Anda di halaman 1dari 5

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN

A. Unsur-Unsur Standar Pekerjaan Lapangan


Standar pekerjaan lapangan berisi tentang sikap dan pengetahuan yang wajib dimiliki
seorang akuntan publik (auditor). Standar ini terdiri dari 3 point diantaranya:
a. Standar Pertama
Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi :
“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.”
Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya
sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien
serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum
tanggal laporan posisi keuangan.
Supervisi ialah pengarahan asisten dalam mencapai tujuan audit agar tujuan
tersebut dapat tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan arahan kepada asisten, tetap
menjaga penyampaian informasi masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review
pekerjaan yang telah dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf
audit kantor akuntan. Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas
banyak faktor, termasuk komplesitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan
audit.

b. Standar Kedua
Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi :
“Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, lingkup, dan saat pengujian yang akan dilakukan.”
Dalam perencanaan auditnya, auditor diwajibkan untuk mempertimbangkan
sifat, lingkup, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan juga diwajibkan untuk
membuat suatu program audit secara tertulis untuk setiap audit. Program audit haruslah
berisi (dengan rinci) prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk
mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya berbeda-beda
sesuai dengan keadaan. Dalam mengembangkan program audit, auditor haruslah
diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya. Selama
berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan diperlukannya perubahan
prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.

c. Standar Ketiga
Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi :
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.”

Dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan, sebagian besar


pekerjaan auditor independen terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi
bukti audit. Ukuran keabsahan bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada
pertimbangan auditor independen; dalam hal ini bukti audit berbeda dengan bukti hukum
yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit memiliki pengaruh yang
berbeda-beda terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, obejktivitas, ketepatan
waktu, dan keberadaan bukti lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh
terhadap kompetensi bukti.

B. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan


Proses audit internal merupakan serangkaian tahapan pelaksanaan audit yang dimulai
sejak penerimaan penugasan sampai dengan terbitnya laporan hasil audit. Adapun tahapan-
tahapan dari proses audit tersebut secara ringkas yaitu:
1. Persiapan Penugasan Audit
Persiapan penugasan audit adalah tahap pertama pada proses audit. Dalam tahap
ini dimulai dengan penunjukan tim yang akan terlibat dalam suatu penugasan oleh Satuan
Audit Internal. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tim yang akan melaksanakan tugas
di suatu unit mempunyai payung hukum yang kuat bahwa tim tersebut melaksanakan
audit atas perintah dari atasa dan bukan karena kehendak pribadi.
2. Survey Audit Pendahuluan
Survey pendahuluan ialah tahapan yang memiliki tujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa. Oleh
karena itu survey pendahuluan meliputi langkah-langkah analisis terhadap risiko mikro
yang terkait dalam suatu unit yang akan diaudit.
Survey pendahuluan dapat dilakukan dengan berbagai teknik audit, hal ini
bertujuan untuk tercapainya kombinasi optimal dari berbagai upaya untuk memperoleh
dan menganalisis informasi yang relevan dengan penilaian risiko secara efisien dan
efektif. Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-teknik audit pada tahap survey
pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-langkah survey pendahuluan di kantor
unit auditor internal dan di lokasi unit yang diaudit.

3. Pelaksanaan Pengujian
Setelah melaksanakan tahapan kedua, maka auditor dapat menentukan cakupan
dan luas audit yang hendak dilaksanakan pengujiannya. Pada tahap kedua, auditor baru
mengumpulkan informasi awal tentang kondisi perusahaan yang akan diauditnya. Pada
tahap pelaksanaan pengujian ini auditor mencari bukti yang akan menguatkan informasi
yang diperoleh pada survey pendahuluan tersebut. Bukti audit dapat menjadi bukti awal
sebagai bukti hukum apabila bukti tersebut ditemukan secara cermat, akurat dan tepat
yang terkait dengan temuan audit atau kesimpulan audit.

4. Penyelesaian Penugasan Audit


Tahap keempat ini, merupakan tahapan terakhir dari proses pekerjaan lapangan.
Dalam tahap ini auditor mematangkan temuan-temuan yang telah dirangkumnya selama
proses pekerjaan lapangan. Di sini auditor memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
temuan yang dirangkumnya telah dijalankan sesuai prosedur, obyektif dan independen.
Pada saat mengkonfirmasi temuan kepada perusahaan yang diauditnya, auditor telah
menyiapkan berbagai data yang dibutuhkan untuk mendukung temuan yang diajukan
beserta rekomendasi yang disarankan kepada perusahaan tersebut. Setelah proses diskusi
selesai maka auditor meminta jawaban dalam bentuk tertulis beserta dengan kesanggupan
perusahaan tersebut untuk menindaklanjuti rekomendasi yang telah ia berikan. Tahapan
akhir dari pekerjaan lapangan adalah pertemuan akhir yang dihadiri oleh seluruh tim yang
terlibat beserta manajemen dari pihak perusahaan terutama yang terkait langsung dengan
temuan dan rekomendasi audit. Pada pertemuan akhir Tim Pemeriksa menyampaikan
pokok-pokok hasil pemeriksaan kepada Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang
diperiksa/yang mewakili.

5. Pelaporan Hasil Audit


Laporan hasil audit ini bertujuan untuk menyampaikan permasalahan serta
temuan dan rekomendasi yang terdapat dalam suatu unit kepada manajemen unit tersebut.
Manajemen perusahaan yang diaudit hendaknya mengetahui temuan-temuan serta
rekomendasi yang dihasilkan dari proses audit tersebut. Hal ini karena laporan hasil audit
sangatlah berguna bagi manajemen dalam menentukan keputusan di masa depan. Setelah
selesai pelaksanaan pengujian di lapangan, maka berdasarkan dokumentasi Kertas Kerja
Audit (mulai dari perencanaan/persiapan audit sampai dengan temuan dan rekomendasi
yang sudah mendapatkan tanggapan dari perusahaan yang telah di audit) Ketua Tim
bersama anggota Tim kemudian menyusun laporan hasil audit.

6. Pemantauan Tindak Lanjut


Tindak lanjut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui oleh
auditee terkait dengan pelaksanaan rekomendasi yang telah diberikan. Demikian proses
audit internal secara ringkas yang umumnya diterapkan di Audit Internal mengacu pada
the Institute of Internal Auditors (the IIA).
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2008. Auditing, Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Jilid 1. Edisi
Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN

Standar Profesional Akuntan Publik. 31 Maret 2011. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Zamzami, Faiz .2010 .Proses Internal Audit. http://www.sai.ugm.ac.id/site/artikel/proses-


internal-audit-ugm [Diakses pada tanggal 10 Maret 2013]

https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/standar-pekerjaan-lapangan-audit-3-point-
penjelasan/

Anda mungkin juga menyukai