Anda di halaman 1dari 8

BLUE ECONOMY MERUPAKAN PENJAJAHAN EKONOMI INDONESIA

DIBIDANG KELAUTAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu : Meti Astuti, SEI., MEK

Disusun Oleh :

Nama : Asma Yulia

NIM : 12.22.239

Prodi : Manajemen Syariah

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM HAMFARA

YOGYAKARTA

2014/2015

1
PENDAHULUAN

Sebagai negara kepulauan dengan 17.499 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang
104 ribu kilometer atau terpanjang kedua di dunia, potensi kelautan sangat besar.
Diperkirakan, potensi ekonomi di sektor kelautan, baik yang berhubungan dengan sumber
daya alam dan pelayanan maritim nilainya mencapai lebih dari US $ 1,2 triliun per tahun.
Dengan potensi kelautan yang demikian besar, kontribusi sektor kelautan Produk Domestik
Bruto (PDB) hanya sekitar 22%.1 Saat ini dan di masa depan sektor kelautan dan perikanan
semakin memiliki peran strategis dalam memperkuat ketahanan pangan dan mendorong
perekonomian Indonesia. Buktinya, sejak strategi industrialisasi perikanan mulai
dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2011, produktivitas di
sektor ini terus meningkat.

Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal II -2013 sektor kelautan dan
perikanan tumbuh 7% dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Tingkat pertumbuhan
ekonomi di sektor kelautan dan perikanan itu lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi
nasional yang sebesar 5,81%.2 Meskipun industrialisasi perikanan telah berhasil mendorong
produktivitas dan nilai tambah di sektor kelautan terus meningkat, namun penerapan
konsep Blue Economy akan semakin memperkuat pengelolaan potensi kelautan secara
berkelanjutan, produktif, dan berwawasan lingkungan. Pendekatan Blue Economyjuga akan
mendorong pengelolaan sumber daya alam secara efisien melalui kreativitas dan inovasi
teknologi. Konsep Blue Economy juga mengajarkan bagaimana menciptakan produk nir-
limbah (zero waste), sekaligus menjawab ancaman kerentanan pangan serta krisis energi
(fossil fuel).

Agar penerapan konsep Blue Economy berjalan dengan baik, dibutuhkan sinergi
diantara para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, dukungan kemitraan dari masyarakat,
sektor swasta, akademisi, peneliti, pakar pembangunan, lembaga nasional dan internasional
mutlak harus dilakukan. Para stakeholders tersebut secara bersama-sama dapat mendorong
dan mengawal transformasi menuju pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Blue economy bertujuan untuk menjaga
sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal. Konsep blue economy juga bertujuan
membantu meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat
1
Kementerian Kelautan dan Perikanan
2
Pusat Data Statistik dan Informasi
2
setempat. Blue economy sudah mulai menggema di dunia. Konsep blue economy ini adalah
tanpa limbah dan efisien. Meningkatkan pendapatan dan menjaga lingkungan, khususnya di
daerah yang tingkat kemiskinannya masih tinggi.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan konsep blue
economy sudah menggema di dunia sehingga pihaknya fokusnya pada implementasi blue
economy. Sharif menjelaskan blue economy bertujuan untuk menjaga sumber daya kelautan
dan perikanan secara optimal. Konsep blue economy juga bertujuan membantu meningkatkan
pendapatan dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat.3

PEMBAHASN

Konsep Blue Economy jadi fokus sektor perikanan APEC

Sejumlah Menteri Kelautan beserta pejabat terkait yang mewakili 21 negara Asia
Pasifik menyepakati konsep Blue Economy yang kemudian akan dijadikan sebagai fokus
utama kerjasama kemitraan antar negara anggota APEC. Hal itu tertuang dalam Deklarasi
Xianmen yang disahkan pada Pertemuan Tingkat Menteri Kelautan APEC Keempat (The 4th
APEC Ocean-related Ministerial Meeting/AOMM4) di Xiamen, Tiongkok (28/8/14).

Lebih jauh Antara menyebutkan para menteri kelautan terkait yang hadir merasa
terpanggil untuk membentuk kemitraan yang lebih terintegrasi, berkelanjutan, inklusif dan
saling menguntungkan melalui kerjasama kelautan. Demikian disampaikan Menteri Kelautan
dan Perikanan Sharif C. Sutardjo yang memimpin delegasi RI dalam pertemuan tersebut.

Adapun tiga bidang kerjasama lainnya yang menjadi prioritas yakni pertama,
konservasi ekosistem laut dan pesisir serta ketahanan terhadap bencana alam. Kedua, peran
laut terhadap keamanan pangan dan perdagangan yang berhubungan dengan pangan, serta
ketiga adalah terkait ilmu kelautan, teknologi dan inovasi. Kesepakatan dalam Deklarasi
Xianmen ini akan dijalankan dengan menerapkan komitmen sebelumnya, dan berfokus pada
upaya kolaborasi dan tindakan terpadu. Setiap negara anggota sepakat bahwa terdapat
hubungan potensial antara Blue Economy, pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan
ekonomi secara khusus.

3
http:// tribunnews.com
3
Blue Economy juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan upaya konservasi laut
dan pesisir, pengembangan inovatif, serta reformasi dan pertumbuhan ekonomi yang
merupakan tiga prioritas APEC 2014. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo
berkata, “kami menyerukan kerjasama Blue Economy di kawasan Asia - Pasifik dan
menegaskan kembali dukungan kuat kami untuk mengambil tindakan dalam mempromosikan
konektivitas dan komunikasi di antara anggota APEC untuk memfasilitasi arus barang, jasa,
perdagangan dan investasi".

Selanjutnya melalui kesepakatan tersebut setiap anggota APEC didorong untuk


meningkatkan kebijakan dan dukungan kelembagaan dalam pengelolaan berbasis ekosistem,
pemanfaatan insentif ekonomi dan instrumen berbasis pasar yang sesuai untuk menciptakan
efisiensi dan memaksimalkan hasil ekonomi yang berkelanjutan. Pengembangan Blue
Economy membutuhkan pemahaman yang baik tentang kelautan dan peningkatan
kemampuan teknologi untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya kelautan
melalui inovasi.

Dalam pengembangan dan kerjasama Blue Economy, keterlibatan sektor swasta yang
sesuai dengan pandangan dan prioritas APEC dinilai sangat penting. Anggota APEC didorong
untuk menggali masukan dari sektor swasta termasuk usaha kecil dan menengah, seperti
melalui dialog kebijakan dan kemitraan swasta publik. Selain itu, yang menjadi point penting
yang diatur dalam kesepakatan adalah mendorong anggota APEC untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi kelautan yang ramah lingkungan. Blue Economy dipilih sebagai
pendekatan untuk pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan, seperti energi laut terbarukan
dan inovasi perikanan budidaya yang berkelanjutan.

Indonesia telah membentuk suatu kebijakan pengelolaan laut dengan berpedoman


pada prinsip pembangunan berkelanjutan yang disebut Blue Economy. Blue Economy
menekankan pentingnya pengelolaan laut berkelanjutan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi bagi kemakmuran masyarakat. Blue Economy telah mendorong tumbuh dan
berkembangnya industri baru yang berbasiskan laut seperti pembangkit listrik tenaga angin
dan ombak, penambangan minyak dan gas laut dalam dan dasar laut, perikanan budidaya laut,
dan marine biotechnology.

Implementasi Blue Economy di Indonesia meliputi promosi Good Ocean Governance,


pengembangan wilayah Blue Economy, dan model investasi Blue Economy menuju
4
pengunaan sumber daya alam yang lebih efisien. Sebagai contoh kebijakan Blue Economy
yang telah berhasil di implementasikan di Indonesia adalah pengembangan wilayah Blue
Economy di Pulau Lombok dan Nusa Penida, bekerja sama dengan Food and Agriculture
Organization (FAO).

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo juga menyerukan untuk terus
menguatkan komitmen bersama dan kerja sama internasional dalam mengembangkan Blue
Economy serta penyusunan panduan dan rencana aksi regional pengembangan Sustainable
Ocean Governance. Pengalaman menyatakan hanya melalui kerja sama yang erat, sumber
daya laut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan, khususnya melalui
investasi dan perdagangan, inovasi teknologi, dan kerja sama antar UKM.

Sebelumnya pertemuan tingkat menteri ini didahului oleh Blue Economy Forum pada
tanggal 25 Agustus 2014 dan pertemuan Senior Officials pada tanggal 27 Agustus 2014.
Selain menghadiri pertemuan tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip
Sutardjo berkesempatan untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Administrator State
Oceanic Administration, Mr. Liu Cigui. Kedua belah pihak membahas mengenai kerja sama
bidang kelautan dan perikanan, termasuk rencana perpanjangan MoU Kerja Sama Kelautan
RI-RRT. 4

Sambut MEA, Kementerian Kelautan dan Perikanan Siapkan SDM Unggul

Menyambut era ASEAN Economic Community (MEA) 2015, Indonesia akan


dihadapkan suatu dimensi persaingan ekonomi yang lebih dinamis baik regional maupun
global. Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
telah menyiapkan sumber daya manusia unggul yang dapat bersaing di dunia global terutama
dalam sektor kelautan dan perikanan. Keunggulan tersebut diarahkan untuk mengembangkan
industrialisasi perikanan, memantapkan kedaulatan dan ketahanan pangan serta diharapkan
dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, sistem pendidikan
pada satuan pendidikan KKP merupakan pendidikan vokasi yang mengarah pada
pengembangan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan karakter (character
building). Pendekatan yang dipakai adalah Teaching Factory (TEFA), dengan komposisi 60

4
http://kanalsatu.com/id/post/30563/konsep_blue_economy_jadi_fokus_sektor_perikanan_apec
5
persen praktek dan 40 persen teori. Pendekatan ini merupakan proses pembelajaran keahlian
atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja
yang sesungguhnya dalam suatu alur produksi.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo menuturkan, melalui


pendekatan ini peserta didik dituntut untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan
tuntutan konsumen atau pasar. Sarana dan prasarana pendukung dibuat setara dengan dunia
usaha dan dunia industri. Adapun sistem perekrutan peserta didiknya terdiri dari 40 persen
anak pelaku utama yakni nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan serta petambak garam.

Kemudian 40 persen masyarakat umum dan 20 persen kerja sama dengan instansi
terkait. Selain itu dalam membangun negara poros maritim yang kuat, diperlukan SDM yang
unggul dalam pembangunan industrialisasi kelautan dan perikanan yang berbasis pada
Ekonomi Biru (Blue Economy). Hal ini membutuhkan dukungan pengetahuan dan teknologi.
Implementasinya akan membutuhkan cutting-edge innovations yang tidak hanya mampu
memanfaatkan sumber daya alam secara berkelajutan, akan tetapi yang lebih konkret adalah
berupa inovasi sistem produksi bersih tanpa limbah5.

PENUTUP

Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terlibatnya Indonesia ke


dalam pasar bebas yang regional maupun global hanya akan menjadikan Indonesia sebagai
pasar untuk penjualan produk-produk dari negara lain ke Indonesia. Selain hanya akan
menjadi pasar karena masyarakatnya yang konsumtif Indonesia pun akan dikeruk kekayaan
alamnya secara habis-habisan, tidak cukup hanya pada bagian pertambangan, seperti batu
bara, gas, dll, tapi dari hutan dan laut pun akan dieksploitasi habis-habisan sampai Indonesia

5
http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/09/01/sambut-mea-kementerian-kelautan-dan-perikanan-siapkan-

sdm-unggul

6
tidak punya apa-apa. Indonesia dengan suka rela menerima semua perjanjian-perjanjian yang
ditawarkan oleh asing dengan alasan demi kemajuan dan pertumbuhan ekonomian Indonesia.
Pada faktanya hal tersebut hanya merupakan penjajahan yang terselubung untuk mengeruk
kekayaan alam Indonesia. Indonesia tidak akan pernah maju secara ekonomi jika tetap
menerapkan sistem ekonomi kapitalis yang bersifat sperti hukum rimba, siapa yang kuat dia
yang menang.

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Pusat Data Statistik dan Informasi
http:// tribunnews.com
http://kanalsatu.com/id/post/30563/konsep_blue_economy_jadi_fokus_sektor_perikanan_ape
c
http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/09/01/sambut-mea-kementerian-kelautan-dan-
perikanan-siapkan-sdm-unggul

7
8

Anda mungkin juga menyukai