Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AGAMA ISLAM

TERORISME DAN NARKOBA

OLEH: KELOMPOK 13
NAMA: 1. EMILA UTARI (NIM: 4173341019)
2. PUTRI NANDA SARI (NIM: 4173141056)
3. PUTRI PRATWI (NIM: 4171141035)
4. RISA PUTRI SURBAKTI (NIM: 4173141059)
5. THYA DWIANA RISMIATI (NIM: 4172141034)
KELAS: PENDIDIKAN BIOLOGI E 2017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, terorisme merupakan salah satu topik pembahasan terpenting yang
kerap menjadi obyek pembicaraan kalangan politisi dan para ahli. Dikarenakan
pentingnya permasalahan ini, banyak tulisan-tulisan dan ide-ide yang dituangkan
dengan berbagai macam cara guna mengkaji masalah ini. Mereka tidak segan-segan
mengeluarkan dana besar dan kebijakan apapun guna menjaga kepentingan
pemerintahan dan rezim mereka. Mereka lupa bahwa sejak semula keberadaannya,
Islam telah mencanangkan perang melawan terorisme sebagai salah satu agendanya,
dan di masa dimana kekerasan menjadi ideologi masyarakat kala itu, Islam datang
seraya menjunjung tinggi jiwa, kepemilikan dan harkat martabat manusia.
Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan”.
Oleh karenanya, perlu bagi kita untuk menjelaskan pandangan Islam mengenai
terorisme dan narkoba dengan berpijak pada titik-titik persamaan dalam definisi dari
istilah yang ada, kami akan menjelaskan poin-poin utama pengertian terorisme dan
narkoba yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama Islam. Intinya, studi ini mencoba
untuk membuktikan bahwa agama Islam bukan hanya agama anti teror dan narkoba,
bahkan ia adalah agama yang memiliki strategi yang matang dalam memerangi dan
menghadapai aksi terorisme dan narkoba. selain itu artikel ini pun berupaya untuk
menyampaikan pandangan Islam mengenai terorisme dan narkoba dengan menyoroti
persamaan-persamaan yang ada dalam pendefinisiannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Teroris?
2. Apa saja ciri-ciri Islam radikal?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang terorisme?
4. Bagaimana dengan kekerasan yang mengatasnamakan agama?
5. Bagaimana sikap umat Islam terhadap teroris?
6. Apa definisi Narkoba?
7. Bagaima pandangan Islam terhadap Narkoba?
8. Bagaimana mudarat dari Narkoba?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi teroris
2. Mengetahui apa saja ciri-ciri Islam radikal
3. Mengetahui pandangan Islam tentang terorisme
4. Mengetahui macam kekerasan yang mengatasnamakan agama
5. Mengetahui sikap umat Islam terhadap teroris
6. Mengetahui deginisi Narkoba
7. Mengetahui pandangan islam terhadap Narkoba
8. Mengetahui mudarat dari narkoba

1.4 Manfaat
1. Penulis berharap mudah-mudahan dari penulisan ini berguna baik secara
teoritis maupun praktis.
2. Pembahasan ini diharapkan dapat menyumbangkan pengembangan
pemahaman yang keliru untuk menjadi suatu pemahaman yang benar secara
paradigma dalam sosial masyarakat.
3. Dari pembahasan ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat luas
dan para mahasiswa/i.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi Teroris
Sebelum mendiskusikan tentang terorisme, kita harus tahu dan paham tentang
definisi dari teror itu sendiri. Teror secara etimologi berasal dari kata “terrour”
(Inggris Tengah), “terreur” (Perancis lama), “terror” (Latin) dan “terre” (Latin), yang
artinya adalah untuk menakuti.
Dalam terminolgi yang sederhana, definisi teroris adalah satu atau lebih orang
yang melakukan teror; sedangkan terorisme adalah suatu paham yang dianut
seseorang atau lebih, atau organisasi untuk menggunakan teror. Sedangkan Menurut
ensiklopeddia Indonesia tahun 2000, terorisme adalah kekerasan atau ancaman
kekerasan yang diperhitungkan sedemikian rupa untuk menciptkan suasana ketakutan
dan bahaya dengan maksud menarik perhatian nasional atau internasional terhadap
suatu aksi maupun tuntutan.
Dan menurut Noam Chomsky saat mendefinisikan terorisme’ menuliskan,
“Terorisme ialah penggunaan cara kekerasan yang ditargetkan kepada warga sipil
dalam upaya guna mencapai tujuan politik, agama atau semacamnya. Sebenarnya,
tidak ada definisi teroris dan terorisme resmi yang sama di seluruh dunia, masing-
masing negara dan institusi baik itu institusi nasional maupun internasional,
mempunyai definisi yang berbeda pula.

2.2.Ciri-ciri Terorisme :
Menurut beberapa literatur dan referensi termasuk surat kabar dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri terorisme adalah :
a. Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant
b. Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal
untuk mencapai tujuan.
c. Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama,
hukum dan HAM.
d. Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk
menimbulkan rasa takut dan mendapatkan publikasi yang luas.
e. Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan,
penyanderaan, pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian
massa/public

2.3.Bentuk-bentuk Terorisme :
Dilihar dari cara-cara yang digunakan,terorisme dibedakan menjadi 2,yaitu :
a. Teror fisik yaitu teror untuk menimbulkan ketakutan, kegelisahan memalui
sasaran fisik jasmani dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan,
pemerkosaan, penyanderaan penyiksaan dsb, sehingga secara nyata dapat
dilihat secara fisik akibat tindakan teror.
b. Teror mental, yaitu teror dengan menggunakan segala macam cara yang
bisa menimbulkan ketakutan dan kegelisahan tanpa harus menyakiti
jasmani korban (psikologi korban sebagai sasaran) yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan tekanan batin yang luar biasa akibatnya bisa
gila, bunuh diri, putus asa dsb.

2.4.Sasaran Terorisme :
Dilihat dari Skala sasaran teror,sasaran terorisme terorisme dibagi menjadi 2 macam:
a. Teror Nasinal, yaitu teror yang ditujukan kepada pihak-pihak yang ada
pada suatu wilayah dan kekuasaan negara tertentu, yang dapat berupa
pemberontakan bersenjata, pengacauan stabilitas nasional, dan gangguan
keamanan nasional.
b. Teror Internasional yaitu tindakan teror yang ditujukan kepada bangsa atau
negara lain diluar kawasan negara yang didiami oleh teroris, dengan
bentuk:
 Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan,
invansi, intervensi, agresi dan perang terbuka.
 Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk
pembajakan, gangguan keamanan internasional, sabotase, tindakan nekat
dan berani mati, pasukan bunuh diri, dsb.

2.5.Pandangan Islam terhadap Terorisme


Islam sebagai agama, pandangan hidup, dan sebagai “way of life” atau jalan
hidup bagi penganutnya, tentu saja tidak mengijinkan dan bahkan mengutuk
terorisme. Islam dengan kitab sucinya Al Quran yang mengajarkan tentang moral-
moral yang berdasarkan konsep-konsep seperti cinta, kasih sayang, toleransi dan
kemurahan hati. Nilai-nilai yang ada di dalam Al Quran membuat seorang Muslim
bertanggung jawab untuk memperlakukan semua orang, apakah itu Muslim atau non-
Muslim, dengan rasa kasih sayang dan rasa keadilan, melindungi yang lemah dan
yang tidak bersalah dan mencegah kemungkaran. Membunuh seseorang tanpa alasan
adalah salah contoh yang jelas dari kemungkaran.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS
28:77)
Ayat ini memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan dan melarang manusia
untuk berbuat kerusakan. Dan juga dijelaskan dalam Al Quran bahwa jika seseorang
membunuh, walaupun hanya satu orang, maka kejahatan itu sama saja dengan
membunuh seluruh manusia. Terkecuali, sebagai perlawanan melawan orang yang
membuat kerusakan di muka bumi.
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan
manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul
Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak
diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan di muka bumi. (QS 5:32)
Pada ayat di atas jika dilihat sepintas, mungkin ayat ini hanya berlaku bagi Bani
Israil, akan tetapi, sesungguhnya ayat ini juga berlaku untuk seluruh manusia tanpa
memandang bangsa dan golongan.
Al Quran juga memerintahkan umat Islam untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap sesama manusia, terkecuali orang-orang yang memerangi umat Islam. Hal
ini diungkapkan dalam ayat berikut ini:
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS 60:8)
Dan Islam juga tidak pernah memerintahkan manusia untuk berbuat keji, bahkan
sebenarnya Islam melarang manusia untuk berbuat keji. Banyak orang yang mengaku
bahwa mereka membela Islam, menegakkan hukum Islam dan lain sebagainya. Akan
tetapi semua ini tidak benar, mereka hanya mengada-ada, sebagai topeng keburukan
mereka, sebagai pembenaran atas perbuatan keji mereka. Al Quran sudah
mengingatkan manusia akan hal ini, seperti yang tertulis dalam ayat berikut ini:
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: “Kami
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh
kami mengerjakannya.” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh
(mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS 7:28)
Dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan kita akan orang-orang munafik yang
mengatasnamakan Islam sebagai topeng kebohongan mereka. Mereka lebih
mempercayai pemimpin-pemimpin mereka, hadist-hadist palsu mereka, dan
terjemahan Al Quran yang palsu daripada jiwa dan semangat Islam yang sebenarnya
yang tertulis dalam Al Quran yang asli (terjemahan Al Quran yang benar).
Yang patut ditekankan di sini ialah, bahwa permasalahan terorisme dalam Islam
tidak ada kaitannya dengan istilah ‘irhab’, namun ia berkaitan dengan ayat-ayat yang
menjunjung tinggi jiwa, harta dan harkat martabat manusia. Dimana ayat-ayat ini
tidak membenarkan dan mengecam aksi-aksi terorisme yang membahayakan dan
tidak mengabaikan jiwa, hak dan kehormatan seorang manusia. Islam sangat
melarang dan sekali-kali tidak membenarkan seseorang untuk membunuh dan
meregut nyawa orang lain, kecuali pada kondisi tertentu yang menuntut. Selain itu,
juga tidak dapat dilupakan bahwa dalam al-Qur’an terdapat hukuman dan
konsekwensi yang berat bagi mereka yang melakukan pengrusakan di muka bumi dan
aksi teror yang mengorbankan jiwa, harta dan kehormatan orang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa agama Islam sejak masa kemunculannya telah mengajak umat
manusia untuk menjauhi tindakan kekerasan dan aksi teror, tentunya dengan
mengamalkan dengan baik ajaran-ajaran agama Islam akan membentuk sebuah
masyarakat yang tenteram dan aman serta terhindar dari kejahatan terorisme.
Guna merealisasikan hal ini dalam ayat lain al-Qur’an menganggap orang yang
membunuh seseorang tanpa alasan yang benar, sama seperti ia telah membunuh
seluruh seluruh manusia. Allah SWT berfirman, “Oleh Karena itu kami tetapkan
(suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan Karena
membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia
seluruhnya. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka
seolah-olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya
Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-
keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itusungguh-
sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (Q.S. Al-Maidah:
32).
Dari ayat ini pun dapat difahami bahwa hanya terdapat dua kelompok manusia
yang layat untuk dibunuh atau di hukum mati, yang pertama ialah mereka yang telah
melakukan pembunuhan dengan sengaja, dan yang kedua ialah mereka yang telah
berbuat kerusakan di muka bumi. Jelaslah mengeksekusi orang-orang yang tidak
melakukann dua pelanggaran besar ini, sama sekali tidak dapat dibenarkan dan
pelakunya pun dianggap telah melakukan pembunuhan seluruh manusia.
Ayat ini dengan gamblang menunjukkan bahwa tindakan sebagian oknum yang
melakukan berbagai aksi teroris dengan mengatasnamakan Islam dan al-Qur’an sama
sekali tidak dibenarkan dan tidak memiliki legitimasi, dimana tindakan ini muncul
akibat pemahaman yang menyimpang atas ayat-ayat al-Qur’an.

2.6.Kekerasan yang Mengatasnamakan Agama


Upaya mendistorsikan islam terus dilakukan oleh pihak-pihak yang benci
terhadap islam. Seringkali mereka mengahalalkan segala cara untuk menyerang islam
dan pemikirannya. Isu terorisme merupakan isu dipandang paling memiliki nilai
strategis diangkat suatu saat untuk menyudutkan umat islam beserta ajaran jihadnya.
Dituduhkan bahwa ajaran jihad-menurut versi mereka- adalah tindakan amoral
sekaligus menjadi akar kekerasan yang terjadi dimasayarakat seperti beberapa
peristiwa pengeboman yang kian marak terjadi ditanah air. Hasilnya umat-yang
mengalami kemunduran taraf berfikirnya- termakan oleh isu murahan tersebut.
Seakan-akan islam sebagai pihak tertuduh.dalam posisi yang lemah akhirnya umat
bersikap defensif apologetic, yakni sebuah sikap terbalik, inginnya memang membela
islam -sebagai pihak tertuduh- akan tetapi justru pembelaan tersebut menjauhkan
dirinya dari islam dengan cara menginterpretasikan hukum-hukum islam sesuai
dengan kehendak (kongklusi) sang penuduh. Seperti contohnya, islam itu agama
damai tidak mengajarkan kekerasan. Agama islam disebarkan keseluruh dunia
dengan cinta kasih. Jihad maknanya bukan semata-mata perang, tetapi lebih
bermuatan luas dan positif yaitu bersungguh-sungguh dalam mengejar ilmu,
mengentaskan kemiskinan, melawan hawa nafsu atau jihad teknologi. Begitulah
mereka mencoba menakwilkan islam-khusunya jihad- sesuai dengan kehendak
penuduh. Dengan demikian realitanya umat islam akan semakin terjauhkan dari
kernihan fikrah dan thariqahnya (mabda’ islam). padahal kedua variabel tersebut
menjadi point peting kembalinya umat kepada kebangkitannya.
Mengapa mereka memainkan isu ini kemudian dituduhkan kepada islam dan
umatnya? Selidik punya selidik ternyata musuh-musuh islam (peradaban kapitalisme)
memahami bahwa islam memiliki pilar-pilar yang menjadi rahasia kebangkitannya,
yaitu Aqidah, Khilafah dan Jihad. Ketiga pilar ini dipandang sebagai penghalang
utama bagi peradaban kapitalisme untuk melanggengkan hegemoninya diduni islam.
Dan itu semua benar, mereka sikapi dengan sangat serius melalui berbagai cara baik
itu upaya hard power maupun soft power. Cara yang paling ampuh adalah soft power.
Soft power dilakukan dengan cara-cara terselubung melalui propaganda, merangkul
media, ormas islam, menggandeng LSM komprador dan sebagainya, mengangkat isu-
isu krusial guna menyerang ketiga pilar islam yaitu aqidah, khilafah dan jihad.
Akhirnya penyesatan pun mereka lakukan dengan memasifkan kajian-kajian dan
opini tentang demokrasi, hak asasi manusia, feminisme, kestaraan gender, tafsir
hermeneutika, islam moderat, anti radikalisme, membela aliran sesat (seperti
Ahmadiyah), Negara Kesatuan Republik Indonesia Harga Mati, sampai menolak
jihad yang dianggap sebagai tindakan kekerasan yang harus ditindak secara hukum.
Oleh sebab itu, umat harus disadarkan agar tidak termakan oleh propaganda
musuh islam untuk menjauhkan umat dari islam yang sebenarnya. Kembali pada
pembahasan utama yaitu mengenai opini kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Kata kekerasan menjadi ‘momok’ tersendiri bagi masyarakat umum. Kita harus
meluruskan istilah kekerasan ini pada konteks yang tepat. Seandainya kita sepakat
menolak segala tindak yang berbau kekerasan tanpa disikapi dengan kritis dan
terlepas dari konteks maka akan sangat kabur jadinya.
Dalam islam standar perbuatan seorang muslim wajib didasarkan pada hukum
syara’. Sehingga terdapat kaidah syara’ yang sangat mashur dikalangan ulama
menyebutkan;
‫عي الشر م باحكا التقيد فعل األ في االصل‬

2.7.Sikap Umat Islam terhadap Teroris


Pasca pengeboman terakhir yang terjadi beberapa waktu lalu, berkembang
berbagai opini dan penilaian tak menentu di masyarakat negeri ini tentang terorisme
dan para pelakunya, dengan berpatokan pada tanda-tanda yang serba bias. Suasana ini
semakin diperparah dengan munculnya “tokoh-tokoh” memberikan berbagai
komentar, yang berbagai komentar tersebut kemudian dilansir oleh media. Kondisi ini
mendorong kami untuk tampil memberikan penjelasan singkat kepada kaum
muslimin :
1. Terorisme berlabelkan Islam yang muncul pada masa sekarang sebenarnya
berakar dan merupakan kelanjutan dari paham sesat khawarij, yang telah
muncul pada awal-awal Islam. Paham ini merupakan paham yang muncul
karena semangat yang tinggi membela Islam namun ekstrim dalam memahami
dan menerapkan dalil-dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah, dengan bekal
pemahaman yang pendek tanpa mau merujuk kepada para ‘ulama Ahlus
Sunnah wal Jama’ah. Sehingga mereka salah total dalam mengaplikasikan
dalil-dalil.

2. Terorisme – Khawarij bukan bagian dari agama Islam. Tindakan tersebut


bertentangan dengan agama Islam, di samping juga sangat berbahaya bagi
agama Islam dan bagi umat manusia. Tidak ada satu dalil pun dalam Al-Qur`an
dan As-Sunnah yang menganjurkan atau membenarkan memperjuangkan Islam
dengan cara terorisme, atau dengan aksi-aksi kekerasan para teroris – khawarij,
baik dengan cara pengeboman, pembunuhan, perampokan, penentangan
terhadap pemerintah muslimin, dll.
3. Jihad merupakan amalan yang agung dan mulia dalam Islam. Jihad yang
diajarkan dalam Islam adalah jihad yang membawa rahmah. Jihad dalam Islam
ada aturan, syarat-syarat, dan rinciannya. Jihad dalam Islam ditentukan oleh
para ‘ulama Ahlus Sunnah. Bukan dilakukan dengan sembarangan dan brutal,
apalagi dengan cara-cara teror. Aksi-aksi yang dilakukan oleh para teroris –
khawarij tersebut bukanlah jihad sama sekali.

4. Dakwah Salafiyyah adalah dakwah hikmah yang mengusung dakwah para Nabi
dan Rasul. Dakwah Salafiyyah jauh dan bersih dari paham sesat teroris –
khawarij. Banyak pihak yang mengklaim Salafiyyah, namun mereka salah
dalam memahami dan menerapkan salafiyyah itu sendiri.

9. Berhukum dengan hukum Allah merupakan kewajiban setiap muslim,


termasuk pemerintah kaum muslimin. Namun tidak semua orang yang tidak
berhukum dengan hukum Allah serta merta divonis kafir dan dinyatakan halal
darahnya, atau divonis kafir pemerintahnya. Semua itu ada rinciannya dalam
Islam.

10. Setiap mukmin harus berloyal kepada Islam dan kaum muslimin, di sisi lain
setiap muslim harus berlepas diri dan benci kepada kekafiran dan orang-orang
kafir. Namun dalam menerapkannya ada aturan dan rincian yang telah
ditetapkan oleh syari’at. Tidak semua orang kafir boleh dibunuh atau
diperangi.

11. Bahwa penampilan Islami, seperti jenggot, baju gamis, celana di atas mata
kaki, istri bercadar, dll merupakan bagian dari Islam yang telah diajarkan dan
dicontohkan oleh junjungan kita Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ini merupakan ciri-ciri seorang muslim yang berpegang teguh pada
agamanya. Wajib bagi kaum muslimin untuk mencintai cara penampilan Islami
tersebut. Namun kaum teroris – khawarij telah menodai ajaran Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tersebut, dengan mereka terkadang juga berpenampilan
dengan penampilan tersebut. Maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk
menganggap penampilan Islami tersebut sebagai ciri-ciri teroris – khawarij.

12. Kami mengajak kepada segenap kaum muslimin untuk kembali berpegang
teguh kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan cara pemahaman dan
pengaplikasian yang benar, yaitu dengan metode Ahlus Sunnah wal Jama’ah
yang sesuai dengan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan
para shahabatnya. Dalam semua aspek, baik dalam aqidah, ibadah, akhlak,
maupun dalam bermuamalah. Sehingga kaum muslimin bisa bersikap dan
menilai segala hal di atas landasan agamanya. Termasuk dalam menyikapi
berbagai aksi terorisme kaum khawarij, kaum muslimin bisa bersikap
berlandaskan Al-Qur`an dan As-Sunnah, tidak terombang ambing oleh
pemberitaan media maupun komentar tak bertanggungjawab dari para tokoh
yang tidak jelas motivator dan kapasitas ilmunya.

2.8 Pengertian Narkoba

Narkoba merupakan singkatan dari (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif


lainnya). Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum seperti
polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas
Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut
adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya
lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada
intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang
sama. Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian dari:
Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan”. Psikotropika adalah “zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku”. Bahan adiktif lainnya adalah “zat atau bahan lain
bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat
menimbulkan ketergantungan” Meskipun demikian, penting kiranya diketahui bahwa
tidak semua jenis narkotika dan psikotropika dilarang penggunaannya. Karena cukup
banyak pula narkotika dan psikotropika yang memiliki manfaat besar di bidang
kedokteran dan untuk kepentingan pengembangan pengetahuan.
Menurut UU No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997, narkotika dan
psikotropika yang termasuk dalam Golongan I merupakan jenis zat yang
dikategorikan illegal. Akibat dari status illegalnya tersebut siapapun yang memiliki,
memproduksi, menggunakan, mendistribusikan atau mengedarkan narkotika dan
psikotropika Golongan I dapat dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.

2.9 Hukum Narkoba Dalam Pandangan Islam

Dalam Alqur‟an tidak ada/tidak diketemukan terminologi narkoba. Begitu juga


dalam hadis-hadis Rasul tidak dijumpai istilah narkoba karena narkoba merupakan
istilah baru yang muncul sekitar abad dua puluh. Istilah "narkoba" baru muncul kira-
kira sekitar tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian
barang-barang yang termasuk narkotika dan bahan bahan adiktif atau obat-oabat
aditif yang terlarang. Oleh karena itu untuk memudahkan berkornunikasi dan tidak
menyebutkan istilah yang tergolong panjang maka kata narkotika, Psikotropika dan
bahab-bahan adiktif yang terlarang disingkat menjadi NARKOBA.
Meskipun nash (Alqur‟an dan Sunnah Rasulullah Saw) tidak menyebut narkoba
secara eksplisit akan tetapi nash mengatur secara jelas dan tegas prinsip-prinsip dasar
yang dapat dijadikun acuan dalam menemukan dalil pendukung berkaitan dengan
permasalahan narkoba. Dalam kajian ushul fiqh, bila sesuatu belum ditentukan status
hukumnya, maka bisa diselesaikan memalui metode qiyas atau metode lainnya. Atas
dasar itu, sebelum penulis menjelaskan defenisi narkotika terlebih dahulu penulis
uraikan defenisi khamar. Secara etimologi, khamr (‫ ) ًخش‬berasal dari kata khamara
(‫ ) ًخش‬yang artinya adalah penutup dan menutupi. Maksud penutup adalah bahwa
khamr dapat menutup akal fikiran dan logika seseorang bagi yang meminumnya atau
mengkonsumsinya. Sedangkan secara terminologi. al-Isfihani menjelasakan khamr
berarti minuman yang dapat menutup akal atau memabukkan, baik orang yang
meminumnya itu mabuk ataupun tidak. Jadi minuman yang memabukkan itu disebut
khamr karena ia dapat menutup akal manusia. Inilah salah satu alasan yang kuat
khamr diharamkan dalam Islam disamping beberapa alasan lain.
Dampak buruk yang ditimbulkannya adalah akal sehatnya terkontaminasi dan
terhalang dengan khamr sehingga tidak jarang peminum khamr normalitas akal
sehatnya terganggu dan mengakibatkan tidak sadar. Pendapat kedua menyatakan;
dinamakan khamr, karena dapat menutupi atau menghalangi akal, seperti lafaz ‫ " ًخاس‬,
.‫ انًشاج‬5
Secara terminologi sebagaimana dijeaskan oleh Muhammad Syaltut khamar adalah:

Artinya: khamar menurut pengertian syara‟ dan bahasa Arab adalah sebutan
untuk setiap yang menutup akal dan menghilangkannya, khususnya zat yang
dijadikan sebagai bahan minuman keras, baik yang terbuat dari anggur maupun yang
dibuat dari lainnya Syaltut dalam pandangannya seperti di atas menyamakan antara
khamar dalam Alqur‟andengan istilah yang digunakan oleh orang arab. Dengan
begitu dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang dapat mengganggu berfungsinya
akal, apakah dia terbuat dari tanaman atau bahan-bahan lain disebut dengan khamar.
2.10 Manfaat dan Madharat Narkoba

Pada dasarnya narkoba banyak memiliki madharat dari pada manfaat, karna
narkoba hanya dapat digunakan dengan dosis yang kecil hal itu juga untuk keadaan
terpaksa. Sudah umum diketahui bahwa kebiasaan mengkosumsi narkoba dalam
waktu lama akan mengakibatkan kerusakan hati, jantung, pangkreas dan peradangan
lambung. Dapat pula merusak secara permanen jaringan otak, sehingga menimbulkan
gangguan daya ingatan, kemampuan penilaian, kemampuan belajar dan bahkan
gangguan jiwa. Lebih jauh lagi akan menimbulkan gejala mudah tersinggung dan
kurang perhatian terhadap lingkungan, menekan pusat pengendalian diri sehingga
menjadi berani dan agresif dan tidak terkontrol.

Berbahaya bagi akal pikiran dan urat-urat syaraf. Berbahaya bagi harta benda dan
keluarga. Minum khamar, sama dengan menghisap candu, dan menimbulkan
ketagihan. Seseorang yang telah ketagihan minum khamr, baginya tak ada nilai harta
benda, berapa saja harga khamr itu akan dibelinya, asal ketagihannya terpenuhi.
Kalau sudah demikian halnya, maka khamr itu membahyakan pergaulan dan
masyarakat, menimbulkan permusuhan, perkelahian dan sebagainya. Rumah tangga
akan kacau, tetangga tak aman dan masyarakat akan rusak, lantaran minum khamr.
Akan terlihatlah manusia yang mabuk-mabukan, yang mengganggu keamanan dan
ketertiban.

Di bawah ini akan diuraikan satu persatu beserta hasil penelitian yang bisa
meluruskan pendapat/pernyataan yang keliru mengenai dampak positif narkoba,
antara lain:

a. Narkoba dan nafsu makan

Sebagian orang berpendapat, sedikit mengkonsumsi narkoba dapat menambah


nafsu makan. Menurut hasil penelitian, perasaan tersebut hanyalah pengaruh sugesti
kejiwaan belaka. Padahal tidak semua jenis narkoba dapat menambah nafsu/selera
makan. Memang ada jenis narkoba tertentu yang membaca dampak fisik berupa nafsu
makan bertambah, jenis narkoba itu hanya terdapat pada ganja, akan tetapi justru
dampak negaiif ganja jauh lebih besar bila dibandingkan dengan dampak positif yang
ada. Sementara untuk jenis narkoba yang lain justru membawa dampak
mudharat/membahayakan, baik dari segi fisik maupun dari segi psikis. Secara umum
dampak negatif narkoba bagi fisik si penyalahguna diantaranya; kerusakan organ
vital, termasuk otak, jantung, paru-paru, hati, ginjal dan organ reproduksi. Sementara
akibat buruk dari penyalahgunaan narkoba diantaranya: gelisah, cemas, paranoid,
euphoria, depresi, dan lain sebagainya."

b. Narkoba dan saluran air kencing/air seni

Terdapat sebagian pendapat yang menyatakan bahwa mengkonsumsi morfin


(salah satu jenis opioida) dapat memperlancar air kencing. Morfin bekerja pada
reseptor opiat yang terdapat pada pusat susunan synraf dan perut. Penyalahgunaan
narkoba jenis ini (morfin) akan membawa dampak fisik berupa; timbul perasaan tidak
enak, mual dan muntah, merasa cemas dan ketakutan, kejang lambung, muka merah,
gatal sekitar hidang, serta meningkatkan antidiuretik hormon sehingga produksi air
seni/air kencing berkurang.

c. Narkoba dan kondisi badan

Mengenai pendapat orang yang menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi


narkoba dalam kondisi cuaca yang dingin dapat membatu menghangatkan badan.
Pendapat ini perlu diluruskan, mengingat dengan masuknya kadar narkoba walaupun
hanya sedikit akan menjadikan kantung darah pada kulit dan wajah jadi mengembang
dan menimbulkan wama kemerah-merahan, seolah-olah darah tercurahkan, sehingga
menimbulkan waham atau dugaan bahwa tubuhnya telah mencapai kondisi suhu yang
sangat panas, padahal akibat mengembangkan kantung darah pada kulit dan wajah,
efek lebih lanjut akan mengeluarkan rasa panas dari dalam tubuhnya.
d. Narkoba dan aspek sosiologis

Sebagian orang berpendapat bahwa dengan mengkonsumsi narkoba, seseorang


akan menjadi insan atau pribadi sosial yang mencintai dan menyayangi orang lain,
supel, banyak kawan, ramah dan penuh kasih sayang. Kalau diteliti lebih dalam
akibat atau dampak buruk yang ditimbulkan karena penyalahgunaan narkoba justru
sangat berbahaya, yaitu menjadi penyebab lemahnya akal. Hal ini pada gilirannya
mengakibatkan semakin berkurangnya rasa dan kesadaran seseorang, berkurang
kontrol ucapannya, sehingga pembicaraannya iidak terarah, berkurangnya kontrol
emosi dan lain sebagainya. Bagaimana muugkin orang yang pembicaraannya tidak
terarah dan tidak dapat menahan emosi dapat menjadi manusia sosial yang peka,
peduli dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam hidup di tengah
masyarakat Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hukum
penggunandan pengedar narkoba adalah Haram.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Setelah mengkaji definisi terorisme berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an, hadis-


hadis dan pernyataan-pernyataan fuqaha dapat disimpulkan bahwa meskipun dalam
teks-teks agama Islam tidak disebutkan kata atau istilah yang benar-benar sepadan
dengan istilah terorisme, akan tetapi dari naskah-naskah yang ada kita mendapatkan
bahwa sejak awal kemunculannya, Islam telah melarang setiap orang muslim untuk
melakukan aksi teror, bahkan tidak cukup hanya itu, Islam pun telah memberikan
solusi dan strategi guna menghadapi dan memerangi gerakan terorisme.

Ringkasnya, agama suci Islam mengandung ajaran-ajaran yang bukan hanya


melarang dan menyatakan keilegalan segala bentuk tindakan terorisme, bahkan
melihat solusi yang ditawarkan guna menghadapi gerakan terorisme, ajaran-ajaran
tersebut dapat menjadi acuan bagi undang-undang internasional dalam rangka
memberantas akar terorisme dari dunia ini.

3.2 Saran
Makalah ini berupaya untuk membuktikan bahwa agama Islam memiliki
kepedulian yang tinggi seputar masalah terorisme. Dan merurut pandangan Islam,
definisi yang diutarkan para ilmuan barat mengenai istilah terorisme merupakan batas
minimal sesuatu yang harus ditekankan dalam sebuah masyarakat, namun ia tidak
dapat menjadi penjamin bagi keamanan dunia. Dan untuk mencapai tujuan ini,
hedaknya mereka menjauhi pola pemikiran barat dalam pendefinisian terorisme,
sehingga mereka dapat mengidentifikasi hakikat terorisme sesuai perspektif Islam.
Karena tanpa demikian, kita tidak akan ada definisi terorisme yang Islami menurut
pandangan islam yang pada akhirnya kita pun tidak akan mencapai solusi yang
matang guna memerangi gerakan terorisme.
DAFTAR PUSTAKA

Adji, Indriyanto Seno.2001.Bali, “Terorisme dan HAM” dalam Terorisme: Tragedi


Umat Manusia.Jakarta: O.C. Kaligis & Associates.

Anonim. 2010. http://nunezbaehaqi.wordpress.com/2010/12/05/perkembangan-


antara-agama-islam-dan-ancaman-terorisme-di-indonesia/

Anonim. 2010. Terorisme. Dikutip dari laman


http://afifulikhwan.blogspot.com/2010/01/terorisme.html
Anonim. 2010. Dikutip dari laman
https://www.facebook.com/permalink.php?id=258991820857060&story_fb
id=323035581119350
anonim. 2012. Dikutip dari laman http://idayhidayatullah.blogspot.com/2012/05/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
anonim. 2010. Dikutip dari laman https://id-id.facebook.com/notes/kh-maimun-
zubair/islam-radikal-antara-pro-dan-kontra/10150103230997649
anonim. 2011. Dikutip dari laman
http://mushababdurrahman.blogspot.com/2011/02/meluruskan-istilah-
kekerasan.html

Arsyad, Muhammad. Trispa Juwita. 2016. Narkoba Dan Rokok Dalam


Pandangan Islam. Institut Agama Islam Negeri (Iain) Salatiga: Jawa

Kusumah, Mulyana W.2002.Terorisme dalam Perspektif Politik dan Hukum, Jurnal


Kriminologi Indonesia FISIP UI, vol 2 no III.Jakarta:Terbit Terang.

Anda mungkin juga menyukai