Nim : 06101281722033
MK : Strategi Pembelajaran Kimia (UAS)
Kelas : Indralaya
Dosen Pembimbing : Iceng Hidayat, M.Sc
1. Dari PBL ( Problem Base Learning), PJBL ( Project Base Learning), POGIL (Process
Orientid Guided Inquiry Learning) Mana yang paling cocok untuk model pendidikan kimia
di Sekolah?
Jawab :
Dari semua model pembelajaraan yang disebutkan di atas. Semua Model pembelajaran tersebut
sangat cocok untuk model pendidikan kimia di Sekolah, Mengapa? Karena dari berbagai macam
Materi Kimia yang ada di Sekolah memiliki cara dan model pembelajarannya tersendiri dan
kebanyakan materi memerlukan adanya model pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah
dan diskusi yang membuat para siswa berpikir kritis dan mengeksplorasi dirinya untuk
mempelajari hal hal baru.Walaupun masih ada beberapa sekolah yang menggunakan metode
Ekspositori.
o PBL : adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan
memperoleh pengetahuan
o PJBL : adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
Jawab :
A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalammenempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dalam ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
KD dari KI 2
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, teliti,
bertanggung jawab, demokratis, kerjasama dankomunikatif) dalam melakukan diskusi hasil
percobaan.
Indikator :
Siswa teliti dalam mengamati demonstrasi guru didepan kelas.
Siswa memiliki rasa ingin tahu terhadap hasil percobaan.
Siswa aktif dalam melakukan diskusi bersama teman kelompoknya.
Siswa dapat mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya pada kelompok lain.
KD dari KI 3
3.7 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia.
3.9 Menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri
Indikator :
Siswa dapat menyebutkan apa saja faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan kimia.
Siswa dapat menjelaskan perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan.
Siswa berdiskusi bagaimana pengaruh faktor lain terhadap pergeseran arah kesetimbangan.
Siswa dapat menyebutkan minimal 1 penerapan prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan
sehari-hari
Siswa dapat menyebutkan minimal 1 penerapan prinsip kesetimbangan kimia dalam industri
KD dari KI 4
Melakukan percobaan untuk menjelaskan pengertian kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan
Indikator :
Siswa dapat menyebutkan apa saja faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan kimia.
Siswa dapat menjelaskan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah
kesetimbangan.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat mengamati salah satu reaksi kesetimbangan dan menjelaskan pengaruh
perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan.
Menanamkan sifat teliti dan jujur dalam mengamati dan menuliskan hasil percobaan.
Siswa dapat mengkomunikasikan hasil diskusi dengan kelompoknya pada kelompok yang
lain
Siswa dapat mengetahui dan menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi pergeseran
arah kesetimbangan.
Siswa dapat mengetahui penerapan prinsip kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari
dan industri
D. MATERI PEMBELAJARAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan
Penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri
E. PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Group Investigation
3. Metode : Demostrasi dan Diskusi
Beberapa orang
Mengajukan pertanyaan membantu guru melakukan
terkait demonstrasi berupa demonstrasi
pergeseran arah
kesetimbangan dilihat dari
warna larutan.
Memberikan pemahaman
materi didepan kelas Siswa bersama-sama
Menanya sambil mencocokkan data menganalisis data yang
yang didapatkan pada saat didapatkan didepan kelas
demonstrasi dengan pada saat demonstrasi
berdasarkan teorinya. berlangsung.
Mengajukan pertanyaan Siswa mendengarkan
adakah faktor lain yang penjelasan guru mengenai
dapat mempengaruhi pengaruh konsentrasi
pergeseran arah terhadap pergeseran arah
kesetimbangan. kesetimbangan.
Untuk memperluas
pengetahuan siswa, guru
membagi siswa menjadi 4
kelompok heterogen
beranggotakan 6 sampai 7
orang.
Menjelaskan maksud
pembelajaran dan tugas
kelompok.
Memanggil ketua-ketua
untuk satu materi tugas,
sehingga satu kelompok siswa bergabung dengan
mendapat tugas yang kelompoknya.
berbeda dari kelompok
lain.
Memberikan waktu selama
15 menit untuk masing-
masing kelompok mencari
materi yang ditugaskan.
Mendengarkan penjelasan
Mengumpulkan data guru.
Memberikan waktu 15
menit untuk membahas
ketua masing-masing
materi yang didapatkan.
kelompok mengambil
materi tugas dari guru.
Meminta siswa
mempresentasikan hasil
diskusi siswa bersama
Mencari materi tugas pada
kelompoknya.
buku, internet, maupun
literature lainnya.
Siswa bersama
kelompoknya membahas
dan menyimpulkan materi
Memberikan penjelasan tugas yang telah didapatkan
singkat (berupa dari literature.
pembenaran, pelurusan
atau penegasan) untuk
memantapkan pengetahuan juru bicara kelompok
siswa tentang faktor-faktor menyampaikan hasil
yang mempengaruhi pembahasan kelompoknya
pergeseran arah secara singkat, sementara
kesetimbangan serta kelompok lain
penerapan prinsip mendengarkan.
kesetimbangan dalam
mencatat hal-hal penting
kehidupan sehari-hari dan
yang didapat dari
industri.
mendengarkan persentasi
kelompok lain.
Guru memberikan
contoh yang berkaitan Mendengarkan penjelasan
tentang guru dan mencatat hal-hal
Mengasosiasi pentingnyapentingnya penting dan melengkapi
kesetimbangan kimia pada catatan hasil presentasi
mahluk hidup, khususnya kelompok lain.
manusia ketika berada
pada dataran tinggi untuk
dapat bertahan
hidupsebagai langkah
pemberian pendidikan
karakter pada peserta
didik.
Mengkomunikasikan
3. KEGIATAN AKHIR (5 Untuk menguji Menjawab soal yang
menit) pemahaman siswa, guru diberikan guru.
memberikan evaluasi
berupa latihan soal kepada
siswa. Siswa diberikan
waktu 10 menit untuk
mengerjakannya kemudian
soal-soal tersebut dijawab
dan dibahas bersama.
Bersama siswa
merangkum dan
menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini serta
mendorong siswa untuk
selalu bersyukur atas
karunia Tuhan YME dan Menyimpulkan hasil
memuji Tuhan YME atas pembelajaran dan
begitu sempurnanya menuliskannya dibuku
penciptaan-Nya. catatan.
Meminta peserta didik
untuk belajar
mempersiapkan evaluasi
keseluruhan materi
kesetimbangan kimia pada
pertemuana selanjutnya.
Menutup pembelajaran
dengan mengucapkan
syukur dan salam.
I. SOAL EVALUASI
(Lampiran 2)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 2
SOAL EVALUASI
Essay : Jelaskan cara yang dilakukan untuk memperbanyak pembenKtukan produk pada reaksi
berikut : N2 + 3H2 2NH3 Kj
Nilai total :
Bobot nilai persoal = 100 Pilihan Ganda : 10 x 6 = 60
Essay : 40
SOAL JAWABAN
B. Laju pembentukan produk sama dengan
1
Laju penguraian reaktan
2 C. Penambahan Katalis
3 B. Jumlah ion FeSCN2+ akan bertambah
4 C. CaO dan CO2 bertambah
5 E. Menaikkan suhu
6 A. Amonia
1. Menurunkan suhu
2. Memperbesar tekanan
Essay
3. Memperkecil Volume
4 Memperbesar konsentrasi N2 dan H2
MATERI PEMBELAJARAN
2. Pengaruh Suhu
Kesetimbangan reaksi juga dapat bergeser karena pengaruh suhu. Perhatikan reaksi berikut:
Jika reaksi tersebut dituliskan dalam persamaan termokimia,maka reaksi yang ke kanan
merupakan reaksi eksoterm dan reaksi yang kekiri merupakan reaksi endoterm
Pada reaksi di atas, apabila suhu diturunkan, gas menjadi tidak berwarna dan kesetimbangan
bergeser kearah N2O2 yang tidak berwarna (kearah eksoterm dengan melepaskan kalor). Apabila
suhu dinaikkan gas berwarna coklat, karena kesetimbangan bergeser ke arah NO2 yang berwarna
coklat (kearah endoterm dengan cara menyerap kalor).
Unsur nitrogen terdapat di atmosfer dan menyusun sebanyak 78% dari volumenya, tetapi
karena kelembaman nitrogen, senyawa-senyawa nitrogen tidak banyak terdapat di alam. Metode
untuk menyintesis senyawa-senyawa nitrogen yang dikenal sebagai fiksasi nitrogen buatan,
merupakan proses industri yang sangat penting. Metode utama adalah mereaksikan nitrogen dan
hidrogen membentuk amonia. Amonia selanjutnya diubah menjadi senyawa nitrogen lainnya,
seperti asam nitrat dan garam nitrat. Pupuk urea (CO(NH2)2) merupakan bahan kimia yang
terbentuk melalui reaksi NH3 dengan CO2.
Amonia juga digunakan dalam pembuatan bermacam-macam monomer yang mengandung
nitrogen untuk industri nilon, polimer-polimer akrilat, dan busa poliutretan. Amonia juga
digunakan dalam industri farmasi, macam-macam bahan organik, anorganik, detergen dan
larutan pembersih, pupuk, dan bahan peledak (TNT atau trinitrotoluena).
Dasar teori dari reaksi sintesis amonia dan uji laboratorisnya merupakan penelitian Fritz Haber
(1908). Usaha pengembangan proses Haber menjadi proses besar-besaran. Usaha tersebut
merupakan tantangan bagi insinyurinsinyur kimia pada saat itu. Hal ini karena metode tersebut
mensyaratkan reaksi kimia dalam fasa gas pada suhu dan tekanan tinggi dengan katalis yang
sesuai. Pekerjaan ini dipimpin oleh Carl Bosch di Badishe Anilin and Soda Fabrik (BASF). Pada
tahun 1913, pabrik beroperasi dengan produksi 30.000 kg NH3 per hari. Pabrik amonia modern
saat ini mempunyai kapasitas 50 kali lebih besar.
Beberapa data relevan mengenai reaksi sintesis amonia adalah:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Untuk setiap 1 mol gas nitrogen dan 3 mol gas hidrogen dihasilkan 2 mol gas amonia.
Peningkatan tekanan menyebabkan campuran reaksi bervolume kecil dan menyebabkan
terjadinya reaksi yang menghasilkan amonia lebih besar. Reaksi ke kanan bersifat eksoterm.
Reaksi eksoterm lebih baik terjadi jika suhu diturunkan, sehingga reaksi bergeser ke kanan
menghasilkan amonia makin besar. Jadi kondisi optimum untuk produksi NH3 adalah tekanan
tinggi dan suhu rendah. Tetapi, keadaan optimum ini tidak mengatasi masalah laju reaksi.
Sekalipun produksi kesetimbangan NH3 lebih baik terjadi pada suhu rendah, namun laju
pembentukannya sangat lambat, sehingga reaksi ini tidak layak. Salah satu cara untuk
meningkatkan reaksi adalah dengan menggunakan katalis. Walaupun tidak mempengaruhi
kesetimbangan, namun katalis dapat mempercepat reaksi. Keadaan reaksi yang biasa dilakukan
dalam proses Haber–Bosch adalah pada suhu 550 °C, tekanan dari 150 sampai dengan 500 atm,
dan katalis biasanya besi dengan campuran Al2O3, MgO, CaO, dan K2O. Cara lain untuk
meningkatkan laju produksi NH3 adalah memindahkan NH3 dengan segera setelah terbentuk.
Titik didih gas NH3 lebih tinggi daripada titik didih nitrogen dan hidrogen. Proses selanjutnya,
gas amonia didinginkan sehingga mencair. Gas nitrogen dan gas hidrogen yang belum bereaksi
dan gas amonia yang tidak mencair kemudian diresirkulasi, dicampur dengan gas nitrogen dan
hidrogen, kemudian dialirkan kembali ke dalam tangki.
a. Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan gas belerang
dioksida.
S(s) + O2(g) → SO2(g)
b. Belerang dioksida direaksikan dengan oksigen dan dihasilkan belerang trioksida.
SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g)
Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan katalis vanadium pentaoksida (V2O5)
pada suhu ± 450 °C.
c. SO3 yang dihasilkan, kemudian dipisahkan, dan direaksikan dengan air untuk menghasilkan
asam sulfat.
SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)
d. Reaksi tersebut berlangsung hebat sekali dan menghasilkan asam sulfat yang sangat korosif.
Untuk mengatasi hal ini, gas SO3 dialirkan melalui menara yang di dalamnya terdapat
aliran H2SO4 pekat, sehingga terbentuk asam pirosulfat (H2S2O7) atau disebut “oleum”. Asam
pirosulfat direaksikan dengan air sampai menghasilkan asam sulfat.
Beberapa manfaat asam sulfat adalah untuk pembuatan pupuk, di antaranya pupuk superfosfat,
detergen, cat kuku, cat warna, fiber, plastik, industri logam, dan pengisi aki. Asam sulfat kuat
93% sampai dengan 99% digunakan untuk pembuatan berbagai bahan kimia nitrogen, sintesis
fenol, pemulihan asam lemak dalam pembuatan sabun, pembuatan asam fosfat dan tripel
superfosfat. Oleum (H2S2O7) digunakan dalam pengolahan minyak bumi, TNT (trinitrotoluena),
dan zat warna serta untuk memperkuat asam lemah.
3. Jika kalian akan membuat Modul (judul Bebas). Tuliskan pertanyaan – pertanyaan- yang akan
berlaku?
c. Apakah Modul tersebut dapat menunjang kemampuan peserta didik menjadi lebih baik?
d. Apakah Modul tersebut memiliki daya Tarik untuk siswa bersemangat dalam membaca
modul tersebut?
e.Apakah Modul tersebut memiliki bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa? Dan
Jawab :
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada
proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan
cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara
belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir
Pendekatan pedagogis konstruktivis hanyalah salah satu cara untuk membantu siswa belajar.
Sebuah teori pengajaran bisa, pada kenyataannya, mencakup teori konstruktivis belajar dan terlihat
literatur. Ini akan menjadi layak memeriksa ulang pengertian kita tentang pedagogi konstruktivis
dan, dengan bantuan penelitian empiris yang berfokus pada siswa belajar dan rasa tanggap budaya,
teori mengajar dapat dikembangkan yang memungkinkan untuk beberapa strategi untuk
memperoleh tujuan serta sebagai rasa pengajaran yang efektif yang naik di atas dan melampaui
Teori ini dapat memberikan cara-cara mempertimbangkan kembali tuntutan dalam pedagogi
konstruktivis untuk pengetahuan tentang mata pelajaran yang mendalam dan luas pada bagian dari
guru, dan guru khususnya SD. Dengan mempertimbangkan mengajar di tingkat yang lebih umum
dari materi pelajaran individual, dimungkinkan untuk memberikan kerangka yang berguna bagi
guru yang materi pelajaran di daerah tertentu tidak sekuat di negara lain. Frame ini juga akan
berguna bagi guru dalam pengembangan nya terus pengetahuan materi pelajaran.
Jawab :
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
Tokoh-Tokoh Konstruktivisme
Dewey dan Pembelajaran Demokratis
John Dewey
Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian John Dewey
(Ibrahim & Nur, 2004). Dalam demokrasi dan pendidikan Dewey menyampaikan pandangan
bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan
laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Ilmu mendidik Dewey menganjurkan
pembelajar untuk mendorong pebelajar terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan
Dewey juga menyatakan bahwa pembelajaran disekolah seharusnya lebih memiliki manfaat dari
pada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh pebelajar
dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka
sendiri.
dan Nur, 2004). Pandangan ini banyak didasarkan teori Piaget. Piaget mengemukakan bahwa
pebelajar dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun
pengetahuan mereka sendiri. Bagi Piaget pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) dari
kegiatan/tindakan seseorang (Suparno, 1997). Pengetahuan tidak bersifat statis tetapi terus
berevolusi.
Seperti halnya Piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat
individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang dan ketika mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini (Ibrahim & Nur, 2004). Untuk
memperoleh pemahaman individu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang
telah dimiliki.
Lev Vygotsky
memandang latar konteks sosial dan budaya individu. Sementara itu, Vygotsky memberi tempat
lebih pada aspek sosial pembelajaran. Ia percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain
Implikasi dari pandangan Vygotsky dalam pendidikan adalah bahwa pembelajaran terjadi melalui
interaksi sosial dengan pembelajar dan teman sejawat. Melalui tantangan dan bantuan dari
pembelajar atau teman sejawat yang lebih mampu, pebelajar bergerak ke dalam zona
Jerome Bruner
Bruner adalah adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif. Ia telah
mengembangkan suatu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh yang disebut dengan
belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik.
Berusaha sendiri untuk pemecahan masalah dan pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
Bruner menyarankan agar pebelajar hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan
Setelah Pengertian dan Proses Penemuan dan Pengembangan oleh Tokoh – Tokoh diatas Korelasi
Penggunaan Model Konstruktivisme dalam pengajaran bidang pendidikan ilmu kimia kian
berlanjut di sekolah sekolah maupun institusi. Dimana model pembelajaran konstruktivisme ini
” Dalam pembelajaran kimia kelas XI IPA di SMU pada kompetensi dasar larutan penyangga, siswa
kadang-kadang kesulitan dalam memutuskan apakah suatu larutan merupakan larutan penyangga
sebagai efek menambahkan ke dalam masing-masing larutan pada larutan lainnya yang mengandung
asam atau basa atau dalam memutuskan apakah larutan merupakan larutan penyangga berdasarkan zat
terlarutnya (Hawkes, 1996). Melihat kondisi tersebut, untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi larutan penyangga maka diterapkan pembelajaran konstruktivistik melalui strategi peta konsep.”