Anda di halaman 1dari 9

Mixing:   Pencampuran   Fluida   dengan   Variasi   Jenis

Impeller, Kecepatan Pengadukan, Fraksi Padatan Pada
Peralatan Pencampuran Fluida dengan dan Tanpa Sekat

Taslim,   Vera   Diana   P.,   Yoeselyn   Wangi,   Rizky   Dwi   Ananda   G.,   Hendrik
Khosman, Kelvin
Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara, Padang Bulan, Medan
20155, Indonesia

Abstrak.  Pencampuran   merupakan   operasi   yang   penting   dalam   industri   yaitu   untuk
memperoleh   produk   dengan   keseragaman   yang   diinginkan   dengan   waktu   minimum.
Pencampuran   biasanya   menggunakan   agitator   untuk   mengaduk   dan   mengendalikan   fluida
dalam gerakan tertentu. Tujuannya yaitu untuk mengetahui pola aliran, dispersi padatan, serta
pencampuran   cairan   yang   tidak   saling   melarut   pada   penggunaan   jenis  impeller  dan   sekat
maupun tanpa sekat. Sampel lalu dimasukkan ke dalam wadah berisi air lalu dinyalakan motor
listrik untuk menggerakkan impeller. Setelah itu diamati pola aliran dan dispersi padatan yang
terjadi. Lalu dilakukan variasi kecepatan, fraksi padatan dan posisi pengaduk. Diperoleh untuk
pola aliran aksial untuk jenis  propeller  dan pola aliran radial untuk jenis  paddle, turbin dan
anchor dengan atau tanpa sekat. Variasi kecepatan yaitu semakin cepat maka waktu semakin
singkat. Untuk fraksi padatan, semakin banyak fraksi maka semakin lama waktu pencampuran.
Untuk   posisi   pengaduk   semakin   tinggi   pengaduk   dari   dasar   maka   semakin   lama   waktu
pencampuran.

Keywords:  agitasi, impeller, kecepatan, sekat, waktu pencampuran

1. Pendahuluan
Pencampuran   diartikan   sebagai   suatu   proses   membaur   bahan   –   bahan   yang   memerlukan   gaya
mekanik   untuk   mencampur   dan   menggerakkan   alat   pencampur   supaya   proses   pencampuran   dapat
berjalan dengan baik [1]. Gaya mekanik alat pencampur disebit agitasi yang akan disalurkan pada
cairan   yang   akan   menyebabkan   adanya   aliran   yang   bersirkulasi.   Agitasi   ini   diperlukan   untuk
mendispersi  partikel   padat,  mencampur  cairan yang  mudah  larut   ,  mendispersi   gas   melalui  cairan
dalam benuk gelembung kecil dan meningkatkan panas [2]. 
Variabel yang biasa digunakan pada pencampuran adalah jenis, ukuran, posisi impeller dan baffle.
Dimana ini digunakan untuk waktu pencampuran, massa, koefisien perpindahan panas, pola aliran dan
lain – lain [2]. 
Pola dari aliran dalam bejana berpegaduk tergantung pada jenis  impeller, karakteristik fluida dan
ukuran   serta   perbandingan   (posisi)   tangki,   sekat   dan   agitator.   Kecepatan   fluida   bergerak   pada
komponen  radial  yang bergerak  tegak lurus,  komponen tangensial  yang  melingkar  disekitar  poros
dengan   arah   paralel   dan   komponen   dan   longitudinal   sangat   aktif   dalammemberikan   aliran   yang
diperlukan untuk pencampuran [3]. Berikut adalah jenis – jenis impeler yang biasa digunakan:

1.  Impeller Propeller
Impeller  ini   memiliki   pola   aliran   aksial   yang   umumnya   digunakan   untuk   melakukan
mengalirkan aliran ke arah bawah, namun juga dapat melakukan pengaliran ke atas.  Impeller  ini
mampu bekerja pada debit aliran yang tinggi dan seragam sehingga sangat sesuai untuk aplikasi
pencampuran cair viskositas rendah. Vessel baffling diperlukan untuk kinerja optimal [2].

Gambar 1 Impeller Jenis Propeller [2]

2. Impeller Paddle
Paddle memanjang memberikan kombinasi aliran cairan aksial ke atas dan radial. Ini seperti
Anchor and Helical Impellers, beroperasi di dekat dinding kapal [2].

Gambar 2 Impeller Jenis Paddle [2]

3.  Impeller Turbin
Impeller tipe Turbin sangat sesuai untuk pencampuran dengan reaksi gas / cairan. Impeller ini
memiliki aliran radial dengan cara mendorong gas ke bawah poros berongga dan menyebarkannya
melalui impeller. Impeller ini efektifuntuk pengadukan berkecepatan tinggi. Impeller ini umumnya
digunakan untuk material berviskositas rendah [2]. 
Gambar 3 Impeller Jenis Turbin [2]

2. Peralatan, Bahan dan Prosedur Percobaan
2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah beaker glass, impeller, motor mixer, pelet 
plastik, pengunci impeller, sekat (baffle), statif dan klem.

2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air, kacang hijau, pertalite dan zat 
warna.

2.3 Prosedur Percobaan
 Prosedur Percobaan pola aliran :
1. Beaker glass diisi dengan air (H2O) sebanyak 2000 ml
2. Propeller dipasang pada ujung poros.
3. Sejumlah kecil pelet ditambahkan ke dalam beaker glass.
4. Kecepatan impeller dinaikkan satu persatu hingga kecepatan 6.
5. Zat warna ditambahkan untuk melihat pola aliran yang terbentuk dan tinggi vorteks.
6. Percobaan diulangi untuk jenis paddle, turbin dan anchor serta dengan pemakaian sekat.

Prosedur percobaan dispersi padatan :
1. Beaker glass diisi dengan air (H2O) sebanyak 2000 ml
2. Kedalam beaker glass dimasukkan 30 gr kacang hijau.
3. Propeller dipasang pada ujung poros dengan ketinggian 2/4 tangki.
4. Kecepatan impeller dinaikkan satu persau hingga kecepatan 6
5. Pergerakan kacang hijau diamati, apakah terbentuk kawasan mati, vorteks dan dispersi kacang
hijau ke dalam air dan catat waktu dispersinya.
6. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan berat sampel 25 gram dan 35 gram, kecepatan 5 
dan 7, posisi pengaduk ¼ dan ¾ dan jenis impeller paddle, turbin dan anchor serta dengan 
pemakaian sekat.

Prosedur dari percobaan pencampuran dua cairan tidak saling melarut
1. Beaker glass diisi dengan air (H2O) hingga 1700 ml
2. Ke dalam  beaker glass dimasukkan pertalite sebanyak 300 ml
3. Propeller dipasang pada ujung poros
4. Kecepatan impeller dinaikkan satu persatu hingga kecepatan 6
5. Pergerakan pertalite diamati, apakah pertalite bercampur ke dalam cairan, dan ada tidaknya 
vorteks yang terbentuk
6. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan kecepatan 5 dan 7, jenis impeller paddle, turbin 
dan anchor serta dengan pemakaian sekat.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Pengaruh Jenis Impeller dan Sekat terhadap Pola Aliran

Tabel 1. Pola Aliran untuk Variasi Jenis Impeller
Jenis Gambar Pola Aliran
Kecepatan
Impeller Tanpa Sekat Dengan Sekat

Propeller 6

Turbin 6

Paddle 6
radial
  

Anchor 6

      

Tabel 1. menunjukkan pengaruh jenis impeller dengan atau tanpa sekat terhadap pola aliran. Impeller
yang digunakan adalah anchor, propeller, paddle dan turbin dengan kecepatan 6 dan posisi pengaduk
2/4.   Untuk   jenis  anchor,   turbin   dan  paddle  menghasilkan   aliran   radial   sedangkan  propeller
menghasilkan aliran aksial [2].  
Berdasarkan teori, impeller jenis propeller menghasilkan aliran yang tidak seragam dengan variasi
kecepatan sumbu rata - rata [6]. Untuk jenis paddle menghasilkan dua putaran yang bersirkulasi [7].
Untuk jenis anchor menghasilkan pola aliran radial [2].
Dapat   disimpulkan   bahwa   hasil   percobaan   telah   sesuai   dengan   teori   untuk   semua   jenis  impeller
dengan atau tanpa sekat.
3.2 Pengaruh Variasi Kecepatan terhadap Waktu Pencampuran

(a)                                                                                  (b)
Gambar 4. Hubungan Kecepatan Impeller terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki (a) Tanpa
Sekat dan (b) Dengan Sekat

Gambar 1 menunjukkan pengaruh kecepatan pengaduk terhadap waktu pencampuran kacang hijau dan
air untuk tangki dengan atau tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah anchor, propeller, paddle
dan turbin dengan kecepatan 5, 6, 7, posisi pengaduk 2/4 dan fraksi padatan 30 g. Dapat dilihat dari
kedua gambar bahwa kecepatan impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yaitu terlihat
penurunan grafik setiap kenaikan kecepatan.
Kecepatan pengadukan pada umumnya akan mempercepat homogenitas campuran,sehingga
waktu pencampuran akan lebih sedikit [8]. Hubungan kecepatan impeler dengan waktu pencampuran
ditunjukkan dengan persamaan berikut:
[9]

P = 2π NT [9]

Sehingga, jika disubstitusi didapat hubungan :

[9]

dimana : tm = waktu pencampuran (s)
 N = kecepatan rotasi (rpm)
 η = ukuran viskositas fluida non­newtonian
 V = volume fluida (cm3)
 P = konsumsi daya (W)
T = torsi pencampuran (Nm)
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori untuk semua jenis
impeller dan dengan atau tanpa sekat.
3.3 Pengaruh Fraksi Padatan terhadap Waktu Pencampuran

(a)                                                                                  (b)
Gambar 5. Hubungan Fraksi Padatan terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki (a) Tanpa Sekat
dan (b) Dengan Sekat

Gambar 5. menunjukkan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu pencampuran kacang hijau dan air
untuk tangki dengan atau tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah anchor, propeller, paddle dan
turbin dengan posisi pengaduk 2/4, kecepatan pengaduk 6 dan fraksi padatan 25 g, 30 g, 35 g untuk
masing – masing impeller. Dapat dilihat dari kedua gambar bahwa grafik yang diperoleh mengalami
fluktuasi seiring dengan bertambahnya fraksi padatan.
Hubungan antara fraksi padatan dengan waktu pencampuran dapat dilihat melalui persamaan

berikut :

[10]

dimana : t  = waktu pencampuran (s)
CT,s  = fraksi padatan atau konsentrasi padatan
DT,s = difusivitas
µi = kecepatan (rpm)
xi = koordinat i 
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa fraksi massa padatan
berbanding lurus dengan waktu pencampuran. Dimana semakin banyak fraksi padatan maka
waktu yang diperlukan juga semakin besar. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan
yang sesuai hanya impeller jenis anchor dengan sekat.

3.4 Pengaruh Posisi Pengaduk terhadap Waktu
Pencampuran
(a)                                                                                           (b)
Gambar 6. Hubungan Posisi Pengaduk terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki (a) Tanpa Sekat
dan (b) Dengan Sekat

Gambar 6. menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu pencampuran kacang hijau dan air
untuk tangki dengan atau tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah anchor, propeller, paddle dan
turbin dengan posisi pengaduk 1/2, 2/4, 3/4, kecepatan 6 dan fraksi padatan 30 g. Dapat dilihat dari
kedua gambar bahwa grafik yang diperoleh mengalami fluktuasi seiring dengan menjauhnya pengaduk
dari dasar tangki.
Hubungan posisi pengaduk dengan waktu pencampuran adalah berbanding lurus, hal ini dapat
dilihat dengan rumus dibawah ini:
V = N (TmhidD)0,34 d2 / Dhn2 [11]
dimana:V = kecepatan pencampuran (1/s)
N = kecepatan impeller (rps)
Tm = waktu pencampuran (s)
hi = ketinggian fluida dalam wadah (m)
d = diameter wadah (m)
D = diameter impeller (m)
hn = ketinggian impeller dalam wadah (m)
Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa ketinggian impeller berbanding lurus dengan
waktu pencampuran yaitu semakin tinggi impeller dari dasar maka semakin lama waktu
pencampuran.. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan yang sesuai untuk impeller jenis
propeller, paddle dan anchor dengan sekat.

3.5 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki dengan Sekat dan Tanpa Sekat terhadap Waktu
Pencampuran Cairan yang Tidak Saling Melarut

(a) (b)
Gambar 7. Hubungan Kecepatan Impeller untuk Tangki terhadap Waktu Pencampuran Cairan yang
Tidak Saling Melarut (a) Tanpa Sekat dan (b) Dengan Sekat

Gambar 7. menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu pencampuran cairan yang tidak
saling melarut untuk tangki dengan atau tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah anchor,
propeller, paddle dan turbin dengan posisi pengaduk 2/4, fraksi padatan 30 g dan kecepatan pengaduk
5, 6, dan 7 untuk masing-masing impeller. Dapat dilihat dari kedua gambar bahwa grafik yang
diperoleh mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu.
Hubungan kecepatan dengan waktu pencampuran adalah berbanding terbalik, hal ini dapat
dilihat dengan rumus dibawah ini:
[9]

P = 2π NT [9]

Sehingga, jika disubstitusi didapat hubungan :

[9]

dimana : tm  = waktu pencampuran (s)
 N  = kecepatan rotasi (rpm)
 η  = ukuran viskositas fluida non­newtonian
 V  = volume fluida (cm3)
 P  = konsumsi daya (W)
 T  = torsi pencampuran (Nm)
Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa kecepatan berbanding terbalik dengan waktu
pencampuran. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan teori untuk
impeller jenis propeller, paddle dan anchor dengan sekat.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh yaitu:
1. Impeller jenis anchor, paddle dan turbin memiliki pola aliran radial, sedangkan propeller
memiliki pola aliran aksial.
2. Semakin besar kecepatan pengaduk, maka semakin kecil waktu pencampuran.
3. Semakin besar fraksi padatan, maka waktu pencampuran semakin lama.
4. Semakin tinggi posisi pengaduk, maka waktu pencampuran semakin lama.

References
[1] Alok,Sharma   dan   Genitha   Immanuel.   2014.   Effect   of   Different  Impellers   and   Baffles   on
Aerobic Stirred Tank Fermenter using Computational Fluid Dynamics. J Bioproces Biotech
2014, 4:7.
[2] Shastri, A. P.  dan  N. B. Borkar. 2015. A Review on Nomenclature of Agitator. International
Journal of Research in Advent Technology (E­ISSN: 2321­9637).
[3] McCabe, Warren L., Julian C. Smith dan Peter Harriott. 1999. Unit Operations of Chemical
Engineering (Fith Edition). 
[4] Suryani, Ani.,  Suprihatin dan M. Rifky Rachmad Lubis. 2014. Penggunaan Model Pengaduk
Pitched Blade Turbin Dan Five Blade Turbin Pada Produksi Biodiesel Dari Residu Minyak
Dalam   Tanah   Pemucat   Bekas   (SBE)Secara   In   Situ.   Jurnal   Teknologi   Industri   Pertanian
24(1): 72 – 81.
[5] Dwijatmiko,   Afri.,  Aditya   Akhmad   Sony.,   Susianto,\  dan   Ali   Altway.   2017.  Pengaruh
Temperatur terhadap % Recovery Bitumen pada Proses Pemisahan Bitumen dari Asbuton
Menggunakan Hot Water Process. Jurnal Teknik ITS Vol. 6, No. 2.
[6] Moreu,   Jaime.,   Brenden   P.   Eppsb.,   Jesus   Vellec.,   Miguel   Tabooda   and   Pedro   Beunoa.
Variational Optimization of Hydrokinetic Turbins and Propellers Operating in Non­uniform
Flow Field. Ocean Engineering 135:207­220. 2017.
[7] Yao, Yurian. 2016. Dewatering Behavior of Fine Oil Sands Tailings: An Experimental Studies.
Master of Science in Geometrical Engineering. Chiro: Hohai University.
[8] Christina,   Anastasia.   2013.  Pengaruh   Kation   De/Di   dan   Kecepatan   Pengadukan   terhadap
Hidrolisis   Enzimatic   Minyak   Ikan   Lemuk   Menggunakan   Lipase   Aspergillus   niger   untuk
Memproduksi Asam Lemak Omega. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[9] Kazemzadeh, Argang., Farhad Ein­Mozaffari., Ali Lahi and Leila Pakzad. A New Perspective
in The Evalution of The Mixing of Biopolymer Solutions with Different Coaxial Mixers
Comparising   of   Two   Dispersing   Impellers   and   A   Wall   Scrapping   Anchor.  Chemical
Engneering Research and Design. 202­209.
[10] Bale, Shivkumar, Kristopher Clavin, Mayur Sathe, Abdallah S. Berrouk, F. Carl Knopf and
Krishnaswamy Nandakumar. 2017. Mixing in Oscillating Columns: Experimental and
Numerical Studies. Chemical Engineering Science.
[11] Wagner, Gregory L., William R. Young and Eric Lauga. 2014. Mixing by microorganisms in
stratified fluids.

Anda mungkin juga menyukai