Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Hasil Percobaan Pembuatan Resin Urea Formaldehid Perbandingan
5:4 (Katalis 20% dan Buffer 40%)
Kadar
Formaldehid Kadar
No. Waktu Densitas -rA XA CA
pH resin
sampel (menit) (gr/ml) Bebas
(%)
(g/ml larutan)
0 0 1,1373 3,12 0 11 0,9777 0,2968 -
1 0 1,1743 2,52 0 11 0,9820 0,2398 -
2 8 1,0388 2,04 0 11 0,9854 0,1941 45,80
3 16 1,1856 1,98 0,8199 11 0,9858 0,1884 27,40
4 24 0,9618 1,62 0,5480 11 0,9884 0,1541 42,80
5 32 1,1846 1,62 0,4110 11 0,9884 0,1541 40,40
6 40 1,1373 1,62 0,3288 11 0,9884 0,1541 39,40

Konstanta Kecepatan Reaksi (k) = 288,6435

Orde Reaksi terhadap formaldehid (m) = -2,4501

Orde reaksi terhadap urea (n) = 3,9375

Persamaan kecepatan reaksi = (-rA) = k CAmCBn

= 288,6435CA-2,4501CB3,9375
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Pembuatan Resin Urea Formaldehid Perbandingan
5:4 (Katalis 25% dan Buffer 40%)
Kadar
Formaldehid Kadar
No. Waktu Densitas
-rA pH XA CA resin
sampel (menit) Bebas (gr/ml)
(%)
(g/ml larutan)
0 0 0,930 0 1,1047 11 0,9934 0,0885 -
1 0 0,696 0 1,1191 11 0,9950 0,0662 -
2 8 0,666 1,6554 1,1499 11 0,9952 0,0634 42,8
3 16 0,648 0,8278 1,1571 11 0,9954 0,0617 34,4
4 24 0,576 0,5522 1,1704 11 0,9959 0,0548 57,6
5 32 0,576 0,4141 1,2002 11 0,9959 0,0548 71,4
6 40 0,576 0,3313 1,2197 11 0,9959 0,0548 72,0

Konstanta Kecepatan Reaksi (k) = 197,795

Orde Reaksi terhadap formaldehid (m) = 1,914

Orde reaksi terhadap urea (n) = 0,833

Persamaan kecepatan reaksi = (-rA) = k CAmCBn

= 197,795CA1,914CB0,833
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Pembuatan Resin Urea Formaldehid Perbandingan
5:4 (Katalis 30% dan Buffer 40%)
Kadar
Kadar
No. Waktu Densitas Formaldehid -rA pH XA CA resin
sampel (menit) (gr/ml) Bebas
(%)
(g/ml larutan)
0 0 0,9731 5,40 0 12 0,9614 0,5138 -
1 0 1,2030 5,22 0 12 0,9627 0,4966 -
2 8 1,0542 3,42 0 12 0,9755 0,3254 43,80
3 16 0,8058 3,30 0,8120 12 0,9764 0,3140 48,40
4 24 1,1476 2,94 0,5428 12 0,9790 0,2797 35,20
5 32 1,1733 2,88 0,4073 12 0,9794 0,2740 36,40
6 40 1,1784 2,88 0,3258 12 0,9794 0,2740 43,80
7 48 1,1209 2,88 0,2715 12 0,9794 0,2740 33,40

Konstanta Kecepatan Reaksi (k) = 4,666

Orde Reaksi terhadap formaldehid (m) = 1,1369

Orde reaksi terhadap urea = 0,4

Persamaan kecepatan reaksi = (-rA) = k CAmCBn

= 4,666CA-1,1369CB0,4
Tabel 4.4 Hasil Percobaan Pembuatan Resin Urea Formaldehid Perbandingan
5:4 (Katalis 35% dan Buffer 40%)
Kadar
Kadar
No. Waktu Densitas Formaldehid
-rA pH XA CA resin
sampel (menit) (gr/ml) Bebas
(%)
(g/ml larutan)
0 0 1,0106 4,32 0 12 0,9691 0,4110 -
1 0 1,0682 3,30 0 12 0,9764 0,3140 -
2 8 1,0821 3,06 1,6269 12 0,9781 0,2911 25,8
3 16 1,0950 2,76 0,8153 12 0,9803 0,2626 29,6
4 24 1,1348 2,70 0,5437 12 0,9807 0,2569 30,2
5 32 1,1408 2,70 0,4078 12 0,9807 0,2569 32,0
6 40 1,1418 2,16 0,3275 12 0,9846 0,2055 33,0
7 48 1,1418 2,16 0,2729 12 0,9846 0,2055 35,8
8 56 1,1418 2,16 0,2339 12 0,9846 0,2055 28,2

Konstanta Kecepatan Reaksi (k) = 119,861

Orde Reaksi terhadap formaldehid (m) = -0,0101

Orde reaksi terhadap urea (n) = 2,3750

Persamaan kecepatan reaksi = (-rA) = k CAmCBn

= 119,861CA-0,0101CB2,3750
Tabel 4.5 Hasil Percobaan Pembuatan Resin Urea Formaldehid Perbandingan
5:4 (Katalis 40% dan Buffer 40%)
Kadar
Kadar
No. Waktu Densitas Formaldehid
-rA pH XA CA resin
sampel (menit) (gr/ml) Bebas
(%)
(g/ml larutan)
0 0 1,0960 4,890 0 12 0,9650 0,4652 -
1 0 1,1308 4,278 0 12 0,9694 0,4070 -
2 8 1,1328 3,840 1,6177 12 0,9725 0,3653 36,8
3 16 1,1328 3,792 0,8091 12 0,9729 0,3608 37,2
4 24 1,1209 3,750 0,5396 12 0,9732 0,3568 37,6
5 32 1,1278 3,630 0,4050 12 0,9740 0,3454 37,4
6 40 1,1159 3,480 0,3244 12 0,9751 0,3311 24,4
7 48 1,1288 3,480 0,2703 12 0,9751 0,3311 29,8
8 56 1,1259 3,480 0,2317 12 0,9751 0,3311 30,2

Konstanta Kecepatan Reaksi (k) =1

Orde Reaksi terhadap formaldehid (m) = 5,6609

Orde reaksi terhadap urea (n) = -2,7526

Persamaan kecepatan reaksi = (-rA) = k CAmCBn

= CA5,6609CB-2,7526
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Perubahan Waktu Terhadap Densitas
Densitas adalah nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan volume.
Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan hubungan perubahan waktu terhadap
densitas.

1.400 Run I
Densitas (gram/ml)

1.200
Run II
1.00
.800 Run III
.600 Run IV
.400
Run V
.200
.00
0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (menit)
Gambar 4.1 Hubungan Perubahan Waktu Terhadap Densitas

Gambar 4.1 menunjukkan grafik bahwa selama reaksi resinifikasi


berlangsung, densitas sampel yang diperoleh mengalami fluktuasi untuk percobaan,
pada run I, run III dan run V. Dan grafik pada run II, run dan run IV mengalami
peningkatan.
Pada run I diperoleh densitas resin pada menit 0 sebesar 1,1373 g/ml dan
1,1743, pada menit ke 8 sebesar 1,0388 g/ml, pada menit ke 16 sebesar 1,1856 g/ml,
pada menit ke 24 sebesar 0,9618 g/ml, pada menit ke 32 sebesar 1,1846 g/ml, dan
pada menit 40 sebesar 1,1373 g/ml. Pada run II densitas resin pada menit 0 sebesar
1,1047 g/ml dan 1,1191 g/ml, pada menit ke 8 sebesar 1,1499 g/ml, pada menit ke 16
sebesar 1,1571 g/ml, pada menit ke 24 sebesar 1,1704 g/ml, pada menit ke 32 sebesar
1,2002 g/ml, dan pada menit 40 sebesar 1,2197 g/ml. Pada run III, diperoleh densitas
resin pada menit 0 sebesar 0,9731 g/ml dan 1,2030 g/ml, pada menit ke 8 sebesar
1,0542 g/ml, pada menit ke 16 sebesar 0,8058 g/ml, pada menit ke 24 sebesar 1,1476
g/ml, pada menit ke 32 sebesar 1,1733 g/ml, pada menit ke 40 sebesar 1,1784 g/ml
dan pada menit ke 48 sebesar 1,1209 g/ml. Pada run IV, diperoleh densitas resin pada
menit 0 sebesar 1,0106 g/ml dan 1,0682 g/ml, pada menit ke 8 sebesar 1,0821 g/ml,
pada menit ke 16 sebesar 1,0950 g/ml, pada menit ke 24 sebesar 1,1348 g/ml, pada
menit ke 32 sebesar 1,1408 g/ml, pada menit ke 40 sebesar 1,1418, pada menit ke 48
sebesar 1,1418 g/ml dan pada menit ke 56 sebesar 1,1418 g/ml. Pada run V,
diperoleh densitas resin pada menit 0 sebesar 1,096 g/ml dan 1,1308 g/ml, pada
menit ke 8 sebesar 1,1328 g/ml, pada menit ke 16 sebesar 1,1328 g/ml, pada menit ke
24 sebesar 1,1209 g/ml, pada menit ke 32 sebesar 1,1278 g/ml, pada menit ke 40
sebesar 1,1159 g/ml, pada menit ke 48 sebesar 1,1288 g/ml dan pada menit 56
sebesar 1,1259 g/ml.
Densitas yang tinggi disebabkan oleh resin urea formaldehid yang terbentuk
akan semakin banyak sehingga larutan menjadi lebih kental dan kerapatan
partikelnya semakin tinggi, dengan bantuan katalis pembentukan urea formaldehid
akan semakin cepat seiring dengan bertambahnya katalis di setiap variasi (Firmanto
dan Frily, 2017).
Secara teori, semakin lama reaksi berlangsung maka akan semakin banyak
produk yang dihasilkan, dan akan konstan bila semua reaktan sudah terkonversi
(Syaichurrozi, dkk., 2016).
-1 -dNA
rA = (Levenspiel, 1999)
V dt

(-rA) Vdt = dNA


(-rA) V.t = NA
NA
= (-rA).t
V
g ρV
NA = = BM (Syaichurrozi, dkk., 2016)
BM

Menurut teori, laju reaksi berbanding lurus dengan konstanta kecepatan reaksi
dimana persamaan tersebut adalah :
(-rA) = k CAn (Levenspiel, 1999)
Menurut hukum Arhenius, konstanta kecepatan reaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor dimana salah satu faktor tersebut adalah suhu dimana persamaan
konstanta kecepatan reaksi adalah sebagai berikut:
k = (k0 ℮-E/RT) (Levenspiel, 1999)
Dari persamaan diatas dapat diperoleh hubungan densitas terhadap waktu dan
suhu yaitu:
ρ
= (k0 ℮-E/RT) (CAn)(t)
BM

Dimana:
V = volume (ml)
NA = konsentrasi zat A (mol/ml)
g = massa (gram)
BM = berat molekul (gram/mol)
ρ = densitas (gram/ml)
CA = konsentrasi zat A (M)
k = konstanta laju reaksi
T = suhu (°C)
-rA = laju pengurangan zat A (mol/ml)
t = waktu (menit)
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa densitas berbanding lurus
dengan waktu dan suhu.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa densitas sebanding dengan kadar
katalis yang digunakan, dimana semakin banyak katalis yang digunakan densitas
juga akan semakin meningkat dan densitas juga sebanding dengan waktu reaksi,
dimana semakin lama waktu pembuatan resin maka densitas resin juga akan
meningkat.
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan
untuk run II dan run IV sudah sesuai teori dimana densitas mengalami peningkatan
selama bertambahnya waktu reaski sedangkan untuk run I, run III dan run V belum
sesuai teori dimana grafik mengalami fluktuasi. Sedangkan hasil dari percoban
terhadap pengaruh katalis belum sesuai teori dimana densitas mengalami fluktuasi
setiap penambahan jumlah katalis. Hal ini disebabkan karena suhu yang digunakan
saat pemanasan mengalami fluktuasi atau tidak konstan dan didapat pengaruh suhu
terhadap densitas berbanding lurus sehingga mempengaruhi perolehan densitas resin
yang diperoleh.
4.2.2 Hubungan Perubahan Waktu Terhadap pH
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui kondisi reaksi yang sangat
berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi selama proses kondensasi polimerisasi
terjadi. Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan perubahan waktu
terhadap pH.

14 Run I
12 Run II
10 Run III
8
pH

Run IV
6 Run V
4
2
0
0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (menit)
Gambar 4.2 Hubungan Perubahan Waktu Terhadap pH

Gambar 4.2 menunjukkan grafik bahwa selama reaksi resinifikasi


berlangsung, pH untuk semua percobaan mengalami konstan hingga menit terakhir
dengan pH sampel yaitu 11 untuk run I dan run II, sedangkan untuk run III, run IV,
dan run V yaitu 12.
Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan
formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan
kondisi reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu
reaksi diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk
menjaga agar pH tetap konstan maka dilakukan penambahan natrium karbonat
sebagai buffer ke dalam campuran (Muklisin, 2013).
Fungsi katalis adalah untuk mempercepat proses pengerasan atau proses
hardening resin. Katalis yang digunakan pada resin akan membebaskan panas dan
panas itulah yang mempercepat proses penyatuan dan pengerasan campuran butiran
marmer (Santi, 2009). Ammonium adalah ion NH4+ yang bersifat tidak berwarna,
berbau menyengat dan berbahaya bagi kesehatan, ammonium yang bersifat basa bila
terkena sinar atau panas akan menimbulkan bau menyengat (Mukaromah, dkk.,
2010).
Dari teori diatas dapat diketahui bahwa jumlah katalis berpengaruh pada pH
resin, dimana katalis yang digunakan berupa ammonia (NH3) yang merupakan
senyawa basa, maka setiap penambahan jumlah katalis basa akan meningkatkan pH
reaksi.
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan
sudah sesuai dengan teori dimana pH meningkat pada penambahan jumlah katalis
basa dari pH= 11 pada run I dan run II menjadi pH= 12 pada run III, IV dan V, pH
untuk setiap run juga tetap konstan seiring bertambahnya waktu.

4.2.3 Hubungan Perubahan Waktu Terhadap Kadar Formaldehid Bebas


Tujuan dari analisa kadar formaldehid bebas adalah untuk mengetahui
banyaknya formaldehid yang belum habis bereaksi. Berikut ini adalah grafik yang
menunjukkan hubungan perubahan waktu terhadap kadar foramldehid bebas.

8
Kadar Formalin Bebas

7 Run I
6 Run II
5 Run III
4
3 Run IV
2 Run V
1
0
0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (menit)

Gambar 4.3 Hubungan Perubahan Waktu Terhadap Kadar Formaldehid Bebas

Gambar 4.3 menunjukkan grafik selama reaksi resinifikasi berlangsung, kadar


formaldehid yang diperoleh mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya
waktu pada percobaan. Pada run I kadar formaldehid konstan pada t = 24 menit, pada
run II konstan pada t = 24 menit, pada run III konstan pada t = 32 menit, pada Run
IV konstan pada t = 42 menit, dan run V konstan pada t = 42 menit.
Pada run I, diperoleh kadar formaldehid bebas pada menit 0 sebesar 3,12 g/ml
dan 2,52 g/ml larutan, pada menit 8 sebesar 2,04 g/ml larutan, pada menit 16 sebesar
1,98 g/ml larutan, pada menit 24 sebesar 1,62 g/ml larutan, pada menit 32 sebesar
1,62 g/ml larutan, dan pada menit 40 sebesar 1,62 g/ml larutan. Pada run II, diperoleh
kadar formaldehid bebas pada menit 0 sebesar 0,930 g/ml dan 0,696 g/ml larutan,
pada menit 8 sebesar 0,666 g/ml larutan, pada menit 16 sebesar 0,648 g/ml larutan,
pada menit 24 sebesar 0,576 g/ ml larutan, pada menit 32 sebesar 0,576 g/ml larutan,
dan pada menit 40 sebesar 0,576 g/ml larutan. Pada run III, diperoleh kadar
formaldehid bebas pada menit 0 sebesar 5,4 g/ ml dan 5,22 g/ml larutan, pada menit
8 sebesar 3,42 g/ml larutan, pada menit 16 sebesar 3,3 g/ ml larutan, pada menit 24
sebesar 2,94 g/ml larutan, pada menit 32 sebesar 2,88 g/ml larutan, pada menit ke 40
sebesar 2,88 g/ml larutan, dan pada menit 48 sebesar 2,88 g/ml larutan. Pada run IV,
diperoleh kadar formaldehid bebas pada menit 0 sebesar 4,32 g/ml dan 3,3 g/ml
larutan, pada menit 8 sebesar 3,06 g/ml larutan, pada menit 16 sebesar 2,76 g/ml
larutan, pada menit 24 sebesar 2,7 g/ml larutan, pada menit 32 sebesar 2,7 g/ml
larutan, pada menit 40 sebesar 2,16 g/ml larutan, pada menit 48 sebesar 2,16 g/ml
larutan, dan pada menit 56 sebesar 2,16 g/ml larutan. Pada run V, diperoleh kadar
formaldehid bebas pada menit 0 sebesar 4,89 g/ml dan 4,278 g/ml larutan, pada
menit 8 sebesar 3,84 g/ml larutan, pada menit 16 sebesar 3,792 g/ml larutan, pada
menit 24 sebesar 3,75 g/ ml larutan, pada menit 32 sebesar 3,63 g/ ml larutan, pada
menit 40 sebesar 3,48 g/ml larutan, pada menit 48 sebesar 3,48 g/ml larutan, pada
menit 56 sebesar 3,48 g/ml larutan.
Semakin lama waktu reaksi, maka kadar formaldehid bebas semakin sedikit.
Hal tersebut terjadi karena dengan bertambahnya waktu maka akan semakin banyak
formaldehid yang bereaksi dengan urea dan membentuk urea-formaldehid. Katalis
menyebabkan reaksi akan berlangsung cepat karena katalis akan menurunkan energi
aktivasi yaitu energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi untuk memperoleh
produk sehingga waktu reaksi lebih cepat dan dengan penambahan katalis ini dapat
meningkatkan kerja tumbukan partikel sehingga mempercepat laju reaksi (Firmanto
dan Frily, 2017). Dari teori tersebut didapatkan bahwa katalis mempercepat laju
reaksi sehingga waktu reaksi semakin singkat dan kadar formaldehid yang dihasilkan
pun akan semakin cepat konstan karena akan semakin cepat formaldehid bereaksi
dengan urea. Jadi, semakin banyak katalis yang digunakan maka semakin banyak
atau cepat pula kadar formaldehid bebas yang dihasilkan.
Kadar formaldehihd yang konstan disebabkan oleh semakin lama reaksi
berlangsung maka akan semakin banyak produk yang dihasilkan, dan akan konstan
bila semua reaktan sudah terkonversi sesuai dengan persamaan :
dC A
rA   (Froment, dkk., 2011)
dt
dC A
dt 
- rA
Dimana:
t = Waktu (menit)
-rA = Laju reaksi pengurangan zat A (mol/ml.menit)
CA = Konsentrasi zat A (mol/ml)
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan
pada Run I, Run II, Run III, Run IV, dan Run V telah sesuai dengan teori. Dimana
grafik mengalami penurunan dan konstan pada titik tertentu. Namun hasil percobaan
terhadap katalis belum sesuai teori dimana kadar formaldehid bebas mengalami
fluktuasi setiap penambahan katalis, hal ini dapat disebabkan oleh pengukuran
volume katalis yang kurang tepat.
4.2.4 Hubungan Konversi dengan Waktu
Konversi adalah banyaknya produk yang dihasilkan dari suatu reaksi. Berikut
ini adalah grafik yang menunjukkan hubungan konversi dengan waktu.

1.000
.99500 Run I
.99000
Run II
.98500
.98000 Run III
XA

.97500
Run IV
.97000
.96500 Run V
.96000
.95500
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (menit)

Gambar 4.4 Hubungan Konversi dengan Waktu

Gambar 4.4 menunjukkan grafik hubungan konversi terhadap waktu (menit)


pada Run I, Run II, Run III, Run IV, dan Run V. Dari grafik diatas dapat dilihat pada
Run I mengalami kenaikan dari menit ke-0 sampai menit ke-24 sebesar 0,9777
menjadi 0,9884 kemudian konstanan hingga menit ke-40. Pada Run II mengalami
kenaikan dari menit ke-0 sampai menit ke-24 sebesar 0,9934 menjadi 0,9959
kemudian konstan hingga menit ke-40. Pada Run III mengalami kenaikan dari menit
ke-0 sampai menit ke 32 sebesar 0,9614 menjadi 0,9794 kemudian konstan hingga
menit ke-48. Pada Run IV mengalami kenaikan dari menit ke-0 sampai menit ke 40
sebesar 0,9691 menjadi 0,9864 kemudian konstan hingga menit ke-56. Pada Run V
mengalami kenaikan dari menit ke-0 sampai menit ke 40 sebesar 0,965 menjadi
0,9751 kemudian konstan hingga menit ke-56.
Setiap kenaikan jumlah katalis mengakibatkan kenaikan persen konversi,
karena peningkatan jumlah katalis mengakibatkan jumlah active site semakin banyak
yang akan memberikan peluang terjadinya reaksi pembentukan produk sehingga
konversi reaktan meningkat (Sidabutar, dkk., 2013).
Berdasarkan teori, penurunan laju reaksi disebabkan oleh konsentrasi reaktan
yang semakin menurun karena semakin banyak reaktan yang bereaksi membentuk
produk. Hal ini sesuai dengan rumus:
1 dN A (Selvamony, 2013)
( rA ) 
VR dt

Dimana:

N A0  N A
XA 
N A0
N A  N A0 (1  X A )

dN A   N A0 dX A ......................................... (6)

Jika disubstitusikan persamaan (6) maka persamaan akan sebagai berikut :


dX A
(rA )VR  N A0 ....................................... (7)
(rA )VR
dX A
t  N A0 
(rA )VR

N A (mol) ................................................. (8)


Dimana : CA 
VR (volume)
C A0  C A
XA 
C A0
Dengan mensubstitusi persamaan (8) ke persamaan (7) maka diperoleh
persamaan dengan syarat atas pada t = 0, XA = 0 dan pada saat itu, hasil XA = XAF
t X AF
dX A
 dt  C A0
0

0
(  rA )
X AF
dX A ..................................... (9)
t  C A0 
0
(  rA )
yang menyatakan banyaknya reaktan yang berkurang per satuan waktu, dimana
semakin lama waktu reaksi maka konsentrasi reaktan semakin menurun. Dengan
demikian, laju reaksi juga akan semakin menurun.
Semakin lama reaksi berlangsung maka semakin banyak formaldehid yang
terkonversi membentuk resin sehingga kadar formaldehid yang tersisa semakin
menurun. Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan
pada Run I, Run II, Run III, Run IV, dan Run V telah sesuai dengan teori. Namun
hasil percobaan terhadap katalis belum sesuai teori dimana konversi mengalami
fluktuasi setiap penambahan katalis, hal ini dapat disebabkan karena pengukuran
volume katalis yang kurang tepat.

4.2.5 Hubungan CA dengan -rA


Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan CA dengan -rA

2.00
Run I
1.500 Run II
1.00 Run III
-rA

.500 Run IV
Run V
.00
0 0 0.1 0.2 0.3 0.4
-.500
CA

Gambar 4.5 Hubungan –rA dengan CA

Gambar 4.5 diatas menunjukkan grafik hubungan CA (M) terhadap perubahan


kecepatan reaksi (-rA) (M/menit). Dari grafik di atas dapat dilihat dimana konsentrasi
semakin berkurang seiring bertambahnya waktu dan akan mencapai suatu nilai yang
konstan. Sedangkan –rA semakin berkurang karena reaktan akan bereaksi membentuk
suatu produk. Sehingga hubungan antara CA dengan –rA adalah sebanding, dimana
semakin kecil nilai CA maka nilai (-rA) juga semakin menurun. Pada Run I, Run II,
Run III, Run IV, dan Run V terjadi kekonstanan pada nilai CA tetapi (-rA) mengalami
penurunan.
Pada run I diperoleh harga –rA pada saat CA = 0,2968 M sebesar 0, pada CA =
0,2398 M sebesar 0, pada CA = 0,1941 M sebesar 0, pada CA = 0,1884 M sebesar
0,8199, pada CA = 0,1541 M sebesar 0,548, pada CA = 0,1541 M sebesar 0,411, dan
pada CA = 0,1541 M sebesar 0,3288. Pada run II diperoleh harga –rA pada saat CA =
0,0885 M sebesar 0, pada CA = 0,0662 M sebesar 0, pada CA = 0,0634 M sebesar
1,6554, pada CA = 0,0617 M sebesar 0,8278, pada CA = 0,0548 M sebesar 0,5522,
pada CA = 0,0548 M sebesar 0,4141, dan pada CA = 0,0548 M sebesar 0,3313. Pada
run III diperoleh harga –rA pada saat CA = 0,5138 M sebesar 0, pada CA = 0,4966 M
sebesar 0, pada CA = 0,3254 M sebesar 0, pada CA = 0,314 M sebesar 0,812, pada CA
= 0,2797 M sebesar 0,5428, CA = 0,274 M sebesar 0,4073, CA = 0,274 M sebesar
0,3258, dan CA = 0,274 M sebesar 0,2715. Pada run IV diperoleh harga –rA pada saat
CA = 0,411 M sebesar 0, pada CA = 0,314 M sebesar 0, pada CA = 0,2911 M sebesar
1,6269, pada CA = 0,2626 M sebesar 0,8153, pada CA = 0,2569 M sebesar 0,5437,
pada CA = 0,2569 M sebesar 0,4078, pada CA = 0,2055 M sebesar 0,3275, pada CA =
0,2055 M sebesar 0,2729, dan pada CA = 0,2055 M sebesar 0,2339. Pada run V
diperoleh harga –rA pada saat CA = 0,4652 M sebesar 0, pada CA = 0,407 M sebesar
0, pada CA = 0,3653 M sebesar 1,6177, pada CA = 0,3608 M sebesar 0,8091, pada CA
= 0,3568 M sebesar 0,5396, pada CA = 0,3454 M sebesar 0,405, pada CA = 0,3311 M
sebesar 0,3244, pada CA = 0,3311 M sebesar 0,2703, dan pada CA = 0,3311 M
sebesar 0,2317.
Laju reaksi menggunakan katalisator bergantung pada aktivitas katalitiknya,
makin tinggi aktivitas katalitiknya maka laju reaksinya makin cepat. Ada lima jenis
aktivitas katalitik yang dikenal yaitu:
1. Aktivitasnya bergantung pada konsentrasi dari luas permukan katalisator.
2. Aktivitasnya hanya spesifik untuk katalisator tertentu.
3. Aktivitasnya bergantung pada bentuk geometri atau orientasi permukaan
katalisator.
4. Aktivitasnya memerlukan promoter tertentu, promoter adalah zat yang
berfungsi untuk mengaktifkan kerja katalitik dari katalisator.
5. Aktivitasnya berlangsung baik jika tidak ada inhibitor, inhibitor adalah
zat yang menghambat kerja katalisator.
(Widjajanti, 2005)
Konsentrasi formaldehid pada reaksi pada waktu tersebut konstan sehingga
perubahan laju reaksi hanya dipengaruhi oleh waktu, hal ditunjukkan pada
persamaan
-dCA
-rA = (Anjana, dkk., 2014)
dt

(-rA)dt = -dCA
(-rA)t = CA
C A (konstan)
(rA ) 
t
Dimana:
t = Waktu (menit)
-rA = Laju reaksi pengurangan zat A (mol/ml.menit)
CA = Konsentrasi zat A (mol/ml)
Menurut teori, konsentrasi akan semakin menurun dengan bertambahnya
waktu. Reaksi berlangsung hingga didapat kesetimbangan reaksi dimana konsentrasi
menjadi konstan dan proses dapat dihentikan.
Secara teori dimana nilai CA semakin kecil nilai –rA juga semakin kecil. Maka
dapat disimpulkan percobaan pada Run I, Run II, Run III, Run IV, dan Run V telah
sesuai teori. Namun hasil percobaan terhadap katalis belum sesuai teori dimana laju
reaksi mengalami fluktuasi setiap penambahan katalis, hal ini dapat disebabkan
karena pengukuran volume katalis yang kurang tepat.
4.2.6 Hubungan Perubahan Waktu terhadap Kadar Resin
Tujuan analisa kadar resin adalah untuk mengetahui kadungan resin yang
terdapat pada resin urea formaldehid. Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan
hubungan perubahan waktu terhadap kadar resin.
80
70
Kadar Resin (%)

60
50 Run I
40 Run II
30
20 Run III
10 Run IV
0
Run V
0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (menit)

Gambar 4.6 Hubungan Perubahan Waktu terhadap Kadar Resin

Gambar 4.6 diatas menunjukkan grafik hubungan kadar resin yang diperoleh
pada Run I, Run II, Run III, Run IV, dan Run V. Pada Run I, Run II, Run III, Run
IV, dan Run Vdiperoleh kadar resin berfluktuasi disetiap waktunya.
Pada run I diperoleh kadar resin pada menit ke 8 sebesar 45,8%, pada menit ke
16 sebesar 27,4%, pada menit ke 24 sebesar 42,8%, pada menit ke 32 sebesar 40,4%,
dan pada menit ke 40 sebesar 39,4%. Pada run II diperoleh kadar resin pada menit
ke 8 sebesar 42,8%, pada menit ke 16 sebesar 34,4%, pada menit ke 24 sebesar
57,6%, pada menit ke 32 sebesar 71,4%, dan pada menit ke 40 sebesar 72%. Pada
run III diperoleh kadar resin pada menit ke 8 sebesar 43,8%, pada menit ke 16
sebesar 48,4%, pada menit ke 24 sebesar 35,2%, pada menit ke 32 sebesar 36,4%,
pada menit ke 40 sebesar 43,8%, dan pada menit ke 48 sebesar 33,4%. Pada run IV
diperoleh kadar resin pada menit ke 8 sebesar, 25,8%, pada menit ke 16 sebesar
29,6%, pada menit ke 24 sebesar 30,2%, pada menit ke 32 sebesar 32%, pada menit
ke 40 sebesar 33%, pada menit ke 48 sebesar 35,8% dan pada menit ke 56 sebesar
28,2%. Pada run V diperoleh kadar resin pada menit ke 8 sebesar, 36,8%, pada menit
ke 16 sebesar 37,2%, pada menit ke 24 sebesar 37,6%, pada menit ke 32 sebesar
37,4%, pada menit ke 40 sebesar 24,4%, pada menit ke 48 sebesar 29,8% dan pada
menit ke 56 sebesar 30,2%.
Resin thermosetting biasanya cairan atau padatan dimana titik leleh rendah
dalam bentuk awal mereka. Ketika digunakan untuk menghasilkan barang jadi, resin
thermosetting ini diawetkan dengan menggunakan katalis, panas atau kombinasi dari
keduanya. Setelah proses curing, resin thermosetting memadat dan tidak dapat
diubah kembali ke bentuk aslinya (Ishak, 2012).
Resin urea formaldehid ini adalah aminoplastik, istilah umumnya digunakan
untuk mewakili resin polimer yang dibentuk oleh interaksi dari amina atau amida
dengan aldehida. Pemanasan akan membentuk ikatan silang dan menjadi termoset
yang tidak dapat dicairkan kembali (Thomas, 2011). Reaksi polikondensasi dapat
berlangsung sempurna sampai membentuk rantai dan struktur senyawa itu tanpa
adanya gugus fungsional dan tidak dapat cure dengan sendirinya. Pada suasana asam,
raeksi kondensasi berjalan cepat (Rokhati dan Prasetyaningrum, 2008).
Peningkatan kadar resin pada resin urea formaldehid cenderung meningkatkan
sifat fisis dan mekanisnya. Semakin tinggi kadar resin urea formaldehid maka nilai
kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal semakin menurun (Alghiffari,
2008).
Oleh karena itu, adanya pemanasan atau proses curing polimerisasi kondensasi
masih berlangsung dimana molkeul air terus dihasilkan sehingga sifat termoset ini
akan memadatkan resin dan kadar resin semakin besar. Maka dari percobaan yang
dilakukan belum sesuai dengan teori yang ada, yaitu semakin lama waktu curing
maka kadar resin yang terbentuk dipercobaan mengalami fluktuasi. Hal ini
disebabkan karena suhu yang digunakan saat pemanasan mengalami fluktuasi atau
tidak konstan.

Anda mungkin juga menyukai