Anda di halaman 1dari 10

GRAND THEORY

1. Martha E. Rogers: Unitary Human Beings


Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan
 Martha E. Rogers berpendapat bahwa manusia merupakan kesatuan unit
dari sistem energi yang mempunyai rencana dan butuh pelayanan
kesehatan.
 Science of Unitary and Irreducible Human Beings merupakan teori yang
masih abstrak yang disintesa dari teori ilmu angka. Roger mensintesis ilmu-
ilmu yang berdasarkan sistem manusia itu sistem terbuka, luas, sistem
lingkungan yang terbuka. Dia juga membawa beberapa konsep, termasuk
didalamnya adalah ide yang datang tak terduga, sistem kehidupan yang
memiliki struktur organisasi dan manusia adalah sentient, berfikir kritis,
waspada, perasaa dan memilih. Dari semua teori konsep tersebut, Roger
mengembangakan teori asli Unitary Man.
 Manusia sebagai makhluk unit bersama lingkungan adalah fokus dari praktek
keperawatan, karena kita sebagai perawat melihat dan mengkaji klien
sebagai makhluk unit individu. Komponen lainnya seperti misalnya tenaga,
keterbukaan, pandimensionality dan struktur disebut juga “building blocks”.
Prinsip dari homeodynamics (reso-nancy, helicy, and integrality) yang
menjelaskan kealamian atau keaslian dari hubungan interaksi antara unitary
human beings dan lingkungan
2. Dorothea E. Orem : Self Care Defisit Theory of Nursing
Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan
Orem menjelaskan bahwa grand teori keperawatan digambarkan menjadi
tiga teori, yaitu:
1. Theory of nursing systems adalah bahwa perawat sebagai produsen dan
pemberi layanan kesehatan bagi seseorang yang membutuhkan layanan
kesehatan.
2. Theory of self-care deficit adalah dimana seseorang membutuhkan layanan
kesehatan, namun dalam keterbatasan, baik keterbatasan fasilitas kesehatan
maupun sarana untuk mencapainya.
3. Theory of self-care adalah fungsi regulasi manusia dimana seseorang harus
mempertahankan kehidupan dan kesehatannya.
Ketiga teori tersebut saling berhubungan, teori self-care deficit maknanya
mengapa seseorang diuntungkan dengan adanya perawat. Teori self-care
yang mnejadi dasar dari ketiganya yang menggambarkan tujuan, metode
dan hasil daripada perawatan mandiri itu sendiri (Alligood, 2014).

tidak spesifik (Alligood, 2013; McEwen&Wills, 2010).


3. Imogene M. Kings : King’s Conceptual System and Theory of Goal Attainment
and Transactional Process
Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan
King mengatakan bahwa beberapa ilmuwan telah melakukan riset
mengenai interaksi human being dengan lingkungan merupakan suatu desain dari
kerangka konsep yang tergantung pada variabel dan beberapa konsep.
Sedangkan menurut Wills (2011), teori King meruapakan turunan dari Goal
Attainment teori yang menghasilkan beberapa asumsi yang berhubungan dengan
relasi antar individu, diantaranya (1) individu merupakan makhluk sosial, ,sentient,
rasional, bereaksi dan (2) adanya kontrol, tujuan, aksi/tindakan dan perilaku
(Alligood, 2014).
Adanya interaksi antara perawat dan klien, King percaya bahwa:
1. Persepsi antara perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi,
2. Tujuan, kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien mempengaruhi proses
inetraksi,
3. Individu mempunyai hak untuk memperoleh informasi pengetahuan,
4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang dapat mempengaruhi kehidupan, kesehatan dan
pelayanan komunitas,
5. Individu mempunyai hak untuk memperoleh atau menolak perawatan
6. Tujuan dari pemberi layanan kesehatan mungkin tidak sejalan dengan
tujuan klien.
Interaksi tersebut mengahruskan perawat agar (1) perawat dapat merawat
klien secara human being, (2) perawat harus berpikir kritis, mengambil keputusan
dan action sesuai kebutuhan klien, (3) menjalin hubungan timbal balik anatara
perawat dan klien dan (4) target keperawatan adalah menolong individu dan
kelompok mempertahankan derajat kesehatan. Kerangka kerja King menjelaskan
perkembangan terhadap teori personal system empathy (Alligood, 2014).
4. Betty Newman: System Model
Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan
Menurut Wills (2011), konsep yang digunakan Neuman yaitu pendekatan
terhadap kebutuhan manusia atau bentuk dari stres yang dihasilkan. Neuman
percaya bahwa penyebab stres dapat diidentifikasi melalui intervensi keperawatan.
dia menekankan bahwa kebutuhan manusia itu bersifat dinamis dan perawat harus
mampu melakukan pengkajian masalah, menentukan tujuan yang akan dicapai dan
menggunakan konsep pencegahan sebagai intervensinya.
Neuman juga mendefinisikan manusia sebagai klien atau sistem klien yang
terdiri dari berbagai macam variabel (physio-logical, psychological, sociocultural,
developmental, spiritual). Tiap-tiap variabel tersebut dapat dibentuk oleh masing-
masing manusia sebagai klien atau mempertahankan sistem kestabilan dan
integritas klien. Model Neuman ini tidak hanya digunakan di seting critcal care yang
mengarah ke level stabil, namun juga dapat dilakukan di setingkomunitas
mengingat dalam intervensinya lebih menekankan pada tindakan preventif
(Alligood, 2014).
5. Dorothy E. Jonshon: Behaveoral System Model
Asumsi Mayor, Konsep dan Hubungan
Menurut Wills (2011), Johnson mengembangkan konsep model perilaku pada tahun
1950. Fokus dari perilaku yaitu kebutuhan, manusia sebagai sistem perilaku dan perwujudan
stress sebagai asuhan keparawatan. Konsep manusia didefinisikan sebagai sistem perilaku.
Johnson mendefinisikan arti sehat adalah derajat reguler dan konstan dari perilaku dan
sistem perilaku merefleksikan adaptasi terhadap lingkungan sukses atau tidaknya seseorang
menuju derajat yang diharapkan termasuk adaptasi stres dari internal maupun eksternal.
Model Johnson dapat digunakan dalam praktek keperawatan dan penelitian
keperawatan yang mengahsilkan signifikansi. Namun nyatanya model ini lebih cocok jika
digunakan dalam situasi pengembangan kurikulum pembelajaran baru, dan ini diadaptasi
untuk digunakan di situasi rumah sakit.

MIDDLE RANGE THEORY

1. Self Trancendence (Pamela G. Reed)


Konsep Kunci
1) Vulnerability
Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable meningkatkan
kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di dalamnya adalah keadaan gawat
seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan pengasuhan.

2) Self-Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu gerak dari
yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
Menurut Pamela G Reed, Self Transcendence didefiniskan sebagai pengembangan
konsep diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu :
Inwardly (batiniah) : melakukan refleksi introspeksi diri terhadap pengalaman-
pengalaman yang telah dialami.
Outwardly (lahiriah), diartikan pentingnya berinteraksi dengan lingkungannya.
Temporally (duniawi) : menggunakan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran untuk
mencapai tujuan masa depan.

3) Well-Being
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
4) Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang berkontribusi terhadap
kondisi yang baik, misalnya : usia, jenis kelamin, kemamapuan kognitif, pengalaman
hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu.

5) Point of Intervention
Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi.
Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari
dalam diri seseorang terhadap transendensi diri
Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual yang
mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel ; hubungan antar
transendensi diri dan keadaan baik/sehat.

2. Teori Chronic Sorrow

Dukcita kronis atau chronic sorrow


Penderitaan atau dukacita kronis adalah suatu perbedaan yang berkelanjutan sebagai
hasil dari suatu kehilangan, dengan karakteristik dapat menyebar dan bisa juga menetap.
Gejala berduka berulang pada waktu tertentu dan gejala ini berpotensi progresif.
Studi NCRCS (The Nursing Consortium for Research on Chronic Sorrow) ini meliputi :
a. Individu dengan kanker (Eakes, 1993), infertility (Eakes et al., 1998), Multiple
Sclerosis (Hainsworth, Burke, Lindgren, & Eakes, 1993 ; Hainsworth, 1994), dan
Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996)
b. Spouse caregivers/ individu yang memiliki pasangan hidup dengan penyakit mental
kronik (Hainsworth, Busch, Eakes, & Burke, 1995), Multiple Sclerosis (Hainsworth,
1995), dan Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996)
c. Parent caregivers/ orang tua yangmemiliki anak dewasa dengan penyakit mental
kronik (Eakes, 1995)

2. Kehilangan
Kehilangan terjadi akibat dari perbedaan antara suatu “ideal” atau harapan dan situasi
nyata atau pengalaman. Kehilangan (Loss) adalah situasi aktual atau potensial dimana
seseorang atau objek yang dihargai tidak dapat dicapai atau diganti sehingga dirasakan
tidak berharga seperti semula.

3. Peristiwa Pencetus
Peristiwa pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi-kondisi berbeda atau perasaan
kehilangan yang berulang (kambuh)atau baru mulai yang memperburuk perasaan
berduka. NCRCS membandingkan dan membedakan pencetus pada individu dengan
kondisi kronik, family caregivers, pada orang yang kehilangan (Burke, Eakes, &
Hainsworh, 1999).

4. Metode Manajemen
Metode manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima penderitaan kronis.
Bisa secara internal (strategi koping individu) atau eksternal (bantuan tenaga kesehatan
atau intervensi orang lain). Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah
bila efektif dalam mengatur perasaan, bisa secara internal maupun ekternal. Strategi
manajemen perawatan diri diatur melalui strategi koping internal. NCRCS ditunjuk lebih
lanjut untuk mengatur strategi koping internal seperti tindakan, kognitif, interpersonal
dan emosional.
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu dengan kondisi
kronis dan pemberi perawatannya. (Eakes , 1993, 1995, Eakes at al., 1993, 1999;
Hainsworth et al., 1995; Lindgren, 1996). Kognitif koping contohnya berpikir positif,
membuat sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan diri bila tidak mampu
(Eakes, 1995; Hainsworth, 1994, 1995). Contoh koping interpersonal adalah pergi
memeriksakan diri ke psikiater, masuk dalam suatu kelompok atau group dan bicara atau
berkomunikasi dengan orang lain (Eakes, 1993; Hainsworth, 1994, 1995)
Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya (Eakes, et al., 1998;
Hainsworth, 1995). Manajemen eksternal adalah intervensi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan (Eakes et al., 1998). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional
dapat membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga profesional
yang kompeten lainnya.

5. Inefektif Manajemen
Strategi manajemen yang tidak efektif mengakibatkan meningkatnya ketidaknyamanan
individu atau menambah rasa duka yang mendalam.

6. Efektif manajemen
Strategi manajemen yang efektif berperan penting meningkatkan kenyamanan perasaan
individu secara efektif.

3. Teori Depresi Postpartum/ Postpartum Depression Theory (Cheryl Tatano


Beck, DNSc, CNM, FAAN)
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering diabaikan dalam
perawatan kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan, kebingungan, dan
keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi hubungan ibu-bayi dan
menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak. Teori ini membedakan
depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan postpartum lainnya dan aspek-
aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor risiko, intervensi, dan efek pada
hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas tentang Instrumen yang tersedia yang
digunakan untuk skrining depresi postpartum. Cheryl menegaskan bahwa depresi
merupakan hasil dari kombinasi stres fisiologis, psikologis, dan lingkungan dan bahwa
gejala bervariasi dan kemungkinan akan muncul beberapa gejala.
Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi postpartum.
NURSE program ini meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk menyembuhkan
depresi postpartum, yaitu:
 Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)
 Understanding (pemahaman)
 Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)
 Spirituality (spiritualitas)
 Exercise (latihan)
Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan ibu yg
bersangkutan. Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau dua aspek dalam
satu waktu, namun program ini harus diselesaikan dalam setiap tahap penyembuhan
mereka.

4. Theory of Caring Oleh Kristen Swanson


Konsep Mayor dan Definisi
Caring adalah cara mengasihi orang lain dengan adanya komitmen dan tanggungjawab
terhadap orang tersebut (Swanson,1991).
Knowing dalam hal ini dimaksudkan memahami arti sebuah peristiwa yang terjadi dalam
hidup orang lain, menghindari asumsi-asumsi, berfokus pada orang yang dirawat /
pasien, mengkaji, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi
asuhan dalam proses “knowing” atau pengenalan (Swanson,1991).
Being with dalam hal ini dimaksudkan mendukung orang lain secara emosional
termasuk keberadaannya untuk orang lain dan berbagi kesedihan dengan orang tersebut
(Swanson,1991).
Doing for yang dimaksud adalah melakukan sesuatu demi kepentingan orang lain
termasuk memenuhi kebutuhan, kenyamanan, dan melindungi orang tersebut
(Swanson,1991).
Enabling yaitu memfasilitasi orang lain untuk melalui masa-masa transisi dalam
hidupnya dan melewati setiap peristiwa hidupnya dengan berfokus pada peristiwa
tersebut, mendukungnya, memberi penjelasan, memvalidasi apa yang dirasakan,
menemukan alternatif penyelesaian, dan memberikan feedback / umpan balik
(Swanson,1991).
Maintaining belief yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap
peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan
dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap
optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan
selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun.
5. Teori Keraguan terhadap penyakit/ Uncertainty in Illness Theory
Teori ini menjelaskan bahwa keraguan dapat mempengaruhi kemampuan pasien
untuk beradaptasi pada suatu penyakit.
Keraguan terhadap penyakit berhubungan dengan penyesuaian yang buruk, dan
sering perlu dinilai sebagai ancaman yang memiliki efek merusak. Dalam populasi sakit,
keraguan terhadap penyakit terkait dengan kepekaan yang meningkat terhadap nyeri dan
toleransi yang menurun terhadap rangsangan nyeri. Keraguan terhadap penyakit juga
terkait dengan koping maladaptif, distress psikologis yang lebih tinggi, dan penurunan
kualitas hidup.

PRACTICE THEORY
1. Bonding attachment theory,
2. Therapeutic touch,
3. Exercise as selfcare,
4. Caring for patient with chronic skin disease,
5. Quality of care
TUGAS FALSAFAH
CONTOH GRAND TEORI, MIDDLE RANGE TEORI,
DAN PRACTICE TEORI

OLEH :

NUR FUADI NISAH DARWIS


C051171306

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017

Anda mungkin juga menyukai