap perencanaan, seorang auditor akan
mempelajari perusahaan yang akan diaudit, mulai dari sumber daya, di bidang apa
perusahaan tersebut bergerak, dan seluruh aktivitas perusahaan. Dari situ, seorang auditor
bisa menentukan jenis audit apa yang akan dipilihnya. Selain itu, auditor juga akan
mempertimbangkan segala risiko yang mungkin timbul dalam proses audit. Sebelum
melangkah ke proses selanjutnya, seorang audit perlu meminta persetujuan dari pihak
perusahaan.
Setelah mendapat persetujuan dari pihak perusahaan, auditor akan mulai menguji semua
informasi dan data yang diperolehnya di lapangan, lalu menganalisisnya. Dalam
melakukan proses ini, harus ada pihak perusahaan yang bertugas mengawasi kinerja
seorang auditor. Hal ini dilakukan untuk menghindari kecurangan dan bertujuan agar hasil
pengujian data dan informasi yang ada bersifat objektif serta tepat sasaran. Di tahap ini
pula seorang auditor akan melakukan pemetaan tentang masalah yang mungkin muncul
dari proses observasi tersebut, yang mana semua ini dikaitkan dengan informasi yang ia
dapat sebelumnya dan juga pihak-pihak luar yang sekiranya terlibat dalam proses
pendanaan perusahaan.
c. Mendapatkan Hasil
Setelah melakukan observasi dan segala pemetaan masalah yang kemungkinan terjadi,
kini saatnya auditor memeriksa risiko material dari perusahaan. Auditor akan
menganalisis hasil yang didapatnya dari lapangan. Dari sini akan terlihat jika ada
kesalahan dari laporan keuangan perusahaan dan juga kerugian yang dialami oleh
perusahaan. Selanjutnya, auditor akan mengklarifikasi ulang. Jika perusahaan yang
diaudit adalah perusahaan besar, maka seorang auditor saja tidak cukup. Harus berupa tim
karena semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula risiko penyimpangan
keuangan. Sebelum mengambil kesimpulan, seorang auditor akan mencocokkan hasilnya
dengan auditor yang lain. Jika auditor lainnya juga menemukan kesalahan keuangan yang
sama, maka dipastikan ada yang tidak beres dengan kondisi keuangan perusahaan. Untuk
itu, tim auditor akan melakukan pemeriksaan lanjutan secara lebih mendalam.
Setelah semua di cek dan mendapat kesimpulan, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan oleh auditor adalah menyusun hasil evaluasi berupa laporan. Laporan ini akan
diserahkan ke pihak perusahaan yang menunjuk auditor tersebut. Di dalam laporan
tersebut, auditor juga harus menulis rekomendasi perkembangan yang mungkin bisa
dicapai. Ini adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, karena sebuah proses audit membutuhkan banyak
persiapan terkait semua data keuangan perusahaan, maka alangkah baiknya jika sejak
awal usaha, pihak perusahaan selalu membuat laporan keuangan yang baik dan benar.
Jurnal software akuntansi online, akan membantu sebuah bisnis untuk memiliki laporan
keuangan yang dibutuhkan. Dengan standar keamanan yang telah tersertifikasi ISO/IEC
27001, Jurnal dapat mencatat dan menyimpan semua data transaksi keuangan Anda secara
aman. Dapatkan semua kemudahan dan kenyamanan untuk melakukan audit perusahaan
dengan mempercayakan pengelolaan keuangan melalui Jurnal.
2.5 Disclousure dan transparency
Dalam era globalisasi saat ini, masalah keterbukaan dan pengungkapan (transparency &
disclosure) yang merupakan salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG) sering
mendapat sorotan publik. Publik sangat memerlukan keterbukaan informasi, terutama
bagi perusahaan yang sudah go public. Para pemegang saham maupun pemangku
kepentingan lainnya memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang relevan secara
tepat waktu, akurat dan berkesinambungan. Informasi biasanya dibedakan atas informasi
keuangan dan non keuangan. Informasi keuangan yang utama terdapat pada laporan
keuangan tahunan (annual report) dan laporan keuangan interim (interim report), biasanya
berupa laporan tengah tahunan dan laporan triwulanan. Informasi non keuangan
merupakan bagian tak terpisahkan dari informasi keuangan dan bertujuan untuk
meningkatkan nilai tambah (value added) dari manfaat laporan keuangan. Informasi non
keuangan difokuskan pada masalah pengungkapan (disclosure) risiko potensial (potential
risk) yang dihadapi perusahaan saat ini serta alasan mengapa manajemen mengambil
risiko tersebut.
Tujuan
Terdapat 4 (empat) tujuan utama pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan
bagi perusahaan, yaitu :
1.Meningkatkan keterbukaan atau transparansi dalam pemberian informasi.
2.Mendukung proses implementasi GCG, termasuk pelaporan kepada stakeholder.
3.Mengupayakan kualitas manajemen perusahaan yang lebih profesional.
4.Bagi eksternal auditor (auditor independen) dituntut lebih memahami analisis strategi
dan risiko perusahaan secara keseluruhan.
Prinsip GCG tentang disclosure & transparency, menurut Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat
waktu dan akurat dilakukan terhadap semua hal yang material berkaitan dengan
perusahaan, mencakup kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan dan tata kelola
perusahaan.
Disclosure Committee
Pada saat ini belum banyak perusahaan publik yang memiliki Komite Keterbukaan
Informasi (KKI) atau disclosure committee, karena banyak perusahaan yang belum
mengetahui arti pentingnya KKI dalam rangka menjamin akurasi terhadap seluruh
informasi material yang akan dipublikasikan kepada publik.
Perusahaan publik yang telah memiliki KKI atau disclosure committee, antara lain PT
Indosat Tbk dan PT Telkom Tbk. PT Indosat telah membentuk KKI sejak pertengahan
2004. Tanggung jawab KKI di PT Indosat adalah menelaah tingkat materialitas informasi
serta menjamin pengungkapan informasi (information disclosure) secara tepat waktu dan
up to date. Sedangkan tugas utama KKI adalah mengelola proses pengungkapan
informasi dan melakukan review untuk memastikan kepatuhan (compliance) seluruh
aspek penting serta menjaga agar pengungkapan informasi tersebut tidak menyesatkan
(bias) bagi para pengambil keputusan. Disclosure Committee di PT Telkom diketuai oleh
Direktur Keuangan dengan tugas mengelola proses sertifikasi laporan keuangan dan
menilai kecukupan informasi perusahaan yang akan diungkapkan kepada publik. KKI
maupun disclosure committee dapat digunakan oleh perusahaan sebagai alat (tool) untuk
melakukan filter atas informasi yang akan disampaikan kepada publik.
Regulasi
Pihak otoritas bursa (Bursa Efek Indonesia), Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) maupun Kementerian BUMN perlu mengatur secara tegas dan
jelas masalah keterbukaan informasi perusahaan, sehingga terdapat acuan yang jelas bagi
perusahaan untuk penyampaian informasi perusahaan kepada pihak luar sebagai wujud
transparansi dan akuntabilitas publik. Dalam hal ini, perlu diatur mana saja informasi
yang dapat menjadi konsumsi publik dan mana informasi yang hanya untuk kalangan
terbatas.
Informasi atau Fakta Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga Efek atau
keputusan investasi pemodal, sesuai Peraturan Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan
Informasi yang harus segera diumumkan kepada Publik yang merupakan Lampiran dari
Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-86/PM/1996 tanggal 24 Januari 1996 tentang
Keterbukaan Informasi yang harus segera diumumkan kepada Publik antara lain sebagai
berikut :
a.Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha
patungan;
b.Pemecahan saham atau pembagian dividen saham;
c.Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya;
d.Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
e.Produk atau penemuan baru yang berarti;
f.Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;
g.Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang;
h.Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material
jumlahnya;
i.Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material;
j.Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;
k.Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris
perusahaan;
l.Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
m.Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan;
n.Penggantian Wali Amanat;
o.Perubahan tahun fiskal perusahaan;
Akses Informasi
Pengungkapan informasi perusahaan seharusnya dilakukan secara berimbang. Artinya,
informasi yang disampaikan bukan hanya yang bersifat baik-baik saja (positif) namun
termasuk informasi yang bersifat negatif. Hal ini menjadi penting, untuk menghindari
adanya disinformasi, informasi yang bias serta informasi penting yang disembunyikan
oleh perusahaan yang berakibat merugikan pihak lain, baik pemegang saham maupun
pemangku kepentingan lainnya. Salah satu wujud penegakan prinsip GCG adalah
membuka akses informasi kepada publik sesuai dengan koridor keterbukaan dan
transparansi informasi.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat ikut memberikan andil munculnya
suatu sistem pelaporan secara elektronik yang biasa disebut e-reporting. Penggunaan e-
reporting di berbagai bursa saham dunia sudah merupakan hal yang umum dalam rangka
menjaga penyampaian informasi yang cepat, transparan dan up to date. Penyampaian
informasi melalui e-reporting telah membantu percepatan keterbukaan informasi emiten
secara lebih merata dan dapat menjangkau pemakai laporan yang lebih luas. Pada saat ini
perusahaan swasta dan BUMN, baik yang sudah go public maupun yang belum go public
sudah banyak yang memiliki website sendiri. Adanya website tersebut mempermudah
akses pihak-pihak lain untuk memeroleh berbagai macam informasi yang relevan,
termasuk informasi tentang keuangan perusahaan. Hal ini penting, mengingat beberapa
waktu lalu, akses informasi tentang perusahaan, terutama perbankan, sangat tertutup.
Bahkan beberapa saat sebelum terjadi penutupan atau likuidasi bank-bank nasional pada
waktu krisis moneter tahun 1998/1999 yang lalu, masih diinformasikan bahwa bank-bank
tersebut dalam kondisi baik (sehat) didasarkan atas hasil laporan audit dari auditor
independen (eksternal auditor). Hal tersebut tentu saja sangat merugikan banyak pihak
termasuk masyarakat (publik) dan pemerintah. Pada era informasi saat ini, sudah tidak
zamannya lagi menutup-nutupi kebobrokan perusahaan (termasuk perbankan), dengan
dalih masalah kerahasiaan laporan keuangan. Semoga semakin banyak perusahaan yang
menyadari arti pentingnya transparency & disclosure sebagai salah satu implementasi
prinsip-prinsip GCG
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap setiap
informasi terkait seperti berbagai peraturan dan perundang-undangan, serta kebijakan
pemerintah dengan biaya yang minimal. Informasi sosial, ekonomi, dan politik yang andal
(reliable) dan berkala haruslah tersedia dan dapat diakses oleh publik (biasanya melalui filter
media massa yang bertanggung jawab). Artinya, transparansi dibangun atas pijakan
kebebasan arus informasi yang memadai disediakan untuk dipahami dan dapat dipantau.
Transparansi jelas mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan
dan implementasi kebijakan publik. Sebab, penyebarluasan berbagai informasi yang selama
ini aksesnya hanya dimiliki pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada berbagai
komponen masyarakat untuk turut mengambil keputusan. Oleh karenanya, perlu dicatat
bahwa informasi ini bukan sekedar tersedia, tapi juga relevan dan bisa dipahami publik.
Selain itu, transparansi ini dapat membantu untuk mempersempit peluang korupsi di
kalangan para pejabat publik dengan terlihatnya segala proses pengambilan keputusan oleh
masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
https://kunami.wordpress.com/2007/11/09/pelaksanaan-good-corporate-governance/
https://muhariefeffendi.wordpress.com/2012/09/17/transparency-disclosure-sebagai-
implementasi-gcg/
https://noramaghfirah.blogspot.com/2017/09/transparansi-dan-pengungkapan.html
https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/9334-benchmarking.html
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-ketahui-persiapan-dan-tahapan-melakukan-audit-
perusahaan/