Anda di halaman 1dari 114

JURNAL SKALA HUSADA

ISSN 1693-931X
Volume X No 1 April 2013 Halaman 1 - 112
KARAKTERISTIK PEROKOK DI INDONESIA (Kajian terhadap hasil RISKESDAS 2007 – 2010)
Mochammad Choirul Hadi 1-6
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN IBU DALAM MERAWAT ANAK DIARE
Ni Luh Kompyang Sulisnadewi 7 - 12
PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUALITAS REMAJA OLEH PENDIDIK SEBAYA TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS
NGK Sriasih, NW Ariyani, Juliana Mauliku, AA Istri Dalem Cinthya Riris 13 - 19
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG
Ni Nyoman Dewi Supariani 20 -24
PROFIL LULUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES DENPASAR DI PASAR
KERJA
NK Ratmini, IM Budi Artawa, I GA Raiyanti 25 - 30
EFEKTIFITAS LAMA PEMAPARAN EKSTRAK DAUN ZODIA TERHADAP DAYA BUNUH
JENTIK Aedes aegypti
IK Aryana, IW Sali, IW Suarta Asmara 31 - 38
EKSTRAK GAMBIR MEMILIKI DAYA HAMBAT TERHADAP PERTUMBUHAN
Staphylococcus aureus SECARA INVITRO
IW Merta, IN Nuidja, NM Marwati 39 - 43
KANDUNGAN POLIFENOL DAN PROTEIN TEPUNG KEDELE AKIBAT PERLAKUAN
PENGOLAHAN
Badrut Tamam dan I Putu Gilang Aditia 44 - 46
PENGARUH INDEKS PRESTASI KUMULATIF, MASA KERJA DAN PELATIHAN TERHADAP
KINERJA BIDAN LULUSAN POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEBIDANAN
NN Suindri, NW Ariyani, J Mauliku 47 - 53
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF
MANAJEMEN ASUHAN PADA IBU NIFAS NORMAL
NLP Sri Erawati, NK Somoyani, NGK Sriasih 54 - 59
PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN AKTIVITAS
KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK
IM Mertha dan Ade Laksmi 60 - 64
REVITALISASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR “AKTIFKAN PERKESMAS”
I Ketut Suardana 65 - 69
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN
PENGGUNAAN ALAT PARA SANGGING BERDASARKAN KARAKTERISTIK PARA
SANGGING DI PROVINSI BALI 2010
S. A Putri Dwiastuti, I G A A Pt. Swastini, MM Nahak 70 - 73
PELATIHAN SENAM DINGKLIK DISERTAI DIET RENDAH ENERGI
MENURUNKAN BERAT BADAN PADA KEGEMUKAN
IW Juniarsana, NM Dewantari, NK Wiardani 74 - 80
HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN IBU HAMIL DENGAN UKURAN ANTROPOMETRI BAYI
SAAT LAHIR DI DAERAH PENAMBANGAN EMAS DAN BUKAN DAERAH PENAMBANGAN
Yenny Moviana dan Indro Pamudjo 81 - 87
EFEKTIVITAS PELATIHAN TERHADAP KINERJA PETUGAS SURVEILANS DI KABUPATEN
BADUNG
A. A. Gd Agung, IM Suarjana, R Larasati 88 - 93
SOSIODEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN TENTANG METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA
PRIA DI PEDESAAN SERTA PERKOTAAN
Ni Wayan Armini 94 - 99
ANALISIS FAKTOR YANG MENDORONG MASYARAKAT MELAKUKAN PAP SMEAR DI KOTA
DENPASAR
I GA Dewi Sarihati, I GAM Aryasih, A Elly Yulianti 100 - 104
PENGARUH KELAS ANTE NATAL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, KETRAMPILAN
DAN KEBERHASILAN INISIASI MENYUSUI DINI PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PEMBANTU DAUH PURI DENPASAR
Ni Nyoman Sumiasih 105 - 112
Editorial

Dalam terminologi prevensi, masalah kesehatan berkaitan erat dengan perilaku. Itulah sebabnya
pendidikan dalam format apapun selalu menjadi kegiatan utama dalam upaya mencegah timbulnya
masalah kesehatan yang lebih gawat. Pendidikan Kesehatan mempunyai spektrum yang sangat
luas. Ia mencakup pendidikan bagi petugas kesehatan itu sendiri, seperti yang diungkapkan oleh
Suindri dkk yang meneliti tentang kinerja bidan berdasarkan prestasi belajar dan pelatihan yang
diikuti; Sri Erawati dkk yang mengkaji pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar
bidan; Putri Dwi Astuti dkk yang mengamati pengetahuan tentang kesehatan para sangging;
Ratmini dkk yang menggambarkan profil lulusan Diploma III Keperawatan Gigi; serta Gede
Agung dkk yang mempelajari kinerja petugas surveilans DBD. Ia juga mencakup pendidikan
bagi kelompok sasaran yang dianggap rawan masalah kesehatan, seperti hasil penelitian
Sulisnadewi tentang pendidikan keluarga dalam perawatan diare anak; pendidikan seksualitas
oleh teman sebaya oleh Sriasih dkk; pelatihan kemandirian bagi pasien stroke oleh Mertha
dkk; Pelatihan senam dingklik bagi penderita kegemukan oleh Juniarsana dkk; serta pengaruh
kelas antenatal terhadap keberhasilan insiasi menyusui dini oleh Sumiasih.
Disamping pendidikan kesehatan, deskripsi kelompok risiko masalah kesehatan juga menjadi isu
penting terutama dalam menentukan skala prioritas program kesehatan. Hal inilah yang coba
diungkapkan oleh Choirul Hadi yang menulis artikel tentang karakteristik perokok di Indonesia;
Dewi Supariani yang menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan
kesehatan gigi dan mulut; Suardana yang mengulas revitalisasi pelayanan kesehatan dasar; Armini
yang meneliti faktor sosiodemografi dan pengetahuan tentang metode operasi pria; Moviana
dkk yang meneliti hubungan antara konsumsi makanan ibu hamil dan ukuran antropometri bayi di
daerah penambangan dan bukan penambangan; serta Sarihati dkk yang menganalisis faktor
yang mendorong masyarakat melakukan pap smear.
Disamping mengkaji masalah kesehatan dari sudut tindakan prevensi, untuk memperkaya khazanah
penelitian bagi dosen di Lingkungan Politeknik Kesehatan Denpasar, Jurnal Skala Husada edisi
kali ini juga menampilkan beberapa penelitian eksploratif yaitu hasil penelitian Aryana dkk yang
mengkaji efektifitas lama pemaparan ekstrak daun zodia terhadap daya bunuh jentik Aedes
aegypti; Merta dkk yang meneliti Ekstrak Gambir memiliki daya hambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus secara in vitro; serta Badrut Tamam dkk yang meneliti Kandungan
polifenol dan protein tepung kedele akibat proses pengolahan.
Harapan kami, semoga pemuatan artikel yang lebih menekankan tindakan prevensi ini serta
penelitian eksploratif yang memperkaya khazanah penelitian ini dapat memicu bagi dosen di
lingkungan Poltekkes Denpasar yang belum pernah mengisi artikel, untuk segera mengirim karya
terbaiknya bagi penerbitan Jurnal Skala Husada pada edisi-edisi mendatang.
KARAKTERISTIK PEROKOK DI INDONESIA
(Kajian terhadap hasil RISKESDAS 2007 – 2010)

Mochammad Choirul Hadi1

Abstract. During the years 2000-2010 the Ministry of Health should make efforts in
order to meet the target lower total cigarette consumption in Indonesia at least one
percent a year. Submission of data in this paper is the result of data collection activities
Riskesdas of 2010 compared with the results of data collection Riskesdas 2007. Aim
to help predict the burden of non-communicable diseases in the future. The study
focused on the characteristics of smokers, such as age, gender, marital status,
residence, education, and employment. This paper is expected to provide benefits to
policy makers to implement preventive strategies to avoid the burden of tobacco.
The result showed that the Health Ministry’s target to reduce the number of smokers
one percent in one year still can’t be achieved, because there is a tendency even
growing numbers. The comparison of Riskesdas 2007 and 2010 showed that the
number of smokers rather than decreased, in fact there is tendency to increase the
amount of cigarette consumption. Increased consumption, occurs both in terms of
age group, education, and employment. The only decline was in the female sex,
although the decline was not much.
Keywords: characteristics of smokers, cigarette consumption, Riskesdas

Bahaya rokok bagi kesehatan tubuh manusia tidak merokok dan minum alkohol, serta
dan lingkungannya sudah sejak lama melakukan hubungan seksual yang
dikumandangkan oleh masyarakat yang peduli bertanggung jawab.
kesehatan. Tak kurang dari Menteri Sebagai salah satu anggota WHO SEARO
Kesehatan1, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH. (World Health Organization – South East
dalam pidatonya saat peringatan Hari Asia Regional Office), Indonesia 2
Kesehatan Nasional ke-48 mengingatkan menargetkan selama tahun 2000-2010 harus
kepada kita tentang tantangan yang dihadapi melakukan berbagai upaya agar total
bangsa kita saat ini, yaitu meningkatnya angka konsumsi rokok di Indonesia turun setidaknya
kematian akibat penyakit tidak menular dan satu persen setahun.
perubahan life style. Data Riskesdas 2010, Jumlah perokok pada anak-anak, wanita, dan
menunjukkan bahwa akibat kematian yang kelompok miskin juga turun masing-masing
mencapai 59% disebabkan oleh penyakit satu persen setahun. Salah satu sasaran
tidak menular dan life style yang dalam program perilaku sehat dan pemberdayaan
perawatannya menelan biaya yang tidak kecil. masyarakat adalah menurunnya prevalensi
Penyakit-penyakit tersebut seperti stroke, perokok serta meningkatnya lingkungan sehat
gagal ginjal, diabetes, penyakit jantung dan bebas rokok di sekolah, tempat kerja dan
AIDS. Namun demikian, penyakit-penyakit tempat umum.
itu masih memungkinkan untuk dilakukan Penulisan artikel ini bertujuan untuk
pencegahan dengan hal-hal yang tidak sulit membantu memprediksi gambaran beban
untuk dilakukan, seperti mengendalikan gizi penyakit tidak menular yang akan datang.
seimbang dan stress, olah raga secara teratur, Kajian lebih difokuskan pada karakteristik

1 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar


Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 1 - 6

perokok, seperti umur, jenis kelamin, status kesehatan (angka kematian, angka kesakitan,
perkawinan, tempat tinggal, pendidikan, dan angka kecelakaan, angka disabel, status gizi),
pekerjaan. Tulisan ini diharapkan dapat kesehatan lingkungan (lingkungan fisik),
memberikan manfaat kepada para pembuat pengetahuan-sikap-perilaku kesehatan (Flu
kebijakan untuk menerapkan strategi burung, HIV/AIDS, perilaku higienis,
pencegahan menghindari beban akibat rokok penggunaan tembakau, minum alkohol,
tersebut. aktivitas fisik, perilaku konsumsi) dan
berbagai aspek mengenai pelayanan kesehatan
Metode
(akses, cakupan, mutu layanan, pembiayaan
Tulisan ini merupakan hasil kajian terhadap kesehatan). Data kesehatan dasar tersebut
hasil Riskesdas 2010 yang diselenggarakan bukan saja berskala nasional, tetapi harus
oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI dapat menggambarkan indikator kesehatan
dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007 minimal sampai tingkat kabupaten.
yang dilakukan oleh institusi yang sama. Untuk menjembatani kebutuhan kabupaten/
kota terhadap data dasar kesehatan sebagai
basis manajemen pembangunan kesehatan,
Hasil dan Pembahasan
diperlukan pendekatan dengan menggunakan
Riskesdas prinsip sebagai berikut: 1) Riskesdas
dilaksanakan untuk dapat menggambarkan
Riskesdas2 adalah kegiatan penelitian yang
profil kesehatan di tingkat kabupaten/kota
berskala nasional yang dilakukan dengan
yang saat dibutuhkan di era desentralisasi; 2)
tujuan agar bisa diperoleh data dasar untuk
Riskesdas dilakukan secara serentak di
keperluan perencanaan di tingkat kabupaten/
seluruh provinsi Indonesia sehingga dapat
kota, provinsi dan nasional. Secara khusus
memotret dalam waktu yang sama; 3)
hal-hal yang diukur dalam Riskesdas adalah:
Pengumpulan data Riskesdas dilakukan oleh
1) prevalensi penyakit menular dan tidak
tenaga lulusan Poltekkes atau petugas Dinas
menular, riwayat penyakit dan data
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat,
biomedisnya; 2) faktor risiko; 3) ketanggapan
dengan bimbingan teknis dari penanggung
sistem kesehatan; 4) angka kematian dan
jawab tingkat Kabupaten, tingkat provinsi dan
menelusuri penyebabnya.
tingkat pusat (Balitbangkes); 4) Riskesdas
Sebagaimana Visi yang hendak dicapai oleh
dapat memberikan indikator kesehatan secara
Kementerian Kesehatan2, yaitu: mewujudkan
berjenjang yang dapat digunakan untuk
masyarakat sehat yang mandiri dan
perencanaan di kabupaten/kota.
berkeadilan. Dengan misi: 1) meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, melalui Penggunaan Tembakau
pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta Hasil Riskesdas 20102 pada penduduk
dan masyarakat madan; 2) melindungi berumur 15 tahun ke atas sebanyak 177.926
kesehatan masyarakat dengan menjamin responden menunjukkan bahwa secara
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, nasional jumlah perokok di Indonesia
merata bermutu dan berkeadilan; 3) menjamin mencapai 34,7%, sedangkan jumlah perokok
ketersediaan dan pemerataan sumber daya di Bali masih di bawah rata-rata yaitu sebesar
kesehatan; dan 4) menciptakan tata kelola 31,0% dan masuk ke dalam kategori provinsi
kepemerintahan yang baik. keempat dengan jumlah konsumen rokok
Untuk pencapaian itu diperlukan perencanaan terendah secara nasional, setelah Sulawesi
matang yang didasari oleh data kesehatan Tenggara (28,3%), Kalimantan Selatan
yang valid dan akurat, meliputi semua (30,5%) dan DKI Jakarta (30,8%).
indikator kesehatan utamanya tentang status Riskesdas 20102 juga menyajikan data dari
2
M.Choirul Hadi (Karakteristik Perokok di Indonesia...)

sisi konsumsi. Rata-rata batang rokok yang Berbeda dengan penyajian data hasil
dihisap setiap hari secara nasional jumlah Riskesdas 2007 3, penyajian data hasil
konsumsi rokok yang dihisap oleh 52,3% Riskesdas 20102 penyajiannya dibedakan
responden yang menghisap antara 1 – 10 berdasarkan pada perokok dan bukan
batang rokok per hari. Sedangkan responden perokok. Pada perokok juga dibedakan pada
yang merokok lebih dari itu cenderung lebih perokok yang setiap hari dan perokok
sedikit, yakni 41,0% untuk perokok 11 – 20 kadang-kadang.
batang per hari. Demikian halnya dengan para
perokok di Bali yang memiliki kecenderungan
mengkonsumsi rokok pada jumlah 1 – 10
batang. Jumlah perokok di Bali yang
mengkonsumsi rokok 1 – 10 batang rokok
per hari sebanyak 67,8% menduduki
peringkat ketiga terendah setelah Maluku
(69,0%) dan Nusa Tenggara Timur (68,7%).
Sedangkan jumlah perokok berat (lebih 31
batang rokok per hari) terbanyak berada di
Kepulauan Bangka Belitung yang mencapai
(16,2%), dibandingkan jumlah perokok berat
di Bali yang hanya 0,9%.
Penyajian hasil Riskesdas 20073 agak
berbeda dengan penyajian hasil Riskesdas
2010, yakni penggunaan batasan umur
perokok yang pada tahun 2007 digunakan
umur 10 tahun ke atas, sedangkan pada tahun
2010 digunakan batasan usia 15 tahun ke
atas. Perbedaan penyajian yang lain adalah
pada data Riskesdas 2007 ditampilkan
prosentase jumlah perokok dan rerata jumlah
batang rokok/hari yang dikonsumsi oleh
responden, sedangkan pada data Riskesdas
2010 ditampilkan secara kolektif jumlah
konsumsi rokok per hari, yaitu kelompok 1
– 10; 11 – 20; 21 – 30; dan 31 batang lebih
per hari.
Secara nasional pada 20073 (Tabel 2) jumlah
perokok di Indonesia mencapai 29,2%
dengan konsumsi rokok yang dihisap rata- Bila kita bandingkan perokok tiap hari pada
rata per hari mencapai 12,0 batang per hari. 2010 dengan hasil Riskesdas 2007 kita
Jumlah perokok Bali saat itu mencapai 24,9% dapatkan fakta sebagaimana nampak pada
dengan jumlah konsumsi rokok mencapai 8,5 Tabel 1 sebagai berikut: 1) Jumlah perokok
batang per hari. Provinsi dengan jumlah Indonesia mengalami penurunan dari 29,2%
perokok terbanyak adalah Lampung dengan pada 2007 menjadi 28,2% pada 2010; 2)
jumlah perokok mencapai 34,3%, sedangkan Provinsi Lampung pada 2007 yang
konsumen rokok terbanyak adalah NAD menduduki peringkat 1 perokok terbanyak
dengan konsumsi rokok rata-rata perhari di Indonesia (34,3%), pada 2010 turun
mencapai 18,5 batang. menjadi 31,4%; 3) Provinsi Bali pada 2007
3
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 1 - 6

jumlah perokoknya mencapai 24,9% peningkatan meskipun hanya sedikit, yakni


meningkat menjadi 25,1% pada tahun 2010; dari 38,0% menjadi 38,2%. Pada Tabel 2 juga
4) DI Yogyakarta merupakan provinsi yang menunjukkan bahwa kelompok usia ini
memiliki mantan perokok terbanyak (10,4%); merupakan kelompok yang mengkonsumsi
5) Sulawesi Tenggara merupakan daerah rokok dalam jumlah besar.
dengan jumlah penduduk yang tidak merokok Jenis kelamin. Perokok laki-laki jauh lebih
terbanyak (68,4%). banyak daripada perokok perempuan, dan
perokok perempuan tidak banyak
mengkonsumsi rokok. Perokok laki-laki
yang mengalami peningkatan, dari 55,7%
pada 2007 meningkat menjadi 65,9% pada
2010. Sedangkan pada perokok perempuan
mengalami penurunan dari 4,4% pada 2007
menjadi 4,2% pada 2010.
Status perkawinan. Dilihat dari status
perkawinan perokok, data Riskesdas tidak
bisa dibandingkan kedua periode tahun
penelitian Riskesdas, karena pada tahun 2007
belum diambil data status perkawinan para
perokok sehingga data yang bisa dilihat
adalah data prevalensi perokok untuk tahun
2010 saja. Pada tahun 2010 nampak bahwa
mereka yang berstatus kawin jumlah
perokoknya mencapai 36,5%, sehingga bisa
dikatakan mereka yang telah kawin lebih
banyak yang merokok daripada mereka yang
belum kawin (33,2%) dan cerai (20,9%). Dan
kelompok ini merupakan kelompok
pengkonsumsi rokok terbanyak dibandingkan
dengan kelompok yang belum kawin atau
kelompok yang bercerai.
Tempat tinggal. Dari sisi tempat tinggal,
perokok di perdesaan lebih banyak daripada
di perkotaan, baik pada 2007 maupun pada
2010. Hal yang menarik untuk dikaji adalah
terjadinya peningkatan jumlah perokok di
keduanya tempat tinggal tersebut. Di
perdesaan, terjadi peningkatan jumlah
Karakteristik Perokok perokok dari 30,9% menjadi 37,4%.
Umur. Hasil Riskesdas 2007 dan 2010 Sedangkan di perkotaan juga terjadi
(Tabel 1) menampilkan karakteristik perokok peningkatan jumlah perokok dari 26,6%
secara nasional yang menunjukkan bahwa menjadi 32,3% .
kelompok umur 45 – 54 tahun merupakan Pendidikan. Dari sudut pendidikannya, pada
kelompok perokok terbanyak. Jumlah 2007 perokok banyak dari mereka yang
perokok pada kelompok usia tersebut tidak tamat SMA (34,0%), namun pada 2010
banyak berubah dari 2007 sampai 2010, perokok terbanyak bergeser pada mereka
malah ada kecenderungan mengalami yang tidak tamat SD (37,8%).
4
M.Choirul Hadi (Karakteristik Perokok di Indonesia...)

Secara umum yang menarik dari data adanya Peraturan Pemerintah Provinsi Bali
perokok berdasarkan pendidikan ini adalah Nomor 10/2011 yang mengatur perihal yang
adanya kecenderungan menurunnya jumlah sama. Di awal kegiatan memang ada petugas
perokok dengan semakin meningkatnya yang ditunjuk untuk menjadi pembina. Namun
tingkat pendidikan. Namun demikian pada dalam kenyataannya pelaksanaan tugas di
level pendidikan yang sama terjadi jumlah lapangan oleh petugas ternyata tidak
peningkatan pada tahun berjalan. membawa dampak yang signifikan. Para
Pekerjaan. Dilihat dari sudut pekerjaan perokok berusaha keras untuk memperoleh
perokok, Riskesdas 2007 belum melihat areal dimana mereka bisa meloloskan diri dari
pekerjaan para perokok. Pada 2010 pengenaan sanksi tersebut, di samping itu
keterkaitan antara perokok dengan jenis “petugas pengawas” itupun saat ini sudah tidak
pekerjaannya mulai diperhatikan. Nampak nampak lagi.
petani/nelayan/buruh sebagai kelompok Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada sidang
perokok terbanyak (50,3%), baru kemudian Musyawarah Nasionalnya di Padang,
disusul pekerja di sektor wiraswasta Sumatera Barat di awal 2009 mengeluarkan
sebanyak 46,2%. fatwa yang sedikit “agak keras”, karena
mengharamkan rokok bagi anak-anak,
Mungkinkah kita menekan jumlah
remaja, dan Ibu hamil, serta mengharamkan
perokok di Indonesia?
perokok untuk melakukan kebiasaan
Sebuah pertanyaan yang sering muncul di merokoknya di tempat-tempat umum dan
kalangan orang-orang kesehatan adalah angkutan umum.
apakah mungkin kita menghentikan kebiasaan Permasalahannya adalah semua keputusan-
merokok pada para penggemarnya? Atau keputusan itu bisakah mengurangi kebiasaan
setidaknya kita bisa mengurangi jumlah merokok atau bahkan menghentikan
konsumsi rokok. Choirul4 (2009) dalam kebiasaan merokok pada masyarakat kita di
kesempatan menjadi pemakalah dalam sebuah tengah-tengah stigma kepercayaan
simposium menyampaikan beberapa hal yang masyarakat bahwa kita ini masih baru pada
menjadi pertanyaannya. Yang pertama taraf pandai membuat aturan, tapi belum
tentang sikap seorang remaja dalam pandai melaksanakannya.
workshop5 “Larangan Iklan, Promosi dan Mungkin masyarakat sudah mengerti bahaya
Sponsor Rokok sebagai Upaya Perlindungan merokok, karena dalam setiap bungkus rokok
Anak Menjadi Perokok” (Tokoh, No. 530/ ada peringatan: merokok dapat menyebabkan
Tahun X, 8 – 14 Maret 2009) yang kanker, serangan jantung, impotensi, dan
menyatakan kebingungannya karena begitu ganguan kehamilan dan janin. Dari sisi
banyak orang menyatakan bahwa merokok kesehatan, bahaya rokok sudah tak
berbahaya bagi kesehatan, namun ternyata di terbantahkan lagi. Bukan hanya menurut
Indonesia yang menyatakan sebaliknya lebih WHO, tetapi, lebih dari 70 ribu artikel ilmiah
banyak lagi. Di sisi lain, kenapa rokok dijual membuktikan hal itu. Dalam kepulan asap
dengan begitu bebasnya bahkan di kantin- rokok terkandung 4000 racun kimia
kantin sekolah, dan kantor-kantor kesehatan. berbahaya, dan 43 di antaranya bersifat
Bahkan iklan rokok dipasang besar-besaran karsinogenik (merangsang tumbuhnya
dan mencolok di tempat-tempat strategis. kanker).
Yang kedua tentang pemberlakuan Perda Data hasil Riskesdas seakan menunjukkan
Nomor 2/2005 terhitung mulai 4 Pebruari sulitnya kita melakukan penekanan terhadap
2006 di Jakarta dengan denda sebesar Rp perokok sepertinya tak membuat perokok
50 juta dan kurungan 6 bulan terhadap untuk mengurangi konsumsi rokoknya, karena
perokok di Kawasan Tanpa Rokok, serta produsen rokok ternyata terus juga berupaya
5
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 1 - 6

menyiasati berbagai aturan yang dibuat oleh Daftar Pustaka


Pemerintah yang terkesan setengah hati. 1. http://sehatnegeriku.com/pidato-menkes-
Seolah-olah hasil yang diharapkan menunggu ri-memperingati-hari-kesehatan-
keajaiban yang diberikan oleh Tuhan, kapan nasional-hkn-ke-48-tahun-2012/,
perokok mau berhenti terpulang kepada available at 12 Nopember 2012.
kesadaran masing-masing perokok. 2. Badan Litbang Depkes RI, 2010, Riset
Kesimpulan dan saran Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2010)
Diunduh pada tanggal 20 Januari 2013
Secara nasional jumlah perokok telah turun di http://www.riskesdas.litbang.
dari 29,2% pada tahun 2007 menjadi 28,2% depkes.go.id /latar. htm.
pada tahun 2010, namun jumlah perokok di 3. Badan Litbang Depkes RI, 2008, Riset
Bali malahan mengalami peningkatan Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2007),
jumlahnya meski tidak banyak, yakni hanya Laporan Nasional, Diunduh pada tanggal
0,2%. Dilihat dari karakteristik para perokok, 20 Januari 2013 di http://www.riskesdas.
jumlah konsumsi rokok mengalami litbang. depkes.go.id /latar. htm
peningkatan, baik dari sisi umur, tempat 4. Choirul, Hadi M. 2009, Prosiding
tinggal, dan pendidikan. Penurunan jumlah Simposium SDM Kesehatan, Berhenti
perokok terjadi pada wanita meski Merokok Mungkinkah? Dies Natalis
penurunannya hanya 0,2%.. VIII Poltekkes Denpasar
Melihat fakta yang ada, kita semua yang peduli 5. Tokoh, No. 530/Tahun X, 8 – 14 Maret
dengan kesehatan masyarakat harus bekerja 2009, Ketika Tak Ada lagi Ruang Bebas
lebih keras lagi untuk mengurangi jumlah Iklan Rokok
perokok di sekitar kita dengan berbagai upaya
yang bisa dilakukan, berpacu untuk bersaing
dengan mereka yang memperoleh keuntungan
dari makin banyaknya orang yang merokok
di negeri ini. Misalnya dengan aktif melarang
anggota keluarga merokok di dalam rumah,
melarang teman merokok di dalam ruang
kerja, menegur mahasiswa yang kedapatan
merokok di sekolah/ kampus, menegur orang
yang merokok di angkutan umum, dan lain-
lain tindakan sederhana yang bisa kita lakukan.
Kalau saja banyak orang melakukan hal
tersebut, diperkirakan langkah kecil itu akan
memberikan dampak yang besar.
Begitu halnya dengan pemerintah daerah
diharapkan mampu menyelenggarakan
pengawasan pelaksanaan peraturan larangan
merokok di kawasan tanpa rokok, sehingga
keberadaan aturan itu untuk dilaksanakan dan
ditegakkan.

6
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN IBU DALAM MERAWAT ANAK DIARE

Ni Luh Kompyang Sulisnadewi1

Abstract. Diarrhea is one of the causes of high morbidity and mortality of children
in Indonesia. One risk factor for diarrhea and increased risk for hospitalized children
is the lack of maternal knowledge. The aims of this study was identify the effect of
health education for maternal ability in caring the child diarrhea. This research
was a study of quasi-experiment with the design group posttest only design. Study
sample was 62 respondents in two hospitals in Denpasar. The results were describe
the post-test scores of knowledge, attitudes and skills of each group different
significantly (p = 0,000; á=0,05). Mothers in the intervention group capable of caring
for child diarrhea, significantly different to the control group (p = 0.000; á = 0, 05).
Health education about diarrhea in children should be given intensive to support
the implementation of family centered care concept in pediatric nursing at hospital.
Keywords: maternal ability, caring, diarrhea

Diare masih merupakan penyebab tingginya Diare pada umumnya termasuk penyakit yang
morbiditas dan mortalitas anak di Indonesia. dapat sembuh dengan sendirinya (self
Salah satu faktor yang telah teridentifikasi limiting disease)13. Penanganan yang tepat,
sebagai faktor risiko yang mempengaruhi akan menurunkan derajat keparahan penyakit
terjadinya diare dan meningkatkan risiko anak sehingga anak tidak memerlukan rawat inap.
untuk dirawat inap karena diare adalah kurang Pada kenyataannya angka rawat inap pasien
pengetahuan orang tua khususnya ibu dalam dengan diare akut masih cukup tinggi. Data
mencegah maupun merawat anak dengan surveilen terpadu berbasis rumah sakit
diare. Penelitian yang dilakukan di Iran Propinsi Bali tahun 2009, proporsi anak
2006, menemukan peningkatan risiko rawat dengan diare yang dirawat sebesar 29%.
inap pasien diare akut disebabkan oleh Proporsi anak yang dirawat dengan diare
adanya darah dalam tinja, dehidrasi, ASI yang sampai dengan bulan Oktober 2010
diberikan kurang dari 6 bulan, riwayat rawat meningkat menjadi 32%. Salah satu faktor
inap sebelumnya, kurangnya akses terhadap risiko yang menyebabkan pasien diare dirawat
air bersih, mempunyai hewan peliharaan6. di rumah sakit di negara berkembang adalah
Khalili juga menjelaskan bahwa salah satu tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan
faktor risiko yang menyebabkan pasien diare orang tua yang rendah tentang perawatan
dirawat di rumah sakit di negara berkembang diare 6 . Hasil penelitian lain juga
adalah tingkat pendidikan dan tingkat menggambarkan tingkat pengetahuan ibu
pengetahuan orang tua yang rendah tentang tentang penanganan diare sebagian besar
perawatan diare. Hasil penelitian lain juga berada pada katagori rendah sampai
menggambarkan tingkat pengetahuan ibu sedang1,5. Tingkat pengetahuan yang rendah
tentang penanganan diare sebagian besar akan berdampak pada ketidakmampuan ibu
berada pada katagori rendah sampai dalam mencegah maupun merawat anak
sedang1,5. dengan diare.

1 Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar


7
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 7 - 12

Warman (2008) menemukan bahwa melakukan penanganan yang tepat ketika


pengetahuan ibu memberikan kontribusi anak mengalami diare dan mampu terlibat
paling kuat dibandingkan faktor lingkungan dalam perawatan anak diare di rumah sakit.
dan sosial ekonomi dalam mempengaruhi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kejadian diare akut pada balita. Bachrach & efektifitas pendidikan kesehatan terhadap
Gardner (2002) juga menemukan bahwa kemampuan ibu dalam merawat anak dengan
pengetahuan pengasuh yang kurang tentang diare.
rehidrasi oral, merupakan faktor yang
meningkatkan risiko anak mengalami Metode
dehidrasi dan dirawat di rumah sakit. Tingkat Penelitian ini menggunakan quasi-
pengetahuan ibu yang baik tentang diare, experimental design atau eksperimen semu
sangat menentukan upaya pencegahan yang dengan jenis rancangan posttest only control
dilakukan dan terhindarnya anak dari dampak group design. Pendekatan terhadap subyek
buruk diare seperti dehidrasi, kekurangan gizi dipakai adalah crosssectional. Sampel dalam
dan risiko kematian. penelitian ini adalah ibu yang anaknya dirawat
Pasien anak diare yang dirawat di rumah sakit dengan diare di ruang anak RSUP Sanglah
membutuhkan kehadiran keluarga selama Denpasar dan RSUD Wangaya Denpasar,
hospitalisasi. Sesuai dengan konsep selama kegiatan penelitian yaitu 6 April
pemberdayaan keluarga dan family centered sampai dengan 30 Mei 2011 dengan kriteria
care keterlibatan orang tua dalam perawatan inklusi Ibu bisa membaca dan menulis,
anak adalah sangat penting. Untuk dapat menunggui anaknya selama dirawat, anak usia
terlibat dalam perawatan anak di rumah sakit, 0-59 bulan, Kriteria eksklusinya yaitu ibu
orang tua harus memiliki seperangkat yang anaknya dirawat dengan diare, Ibu yang
pengetahuan dan keterampilan tentang anaknya dalam kondisi kritis , ibu dalam
perawatan anaknya. Pendidikan kesehatan kondisi tidak sehat, ibu yang anaknya diare
sebagai intervensi keperawatan mandiri dapat dengan diagnosa penyakit lain.
direncanakan untuk meningkatkan Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan
kemampuan ibu merawat anak yang dengan menggunakan uji hipotesis beda
mengalami diare. Perencanaan pendidikan proporsi2. Sampel minimal yang diperlukan
kesehatan yang komprehensif dan sesuai sebanyak 33 orang untuk masing-masing
dengan kebutuhan klien, akan mengurangi kelompok. Adanya keterbatasan waktu dan
biaya pelayanan kesehatan, meningkatkan pasien yang sedikit dalam pelaksanaan
kualitas pelayanan, dan dapat membantu klien penelitian, maka pencapaian sampel hanya
menjadi lebih sehat dan mandiri9. Hasil sebesar 31 orang pada masing-masing
penelitian lain juga menemukan bahwa kelompok, sehingga total sampel adalah 62
pendidikan kesehatan dapat meningkatkan orang. Penetapan kelompok intervensi dan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu dalam kelompok kontrol dilakukan berdasarkan
merawat anak dengan dengue hemorragic tempat penelitian, dengan tujuan menghindari
fever (DHF)15. Kutjleb & Reiner (2006) bias akibat interaksi kedua kelompok.
menemukan bahwa pendidikan kesehatan Pengumpulan data untuk kelompok kontrol
dapat meningkatkan kualitas hidup dan dilakukan di RSUD Wangaya dan kelompok
mengurangi angka rawat inap klien gagal intervensi di RSUP Sanglah Denpasar.
jantung dibandingkan dengan yang tidak Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
diberikan pendidikan kesehatan9. Metoda adalah kuisioner karakteristik responden, tes
efektif perlu dikembangkan sehingga ibu dapat pengetahuan, kuisioner sikap dan lembar
mencegah terjadinya diare pada anak, dapat observasi keterampilan responden.

8
NLK Sulisnadewi (Efektifitas Pendidikan Kesehatan...)

Analisis pada variabel- variabel dalam merawat anak diare pada kelompok
penelitian ini dilakukan secara univariat dan intervensi adalah efek dari paket pendidikan
bivariat. Analisis univariat digunakan untuk kesehatan yang diberikan.
menjelaskan variabel pengetahuan, sikap, Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan
keterampilan, dan karakteristik responden Ketrampilan
yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan
pengalaman merawat anak diare di rumah Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan skor
sakit, informasi yang pernah diperoleh tentang pengetahuan ibu pada kelompok intervensi
diare. Analisis bivariat digunakan untuk lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap kontrol (p=0,000). Skor sikap ibu pada
dan keterampilan antar kelompok dengan kelompok intervensi juga lebih tinggi
menggunakan independen t test. dibandingkan dengan kelompok kontrol
Kemampuan ibu dinilai berdasarkan kriteria (p=0,000). Hasil observasi terhadap
mempunyai dua katagori baik pada aspek keterampilan menunjukkan tidak ada
pengetahuan, sikap atau keterampilan. perbedaan bermakna skor keterampilan ibu
Kemudian kemampuan ibu antar kelompok di hari pertama pada kedua kelompok
dianalisis dengan menggunakan Chi-square. responden (p=0,732). Analisis lebih lanjut
skor keterampilan di hari kedua dan ketiga
Hasil dan Pembahasan menunjukkan skor yang lebih tinggi pada
Berikut ini akan dijelaskan hasil penelitian kelompok intervensi dibandingkan dengan
yang meliputi interpretasi dan diskusi hasil (p=0,000).
penelitian dari masing-masing variabel
penelitian dikaitkan dengan teori dan hasil
penelitian yang telah ada.
Karakteristik responden
Ibu yang merawat anak diare di RSUP
Sanglah dan RSUD Wangaya Denpasar rata-
rata berusia dibawah 30 tahun, rata-rata
28,74tahun pada kelompok kontrol dan
29,52 tahun pada kelompok intervensi.
Tingkat pendidikan ibu sebesar 38,7%
pendidikan dasar (SD, SLTA) dan 50%
pendidikan SLTA. Sebagian besar ibu tidak
mempunyai pengalaman merawat anak diare
di rumah sakit yaitu sebesar 88,7% dan pernah
mendapatkan informasi tentang diare sebesar
58,1%.
Peneliti menilai karakteristik responden pada
kedua kelompok untuk menentukan apakah
karakteristik ibu pada kedua kelompok
berbeda. Hasil analisis pada uji homogenitas
ditemukan tidak ada perbedaan yang
Kemampuan ibu dinilai berdasarkan aspek
signifikan (p>0,05) karakteristik dari
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
responden pada kedua kelompok sehingga
Katagori dibuat berdasarkan kriteria:
membantu memastikan validitas internal dari
pengetahuan baik apabila skor yang diperoleh
penelitian ini, bahwa kemampuan ibu dalam
≥75, sikap positif apabila skor yang diperoleh
9
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 7 - 12

≥ mean (75,48) dan keterampilan baik apabila Tidak ada perbedaan skor keterampilan
skor ≥ 80. Ibu dikatakan mampu apabila responden sebelum diberikan pendidikan
memenuhi 2 katagori tersebut di atas. kesehatan antara kelompok kontrol dan
Skor pengetahuan yang diperoleh masing- intervensi (p=0,366). Kondisi yang berbeda
masing kelompok ini menunjukkan skor terlihat pada hari kedua dan ketiga, skor
pengetahuan ibu pada kelompok intervensi keterampilan kelompok yang mendapat
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pendidikan kesehatan meningkat dibanding
kontrol (p=0,000). Pengetahuan ibu tentang dengan hari pertama. Skor keterampilan
definisi diare, bahaya diare, kapan harus kelompok intervensi pada hari kedua dan
datang ke tempat pelayanan kesehatan dan ketiga lebih tinggi dibandingkan dengan
peran ibu dalam manajemen diare di rumah kelompok kontrol (p=0,000).
meningkat sangat signifikan setelah diberikan Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
pendidikan kesehatan yaitu dari 35 %, 28%, dilakukan oleh Yurika16, bahwa pendidikan
13% and 29% sebelum intervensi, menjadi kesehatan dapat meningkatkan keterampilan
91%, 94%, 92% and 93% setelah intervensi4. ibu dalam memantau pertumbuhan dan
Hasil penelitian lain juga juga menemukan perkembangan balita (p=0,019). Penelitian
adanya perbedaan yang bermakna antara Muhadi 7 menemukan bahwa tingkat
pengetahuan responden yang diberi pengetahuan yang baik secara signifikan
pendidikan kesehatan dengan yang tidak berpengaruh terhadap tindakan pencegahan
diberikan pendidikan kesehatan (p=0,000)10. diare pada balita (p= 0,011), dan sikap ibu
Rata-rata skor sikap ibu pada kelompok yang positif secara signifikan juga
intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan berpengaruh terhadap tindakan pencegahan
kelompok kontrol (p=0,000). Sikap adalah diare pada balita (p= 0,003).
respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu yang sudah melibatkan
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang- tidak senang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik, dan sebagainya)8. Dalam
menentukan sikap yang utuh, pengetahuan,
pikiran, keyakinan dan emosi memegang
peranan penting. Pendidikan kesehatan
perawatan anak diare merupakan salah satu Hasil analisis pada tabel 2 menunjukkan
sumber informasi untuk responden sehingga sebagian besar (90,3%) ibu yang diberi
mengetahui tentang penyakit diare (penyebab, pendidikan kesehatan mampu merawat anak
bahaya, pencegahan, perawatan selama di diare, sedangkan sedangkan ibu yang tidak
rumah sakit, dll). Pengetahuan ini akan diberi pendidikan kesehatan hanya 19,4%
membuat ibu berfikir dan berupaya agar yang mampu merawat anak dengan diare.
anaknya cepat sembuh dan terhindar dari Kemampuan ibu yang diberi intervensi
diare lagi dengan melakukan perawatan dan pendidikan kesehatan lebih besar
upaya-upaya pencegahan sesuai anjuran. dibandingkan dengan yang tidak diberikan
Keterampilan responden diukur selama 3 hari (p=0,000). Hasil analisis diperoleh pula nilai
pengamatan, dimana intervensi diberikan pada RR sebesar 4,667 artinya ibu yang diberi
hari kedua. Skor yang dipakai untuk pendidikan kesehatan perawatan anak diare
menentukan skor keterampilan post test berpeluang sebesar 4,667 kali untuk mampu
adalah skor keterampilan pada hari ketiga. merawat anak diare dibanding ibu yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan.

10
NLK Sulisnadewi (Efektifitas Pendidikan Kesehatan...)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian meningkatkan kemampuan ibu dalam
yang dilakukan oleh Redjeki 11 yang merawat anak diare di rumah sakit.
mengidentifikasi kemampuan dan kepuasan Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
ibu terhadap pendidikan kesehatan mengenai baik dalam perawatan anak diare, dapat
stimulasi perkembangan di Depok. Redjeki mendukung terlaksananya konsep family
mendapatkan hasil bahwa adanya centered care dalam memberikan asuhan
peningkatan yang bermakna pada keperawatan anak di rumah sakit. Kepada
kemampuan (pengetahuan, sikap dan pemegang kebijakan di rumah sakit khususnya
keterampilan) ibu sebelum dan sesudah ruang perawatan anak, hendaknya membuat
diberikan pendidikan kesehatan. Hasil satu kebijakan untuk memberikan pendidikan
penelitian lain juga menemukan peningkatan kesehatan perawatan anak diare dengan lebih
yang signifikan pada pengetahuan, dan intensif dan terstruktur serta mempertimbang-
keterampilan ibu pada kelompok intervensi kan media poster, leaflet atau audiovisual
dalam merawat anak dengan ISPA. Paket sehingga dapat lebih efektif dan efisien.
pendidikan kesehatan anak diare efektif
digunakan agar ibu mampu merawat anak Daftar Pustaka
diare di rumah sakit12. Apabila sudah memiliki 1. Assididdqi, M. H. (2010). Tingkat
kemampuan merawat anak diare, ibu akan pengetahuan ibu terhadap penanganan
mudah bekerjasama dalam perawatan diare pada balita di kelurahan padang
anaknya, sehingga konsep family centered bulan kecamatan medan baru; 2010
care (FCC) dapat diterapkan dan mencapai (accesed 28 Pebruari 2011) . Available
hasil asuhan keperawatan yang optimal. from: http://repository.usu.ac.id.
Responden dalam penelitian ini adalah ibu- 2. Ariawan, I. 1998 Besar dan metode
ibu yang anaknya dirawat dengan diare sampel pada penelitian kesehatan.
dengan usia anak antara 0-59 bulan. Usia Jakarta: Jurusan Biostatistik dan
balita memiliki ketergantungan yang tinggi Kependudukan Fakultas Kesehatan
dengan orang tua sehingga kerjasama dengan Masyarakat Universitas Indonesia;
orang tua selama perawatan anak sangat Tidak dipublikasikan.
dibutuhkan. Keluarga khususnya ibu adalah 3. Dinas Kesehatan Propinsi Bali. 2009.
orang yang paling mengetahui apa yang Laporan surveilen terpadu berbasis
dibutuhkan oleh anak. Konsep yang rumah sakit Propinsi Bali; Tidak
mendasari asuhan yang berpusat pada dipublikasi.
keluarga adalah memfasilitasi keterlibatan 4. Haroun, H.M, Mahfouz, M.S, Mukhtar,
orang tua dalam perawatan dan peningkatan M.E, Salah, 2010. A. Assessment of the
kemampuan keluarga dalam merawat anak. effect of health education on mothers in
Orang tua diharapkan mempunyai Al Maki area, Gezira state, to improve
kesempatan untuk meneruskan peran dan homecare for children under five with
tugasnya merawat anak selama di rumah diarrhea. Journal of family & Community
sakit14. Salah satu upaya yang dapat dilakukan Medicine. 2010, 17(3), 141-146.
perawat untuk memfasilitasi keterlibatan 5. Handayani, Y. R. 2008. Gambaran
orang tua dalam perawatan anak adalah tingkat pengetahuan ibu tentang
dengan memberikan pendidikan kesehatan. perawatan balita diare di RSUD Dr.
Hardjono Ponorogo; 2008. (accessed
Kesimpulan dan Saran 28 Pebruari 2011). Available from : http:/
Pendidikan kesehatan keluarga dengan topik /library-ump.org.
perawatan anak diare terbukti efektif

11
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 7 - 12

6. Khalili, B, Gorbanali, S, Khalili, M, 11. Redjeki, G.S. Kemampuan dan


Mardani, M, & Cuevas, L.E. Risk kepuasan ibu terhadap pendidikan
factors for hospitalization of children with kesehatan mengenai stimulasi
diarrhea in Shahrekord, Iran. Iranian perkembangan anak usia toddler di
Journal of Clinical Infectious Diseases. Kelurahan Kemirimuka Depok.
2006,1(3), 131-136. 2005(Accessed 17 Juni 2011).
7. Muhadi, I. Hubungan pengetahuan dan Available from : http://eprints.lib.ui.ac.id.
sikap ibu terhadap pencegahan penyakit 12. Santoso,E.J., Suyono. Pengaruh
diare Didesa Tumbang Manjul pendidikan kesehatan tentang
Kecamatan Seruyan Hulu Kabupaten penatalksanaan ISPA terhadap
Seruyan Kalimantan Tengah. 2009 ( pengetahuan dan keterampilan ibu
Accessed 20 Juni 2011). Available from: merawat balita ISPA di rumah. 2011. (
http://eprints.undip.ac.id acceesed 21 Pebruari 2013). Available
8. Notoatmodjo, S. Ilmu perilaku from : http://www.google.co.id
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010 13. Subagyo, B dan Santoso, N.B. Diare
9. Potter, P.A., & Perry, A.G. Fudamental akut. Buku Ajar Gastroenterologi-
keperawatan (Edisi 7). Jakarta: Salemba Hepatologi. Cetakan kedua. Jakarta:
Medika; 2009 IDAI; 2011.
10. Pranowo, A.E. Efektifitas pendidikan 14. Supartini, Y . Konsep dasar
kesehatan tentang diare pada balita di keperawatan anak. Jakarta: EGC;
Desa Pucangan wilayah kerja 2004.
Puskesmas Kartasura I kabupaten 15. Tram, et.al. The Impact of Health
Sukoharjo. 2009 (Accessed 16 Juni Education on Mother’s Knowledge,
2011). Available from: http:// Attitude and Practice (KAP) of Dengue
etd.eprints.ums.ac.id. Haemorrhagic Fever. 2003. Dengue
bulletin, 27, 174-180.
16. Yurika.Tesis. Efektifitas pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan, sikap
dan ketrampilan ibu dalam pemantauan
perkembangan balita. 2009. Tidak
dipublikasikan.

12
PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUALITAS REMAJA OLEH PENDIDIK
SEBAYA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG
BAHAYA SEKS BEBAS

NGK Sriasih1, NW Ariyani2, Juliana Mauliku3, AA Istri Dalem Cinthya Riris4

Abstract. Peer education is a group of teenager that already have learned by formal
found about teenage reproduction health. This study aims to know the influence of
sexual education by peer education to knowledge and attitude of teenager about
harm of free sex. The methods in this study was an analytical observational study in
time cross-sectional. The study was held in May 2011. Data in this research collected
by question and statement in a questionnaire for 62 respondents that divided in two
groups, 31 respondents have joined pear groupeducation and 31 other respondents
have no joined peer group education.
The result showed the differences in two groups at all. There were significant
differences in that two groups and its notice by t-independent test that showed p=0,00.
I would highly recommend to all teenagers if want to know about right information
must be going to right people that can be believes in and give right information as
peer education it self. The researchers recommend the following research to be able
to develop better methods and testing of the peer education should have done.
Keywords : peer education; teenager; knowledge; attitude.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari Akibat hubungan seks yang dilakukan secara
anak-anak ke masa dewasa, tidak hanya bebas oleh remaja dapat menimbulkan
dalam arti psikologis, tetapi juga dalam hal dampak yang sangat membahayakan,
perubahan fisik. Sesuai dengan taraf merugikan kesehatan, dan merusak masa
perkembangannya, emosi yang masih labil dan depan. Remaja yang melakukan seks bebas
hasrat untuk bereksperimen yang besar sering akan rentan mengalami penyakit menular
menghadapkan remaja dengan berbagai seksual dan infeksi pada alat kelamin. Rasa
permasalahan baik dalam dirinya maupun dari ingin tahu mendorong remaja untuk mencari
lingkungannya1. Data Analisa Lanjut Survey informasi tentang seksualitas. Dorongan rasa
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia ingin tahu ini, jika tidak mendapatkan
(SKRRI) tahun 2003 dalam Kurikulum dan bimbingan dan penerangan yang tepat, maka
Modul Pelatihan Pemberian Informasi para remaja dikhawatirkan akan memiliki
Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Pendidik anggapan yang salah mengenai masalah-
Sebaya menemukan bahwa faktor yang paling masalah yang berkenaan dengan seks dan
mempengaruhi remaja untuk melakukan menimbulkan semakin tingginya seks bebas
hubungan seksual lebih besar (3x lebih besar) di kalangan remaja3.
adalah teman sebaya yaitu mempunyai pacar, Merespon permasalahan remaja yang sedang
mempunyai teman yang setuju dengan terjadi saat ini, pemerintah dalam hal ini Badan
hubungan seks pranikah, dan mempunyai Kependudukan dan Keluarga Berencana
teman yang mempengaruhi atau mendorong Nasional (BKKBN) telah melaksanakan dan
untuk melakukan seks pranikah2. mengembangkan Program Kesehatan

1,2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar


4 Staf Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar
13
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 13 - 19

Reproduksi Remaja (KRR) yang merupakan Metode


salah satu program pokok pembangunan Penelitian ini adalah penelitian analitik
nasional yang tercantum dalam Rencana observasional, didasari oleh adanya
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM pengamatan ataupun pengukuran terhadap
2004-2009). Program KRR yang diupayakan berbagai variabel penelitian menurut keadaan
adalah pemberian pendidikan seksualitas bagi alamiah, tanpa melakukan manipulasi atau
remaja oleh remaja atau disebut dengan intervensi. Penelitian ini menggunakan
pendidik sebaya. Melalui pendidik sebaya rancangan analitik observasional dengan
yang memberikan pendidikan seksualitas pendekatan cross-sectional, yaitu peneliti
remaja sehingga remaja menerima informasi melakukan pengamatan langsung kepada
yang sudah tentu tepat dan benar4. Melalui responden dengan melakukan penyebaran
hasil studi pendahuluan yang telah kuisioner untuk dianalisis. Penelitian ini
dilaksanakan pada Pebruari 2011 pada siswa menggambarkan perbedaan pada kelompok
di SMA Negeri 2 Denpasar yang pernah siswa SMA yang mengikuti dan yang tidak
memperoleh pendidikan seksualitas dari mengikuti pendidikan seksualitas yang
organisasi KRR yang terdapat di sekolah diberikan oleh pendidik sebaya. Penelitian ini
ditemukan bahwa dari 10 orang terdapat 4 dilakukan di SMA Negeri 2 Denpasar pada
orang siswa peduli akan bahaya seks bebas Mei 2011. Populasi dalam penelitian ini
dengan menyebarkan informasi pendidikan keseluruhan remaja putra dan putri di SMA
seksualitas tersebut ke teman-temannya yang Negeri 2 Denpasar pada Maret 2011. Unit
lain sementara 6 orang siswa lain ada yang analisis atau responden dalam penelitian ini
memiliki sikap biasa saja dalam menanggapi remaja putra dan putri di SMA Negeri 2
masalah bahaya seks bebas. Denpasar pada Maret 2011 yang memenuhi
Pendidik sebaya adalah orang yang menjadi kriteria inklusi dan sebagai pembanding siswa
narasumber bagi kelompok remaja sebayanya siswi diluar kriteria inklusi serta bersedia
yang telah mengikuti pelatihan pendidik menjadi responden. Teknik sampling yang
sebaya Kesehatan Reproduksi Remaja digunakan dalam penelitian ini adalah total
(KRR). Seks bebas adalah hubungan seksual sampling dan untuk kelompok kontrol atau
yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik pembanding dalam penelitian ini diambil
suka sama suka atau dalam dunia prostitusi. dengan menggunakan teknik probability
Beberapa dampak yang membahayakan dari sampling, yaitu proportionate stratified
perilaku seks bebas, yaitu : kehamilan tidak random sampling dengan proses matching
diinginkan (KTD), aborsi, dan infeksi menular berdasarkan tingkatan kelas. Besar sampel
seksual (IMS)5. keseluruhan 62 orang dengan perbandingan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini 31 orang mendapatkan dan 31 orang tidak
terjadi setelah orang melakukan penginderaan mendapatkan pendidikan seksualitas remaja
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan oleh pendidik sebaya.
terjadi melalui panca indra manusia, yakni Data dikumpulkan melalui pengisian kuisioner
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, yang dijawab langsung oleh responden selama
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan 20 menit setelah diberi penjelasan tentang cara
manusia diperoleh melalui mata dan telinga6. pengisian kuisioner. Data responden
Sikap merujuk pada evaluasi individu didapatkan melalui daftar hadir siswa siswi
terhadap berbagai aspek dunia sosial serta yang pernah mengikuti pendidikan seksualitas
bagaimana evaluasi tersebut memunculkan oleh pendidik sebaya di organisasi KRR SMA
rasa suka atau tidak suka terhadap isu, ide, Negeri 2 Denpasar. Analisa sebaran data
orang , kelompok sosial dan suatu objek 7. dilakukan berdasarkan uji normalitas data

14
NGK Sriasih, NW Ariani, J. Mauliku, AAI D Chintya Riris (Pengaruh Pendidikan Seksualitas...)

dengan parameter Kolmogorov-Smirnov Berdasarkan tabel 2, variabel pengetahuan


dengan nilai kemaknaan p > 0,058, dilanjtkan dan sikap pada kelompok yang mendapatkan
dengan analisis univariat dengan memaparkan pendidikan seksualitas oleh pendidik sebaya
nilai rata-rata dan standar deviasi. Pengujian juga memiliki nilai p>0,05, sehingga data
hipotesis dilakukan dengan melakukan uji-t seluruh variabel berdistribusi normal. Nilai
dua kelompok tidak berpasangan setelah rata-rata pengetahuan responden yang
diketahui bahwa data berdistribusi normal. mendapatkan pendidikan seksualitas remaja
Nilai kemaknaan dalam penelitian ini adalah oleh pendidik sebaya 81,58, standar deviasi
p < 0,05. Penelitian ini menggunakan uji beda 9,93, nilai minimal 17 dan maksimal 29. Hasil
sehingga apabila setelah pengolahan data analisis data menunjukkan nilai rata-rata sikap
ditemukan nilai p < 0,05 maka Ha diterima responden yang mendapatkan pendidikan
dan terdapat perbedaan yang signifikan9. seksualitas remaja oleh pendidik sebaya
Hasil dan Pembahasan 62,26 dan standar deviasi 8,26, nilai minimal
63 dan maksimal 95.
Gambaran pengetahuan dan sikap remaja Perbedaan pengetahuan responden antara
yang tidak mendapatkan pendidikan remaja yang mendapatkan dengan yang tidak
seksualitas remaja oleh pendidik sebaya mendapatkan pendidikan seksualitas remaja
selengkapnya disajikan dalam tabel 1. oleh pendidik sebaya dapat diketahui dengan
melakukan uji t tidak berpasangan
(independent t-test). Hasil analisa diperoleh
bahwa nilai t hitung = 10,49 dengan p = 0,00.
Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang sangat bermakna.
Hal ini dapat dilihat dari nilai p < 0,05 sehingga
Ho ditolak, yaitu terdapat perbedaan
pengetahuan remaja tentang bahaya seks
Berdasarkan tabel 1, variabel pengetahuan bebas pada remaja yang mendapatkan
dan sikap memiliki nilai p>0,05, sehingga data dibandingkan dengan remaja yang tidak
seluruh variabel berdistribusi normal. Nilai mendapatkan pendidikan seksualitas remaja
rata-rata pengetahuan responden yang tidak oleh pendidik sebaya.
mendapatkan pendidikan seksualitas remaja Perbedaan sikap responden antara remaja
oleh pendidik sebaya 15,4, standar deviasi yang mendapatkan dengan yang tidak
2,5, nilai minimal 11 dan maksimal 23. Hasil mendapatkan pendidikan seksualitas remaja
analisis data menunjukkan nilai rata-rata sikap oleh pendidik sebaya dapat diketahui dengan
responden yang tidak mendapatkan melakukan uji t tidak berpasangan
pendidikan seksualitas remaja oleh pendidik (independent t-test). Hasil analisa diperoleh
sebaya 62,3 dan standar deviasi 8,3, nilai bahwa nilai t hitung = 8,33 dengan p = 0,00 .
minimal 53 dan maksimal 73. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang sangat bermakna.
Hal ini dapat dilihat dari nilai p < 0,05 sehingga
Ho ditolak, yaitu terdapat perbedaan sikap
remaja tentang bahaya seks bebas pada
remaja yang mendapatkan dibandingkan
dengan remaja yang tidak mendapatkan
pendidikan seksualitas remaja oleh pendidik
sebaya.

15
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 13 - 19

Pengetahuan responden yang Pihak sekolah dalam hal ini sangatlah


mendapatkan pendidikan seksualitas berperan, karena dengan usia remaja pasti
oleh pendidik sebaya lingkungan yang sering diikuti adalah sekolah
Responden yang mendapatkan pendidikan dan bermain dengan teman sebaya. Melalui
seksualitas remaja oleh pendidik sebaya yang pendidik sebaya dapat disebarluaskan
secara keseluruhan berjumlah 31 orang informasi tentang bahaya seks bebas yang
memiliki nilai rata-rata 23,74, Standar deviasi tepat. Menyampaikan informasi yang
3,65, nilai minimum 17 dan maksimal 29. disesuaikan dengan sasaran dan materi yang
Pendidikan seksualitas remaja yang diberikan disampaikan akan mampu menimbulkan suatu
oleh pendidik sebaya dilakukan dengan pemahaman yang benar dan tidak
suasana tempat dan kondisi yang menyimpang. Pendidikan seksualitas melalui
menyenangkan serta materi yang disampaikan pendidik sebaya merupakan metode untuk
merupakan informasi yang benar. Remaja menyampaikan informasi agar para remaja
mengalami perubahan sesuai dengan masanya, tahu dan mengerti sehingga mampu memiliki
baik perubahan fisik maupun perubahan pemahaman yang benar12.
psikologis, dengan demikian diperlukan Sikap responden yang mendapatkan
pengarahan yang tepat seperti mendapatkan pendidikan seksualitas oleh pendidik
informasi yang tepat sehingga terhindar dari sebaya
bahaya seks bebas. Pendidik Sebaya dapat Responden yang mendapatkan pendidikan
menjadi solusi untuk kejadian yang banyak seksualitas remaja oleh pendidik sebaya yang
dialami remaja karena bagi remaja teman secara keseluruhan berjumlah 31 orang
adalah orang yang terpercaya dibandingkan memiliki nilai rata-rata 81,58, standar deviasi
orang tua, sehingga melalui kegiatan pendidik 9,93, nilai minimum 63 dan maksimum 95.
sebaya mampu memberikan pengetahuan bagi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
remaja mengenai bahaya seks bebas dan pendidik sebaya mampu mengubah atau
mampu menghindarinya10. mempengaruhi sikap remaja tentang bahaya
Pengetahuan responden yang tidak seks bebas. Menurut teori adapun tujuan
mendapatkan pendidikan seksualitas diberikannya pendidikan seksualitas remaja
oleh pendidik sebaya oleh pendidik sebaya, yaitu tercapainya
Responden yang tidak mendapatkan perubahan perilaku remaja dalam memahami
pendidikan seksualitas remaja oleh pendidik perubahan-perubahan yang dialami remaja
sebaya yang secara keseluruhan berjumlah 31 sehingga terhindar dari bahaya seks bebas
orang memiliki nilai rata-rata pengetahuan sebagai upaya mewujudkan derajat
15,4, standar deviasi 2,5, nilai minimum 11 kesehatan optimal. Sikap remaja yang
dan maksimal 23 mendapatkan pendidikan seksualitas oleh
Secara psikologis remaja akan lebih banyak pendidik sebaya tentang bahaya seks bebas
bersama teman sebayanya dan lebih sebagian besar adalah positif, hal ini
mempercayai teman dibandingkan orang menunjukkan bahwa tujuan dari pendidikan
tuanya, sehingga apabila salah memilih teman seksualitas oleh pendidik sebaya tersebut
dapat menyebabkan pemahaman terutama terbukti.
dalam hal seksualitas remaja yang tidak tepat Sikap responden yang tidak
dan rawan dengan ancaman bahaya seks mendapatkan pendidikan seksualitas
bebas. Pergaulan yang berorientasi pada hal- oleh pendidik sebaya
hal yang tidak tepat, maka akan dapat Responden yang tidak mendapatkan
menyebabkan remaja meniru dan pendidikan seksualitas remaja oleh pendidik
mengikutinya11.
16
NGK Sriasih, NW Ariani, J. Mauliku, AAI D Chintya Riris (Pengaruh Pendidikan Seksualitas...)

sebaya yang secara keseluruhan berjumlah 31 yang artinya terdapat perbedaan pengetahuan
orang memiliki nilai rata-rata sikap 62,26, remaja tentang bahaya seks bebas pada
standar deviasi 8,16, nilai minimum 53 dan remaja yang mendapatkan dibandingkan
maksimum 73. dengan remaja yang tidak mendapatkan
Sikap merupakan reaksi atau respon pendidikan seksualitas remaja oleh pendidik
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu sebaya. Adanya perbedaan nilai rata-rata
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak (mean) dan standar deviasi antara kedua
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat kelompok tersebut menyatakan bahwa
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang pendidikan seksualitas remaja oleh pendidik
tertutup Sikap remaja yang tidak sebaya berpengaruh terhadap pengetahuan
mendapatkan pendidikan seksualitas oleh remaja tentang bahaya seks bebas.
pendidik sebaya sebagian besar memiliki Nilai dari responden dalam masing-masing
kategori negatif. Secara teori menyebutkan kelompok menunjukkan perbedaan yang
bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang signifikan, hal ini disebabkan karena adanya
akan mendorong terbentuknya sikap yang perbedaan motivasi dari masing-masing
lebih baik. Hal ini pun terbukti dengan data responden. Hasil penelitian ini diperkuat juga
yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan teori Systematic Behavior oleh Clart
menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki Chart menyatakan bahwa suatu kebutuhan
sikap dalam kategori negatif13. atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan,
Perbedaan pengetahuan responden maksud, aspirasi, dan ambisi) harus ada
yang mendapatkan dengan yang tidak dalam diri seseorang yang belajar sebelum
mendapatkan pendidikan seksualitas suatu respon dapat diperkuat atas dasar
oleh pendidik sebaya pengurangan kebutuhan itu. Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi intrinsik dapat
Data pengetahuan remaja yang mendapatkan mendorong seseorang sehingga pada akhirnya
pendidikan seksualitas oleh pendidik sebaya orang itu menjadi spesialis dalam ilmu
memiliki nilai p = 0,40. Data pengetahuan pengetahuan tersebut14.
remaja yang tidak mendapatkan pendidikan
seksualitas oleh pendidik sebaya memiliki nilai Perbedaan sikap responden yang
p = 0,06. Data sikap remaja yang mendapatkan dengan yang tidak
mendapatkan pendidikan seksualitas oleh mendapatkan pendidikan seksualitas
pendidik sebaya memiliki nilai p = 0,18. Data oleh pendidik sebaya
sikap remaja yang tidak mendapatkan Hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji t
pendidikan seksualitas oleh pendidik sebaya 2 kelompok tidak berpasangan (independent
memiliki nilai p = 0,13. Mengacu pada t-test) diperoleh nilai t hitung = 8,33 dengan
keseluruhan data tersebut, maka dapat dilihat nilai p = 0,00. Nilai p < 0,05 menunjukkan
bahwa nilai p > 0,05 pada seluruh data, bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat
sehingga dapat disimpulkan data dalam perbedaan sikap remaja tentang bahaya seks
penelitian ini berdistribusi normal. bebas pada remaja yang mendapatkan
Hasil uji normalitas data menunjukkan dibandingkan dengan remaja yang tidak
distribusi sebaran data normal sehingga dapat mendapatkan pendidikan seksualitas remaja
dilakukan uji-t tidak berpasangan. Menurut oleh pendidik sebaya. Hal ini disebabkan oleh
hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji karena adanya perbedaan pengetahuan antara
parametrik, yaitu uji-t 2 kelompok tidak kedua kelompok remaja ini, sehingga secara
berpasangan (independent t-test) diperoleh langsung mempengaruhi sikap remaja tentang
nilai t hitung = 10,49 dengan p = 0,00. Nilai bahaya seks bebas. Menurut Notoatmodjo
p < 0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak (2003) bahwa dalam penentuan sikap yang
17
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 13 - 19

utuh, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan berbeda dan besar sampel lebih banyak serta
emosi memegang peranan penting, sehingga konsep yang berbeda disesuaikan dengan
setiap individu akan mempunyai sikap tertentu perkembangan ilmu pengetahuan dan
terhadap suatu objek6. teknologi terbaru.
Menurut Raditya (dalam Kusumastuti, 2010)
mengemukakan bahwa pendidikan Daftar Pustaka
seksualitas remaja yang diberikan oleh 1. Kusumastuti, F.A.D. 2010. Hubungan
pendidik sebaya akan dapat memberikan Antara Pengetahuan Dengan Sikap
pengetahuan yang diharapkan dapat merubah Seksual Pranikah Remaja. Fakultas
sikap1. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Sumardiwati (dalam Husodo, 2008) bahwa Karya Tulis Ilmiah. Surakarta
terdapat perbedaan antara pengetahuan dan 2. Muadz, M. M. dkk. 2007. Kurikulum
sikap setelah sasaran mendapatkan dan Modul Pelatihan Pemberian
pendidikan seksualitas remaja oleh pendidik Informasi Kesehatan Reproduksi
sebaya10. Melalui pernyataan tersebut, maka Remaja oleh Pendidik Sebaya. Jakarta :
dapat diketahui bahwa pemberian pendidikan BKKBN
seksualitas remaja oleh pendidik sebaya 3. Tim Sahabat Remaja PKBI DIY. 2006.
tentang bahaya seks bebas sangat diperlukan, Tanya Jawab Seputar Seksualitas
sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat Remaja (Panduan untuk Tutor dan
terwujud yaitu remaja mampu melewati masa Penceramah). Yogyakarta : PKBI
remajanya, memiliki moralitas yang tinggi, dan 4. Muadz, M. M. dkk. 2008. Panduan
terutama dapat terhindar dari bahaya seks Pengelolaan Pusat Informasi &
bebas11. Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jakarta : BKKBN
Kesimpulan dan Saran 5. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang
Berdasarkan hasil analisa data dan Remaja dan Permasalannya. Jakarta :
pembahasan dapat disimpulkan bahwa CV Sagung Seto
pendidikan seksualitas remaja oleh pendidik 6. Notoatmodjo,S. 2007. Promosi
sebaya berpengaruh secara signifikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan
terhadap pengetahuan dan sikap remaja I. Jakarta : PT. Rineka Cipta
tentang bahaya seks bebas. Berdasarkan hasil 7. Mu’tadin, Z. 2010. Pendidikan Seksual
penelitian yang ditemukan, maka untuk Pada Remaja. http://
meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja belajarpsikologi.com/pendidikan-
tentang bahaya seks bebas, disampaikan seksual-pada-remaja. Diakses pada
beberapa saran terutama kepada institusi tanggal 12 Pebruari 2011.
SMA Negeri 2 Denpasar agar tetap 8. Dahlan, M.S. 2009. Statistik untuk
mendukung pelaksanaan organisasi informal Kedokteran dan Kesehatan Edisi
di sekolah sehingga para remaja semakin Evidence Based Medicine 1 ( Edisi 4).
memahami dirinya serta akhirnya mampu Jakarta :Salemba Medika
mewujudkan remaja yang memiliki moralitas 9. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
tinggi, mampu menghadapi masa remaja, dan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
terutama terhindar dari bahaya seks bebas. Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV.
Harapan kepada peneliti selanjutnya agar Alfabeta
dapat mengembangkan penelitian ini dengan
waktu pengamatan yang lebih lama sehingga
mencapai tujuan dan hasil yang maksimal,
serta penelitian dilakukan di tempat yang
18
NGK Sriasih, NW Ariani, J. Mauliku, AAI D Chintya Riris (Pengaruh Pendidikan Seksualitas...)

10. Husodo, T.B.& Widagdo, L., 2008, 12. Negara, O. Situasi Kesehatan
Pengetahuan dan Sikap Konselor SMP Reproduksi Dan Seksual Remaja di Bali.
dan SMA dalam Penyuluhan Kesehatan http://okanegara.wordpress.com.
Reproduksi di Kota Semarang, Makara Diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011.
Kesehatan 12 (2): p.59-62 13. Azwar, S. 2005. Sikap Manusia, Teori,
11. Lukman, A. J. 2004. Remaja Hari Ini dan Pengukurannya. Yogyakarta :
Adalah Pemimpin Masa Depan. Jakarta Pustaka Pelajar Offset
: BKKBN 14. Mubarak, W.I., 2007, Promosi
Kesehatan, Yogyakarta: Graha Ilmu

19
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD
KABUPATEN BADUNG

Ni Nyoman Dewi Supariani1

Abstract. The utilization of oral health services by communities in Badung regency,


on average every day is increasing every year, but still less than the national target
that is ideally 16 people / day for hospital type C. The aim of this study to determine
the factors associated with dental and oral health services utilization in the dental
polyclinic in Badung regency Hospital. This study uses quantitative methods with
Explanatory Research and cross sectional.. The sample size was 399 people,
Univariate data analysis used chi-square bivariate. Results showed that the most
respondents (90.0%) low use of dental and oral health services. Variables related to
utilization of dental and oral health services is variable work, hospital image, image
of health workers. Variables that are not related are the variable age, gender,
knowledge.
Keywords: utilization, dental care, dental clinic, Badung District Hospital

Berbagai program upaya kesehatan telah Penelitian Hendrartini (1995) menunjukkan


dilaksanakan untuk meningkatkan derajat bahwa rata-rata umur dewasa muda (20-30
kesehatan masyarakat, salah satunya adalah tahun) paling banyak memanfaatkan pelayanan
program pelayanan kesehatan gigi. Program kesehatan dibandingkan kelompok umur
ini bertujuan meningkatkan, memantapkan, lainnya.4)
mempertahankan jangkauan dan pemerataan Relliyani (2000) dalam penelitiannya
serta meningkatan pelayanan kesehatan gigi menemukan bahwa salah satu karakteristik
dan mulut di rumah sakit dan pemanfaatan pasien yang mempengaruhi pemanfaatan
poliklinik gigi oleh masyarakat1) peleyanan kesehatan adalah jenis kelamin.
Rendahnya penggunaan sarana pelayanan Jenis kelamin wanita lebih banyak dalam
kesehatan oleh sebagian masyarakat terkait pemanfaatan pelayanan kesehatan
dengan perilaku pencarian pengobatan dan dibandingkan dengan laki-laki.5)
konsep sakit-sehat dari masyarakat, adanya Penelitian Dharmmesta dan Handoko (2000),
sarana dengan beragam sistem pengobatan keputusan konsumen dalam memilih
membuka peluang bagi masyarakat untuk pelayanan dipengaruhi oleh pengalaman
mendapatkan pengobatan pada sarana yang sebelumnya. Konsumen yang terpuaskan
menjanjikan2) akan membuat rekomendasi positif kepada
Dari berbagai rujukan dan hasil penelelitian konsumen yang lain, dan konsumen yang tidak
didapatkan: Faida dan Suprihanto (1999) terpuaskan akan kembali keseleksi awal serta
dalam penelitiannya menemukan bahwa konsumen yang kecewa akan membuat
tingkat pendidikan mempunyai korelasi sangat rekomendasi negatif terhadap konsumen
bermakna terhadap pemanfaatan pelayanan lain.6) Penelitian Andari (2006), menyimpulkan
kesehatan, yang berarti semakin tinggi tingkat semakin baik pengalaman sebelumnya,
pendidikan seseorang semakin sering dia semakin tinggi pemanfaatan pelayanan
memanfaatkan pelayanan kesehatan3) kesehatan di poliklinik gigi.7)

1 Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar


20
NND Supariani (Faktor-faktor yang Berhubungan...)

Data Dinas Kesehatan Propinsi Bali 2006 N


didapatkan jumlah kunjungan pasien ke n=
1 + N (d ) 2
Poliklinik Gigi sebesar 22,51%, 2007
22,90%, 2008 jumlah kunjungan 27,96% Dengan dispersi hasil penelitian dibatasi
sedangkan 2009 sebesar 22,33 %.8) sebesar 5% maka diketahui besar sampel
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten ideal yang diinginkan dalam penelitian ini
Badung 2009, perilaku masyarakat dalam adalah 399 sampel. Untuk pengambilan
pencarian pengobatan atau pelayanan sampel di masing-masing kelurahan/desa
kesehatan gigi dan mulut di Kabupaten dilakukan secara proporsional random
Badung diperoleh 32,36% masyarakat sampling.
berkunjung ke rumah sakit dan sisanya
Hasil dan Pembahasan
sebanyak 67,64% masyarakat cenderung
berobat ke sarana-sarana kesehatan swasta, Karakteristik Responden
dokter gigi praktek, puskesmas dan
Umur responden terbanyak pada kelompok
pengobatan alternatif.9)
umur dewasa (≥30 tahun) sebesar 52,9%.,
Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan
dan sisanya umur muda (< 30 tahun ) sebesar
mulut dapat dilihat dari jumlah kunjungan
47,1%. Jenis kelamin responden terbanyak
pasien dan tindakan yang dilakukan pada
perempuan sebesar 55,4% dan sisanya
poliklinik gigi RSUD Kabupaten Badung dari
44.6% laki-laki.
2006 sampai dengan 2009, rata-rata tiap hari
Pekerjaan responden terbanyak sebagai
meningkat, dari tahun ketahun, tetapi masih
wiraswasta sebesar 33.3%, pelajar/
kurang dari 16 orang/hari.10). Target Nasional
mahasiswa sebesar 29,8%, pegawai negeri
yaitu idealnya 16 orang / hari untuk rumah
sipil 17,3%, karyawan swasta sebesar
sakit tipe C.11)
16,3%, tidak bekerja 2,8% dan terkecil
Adapaun masalah yang dirumuskan dalam
adalah sebagai TNI/POLRI sebesar 0,5%.
penelitian ini adalah” Apakah faktor-faktor
Pengetahuan responden tentang pelayanan
yang berhubungan dengan pemanfaatan
kesehatan gigi dan mulut terbanyak pada
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
kategori pengetahuan tinggi yaitu sebesar
poliklinik gigi RSUD Kabupaten Badung?
86,0% dan sisanya 14,0% pengetahuan
Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk
responden dengan kategori rendah.
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut di poliklinik gigi RSUD Kabupaten
Badung tahun 2011.
Metode
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian
Explanatory Research dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat di wilayah kabupaten
Badung yang terindikasi terkena karies Tabel 1 diketahui bahwa persentase image
berdasarkan Riskesdas 2009 sebesar 38,4 rumah sakit terbanyak pada kategori buruk
% (109.193 orang). Pengambilan sampel sebesar 57,4 % dan sisanya 42,6% kategori
dilakukan dengan menggunakan rumus dari baik.
Notoatmodjo yaitu :12)

21
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 20 - 24

Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan 90% responden
yang tidak memanfaatkan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dan hanya 10% yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
responden tidak memanfaatkan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dirumah sakit karena
responden malas memeriksakan giginya, tidak
Tabel 2 diketahui bahwa persentase image ada waktu dan takut tertular penyakit lain.
tenaga kesehatan di poliklinik gigi rumah sakit 10% responden yang memanfaatkan
terbanyak pada kategori baik sebesar 60.2%, pelayanan kesehatan membersihkan karang
sedangkan sisanya pada kategori buruk yaitu gigi, penambalan gigi, mencabut gigi, kontrol
sebesar 39,8%. kesehatan gigi dan berobat karena sakit gigi.
Berdasarkan umur diperoleh hasil 52,9%
responden berumur dewasa (≥30 tahun) dan
47,1% berumur muda (<30 tahun). Tidak ada
hubungan yang bermakna antara umur dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di poliklinik gigi. Artinya responden
berumur dewasa dan berumur muda tidak ada
hubungan dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di poliklinik gigi
rumah sakit. Hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan
Tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar
Hendratini (1995) yang menunjukkan bahwa
responden tidak memanfaatkan pelayanan
rata-rata umur muda paling banyak
kesehatan gigi dan mulut yaitu 90,0% dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi
sisanya 10,0% responden memanfaatkan
dibandingkan dengan kelompok umur lainnya.
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil
Analisis Bivariat responden berjenis kelamin perempuan
sebesar 55,4%, jenis kelamin laki-laki sebesar
Hasil uji Chi Square enam variabel yang
44,6%. Tidak ada hubungan yang bermakna
dianalisa terdapat tiga variabel yang tidak
antara jenis kelamin dengan pemanfaatan
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Walaupun
kesehatan gigi dan mulut di rumah sakit yaitu
variabel jenis kelamin tidak mempunyai
variabel umur, jenis kelamin, pengetahuan
hubungan yang bermakna terhadap
tentang pelayanan kesehatan gigi dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut,sedangkan variabel yang berhubungan
mulut di rumah sakit , namun responden yang
adalah pekerjaan dengan p value=0,00; image
berjenis kelamin perempuan lebih banyak
rumah sakit dengan p value = 0,00; image
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan
tenaga kesehatan dengan p value = 0,00;
mulut dibandingkan dengan responden
artinya ada hubungan yang bermakna dengan
berjenis kelamin laki-laki. Penelitian ini sesuai
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan
dengan penelitian Relliyani (2000)
mulut.
menyatakan karateristik pasien yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan

22
NND Supariani (Faktor-faktor yang Berhubungan...)

kesehatan adalah jenis kelamin, jenis kelamin (42,6%) responden mempunyai image rumah
wanita lebih banyak dalam pemanfaatan sakit baik. Adanya hubungan yang bermakna
pelayanan kesehatan dibandingkan laki-laki. antara image rumah sakit dengan pemanfaatan
Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Artinya
karena pelayanan kesehatan gigi dan mulut di responden tidak memanfaatkan pelayanan
rumah sakit dibuka bersamaan dengan jam kesehatan gigi dan mulut dalam penelitian ini,
kerja, sehingga masyarakat berjenis kelamin disebabkan oleh karena responden
laki-laki yang bekerja, tidak sempat mempunyai image rumah sakit yang buruk
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi terutama karena pelayanan penerimaan
karena terbentur dengan jam kerja. pasiennya lama, pelayanan perawatan pasien
Berdasarkan pekerjaan diperoleh hasil lama, pemeriksaan pasien tidak teliti,
sebagian besar responden 33,3% adalah pemeriksaan pasien tidak hati-hati. Hal ini
wiraswata, selebihnya 29,8% pelajar/ sesuai dengan pendapat Kotler P (2002) yang
mahasiswa, 17,3% Pegawai Negeri Sipil, menyatakan bahwa citra adalah seperangkat
16,3% karyawan swasta, 2,8% tidak keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki
bekerja, 0,5% TNI/POLRI. Adanya seseorang tentang obyek. Responden yang
hubungan yang bermakma antara pekerjaan telah mengenal produk dapat ditanya tentang
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi perasaan mereka terhadap produk itu, citra
dan mulut. Artinya seseorang yang bekerja itu lengket, citra akan tetap bertahan lama
dan berpenghasilan sendiri akan termotivasi setelah organisasi berubah. Daya tahan citra
dan bertindak untuk lebih banyak dalam dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan sekali orang memiliki citra tertentu, mereka
mulut di poliklinik gigi rumah sakit, karena akan mempersepsikannya secara konsisten
mereka mampu membayar sendiri. dengan citra itu.
Berdasarkan pengetahuan diperoleh hasil Berdasarkan image tenaga kesehatan
sebagian besar responden memiliki diperoleh hasil 60,2% mempunyai image
pengetahuan tinggi sebesar 86,0% dan tenaga kesehatan baik dan 39,8% mempunyai
responden yang memiliki pengetahuan rendah image tenaga kesehatan buruk. Adanya
sebesar 14,0%. Tidak ada hubungan yang hubungan yang bermakna antara image tenaga
bermakna antara pengetahuan dengan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan kesehatan gigi dan mulut dipoliklinik gigi
mulut. Hal tersebut menggambarkan bahwa rumah sakit. Sebagian besar responden
yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, mempunyai image tenaga kesehatan gigi
dan tingkat pengetahuan rendah tidak ada dipoliklinik gigi baik, semua responden
hubungan dalam pengambilan keputusan mengatakan dokter gigi dan perawat gigi yang
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi bertugas di poliklinik gigi rumah sakit,
dan mulut. Cartwrigth dalam Inantha (1997), memberikan pelayanan dengan baik dan
menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan ramah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
tidak selalu menyebabkan perubahan Kotler P (2002) menyatakan bahwa citra itu
perilaku, namun hubungan positif antara lengket, citra akan tetap bertahan lama setelah
variabel pengetahuan tertentu tentang organisasi berubah. Daya tahan citra dapat
kesehatan penting, sebelum suatu tindakan itu dijelaskan dengan kenyataan bahwa sekali
terjadi. orang memiliki citra tertentu, mereka akan
Berdasarkan image rumah sakit diperoleh mempersepsikannya secara konsisten dengan
hasil sebagian besar responden (57,4%) citra itu dan akan memanfatakan pelayanan
mempunyai image rumah sakit buruk dan kesehatan. Responden yang telah mengenal
produk dapat ditanya tentang perasaan
23
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 20 - 24

mereka terhadap produk itu, dengan 4. Hendrartini,J. Analisis Pemanfaatan


menggunakan skala kesukaan (favorability Unit Pelayanan Kesehatan di Rumah
scale). Sakit. UGM Pascasarjana.
Yogyakarta. 1995.
Kesimpulan dan Saran 5. Relliyani. Hubungan Persepsi Mutu
Image rumah sakit dan Image tenaga dan Pemanfaatan Rawat Inap Bagi
kesehatan dipoliklinik gigi, berhubungan Pasien Peserta Askes di RSUD
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi Jend.A. Yani Metro. Tesis.
dan mulut di Poliklinik Gigi RSUD Kabupaten Pascasarjana.UGM.Yogyakarta.2000.
Badung. 6. Dharmesta,BS dan Handoko, N.
Untuk meningkatkan image masyarakat Manajemen Pemasaran, Analisis
kepada Rumah Sakit dalam memberikan Perilaku Konsumen. Yogyakarta.
pelayanan maka Rumah Sakit harus 2000.
melakukan: 1) Perlunya penambahan loket 7. Andari,PS. Analisis Faktor-Faktor
baru untuk mempercepat pelayanan dan yang mempengaruhi keputusan
menghindari antrean dan dibuatkan alur pasien dalam memanfaatkan
pemeriksaan bagi pasien yang akan berobat, pelayanan kesehatan di Puskesmas
gunanya untuk mempercepat pasien dalam Bangli. Tesis. Pasca Sarjana. Program
mendapatkan pelayanan; 2) Perlunya S-2 IKM. UGM Yogyakarta. 2006.
penambahan ruangan pemeriksaan untuk 8. Dinkes. Profil Kesehatan. Propinsi
mempercepat pelayanan; 3) Perlunya Bali. 2009.
penambahan SDM dan bagi petugas 9. Dinkes. Profil Kesehatan. Kabupaten
kesehatan yang sudah ada perlu diberikan Badung. 2008.
pelatihan kejenjang yang lebih tinggi, sehingga 10. RSUD. Laporan Tahunan Poliklinik
dalam melakukan setiap tindakan Gigi. Badung. 2010
pemeriksaan bisa lebih teliti dan hati-hati; 4) 11. Depkes RI, Pedoman Upaya
Petugas kesehatan bersikap ramah dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan
setiap pelayanan. Mulut. Direktorat Kesehatan Gigi,
Jakarta, 2000
Daftar Pustaka
12. Arikunto,S. Metodelogi Penelitian
1. Depkes RI. Profil Kesehatan Gigi Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
dan Mulut di Indonesia. Direktorat 2005
Kesehatan Gigi. Jakarta.1992.
2. Dikes, Perilaku Kesehatan dan Peran
Serta Masyarakat, file;/// c: Document
and setting/d/. 2008. Diakses Oktober
2010.
3. Faida dan Suprihanto,J. Analisis
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen dalam
memanfaatkan jasa pelayanan
kesehatan Poli umum di Rumah Sakit
Pemerintah dan Swasta sebagai dasar
penyusunan strategi pemasaran. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan.
02.1999.

24
PROFIL LULUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES DENPASAR DI PASAR KERJA

NK Ratmini1, IM Budi Artawa2, I GA Raiyanti3

Abstract. These days, the dental nurse professionals are the health care professionals
whom are on decent demands from the perspective of the number of graduates and
the educational institutions on this major. They work both in governm ent and private
sectors. The objective of his sutudy is to identify the profiles of Diploma III of the
graduates of the dental nurse department of Poltekkes Denpasar in 2001-2011. The
profiles includes the waiting period, percentage of graduates who have worked and
the income they earn in the employment market. The method applied in this study
has been done descriptively with survey approach. The subject of the dental nurse of
Potekkes Denpasar in 2001-2011 consisting of 234 garduates. The result of the data
collection with survey technique and documentation, it was receved respondents of
181 graduates. Data analysis technique being applied is descriptive analysis with
percentage which is subsequently described as a representation of the absorption
level of the graduates in the employment market.
The result of the research on the absorption level of Dental Nurse Department of
Poltekkes Denpasar in 2001-2011 is 100% in the employment market with the
following details: a. At 48.6% of the graduates waiting for their jobs for less than 3
months period, only 1.7% of the graduates got their first jobs over 24 months; b.
With regard to the percentage of work place of the graduates, the finding is as follow;
b. 52.5% works in; Private Health Care Units/Dentists’ Clinics and only 2.8% in the
International companies. c. With regard to the relevance of skills, the finding is as
follow: 76.5% said that their jobs are relevant and 6.1% said not relevant; d. Majority
of the graduates got their first job information from friends/family members; e. With
regard to the income earned by the Diploma III graduates for their first jobs, majority
of them got an approoximate income from 1-2 million per month.
Keywords : Absorption level, Diploma III, Dental Nurse, Employment Market

Politeknik Kesehatan Denpasar adalah lingkungan Kementerian Kesehatan yang ada


institusi pendidikan tinggi kedinasan milik di Provinsi Bali, yakni: Jurusan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI yang Lingkungan, Jurusan Keperawatan, Jurusan
menyelenggarakan program pendidikan Keperawatan Gigi, Jurusan Kebidanan, dan
Diploma III dan D IV. Politeknik Kesehatan Jurusan Gizi1.
Denpasar merupakan institusi yang didirikan Penyelenggaraan pendidikan berbagai jenis
atas dasar Surat Keputusan Menteri dan jenjang tenaga kesehatan mempunyai
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI tujuan yang mulia, yaitu selain mencerdaskan
Nomor: 298/Men.Kes-Kesos/SK/IV/2001 bangsa juga memenuhi kebutuhan pelayanan
tanggal 16 April 2001 yang kemudian kesehatan gigi. Pendidikan tenaga
diperbaharui lagi dengan SK Menkes RI keperawatan gigi jenjang diploma seperti
No.890/Menkes/SK/IV/2009, sebagai halnya perawat gigi termasuk dalam kelompok
wadah bergabungnya Lima Akademi dan atau pendidikan profesional, yang artinya
Pendidikan Ahli Madya (PAM) Kesehatan di pendidikan diarahkan terutama pada kesiapan
1,2,3 Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar
25
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 25 - 30

penerapan kemampuan tertentu berdasarkan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar.


tuntutan pasar kerja. Untuk memberikan yang Permasalah yang ditemui dan dianggap suatu
terbaik, maka perlu dihindari tumpang tindih hambatan adalah, belum adanya data pasti
peran dan kesenjangan mutu, melalui yang jelas menggambarkan keberadaan dan
pendekatan kemitraan keprofesian. lingkup kerja alumni mahasiswa Diploma III
Pemasaran tenaga kesehatan, terutama pada Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar di
jenjang pendidikan tinggi, berpedoman pasar kerja5.
kepada peraturan pemerintah no 30 tahun Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan
1990 tentang pendidikan tinggi. Sejak Gigi, sejak berdiri tahun 1998 sampai tahun
diberlakukannya kebijakan Zero growth 2011 telah meluluskan lebih dari 300 Ahli
personel tahun 1990 menuju minus personeel Madya Keperawatan Gigi, namun belum
growth, maka pengangkatan lulusan menjadi diketahui profil lulusan di pasar kerja.
pegawai negeri hanya sebesar 1-4 % saja, Berdasarkan latar belakang, maka dapat
sehingga bagian terbesar dari mereka tidak disusun rumusan masalah, bagaimanakah
mempunyai pekerjaan2. profil lulusan D III Keperawatan gigi
Dewasa ini tenaga profesi keperawatan gigi Poltekkes Denpasar di Pasar Kerja?.
merupakan tenaga kesehatan yang cukup
besar dilihat dari jumlahnya dan lembaga Metode
pendidikannya. Mereka bekerja baik di Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas, di
sektor pemerintah maupun swasta. Institusi rumah sakit pemerintah dan swasta dan
pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan pelayanan kesehatan gigi mandiri/ dokter gigi
Gigi sampai sampai saat ini berjumlah 17 dari praktek swasta yang ada di Bali, pada bulan
38 Poltekkes yang ada di Indonesia dan satu Juli s/d September 2012. Subjek penelitian
diantaranya adalah Diploma III Jurusan adalah lulusan Diploma III reguler Jurusan
Keperawatan Gigi Denpasar (Permenkes Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar tahun
RI,2011)3. 2001 – 2011 yang berlatar pendidikan SMA
Istilah D III Jurusan Keperawatan Gigi resmi yang berjumlah 234 orang. Penelitian ini
diberlakukan sejak tanggal 27 september bersifat deskriptif dan instrumen yang
2011, yang sebelumnya adalah D III Jurusan digunakan dalam penelitian ini berupa: register
Kesehatan Gigi. Penetapan nama D III lulusan Jurusan Keperawatan Gigi, register
Jurusan Keperawatan Gigi diberlakukan Persatuan Perawat Gigi Dewan Pimpinan
berdasarkan SK Ka Badan Pengembangan Daerah (PPGI DPD) Bali dan kuesioner.
dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Nomor:
Hasil dan Pembahasan
HK.02.05/I/III/2/02239.1/20114.
Profil lulusan Diploma III Keperawatan Gigi Karakteristik tempat bekerja lulusan
Poltekkes Denpasar dapat diketahui dengan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh
melakukan suatu tindakan penelusuran lulusan
dari buku register lulusan JKG Poltekkes
atau alumni. Penelusuran alumni dapat
Denpasar, lulusan D III Jurusan Keperawatan
ditempuh dengan berbagai cara, antara lain:
Gigi Poltekkes Denpasar sejak tahun 2001-
(1) mempersyaratkan kepada alumni untuk
2011, dengan latar belakang pendidikan
melaporkan diri saat telah diterima bekerja
SPRG maupun SMA telah terserap 100% di
pada bidang pekerjaan yang relevan dengan
pasar kerja. Penyerapan terbanyak adalah
disiplin ilmu Diploma III Keperawatan Gigi;
bekerja di Puskesmas, 44 %, 35% bekerja
(2) mengirim lembar angket pada instansi yang
di Pelayanan Kesehatan Mandiri/dokter gigi
telah menggunakan lulusan; (3) atau cara-cara
praktek swasta, 14% di Rumah Sakit dan
inovatif lainnya yang dianggap mampu
7% bekerja di struktural.
mendeteksi keberadaan alumni Diploma III
26
NK Ratmini, IM Budi Artawa, I GA Raiyanti (Profil Lulusan Diploma...)

pelayanan kesehatan yang bekerja di sarana


pelayanan kesehatan. Walaupun ada
beberapa lulusan D III Keperawatan Gigi
yang bekerja di struktural, kemungkinan
disebabkan karena pada saat penerimaan
CPNS, mereka mengisi formasi pada Instansi
Pendidikan Kesehatan seperti Poltekkes atau
Dinas Kesehatan.
Karakteristik sebaran kota tempat
bekerja
Lulusan D III Keperawatan Gigi, yang
berlatar belakang pendidikan SMA paling
banyak bekerja di Kota Denpasar (49%) dan
paling sedikit di Jemberana (0,5%). Hal
tersebut disebabkan karena Lulusan D III
Keperawatan Gigi yang berlatar belakang
pendidikan SMA, sebagian besar bekerja
sebagai dental asisten pada pelayanan
kesehatan mandiri/praktek dokter gigi swasta
dan sarana pelayanan tersebut lokasinya
sebagian besar di kota Denpasar. Kecilnya
persentase lulusan D III Keperawatan Gigi
bekerja di Jemberana, kemungkinan
disebabkan karena jumlah Puskesmas yang
ada di kabupaten Jemberana hanya 6
Puskesmas (5%) yang merupakan jumlah
Puskesmas terkecil dibandingkan dengan
jumlah Puskesmas di kabupaten lain di
wilayah Provinsi Bali6.
Lama waktu tunggu
Berdasarkan lamanya waktu tunggu lulusan
D III Keperawatan gigi Poltekkes Denpasar
untuk mendapatkan pekerjaan pertama,
mayoritas terserap di pasar kerja dalam waktu
Persentase tertinggi lulusan Keperawatan Gigi yang relatif cepat, (48,6 %) menunggu
bekerja di Puskesmas disebabkan di setiap penempatan bekerja dalam waktu 0-3 bulan,
puskesmas pasti membutuhkan tenaga selanjutnya 20,4% dalam waktu 4-6 bulan,
perawat gigi satu bahkan lebih, dan sampai dan 1,7 % menunggu lebih dari 24 bulan. Hal
saat ini jumlah Puskesmas yang ada di wilayah tersebut disebabkan karena kebutuhan tenaga
Provinsi Bali adalah sebanyak 114 Puskesmas. kesehatan khususnya perawat gigi sampai
Selanjutnya persentase terkecil tempat bekrja saat ini masih sangat dibutuhksn. Hal tersebut
lulusan D III Keperawatan Gigi adalah di sesuai dengan pernyataan yang ada dalam
struktural. Hal ini sesuai dengan Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan
kompetensinya, lulusan D III Keperawatan (RPTK) Tahun 2011-2025, yang menyatakan
gigi memiliki kompetensi sebagai tenaga bahwa, pengembangan tenaga kesehatan

27
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 25 - 30

perlu ditingkatkan untuk mengatasi krisis III Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar
tenaga kesehatan. Batasan dan ruang lingkup sudah bekerja sesuai dengan keahliannya. Hal
pengembangan tenaga kesehatan, meliputi tersebut dapat dilihat dari; 76,2% lulusan
perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan, mengatakan pekerjaannya sesuai dengan
pengadaan, pendayagunaan serta pembinaan keahliannya, 17,7% lulusan mengatakan
dan mutu tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan pekerjaannya sangat sesuai dengan
yang dimaksud diantaranya adalah perawat keahliannya dan hanya 6,1% lulusan
gigi7. mengatakan pekerjaanya tidak sesuai dengan
Tempat Kerja Pertama keahliannya. Lulusan D III Keperawatan Gigi
yang mengatakan pekerjaannya tidak sesuai
Berdasarkan hasil analisis tentang tempat dengan keahliannya adalah lulusan D III
kerja pertama lulusan D III Keperawatan Keperawatan Gigi yang deskripsi
Gigi), dapat dikatakan bahwa lulusan D III pekerjaannya sebagai tenaga administrasi di
Keperawatan Gigi sebagian besar (52,5%) Poli Klinik Umum Rumah Sakit Pemerintah.
tempat kerja pertamanya di sarana pelayanan Hal tersebut mungkin disebabkan karena
kesehatan mandiri/ praktek dokter gigi swasta, kegiatan pelayanan kesehatan gigi di poliklinik
selanjutnya 35,9% tempat kerjanya adalah gigi rumah sakit untuk perawat gigi tidak
di pemerintah daerah, di pemerintah pusat terlalu banyak atau pada saat mereka
2,2%, dan 2,8% di perusahaan asing. Hal ini melamar CPNS, mengisi formasi rumah sakit
berarti peran serta masyarakat dalam sebagai tenaga kesehatan, sedangkan jumlah
pelayanan kesehatan sangat besar. Selain itu, perawat gigi yang diangkat di rumah sakit
peringkat kedua penempatan lulusan adalah sudah melebihi rasio yang dibutukan,
di pemerintahan yang berarti lulusan sehingga sebagian dari mereka ditempatkan
keperawatan gigi masih mencari penempatan di bagian lain, seperti di bagian administrasi,
di pemerintahan untuk keamanan. di poli Jantung, di Poli Mata, dll. Kenyataan
Cara memperoleh informasi untuk seperti ini ditemukan pada lulusan D III
mendapatkan pekerjaan Keperawatan Gigi yang bekerja di RSUP
Lulusan D III Keperawatan Gigi Poltekkes Sanglah, RSUD Badung dan RSUD Tabanan.
Denpasar untuk informasi mendapatkan Sebagian besar lulusan D III Keperawatan
pekerjaan, dapat dikatakan dari pihak Gigi mengatakan bekerja sesuai dengan
pengguna lulusan masih kurang, karena sesuai keahlian, bahkan banyak yang mengatakan
dengan data pada tabel, terlihat hanya 10% sangat sesuai dengan keahlian, ini berarti
dari lulusan memperoleh informasi melalui lulusan lulusan D III Keperawatan Gigi
surat kabar, selebihnya (54,1%) informasi Poltekkes Denpasar sudah bekerja sesuai
mereka dapatkan dari teman/kenalan, dan dengan standar kompetensi yang ditetapkan
39% informasi diperoleh dari pengelola dalam Kurikulum D III Keperawatan Gigi.
pendidikan. Hal ini kemungkinan disebabkan, Besarnya gaji
karena pihak pengguna lulusan tidak
Berdasarkan besarnya gaji yang diperoleh
mengumumkan penerimaan tenaga kerja
lulusan D III Keperawatan Gigi Poltekkes
melalui meida, atau mungkin disebabkan
Denpasar di pasar kerja, diperoleh hasil,
karena para lulusan kurang aktif membaca
lulusan D III Keperawatan Gigi Poltekkes
surat kabar.
Denpasar yang sudah bekerja, sudah
Kesesuaian Pekerjaan dengan memperoleh gaji diatas Upah Minimum
Keahlian Regional (UMR) yang ditetapkan perda
Bila dilihat dari kesesuaian pekerjaan dengan Denpasar tahun 20118. Sebagian kecil dari
keahlian, dapat dikatakan bahwa lulusan D luusan D III Keperawatan Gigi Poltekkes
28
NK Ratmini, IM Budi Artawa, I GA Raiyanti (Profil Lulusan Diploma...)

Denpasar (14%), memperoleh gaji kurang kurikulum baru tahun 2010 tentang perubahan
dari Satu Juta Rupiah, hal ini mungkin istilah kesehatan gigi menjadi keperawatan
disebabkan, karena mereka bekerja sebagai gigi, yang mana lulusan 2001-2011 belum
tenaga honorer di Instansi pemerintahan. pernah tahu tentang bagaimana implementasi
Layanan Akademik tentang kurikulum keperawatan gigi.
Beberapa lulusan yang mengatakan perlu
Berdasarkan hasil analisis data tentang keterampilan computer, mungkin disebabkan
penilaian lulusan terhadap pelayanan karena di beberapa tempat bekerja lulusan
bimbingan akademik tentang distribusi D III Keperawatan Gigi ada yang
penilaian lulusan terhadap layanan info dari ditempatkan di bagian administrasi atau di
JKG Poltekkes Denpasar, dapat dikatakan struktural, sehingga mereka memerlukan
bahwa layanan akademik yang telah dilakukan keterampilan computer. Sebagian kecil
di Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes lulusan mengatakan bahwa perlu keterampilan
Denpasar adalah kategori memuaskan, manajemen pengelolaan obat/bahan, mungkin
bahkan ada beberapa lulusan yang pada waktu mengikuti kuliah mereka tidak
mengatakan layanan akademik di JKG merasakan bahwa kuliah tersebut
Poltekkes Denpasar sangat memuaskan. Hal diaplikasikan di lapangan, sehingga mereka
ini dapat diartikan bahwa, pengelolaan layanan kurang perhatian terhadap kuliah tersebut,
akademik pada institusi pendidikan D III sehingga setelah di lapangan mereka baru
Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar sudah merasakan manfaatnya.
terlaksana sesuai dengan borang akreditasi
BAN PT yang digunakan, dan dapat diartikan Kesimpulan dan Saran
pula bahwa layanan akademik yang dilakukan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
sebanding dengan nilai akreditasi yang dapat diambil simpulan, bahwa lulusan D III
diperoleh Poltekkes Denpasar, yaitu kategori Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar Tahun
A9. 2001-2011 telah terserap 100 % di pasar
Harapan Yang dibutuhkan Lulusan kerja dengan keadaan sebagai berikut: 1)
Berdasarkan hasil analisis harapan yang Mayoritas lulusan D III Keperawatan Gigi
dibutuhkan lulusan D III Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar menunggu kurang dari
Denpasar, dapat dikatakan bahwa sebagian enam bulan untuk diterima di pasar kerja; 2)
besar lulusan (52%) membutuhkan Tempat bekerja lulusan D III Keperawatan
keterampilan berbahasa Inggris, selanjutnya Gigi Poltekkes Denpasar, sebagian besar di
32% mengatakan perlu adanya seminar Pelayanan Kesehatan Mandiri/Dokter Gigi
tentang keperawatan gigi dan beberapa praktek swasta yang ada di Denpasar; 3)
lulusan mengatakan perlu keterampilan Lulusan D III Keperawatan Gigi Poltekkes
computer serta manajemen pengelolaan obat/ Denpasar, bekerja sudah sesuai dengan
bahan. Keterampilan berbahasa Inggris yang standar kompetensi; 4) Lulusan D III
dikatakan dibutuhkan oleh lulusan, Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar
disebabkan karena daerah Bali merupakan sebagian besar memperoleh informasi dari
daerah pariwisata pada saat ini sampai ke teman/ kenalan untuk mendapatkan
pelosok-pelosok dikunjungi oleh wisatawan pekerjaan; 5) Besarnya pendapatan lulusan
luar negeri, sehingga para tenaga di pelayanan D III Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar
kesehatan dimanapun bekerja dituntut untuk di pasar kerja, sudah melebihi UMR yang
terampil berbahasa Inggris. Seminar tentang ditetapkan perda Bali tahun 2011; 6) Layanan
keperawatan gigi yang dirasakan perlu bagi akademik yang telah dilakukan di Instansi D
lulusan, mungkin disebabkan karena adanya III Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar

29
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 25 - 30

dapat dikatakan memuaskan; 7) Harapan Daftar Pustaka


yang dibutuhkan lulusan adalah meningkatkan 1. Kemenkes, 2009, SK Menkes RI
keterampilan berbahasa Inggris. No.890/Menkes/SK/IV/2009, Jakarta.
Dapat disarankan agar pihak pemerintah, 2. Peraturan Pemerintah No 30 Tahun
khususnya pemerintah daerah agar 1990 Tentang Pendidikan Tinggi
meningkatkan formasi kebutuhan tenaga 3. Kemenkes 2011, Permenkes RI
perawat gigi di instansi kesehatan pemerintah, Nomor 1988/Menkes/Per/IX/2011,
sehingga lulusan D III Keperawatan Gigi Jakarta.
mayoritas bekerja di Instansi pemerintah. 4. ________, SK Ka Badan
Kepada pihak pengguna lulusan diharapkan Pengembangan dan Pemberdayaan
menyampaikan informasi melalui surat kabar SDM Kesehatan
dan pihak pengelola pendidikan dalam Nomor: HK.02.05/I/III/2/
menginformasikan kebutuhan lulusan untuk 02239.1/2011
bekerja. Kepada pengelola pendidikan 5. Depkes RI , tt, Pemerataan dan
diharapkan untuk menambahkan mata kuliah Peningkatan Pemanfaatan Tenaga
bahasa Inggris dan setiap mengadakan Kesehatan, Jakarta.
seminar mengambil topik yang lebih mengarah 6. Anonim, 2012, Jumlah Puskesmas di
tentang keperawatan gigi. Indonesia (online), available:
http//www.depkes.go.id, (26 Oktober
2012).
7. ________, 2011, Rencana
Pengembangan Tenaga Kesehatan
Tahun 2011-2025, (online),
available: http//www.depkes.go.id, (26
Oktober 2012).
8. ________, Informasi Upah Minimum
Regional Untuk Wilayah Bali,
(online),available:http//ww
llows.wordpress.com/2009, (27
Oktober 2012).
9. Depkes RI, 2005, Penetapan Strata
Akreditasi JKG Poltekkes Denpasar,
Jakarta

30
EFEKTIFITAS LAMA PEMAPARAN EKSTRAK DAUN ZODIA TERHADAP
DAYA BUNUH JENTIK Aedes aegypti

IK Aryana1, IW Sali,2 IW Suarta Asmara3

Abstract.This research purpose to know the effectively of extracts zodia leaf affected
to put out the Aedes aegypti mosquito larva. The sort of this research is experimentally
with true experiment method, design/planning, pre test and post test design. This
experiment used 5% dosage of zodia leaf to action ad 0% for control, there are 4
glass storage (3 for action and 1 for control), for each storage fill with 20 Aedes
aegypti mosquito larva, and then make an attempt 4 times there are week I, II, III,
IV. The result of extracts zodia leaf with 5% dosage impact the fixed of Aedes
aegypti mosquito larva is : on week I, average the died of larva in action is 9, while
the control is 0,or nothing was died, on the second week, average the died of larva in
action is 9, while the control is 0, or nothing was died, on the third week, average the
died of larva in action is 7, while the control is 0, or nothing was died, and on the last
week, average the died of larva in action is 6, while the control is 0, or nothing was
died. After test with Anova we have probability significant value is 0,876, á = 0,05
< 0,876, then Ho accepted , it’s mean the effectively of extracts zodia leaf affected
to put out the Aedes aegypti mosquito larva on the week fourth.
Keywords : extracts zodia leaf, Aedes aegypti mosquito larva
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang Dengan demikian menjadikan lingkungan
menentukan dalam kehidupan manusia, tanpa yang bersih dan sehat dan bebas dari sarang
sehat manusia tidak dapat melaksanakan nyamuk. Abate adalah satu bahan kimia yang
aktifitasnya. Salah satu faktor yang digunakan untuk membunuh jentik dengan
mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan. menaburkan pada tempat perindukan nyamuk
Lingkungan yang kurang baik atau tidak sehat seperti bak air, pot bunga dan lainnya dan
dapat menjadi tempat berkembang biaknya bubuk abate harus diganti selang satu bulan,
vector penyakit seperti : nyamuk Aedes namun bahan kimia tersebut dapat
aegypti. Penyakit yang disebarkan melalui mengganggu biota air.
nyamuk ini adalah penyakit Demam Berdarah Menurut Dr.Widodo Judaworto, (2007)2,
(DBD) yang tiap tahun selalu berjangkit secara pencegahan dengan pengasapan dapat
sporadis. Penyakit Demam Berdarah menghalau atau membunuh nyamuk dewasa
merupakan penyakit yang sangat ganas tetapi tidak dapat membunuh jentik. Cara lain
sehingga dapat menimbulkan kematian dalam untuk membunuh nyamuk Aedes aegypti
waktu yang singkat karena terjadi perdarahan adalah dengan pengasapan (fogging dengan
dan shock yang sering disebut Syndrome campuran bahan kimia seperti sinop dengan
Shock Dengue1 solar) hal ini hanya dapat membunuh nyamuk
Dalam upaya pemberantasan vektor, dewasa dan tidak dapat membunuh jentik.
masyarakat dapat berperan aktif dalam Pengasapan dengan menggunakan insektisida
pemantauan jentik, melakukan gerakan malation 4% di campur solah hanya mampu
serentak (Gertak) Pemberantasan Sarang membunuh nyamuk dewasa pada radius 100
Nyamuk (PSN) dengan 3 M (Menguras, – 200 m disekitarnya dan efektif hanya 1 –
Mengubur, Menutup) secara rutin. 2 hari.

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar


31
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 31 - 38

Sementara siklus pertumbuhan jentik nyamuk Efektifitas lama pemaparan ekstrak daun
menjadi dewasa memerlukan waktu 10 hari, Zodia terhadap daya bunuh jentik Aedes
sehingga tidak cukup dilakukan satu kali saja aegypti, dengan tujuan umum adalah untuk
tetapi perlu dilakukan pengasapan secara mengetahui efektifitas lama pemaparan
berulang ulang. Namun hal tersebut dapat ekstrak daun zodia terhadap daya bunuh
mengganggu keseimbangan ekologi, termasuk jentik Aedes agypti. Tujuan khusus adalah a)
peningkatan kekebalan nyamuk Aedes untuk kematian jentik Aedes agypti yang
aegypti pada tingkat jentik dibanding dengan terpapar ekstrak daun zodia dosis 0 %
pembasmian nyamuk betina dewasa. sebagai kontrol, b) untuk mengetahui
Indonesia sebagai beriklim tropis yang kaya kematian jentik Aedes aegypti yang terpapar
akan sumber alamnya menunggu penangganan daun ekstrak daun zodia dosis 5 % pada
secara optimal dan terarah untuk minggu ke 1, 2, 3 dan 4 (perlakuan), c) untuk
mendapatkan hasil yang optimal, adalah menganalisa jumlah kematian jentik Aedes
potensi sumber daya alam salah satunya aegypti pada minggu ke 1, 2, 3 dan 4 dengan
tanaman Zodia (Evodia suaveolens.S). Di dosis 5 %.
daraeh asalnya Papua masyarakat disana
sudah lama menggunakan menggunakan Metode
tanaman ini untuk menghalau serangga Penelitian ini merupakan penelitian pra
khususnya nyamuk. Daun Zodia dapat eksperimen dengan Study The Statistic
disuling untuk menghasilkan minyak atsiri yang Group Comparation: Randomised Control
memiliki kandungan komponen utama Group Only Design (Suryabrata,S, 2004)5.
evodiamine dan rutaecarpine, sehingga Penelitian dilakukan pada bulan Agustus –
menghasilkan aroma yang cukup tajam yang Desember 2008 di Work Shop Poltekkes
tidak disukai serangga. Menurut Balai Denpasar Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Tanaman Obat (Balitro), minyak yang disuling Bahan yang digunakan : daun zodia yang
dari daun zodia mengandung linaool 6 % dan masih muda sebanyak 1 kg, jentik Aedes
apinene 13,26 %. Selain itu daun zodia terasa aegypti 320 ekor, air bersih, aquades. Alat
pahit, bisa digunakan sebagai obat tradisional yang digunakan : toples kaca sebanyak 4
antara lain untuk menambah stamina tubuh, buah, thermometer air, pipet ukur,
sementara rebusan kulit batangnya bermanfaat hygrometer, jam, form penilaian, blander, pH
sebagai pereda demam malaria. Belakangan meter/kertas lakmus, lux meter. Data yang
ini para ilmuwan menemukan khasiat lain dari dikumpulkan adalah data primer yaitu a)
daun zodia sebagai penyembuh sakit kepala, mencatat jumlah jentik Aedes agypti yang
desentri dan pembunuh sel kanker. Bunganya mati baik pada kontrol maupun pada
dapat dijadikan obat gosok untuk mengobati eksperimen/perlakuan, b) mencatat suhu air,
masuk angin (Kardinal, Agus, 2003)3. kelembaban, pencahayaan. Pengolahan data
Dewasa ini cara lain untuk membunuh jentik : data yang diperoleh dari hasil penelitian
dengan cara herbal menggunakan daun zodia. selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk
Menurut Mariana (2007)4, perasan daun tabel maupun narasi. Untuk analisis data
zodia dengan kadar 5 % dapat membunuh menggunakan uji statistic dengan bantuan
jentik Aedes aegypti dalam waktu 24 jam. software computer SPPS 12 for Windows
Melihat dari hal tersebut penulis ingin meneliti (Pramesti, Getut, 2006)6. Untuk melakukan
apakah ekstrak daun zodia dapat membunuh uji beda digunakan Analisis of Variance
jentik Aedes aegypti bertahan lama (ANOVA) terhadap satu control dan tiga
dibandingkan dengan abate, sedangkan perlakuan, dengan uji beda menggunakan
waktu pengisian kembali abate adalah 2 (dua) Least Significant Different (LSD) untuk
bulan. Untuk itu penulis mengambil judul mengetahui efektifitas lama pemaparan
32
IK Aryana, IW Sali, IW Suarta Asmara (Efektifitas Lama Pemaparan...)

ekstrak daun zodia terhadap daya bunuh


jentik Aedes aegypti.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan
jentik yang merupakan bentuk muda dari
nyamuk. Adapun yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jentik Aedes aegypti instar
IV yang lengkap struktur anatomi dan jelas
tubuhnya dapat dibagi menjadi kepala, dada
dan perut. Jentik yang digunakan berumur
sembilan hari dan jumlah jentik yang diamati
tiap percobaan sebanyak 80 ekor dengan
rincian masing-masing toples sebanyak 20 berisi ekstrak daun zodia sebagai perlakuan
ekor, terdiri dari 4(empat) toples dan sebanyak 4(empat) buah). Adapun hasil
dilakukan 4 percobaan sehingga jentik yang pengukuran suhu air yang diperoleh pada
digunakan sebanyak 320 ekor. Daun zodia masing-masing toples baik control maupun
yang digunakan adalah daun yang masih segar perlakuan adalah seperti Tabel 2.
dan muda. Jentik Aedes aegypti ini diberi
perlakuan dengan memasukkan perasan daun
zodia yang telah disiapkan dengan konsentrasi
5 % untuk 3(tiga) toples percobaan dan
1(satu) buah untuk kontrol. Pelaksanaan
penelitian dilaksanakan selama IV minggu
dimulai percobaan I sampai IV mulai jam
16.00 wita. Adapun hasilnya adalah :
pH air
Pengukuran pH air dilakukan pada awal
percobaan dan akhir percobaan baik pada
percobaan I sampai percobaan terakhir IV.
Pengukuran dilakukan pada toples yang berisi
jentik Aedes aegypti sebagi control dan
toples yang berisi jentik Aedes aegypti yang Kelembaban
berisi ekstrak daun zodia sebagai perlakuan Pengukuran kelembaban air dilakukan pada
sebanyak 4(empat) buah. Adapun hasil awal percobaan dan akhir percobaan baik
pengukuran pH yang diperoleh pada masing- pada percobaan I sampai percobaan terakhir
masing toples baik kontrol maupun perlakuan IV. Pengukuran dilakukan pada toples yang
adalah seperti Tabel 1. berisi jentik Aedes aegypti sebagi kontrol dan
Suhu air toples yang berisi jentik Aedes aegypti yang
Pengukuran suhu air dilakukan pada awal berisi ekstrak daun zodia sebagai perlakuan
percobaan dan akhir percobaan baik pada sebanyak 4 (empat) buah). Adapun hasil
percobaan I sampai percobaan terakhir IV. pengukuran kelembaban yang diperoleh pada
Pengukuran dilakukan pada toples yang berisi masing-masing toples baik kontrol maupun
jentik Aedes aegypti sebagai kontrol dan perlakuan adalah seperti Tabel 3
toples yang berisi jentik Aedes aegypti yang

33
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 31 - 38

sebagai kontrol dan toples yang berisi jentik


Aedes aegypti yang bersisi ekstrak daun zodia
dengan dosis 5 % yaitu sebanyak 4(empat)
buah. Adapun hasil pengamatan yang
diperoleh pada masing-masing toples baik
pada kontrol maupun perlakuan adalah
sebagai Tabel 5.

Pencahayaan
Pengukuran pencahayaan air dilakukan pada
awal percobaan dan akhir percobaan baik
pada percobaan I sampai percobaan terakhir
IV. Pengukuran dilakukan pada toples yang
berisi jentik Aedes aegypti sebagi kontrol dan
toples yang berisi jentik Aedes aegypti yang Kematian Jentik Aedes aegypti pada
berisi ekstrak daun zodia sebagai perlakuan Minggu II
sebanyak 4(empat) buah). Adapun hasil
pengukuran pencahayaan yang diperoleh Pengamatan kematian jentik Aedes aegypti
pada masing-masing toples baik kontrol dilakukan pada awal percobaan dan akhir
maupun perlakuan adalah seperti Tabel 4. percobaan minggu II. Pengamatan dilakukan
pada toples yang berisi jentik Aedes aegypti
sebagai control dan toples yang berisi jentik
Aedes aegypti yang bersisi ekstrak daun zodia
dengan dosis 5 % yaitu sebanyak 4(empat)
buah. Adapun hasil pengamatan yang
diperoleh pada masing-masing toples baik
pada kontrol maupun perlakuan adalah
sebagai Tabel 6.

Kematian Jentik Aedes aegypti pada


minggu I
Pengamatan kematian jentik Aedes aegypti
dilakukan pada awal percobaan dan akhir
percobaan minggu I. Pengamatan dilakukan
pada toples yang berisi jentik Aedes aegypti

34
IK Aryana, IW Sali, IW Suarta Asmara (Efektifitas Lama Pemaparan...)

Kematian Jentik Aedes aegypti pada


Minggu III
Pengamatan kematian jentik Aedes aegypti
dilakukan pada awal percobaan dan akhir
percobaan minggu III. Pengamatan dilakukan
pada toples yang berisi jentik Aedes aegypti
sebagai kontrol dan toples yang berisi jentik
Aedes aegypti yang bersisi ekstrak daun zodia
dengan dosis 5 % yaitu sebanyak 4(empat)
buah. Adapun hasil pengamatan yang
diperoleh pada masing-masing toples baik
pada kontrol maupun perlakuan adalah
sebagai Tabel 7.
Pengamatan dilakukan pada toples yang
berisi jentik Aedes aegypti sebagai control
dan toples yang berisi jentik Aedes aegypti
dengan ekstrak daun zodia dosis 5 % yaitu
sebanyak 4 (empat) buah. Adapun hasil
pengamatan yang diperoleh pada masing
toples baik pada kontrol maupun perlakuan
adalah seperti Tabel 9.

Kematian Jentik Aedes aegypti pada


Minggu IV
Pengamatan kematian jentik Aedes aegypti
dilakukan pada awal percobaan dan akhir
percobaan minggu IV. Pengamatan dilakukan
pada toples yang berisi jentik Aedes aegypti
sebagai kontrol dan toples yang berisi jentik
Aedes aegypti yang bersisi ekstrak daun zodia
Data pada Tabel 9 diuji dengan uji one way
dengan dosis 5 % yaitu sebanyak 4(empat)
Analisis of Variance (ANOVA), sebelumnya
buah. Adapun hasil pengamatan yang
diuji dengan uji homogenitas output yang
diperoleh pada masing-masing toples baik
didapat significant adalah 0,902. Karena
pada kontrol maupun perlakuan adalah
Asymp.sig 0,902 > á = 0,05 maka data
sebagai Tabel 8.
dinyatakan berdistribusi normal. Selanjutnya
Kematian Jentik Aedes aegypti dari diuji dengan uji beda menggunakan uji one
Minggu I sampai minggu IV way Analisis of variance (ANOVA), out put
Pengamatan kematian Jentik Aedes aegypti yang diperoleh sig between Group dan
dilakukan pada awal dan akhir percobaan Within Group adalah 0,876, á = 0,05 < sig
baik pada percobaan I s/d IV (minggu I s/d = 0,876, maka Ho ditolak, begitu juga dengan
minggu IV). uji LSD antara pengamatan minggu I s/d IV
35
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 31 - 38

baik pada kontrol maupun pada perlakuan pencahayaan sebelum dan sesudah penelitian
dimana nilainya sig. lebih besar dar 0,05. sudah memenuhi syarat untuk pertumbuhan
Dengan kata lain pada kematian jentik pada jenik Aedes agypti (Sugijanto, S, 2004)7.
percobaan I, II dan III baik pada minggu I Penambahan ekstrak daun zodia sebanyak 25
sampai dengan minggu IV tidak berpengaruh ml, warna air menjadi hijau muda dan rata
secara significant terhadap kematian jentik jumlah jentik Aedes aegypti yang mati yang
Aedes aegypti. Artinya kematian jentik pada dibulatkan adalah 9 (sembilan) ekor atau
minggu I sampai minggu IV hampir sama, jadi sekitar 45 %.
masih efektif. Perlakuan pada minggu ke II (kedua)
Pembahasan Adapun pengukuran yang dilakukan peneliti
selain dilakukan pengamatan terhadap
Kontrol (tanpa perlakuan) kematian jentik Aedes agypti adalah
Adapun pengukuran yang dilakukan peneliti pengukuran terhadap variable pengganggu
selain dilakukan pengamatan terhadap yang dapat mempengaruhi adalah pH air, suhu
kematian jentik Aedes agypti adalah air, kelembaban, pencahayaan serta waktu
pengukuran terhadap variable pengganggu kontak yang diberikan selama penelitian. Hasil
yang dapat mempengaruhi adalah pH air, suhu pengukuran pH air, suhu air, kelembaban dan
air, kelembaban, pencahayaan serta waktu pencahayaan sebelum dan sesudah penelitian
kontak yang diberikan selama penelitian. sudah memenuhi syarat untuk pertumbuhan
Suhu sebelum dan sesudah pengukuran jenik Aedes agypti (Sugijanto, S, 2004)7.
adalah (28 - 31)oC, ini memenuhi syarat Penambahan ekstrak daun zodia sebanyak 25
karena standar suhu untuk pertumbuhan jentik ml, warna air menjadi coklat dan rata jumlah
adalah (20 – 40)oC. pH air sebelum dan jentik Aedes aegypti yang mati yang
sesudah pengukuran (6,8 – 7,5), memenuhi dibulatkan adalah 9 (sembilan) ekor atau
syarat standar pH untuk pertumbuhan jentik sekitar 45 %, dan air agak berbau, hal ini
Aedes agypti (5,8 – 8,6). Kelembaban air disebabkan karena terjadi proses
sebelum dan sesudah pengukuran (66 – 85 pembusukan oleh bahan organik yang ada
)%, memenuhi syarat standar kelembaban pada air perlakuan.
untuk pertumbuhan jentik (65 – 95)%. Perlakuan pada minggu III (ketiga)
Pencahayaan sebelum dan sesudah
pengukuran adalah (75 – 85) lux, memenuhi Adapun pengukuran yang dilakukan peneliti
syarat standar pencahayaan optimum untuk selain dilakukan pengamatan terhadap
pertumubuhan jentik Aedesa agypti (65 – 95) kematian jentik Aedes agypti adalah
lux. Kematian jentik kontrol baik sebelum dan pengukuran terhadap variable pengganggu
sesudah adalah 0 (nol) yang artinya tidak ada yang dapat mempengaruhi adalah pH air, suhu
kematian jentik dan warna air bening. air, kelembaban, pencahayaan serta waktu
kontak yang diberikan selama penelitian. Hasil
Perlakuan pada minggu I (pertama) pengukuran pH air, suhu air, kelembaban dan
Adapun pengukuran yang dilakukan peneliti pencahayaan sebelum dan sesudah penelitian
selain dilakukan pengamatan terhadap sudah memenuhi syarat untuk pertumbuhan
kematian jentik Aedes agypti adalah jenik Aedes agypti (Sugijanto, S, 2004)7.
pengukuran terhadap variable pengganggu Penambahan ekstrak daun zodia sebanyak 25
yang dapat mempengaruhi adalah pH air, suhu ml, warna air menjadi coklat dan rata jumlah
air, kelembaban, pencahayaan serta waktu jentik Aedes aegypti yang mati yang
kontak yang diberikan selama penelitian. Hasil dibulatkan adalah 7 (tujuh) ekor atau sekitar
pengukuran pH air, suhu air, kelembaban dan 35 %, dan air agak berbau, hal ini disebabkan

36
IK Aryana, IW Sali, IW Suarta Asmara (Efektifitas Lama Pemaparan...)

karena terjadi proses pembusukan oleh bahan Penggunaan ekstrak daun zodia dalam
organik yang ada pada air perlakuan. membunuh jentik Aedes aegypti sangat
bermanfaat bagi masyarakat terutama dengan
Perlakuan pada minggu IV (keempat)
pengendalian vector penyakit demam
Adapun pengukuran yang dilakukan peneliti berdarah yang sangat mengkhawatirkan
selain dilakukan pengamatan terhadap masyarakat. Daun zodia mengandung linaool
kematian jentik Aedes agypti adalah dan apinene. Jenis pestisida alami tetap
pengukuran terhadap variable pengganggu menggunakan pedoman LD 50 yang artinya
yang dapat mempengaruhi adalah pH air, suhu jumlah konsentrasi yang diharapkan dapat
air, kelembaban, pencahayaan serta waktu membunuh jentik 50 % binatang percobaan
kontak yang diberikan selama penelitian. Hasil dalam hal ini jentik nyamuk Aedes aegypti.
pengukuran pH air, suhu air, kelembaban dan Perubahan fisik airnya dari bening menjadi
pencahayaan sebelum dan sesudah penelitian berwarna hijau sampai kecoklatan tidak
sudah memenuhi syarat untuk pertumbuhan memenuhi syarat untuk dijadikan air bersih
jenik Aedes agypti (Sugijanto, S, 2004)7. dan hanya dapat diterapkan pada kontainer
Penambahan ekstrak daun zodia sebanyak 25 seperti kolam ikan, pot bunga dll. Lama
ml, warna air menjadi coklat dan rata jumlah pemaparan ekstrak daun zodia efektif
jentik Aedes aegypti yang mati yang mencapai pada minggu ke 4 dengan
dibulatkan adalah 6(enam) ekor atau sekitar konsentrasi 5 %. Adapun kelemahan pada
30 %, dan air agak berbau, hal ini disebabkan penelitian ini adalah air akan menjadi berwarna
karena terjadi proses pembusukan oleh bahan dan berbau.
organik yang ada pada air perlakuan.
Hasil penelitian yang diapat diolah dan diuji Kesimpulan dan Saran
dengan one way Analisis of variance Dari hasil analisis dan pembahasan mengenai
(ANOVA), sebelum diolah dengan ANOVA efektifitas lama pemaparan ekstrak daun
diuji dulu distribusi normalnya menggunakan zodiaterhadap daya bunuh jentik Aedes
uji normalitas. Output yang diperoleh aegypti dapat disimpulkan sebagai berikut :
significant (sig) adalah 0,875, karena angka 1) Pada konsentrasi 0% (kontrol) jumlah
significant lebih besar dari 0,05 maka data jentik yang mati baik pada minggu pertama
dinyatakan berdistribusi normal. Output dari sampai ke empat adalah 0 (0%); 2) Pada
uji one way analisis of varian didapatkan konsentrasi ekstrak daun zodia 5% jumlah
bahwa nilai probobalitas significant adalah jentik yang mati pada minggu pertama adalah
0,876, á = 0,05 < Sig = 0,876 maka Ho rata-rata 9 (sembilan) ekor atau 45%; 3)
diterima. Dengan kata lain pada kematian Pada konsentrasi ekstrak daun zodia 5%
jentik pada percobaan I, II dan III baik pada jumlah jentik yang mati pada minggu kedua
minggu I sampai minggu IV tidak berpengaruh adalah rata-rata 9 (sembilan) ekor atau 45%.
secara significant terhadap kematian jentik 4.Pada konsentrasi ekstrak daun zodia 5%
Aedes aegypti. Artinya kematian jentik pada jumlah jentik yang mati pada minggu ketiga
minggu pada minggu I sampai minggu IV adalah rata-rata 7 (tujuh) ekor atau 35%.
hampir sama. Dengan demikian penulis 5.Pada konsentrasi ekstrak daun zodia 5%
berpendapat bahwa waktu pemamparan jumlah jentik yang mati pada minggu keempat
ekstrak daun zodia dengan konsentrasi 5 % adalah rata-rata 6 (tujuh) ekor atau 30%.
terhadap kematian jentik Aedes agypti pada 6.Tidak ada pengaruh lama pemaparan
minggu I sampai minggu IV sedikit terjadi secara bermakna terhadap kematian jentik
penurunan. Ini berarti lama pemaparan Aedes aegypti baik pada minggu pertama
pemberian ekstrak daun zodia masih efektif sampai minggu keempat yang artinya ekstrak
terhadap kematian jentik Aedes agypti . daun zodia dengan dosis 5 % masih efektif
37
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 31 - 38

membunuh jentik sampai pada minggu ke Daftar Pustaka


empat (satu bulan). 1. Depkes RI, (1996), Jakarta,
Beberapa hal yang dapat disarankan antara Pemberantasan Sarang Nyamuk
lain adalah: 1) Penggunaan ekstrak daun zodia Demam Berdarah Dengue.
dengan dosis 5 % dapat digunakan dalam 2. Judarwoto, W, (2007), Aedes aegypti,
menggendalikan vector penyakit demam available from ;http//aedes
berdarah di masyarakat, sebagai pengganti aegypti.com.(2 Agustus 2008)
bubuk abate dalam membunuh jentik Aedes 3. Kardinal, Agus, (2003), Jakarta,
Agypti, khususnya kontainer yang bukan Agromedia Pustaka, Tanaman Pengusir
digunakan untuk air bersih; dan 2) Agar dikaji dan Pembasmi Nyamuk, Cetakan
lebih jauh untuk menghilangkan bau dan warna Pertama.
pada ekstrak daun zodia yang akan 4. Mariana, K (2007), Denpasar,
digunakan. Pengaruh Pemberian Perasan Daun
Zodia (Evodia Suaveoleus, S)
Terhadap Daya Bunuh Jentik Aedes
Aegypti.
5. Suryabrata, S, (2004), Jakarta,
Metode Penelitian, Edisi ke enam
belas, PT Karya Grafindo Persada.
6. Pramesti, Getut, (2006), Jakarta,
Pedoman lengkap SPSS 13.0 , Dalam
Mengolah Data Statistik, PT Elex
Media Kopindo Kelompok Gramedia.
7. Sugijanto, S, (2004), Surabaya,
Demam Berdarah Dengue, Airlangga
Universitas Pres.

38
EKSTRAK GAMBIR
MEMILIKI DAYA HAMBAT TERHADAP PRTUMBUHAN
Staphylococcus aureus SECARA INVITRO

IW Merta1, IN Nuidja2, NM Marwati3

Abstract. Infectious disease is one of the health problems that always develops over
time. This disease occur commonly in the developing countries which related to the
environmental health. Pyogenic infection which caused by Staphylococcus aureus is
a producing pus infection that often occurs to human being. Uncaria gambier, a
plant that used in chewing betel, thought to be having some chemical compounds.
One of them is katekin that used as an antibacterial compound. Therefore, the authors
are interested in doing research about variety concentrations of Gambier extract
toward the inhibition of Staphylococcus aureus growth in vitro. The objective of this
research is to determine the effective concentration of Gambier extract that can
inhibit Staphylococcus aureus growth in vitro. This experimental research used a
diffusion method with five different concentrations of Gambier extract (60g%, 70g%,
80g%, 90g%, 100g%). Ten times replication performed on each concentration and it
is repeated five times so that obtained fifty data. All data tested by normality test
and showed abnormal distribution results. Consequently, all data proceed with
Kruskal Wallis statistic test and showed asymp sig (0,000) < á (0,05) which means
there is the effect of various concentration of Gambier extract towards Staphylococcus
aureus growth in vitro. Comparing to the NCCLS tabel, five different concentration
of Gambier extract showed result that only 80g% and 90g% are included in sensitive
catagory because of the inhibition zone diameter up to 14mm. The other
concentrations are included in intermediate catagory because of the inhibition zone
diameter less than 14mm.
Keywords : Staphylococcues aureus, Gambier extract, concentration, inhibition
zone diameter
Penyakit infeksi merupakan salah satu Staphlococcus aureus adalah bakteri
masalah dalam bidang kesehatan yang dari patogen utama pada manusia, dan hampir
waktu ke waktu terus berkembang. Penyakit setiap orang pernah mengalami berbagai
ini dapat ditularkan dari satu orang ke orang infeksi Staphyloccus selama hidupnya, mulai
lain maupun dari hewan ke manusia yang dari keracunan makanan yang berat, infeksi
sering disebut dengan istilah zoonosis. kulit yang kecil sampai infeksi yang tidak bisa
Penyakit infeksi dan pembengkakan sebagian disembuhkan2.
besar disebabkan oleh bakteri Staphylo- Untuk mengatasi masalah tersebut masyarakat
coccus yang memiliki 20 spesies, merupakan Indonesia telah mengenal obat tradisional
flora normal pada kulit dan selaput lendir sejak dahulu kala yang merupakan warisan
manusia. Apabila flora normal ini terganggu nenek moyang. Pengobatan berbagai macam
maka organisme ini akan menimbulkan penyakit dengan menggunakan obat
penyakit, contohnya bisa menimbulkan infeksi tradisional telah banyak dilakukan karena
bernanah1. lebih murah bila dibandingkan dengan obat-

1 Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar


2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar
39
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 39 - 43

obat dari bahan kimia dan tidak mempunyai Metode


efek samping3. Penelitian ini adalah penelitian True
Obat tradisional dapat berupa jamu maupun Eksperiment dengan rancangan posttest
tumbuhan obat. Salah satu tanaman obat yang dengan kelompok kontrol (Posttest Only
masih digunakan hingga saat ini terutama oleh Control Group Design) yang bertujuan untuk
masyarakat menengah ke bawah adalah mengukur pengaruh perlakuan pada
tanaman gambir (Uncaria gambir). kelompok eksperimen dengan cara
Tanaman gambir (Uncaria gambir) di membandingkan kelompok tersebut dengan
Indonesia pada umumnya digunakan untuk kontrol. Kelompok eksperimen adalah
menyirih, disamping itu juga dipergunakan konsentrasi ekstrak gambir 60 g%, 70 g%,
untuk mengobati berbagai penyakit seperti 80 g%, 90 g% dan 100 g%, kontrol negatif
luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, menggunakan aquades dan kontrol positif
kumur, sariawan, sakit kulit, penyamak kulit, menggunakan ampicilin 10 µg. Pengulangan
bahan pewarna tekstil, dan obat astragensia dilakukan lima kali setiap konsentrasi dan
4
. Gambir mengandung senyawa fungsional replikasi sepuluh kali. Penelitian dilaksanakan
yang termasuk dalam golongan senyawa pada Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
polifenol yang salah satu unsurnya berupa Kedokteran, Universitas Udayana, mulai Juni
katekin 5. Gambir dengan kandungan sampai September 2012. Obyek penelitian
katekinnya mampu sebagai antibakteri dengan berupa suspensi bakteri Staphylococcus
kemampuannya merusak membran dan atau aureus, ditanam pada media Huller Hinton
dinding sel bakteri, sehingga mengganggu Agar dengan menggunakan lidi kapas steril
permeabilitas sel itu. Akibat terganggunya secara sigsag. Media tersebut ditempelkan
permeabilitas, sel tidak dapat melakukan cakram disk dengan diameter 5 mm sebanyak
aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya 7 buah. Lima cakram disk masing-masing
terhambat atau bahkan mati. Selain itu katekin direndam pada konsentrasi ekstrak gambir
juga mempunyai daya antibakteri dengan cara 60 g %, 70 g %, 80 g %, 90 g 5 dan 100 g
mempresipitasi protein, karena katekin %, satu cakram disk direndam pada aquades
mempunyai efek yang sama dengan senyawa dan satu cakram disk direndam dengan
fenolik 6. ampicilin 10 mcg. Media tersebut diinkubasi
Pada penelitian Pembayun, R, et al, 2007 pada suhu 370C selama 24 jam, daya hambat
menunjukkan bahwa sifat antbakteri pada diamati dengan mengukur diameter zona
ekstrak produk gambir terhadap bakteri uji hambat yang terbentuk. Diameter zona
gram positif Streptococcus mutans, hambat diukur menggunakan jangka sorong
Staphylococcus aureus, dan Bacillus di daerah yang jernih sekitar konsentrasi
substilis menunjukkan bahwa ekstrak ekstrak gambir yang tidak ada pertumbuhan
dengan pelarut etil asetat lebih kuat dari pada bakteri. Pengukuran dilakukan dari ujung satu
ekstrak dengan pelarut yang lain. Sebaliknya ke ujung lainnya melalui tengah tengah cakram
ekstrak produk gambir tidak memiliki sifat disk konsentrasi ekstrak gambir. Untuk
antibakteri uji gram negatif 7. mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi
Berdasarkan uraian diatas, dilakukan ekstrak gambir terhadap daya hambat
penelitian kemampuan ekstrak gambir pada pertumbuhan Staphylococcus aureus secara
berbagai konsentasi untuk menghambat invitro diuji dengan uji anova satu arah.
pertumbuhan bakteri. Tujuan penelitian ingin
mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak Hasil dan Pembahasan
gambir mempunyai kemampuan menghambat Ekstrak gambir (Uncaria gambir)
pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus mengandung katekin yang memberikan pasca
secara in vitro.
40
IW Merta, IN Nuidja, NM Marwati (Ekstrak Gambir Memiliki....)

rasa manis enak (sekitar 7%-33%), asam Diameter zone hambat dengan ekstrak
catechu tanat yang memberikan rasa pahit gambir (Uncaria gambir) 60 g%
(22%-50%) dan quercetin yang sebagai Hasil pengukuran pada zone hambat yang
pewarna kuning8. Katekin adalah substansi diberi ekstrak gambir (Uncaria gambir)
penyusun senyawa polifenol yang telah dengan konsentrasi 60 g%, didapatkan
diketahui mempunyai efek antibakteri yaitu diameter zone hambat paling pendek adalah
dapat merusak membran atau dinding sel 11,8 mm dan paling panjang 15,4 mm, rata-
bakteri, sehingga mengganggu permeabilitas ratanya 13,6 mm. Hasil ini bila dibandingkan
sel itu sendiri. Akibat terganggunya dengan kontrol positif yang menggunakan
permeabilitas, sel tidak dapat melakukan antibiotik ampicilin 10 mcg, dapat membentuk
aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya diameter zone hambat 12 mm. Hal ini
terhambat bahkan mati. Selain itu katekin menunjukkan bahwa ekstrak gambir
bersifat antibakteri karena dapat mengendap- (Uncaria gambir) dengan konsentrasi 60 g%
kan protein, karena katekin mempunyai efek mempunyai kemampuan menghambat
sama dengan senyawa fenolik. pertumbuhan Staphylococcus aureus
Hasil penelitian, pada kontrol positif melebihi dari antibiotik ampicilin 10 mcg. Hasil
menunjukkan diameter zone hambat dari ini bila dibandingkan dengan tabel NCCLS
setiap konsentrasi dalam penelitian ini (National Commite for Clnical Laboratory
semuanya sama yaitu 12 mm. Hasil ini bila Standars) untuk ampicilin 10 mcg termasuk
dibandingkan dengan tabel NCCLS katagori intermediate.
(National Commite for Clnical Laboratory
Standars) termasuk katagori intermediate Diameter zone hambat dengan ekstrak
artinya suatu antibiotik mempunyai gambir (Uncaria gambir) 70 g%
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan Hasil pengukuran diameter zone hambat yang
bakteri Staphylococcus aureus. terjadi padai ekstrak gambir (Uncaria
Hasil pemeriksaan pada kontrol negatif tidak gambir) didapatkan diameter zone hambat
menunjukkan adanya diameter zone hambat terpendek adalah 12,6 mm, terpanjang 15,4
kaena aquades tidak mengandung zat mm, dirataratakan menjadi 13,8 mm. Hasil
antibakteri. Diameter zone hambat yang ini bila dibandingkan dengan kontrol positif
didapat dalam penelitian ini berbeda-beda 12 mm, pada diameter zone hambat
untuk masing-masing konsentrasi. Perbedaan terpendek, terpanjang bahkan rata-ratanya
kosentrasi ekstrak gambir (Uncaria gambir) sudah berada diatas kontrol positif artinya
juga mempengaruhi panjangnya diameter sifat antibiotiknya sudah bagus. Hasil bila
zone hambat yang terjadi. Semakin besar dibandingkan dengan tebel NCCLS masih
konsentrasinya semakin panjang diameter berada dibawahnya artinya belum bersifat
zone hambat yang terjadi. Dalam penelitian sensitif menghambat pertumbuhan
ini dari lima jenis konsentrasi menujukkan Staphylococcus aureus tetapi termasuk
diameter zone hambat berbanding lurus katagori intermediate.
dengan besarnya konsentrasi, kecuali pada Diameter zone hambat dengan ekstrak
konsentrasi ekstrak gambir 100 g% karena gambir (Uncaria gambir) 80 g %
larutannya pekat sehingga zat aktif dalam Diameter zone hambat yang terjadi pada
gambir yaitu katekin tidak bisa diserap secara konsentrasi ini adalah paling pendek 14,2 mm,
sempurna oleh cakram dish. Hasil penelitian terpanjang 16,6 mm, dirata-ratakan menjadi
ini didukung oleh penelitian Anggreni tentang 15,3 mm. Hasil ini diameter zone hambat yang
daya antibakteri perasan gambir pada terbentuk lebih panjang dari konsentrasi
berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan sebelumnya, bila dibandingkan dengan tabel
Staphylococcus aureus secara invitro9.
41
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 39 - 43

NCLS termasuk katagori sensitif dalam konsentrasi ekstrak gambir maka panjang
menghambat pertumbuhan Staphlococcus diameter zone hambat pertumbuhan
aureus karena diameter zone hambatnya Staphylococcus aureus semakin panjang.
diatas 14 mm . Konsentrasi ekstrak gambir (Uncaria
Diameter zone hambat dengan ekstrak gambir) 80 g % dan 90 g % adalah
gambir (Uncaria gambir) 90 g % konsentrasi yang paling panjang diameter zone
hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus
Diameter zone hambat yang terjadi pada dengan rata-rata diameter zone hambat 15,5
konsentrasi ini adalah paling panjang bila mm untuk konsentrasi 80 g% dan 15,8 mm.
dibandingkan dengan konsentrasi yang lain Konsentrasi 80 g % dan 90 g %.
yaitu diameter zone hambat terpendek adalah dibandingkan dengan tabel NCCLS termasuk
15,0 mm, terpanjang 16,6 mm, rata-ratanya katagori sensitif (sangat baik) dalam
15,8 mm. Jadi kemampuan untuk menghambat menghambat pertumbuhan Staphylococcus
pertumbuhan Staphylococcus aureus aureus secara invitro. Berbeda dengan
termasuk katagori sensitif artinya sangat baik. konsentrasi ekstrak gambir (Uncaria
Diameter zone hambat dengan ekstrak gambir) 100 g % memiliki rata-rata zone
gambir (Uncaria gambir) 100 g %. hambat 13,4 mm, hal ini disebabkan karena
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pelarutnya (aquades) sangat sedikit sehingga
pengukuran diameter zone hambat ekstrak zat aktif (katekin) yang ada dalam ekstrak
gambir (Uncaria gambir) terhadap gambir (Uncaria gambir) tidak bisa diserap
Staphylococcus aureus adalah diameter zone oleh cakram disk secara sempurna.
hambat yang terpendek adalah 12,4 mm dan Kesimpulan dan Saran
terpanjang 15,2 mm, rata-ratanya 13,4 mm.
Diameter zone hambat ini lebih pendek bila Berdasarkan hasil penelitian dapat
dibandingan dengan diameter zone hambat disimpulkan 1) diameter zone hambat yang
pada konsentrasi yang lain karena pelarutnya terjadi dari masing-masing konsentrasi adalah
yaitu aquades sangat sedikit menyebabkan untuk 60 g%= 13,6 mm, 70 g%= 13,8 mm,
pekat untuk mempertahankan konsentrasinya 80 g%= 15,3 mm, 90 g%= 15,8 mm dan 100
100 g % sehingga zat aktif seperti katekin g%= 13,4 mm. 2) ada pengaruh perbedaan
yang ada dalam ekstrak gambir tidak bisa konsentrasi ekstrak gambir (Uncaria
diserap oleh cakram dish secara sempurna gambir) terhadap daya hambat pertumbuhan
dan sebaiknya harus sampai jenuh. Diameter Staphylococcus aureus secara invitro. 3)
zone hambat yang terjadi masih di atas diameter zone hambat yang termasuk katagori
diameter zone hambat pada kontrol positif sensitif dalam l menghambat pertumbuhan
yaitu sepanjang 12 mm tapi bila dibandingkan Staphylococcus aureus adalah pada
dengan tabel NCCLS adalah sama dengan konsentrasi 80 g% dan 90 g%. Disarankan
pada konsentrasi ekstrak gambir (Uncaria 1) kepada petugas kesehatan, dapat
gambir) yaitu berada pada katagori mensosialisasi kepada masyarakat bahwa
intermediate. ekstrak gambir dapat dipakai sebagai obat
Hasil uji Anova anova nilai sig = 0,000 antibiotik bila terjadi infeksi terutama di mulut
menunjukkan ada pengaruh perbedaan maupun di bagian lain, 2) bagi masyarakat
konsentrasi ekstrak gambir (Uncaria yang mempunyai kebiasaan menyirih perlu
gambir) terhadap daya hambat pertumbuhan dipertahankan bahkan dibudayakan karena
Staphylococcus aureus secara invitro. Hasil sangat baik demi kesehatan. 3) bagi peneliti
penelitian pada berbagai konsentrasi ekstrak berikutnya dengan penelitian yang sama
gambir dapat diketahui bahwa semakin besar metode difusi yang dipakai dalam penelitian
ini perlu diubah dengan metode dilusi.
42
IW Merta, IN Nuidja, NM Marwati (Ekstrak Gambir Memiliki....)

Daftar Pustaka 6. Naim, R, 2008. Senyawa


1. Heyne, 1987, Tumbuhan Berguna Antimikroba dari Tanaman, available
Indonesia, Badan Litbang Kehutanan, at http/ indobic biotrop org/BERITA
Jakarta. detail php
2. Jawet, et al, 2006, Mikrobiologi 7. Pembayun , R, et al, 2007. Kandungan
Kedokteran, Salemba Medika, Fenol dan Sifat Antibakteri dari
Jakarta Berbagai Jenis Ekstak Produk
3. Dalimartha, S 1999, Atlas Tumbuhan Gambir (Uncaria gambir) Roxb,
Obat Indonesia , Jilid I. Trubus Majalah Farmasi Indonesia.
Agrawiwidya Jakarta. 8. Hasbullah, 2001. Teknologi Tepat
4. Budiman, Hari, 2012. Guna Agroindustri Kecil Sumatera
Tanamanobattradisionalku, Word Barat, Available at ; http/www. Ristek
Press.com/tag/Gambir Obat Penyakit go-id
Disentri/Pasted on 18 Juni 2012. 9. Anggraeni, 2009, Daya Antibakteri
5. Heyne, 1987, Tumbuhan Berguna Perasan Gambir (Uncaria gambir)
Indonesia, Badan Litbang Kehutanan, Pada Berbagai Konsentrasi
Jakarta. Terhadap Pertumbuhan
Staphylcoccus aureus Secara Invitro,
Yogyakarta

43
KANDUNGAN POLIFENOL DAN PROTEIN TEPUNG KEDELE
AKIBAT PERLAKUAN PENGOLAHAN

Badrut Tamam1 dan I Putu Gilang Aditia2

Abstract. Soybean is one of plant protein sources (around 35 %) and more affordable
to get, since the price is cheaper than animal protein sources. The content of
polyphenol is also high that functions as an antioxidant. Soybean flour is an
intermediate food that can be used for food industry. The process of grinding can
remove the off-flavor and even could enhance the nutrient content of the soybean
flour. This study was experimental research with group random design. There were
four groups treatment with three times replication. This research was conducted in
food laboratory at Nutrition Department of Polytechnic of Health Denpasar and
chemistry lab in Udayana University, Denpasar. The phenolic compound was
determined by Folin-Ciocalteu method, while protein was analyzed by Kjeldahl
method. The data was statistically analyzed by analysis of variants (ANOVA). This
study found that the roasting processes using aluminum and clay frying pan and also
germination can increase the number of polyphenol (1,89; 1,90; and 1,98 %
respectively) of soybean flour. In addition, this study also revealed that the roasting
processes using aluminum and clay frying pan and also germination can increase the
number of protein (41,79 ; 42,79; 45,27% respectively) of soybean flour.
Keywords : Protein flour, polyphenol, protein, roasting and germination process

Kedelai merupakan bahan pangan sumber Tepung Kedelai adalah produk setengah jadi
protein nabati utama yang murah dan mudah yang merupakan bahan dasar industri pangan.
didapat masyarakat. Kedelai mengandung Tepung kedelai cukup banyak digunakan
protein 35%, bahkan pada varietas unggul sebagai bahan makanan campuran (BMC)
kadar proteinnya dapat mencapai 40-43%. dalam formulasi suatu bentuk makanan seperti
Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung roti, kue kering, cake, sosis, meat loaves,
singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, donat, dan produk olahan pangan lainnya.
dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan BMC dengan tepung kedele dapat
protein yang lebih tinggi, hampir menyamai meningkatkan nilai gizi pada suatu produk
kadar protein susu skim kering. Selain itu, pangan (Santoso, 2005).
kandungan asam amino lisin yang tinggi pada Penepungan kedele juga dapat
kedelai dapat meningkatkan kualitas sumber menghilangkan karakteristik cita rasa langu
daya manusia Indonesia (Anonim, 2009). (Beany atau Paint-off flavour) sehingga
Selain kandungan gizi, kedelai juga memiliki dapat meningkatkan akseptabilitas makanan
kelebihan yaitu adanya kandungan polifenol berasal dari kedelai. Kehilangan langu
yang sangat penting bagi kesehatan tubuh tersebut disebabkan oleh proses inaktivasi
manusia. Salah satu fungsi polifenol adalah enzim lipoksigenase yang dapat menghidrolisis
sebagai antioksidan yang berguna untuk asam lemak tidak jenuh menjadikan senyawa-
mencegah kerusakan sel yang disebabkan senyawa volatil yang menyebabkan cita rasa
oleh radikal bebas (Anonim, 2009). langu tersebut berkurang ( Erlita, 2002).

1 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar


2 Mahasiswa program D-IV Gizi Poltekkes Denpasar
44
B Tamam, IP Gilang Aditya (Kandungan Polifenol dan Protein...)

Demikian juga, teknik penyangraian Kadar fenol ditentukan menggunakan metode


berpengaruh terhadap kandungan gizi tepung Folin-Ciocalteu. Sedangkan analisis protein
kedele yang dihasilkan. Bila kedelai menggunakan metode Kjeldahl (Apriantono
dipanggang diatas kuali atau wajan aluminium dkk., 1989).
dan baja dengan api dari bawah, maka Pengolahan data dilakukan secara manual
permukaan kedelai menjadi hangus dengan bantuan kalkulator dan komputer
kecoklatan dan sebagian besar Vitamin C (Microsoft Excel). Data yang telah
serta Betakarotennya rusak sehingga dikumpulkan kemudian ditabulasi dan
kehilangan daya aktifnya. Sedangkan apabila selanjutnya dianalisis dengan analisa sidik
dipanaskan menggunakan wajan tanah, ragam (ANOVA). Bila ada pengaruh, maka
pancaran panas berupa infra merah dapat analisis dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
memecah rantai polimer senyawa-senyawa Terkecil (BNT).
antioksidan. Pemecahan rantai polimer
antioksidan yang panjang menjadi senyawa Hasil dan Pembahasan
yang lebih pendek diduga meningkatkan Berdasarkan hasil analisis sidik ragam,
keaktifan polimer (Niwa, 1997). Tujuan dari perlakuan pengolahan yang berbeda
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata
perlakuan pengolahan kedele terhadap kadar terhadap kadar fenol tepung kedelai (nilai
polyphenol dan protein dari tepung kedelai. rata-rata FHitung > FTabel 5%). Karena ada
perbedaan nyata, maka analisis dilanjutkan
Metode dengan uji BNT. Nilai rata-rata kadar fenol
Penelitian ini menggunakan metode tepung kedelai dengan perlakuan yang
eksperimental yang percobaannya dirancang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
secara Acak Kelompok (RAK) dengan
empat perlakuan. Masing-masing perlakuan
terdiri dari tiga kali ulangan sehingga penelitian
ini mempunyai 12 unit percobaan. Penelitian
ini dilaksanakan di Laboratorium IBM (Ilmu
Bahan Makanan) Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Denpasar dan Laboratorium
Kimia Universitas Udayana.
Prosedur perlakuan A, kedelai dipilih dan
dibersihkan lalu dikeringkan dengan sinar
matahari. Setelah kering lalu langsung Kadar fenol pada perlakuan A berbeda
diblender dan diayak halus dengan ayakan dengan perlakuan B, C dan D. Hal ini
aluminium. Perlakuan B, kedelai dipilih dan menunjukkan bahwa perlakuan pengolahan
dibersihkan lalu dikeringkan dengan sinar seperti penyangraian dan perkecambahan
matahari. Setelah kering disangrai dapat meningkatkan kadar fenol pada tepung
menggunakan wajan aluminium lalu diblender kedele yang dihasilkan. Meskipun tidak
dan diayak halus. Perlakuan C, kedelai dipilih berbeda nyata, perlakuan dengan
dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan sinar perkecambahan memiliki kadar phenol lebih
matahari. Setelah kering disangrai tinggi daripada tanpa perkecambahan. Hal ini
menggunakan wajan tanah, lalu diblender dan diduga proses perkecambahan dapat
diayak halus. Perlakuan D, kedelai dipilih dan mengaktifkan enzim-enzim pada kedele yang
dibersihkan lalu kedelai dikecambahkan. dapat mempertahankan senyawa phenol.
Setelah itu kedelai dikeringkan dengan sinar Pada perlakuan perkecambahan juga tidak
matahari lalu diblender dan diayak halus. menggunakan proses pemanasan sehingga
45
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 44 - 46

mempertahankan kadar fenol yang ada pada Kesimpulan dan Saran


kedelai tersebut. Perlakuan penyangraian Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat
dengan wajan alumunium dan wajan tanah disimpulkan bahwa Perlakuan pengolahan
juga berbeda nyata dengan tanpa terhadap kedelai berpengaruh terhadap
penyangraian. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik tepung kedelai. Disarankan
proses hidrolisis senyawa-senyawa kompleks dalam pembuatan Bahan Makanan Campuran
dengan pemanasan menjadi senyawa yang (BMC) berbahan dasar tepung kedelai
lebih sederhana dapat meningkatkan sebaiknya melalui proses pemanasan atau
availabilitas komponen antioksidan (polifenol) perkecambahan agar tepung kedelai memiliki
di dalam tepung kedele (Niwa, 1997). nilai gizi yang lebih tinggi dan lebih disukai oleh
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, konsumen.
perlakuan pengolahan kedelai yang berbeda
berpengaruh nyata terhadap kadar protein Daftar Pustaka
tepung kedelai (nilai FHitung > FTabel 5%). 1. Anonim, 2009, Teknologi Pengeringan
Karena perbedaan perlakuan berpengaruh Bahan Pangan, (online), available: http:/
pada kadar protein, maka analisis dilanjutkan /majarimagazine.com/2008/12/ teknologi
ke uji BNT. Nilai rata-rata kadar protein pengeringan-bahan-makanan/.
tepung kedelai dengan perlakuan yang 2. Apriantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari,
berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. N.L.,Sedarnawati danBudiyanto,S,
1989, Petunjuk Laboratorium Analisis
Pangan, Bogor: PT Penerbit IPB (IPB
Press).
3. Niwa, Y, 1997, Radikal Bebas
Mengundang Maut, Tokyo:
Sekimachiminami.
4. Natalia, 2011, Pengaruh Konsentrasi
Kapur Sirih Terhadap Mutu Manisan
Terung, KTI, Jurusan Gizi Poltekkes
Denpasar
5. Erlita, R, 2002, Suplementasi Tepung
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata- Kedelai Lemak Penuh (Full Fat Soy
rata kadar protein tertinggi terdapat pada Flour) Hasil Pengeringan Silinder
perlakuan D, sedangkan nilai rata-rata kadar Pada Formula Roti Manis. http://
protein terendah terdapat pada perlakuan A. repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
12345678/ 24125/F02erp.pdf?
Kadar protein tepung kedelai masing-masing
sequence=2 Viewed on 31 November
perlakuan berbeda nyata satu sama lain. 2011.
Perlakuan D (dengan perkecambahan) 6. Santoso, 2005, Teknologi Pengolahan
menghasilkan kadar protein tertinggi Kedelai Teori dan Praktek, http://
(45,27%) diikuti oleh perlakuan C labfpuwg.files. wordpress.com/2010/02/
(penyangraian dengan wajan tanah) dan teknologipengolahan-kedelai-teori-
perlakuan B (penyangraian dengan wajan danpraktek.pdf. Viewed on 31
alumunium). Aktifitas enzim selama proses November 2011.
perkecambahan meningkat dan menghasilkan 7. Winarno, F.G., 2002, Kimia Pangan
senyawa protein yang lebih tinggi. Perlakuan dan Gizi, jakarta, kimia pangan dan
panas dapat mengubah struktur protein dari gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama.
struktur kompleks menjadi struktur yang lebih
longgar (denaturasi) sehingga diduga kondisi
ini meningkatkan kandungan protein produk.
46
PENGARUH INDEKS PRESTASI KUMULATIF, MASA KERJA DAN
PELATIHAN TERHADAP KINERJA BIDAN LULUSAN POLITEKNIK
KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEBIDANAN

NN Suindri1, NW Ariyani2, J Mauliku3

Abstract. Performance is a parameter of success in service including health services.


The achievement of performance is influenced by the grade point average, job
experience and training. The purpose of this research was to know the influence of
grade point average, job experience and training partially or simultaneously to
midwife’s performance in the hospitals and public health centre. This research was a
non-experimental analytic study which was verificative. The research sample was
seventy midwives who worked in the hospital aand public health centre in Bali
province which was taken by concecutive sampling technique. The variables of grade
point average were measured by documentation studied and job experience, training
and performance were measured by using questionnaires by Likert scale 1-5. Data
analysis used regresion test with significance level of á=5% (p<0.05), and Path
Analysis to know the magnitude of influence of the direct cumulative indect prestice,
job experience and training. Grade point average influence partially on the
performance (p=0,048), job experience influence partially on the performance
(p=0,01) and training influence partially on the performance (p=0,039). Indect
prestice, job experience and training influence simultaneously on the
performance(p=0,02). Grade point average, job experience and training influence
partially and simultaneously to midwife’s performance. Study on the influence of
other variables on midwife’s performance is needed.
Keywords: grade point average; job experience; training; performance

Kinerja pelayanan kesehatan khususnya tetap merupakan prioritas utama dalam


pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan pembangunan kesehatan menuju tercapainya
salah satu faktor penting dalam upaya Indonesia Sehat. Departemen Kesehatan
peningkatan kualitas kesehatan penduduk. bersama program Maternal & Neonatal
Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah Health (MNH) sejak tahun 1999
akan berpengaruh terhadap upaya mengembangkan berbagai pendekatan baru
peningkatan status kesehatan ibu dan anak1. yang didasarkan pada praktik-praktik terbaik
Masih rendahnya kinerja pelayanan kesehatan (best practices) yang diakui dunia untuk
dapat dilihat dari pencapaian beberapa membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu
indikator pelayanan kesehatan ibu dan anak melahirkan dan bayi baru lahir2.
di bawah target, seperti: cakupan pertolongan Bidan adalah profesi yang diakui baik secara
persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2005 nasional maupun internasional. Bidan
baru mencapai 67,7% (target 90%), ibu hamil merupakan salah satu kategori tenaga
risiko tinggi yang dirujuk 40% (target 100% kesehatan yang dapat berperan serta dalam
tahun 2010) dan ibu hamil risiko tinggi dan upaya mewujudkan pencapaian derajat
komplikasi yang tertangani kurang dari 20% kesehatan masyarakat yang optimal
(target 80%). Menyadari kondisi tersebut, khususnya kesehatan dan kesejahteraan ibu
upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, dimana hal ini sejalan dengan
1,2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar
47
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 47 - 53

pencapaian Millennium Development Goals umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor


(MDGs). Bidan lulusan DIII diharapkan seperti motivasi dan kemampuan4. Dimensi
memiliki kemampuan di samping pelayanan personal turut menentukan kinerja karyawan
5
kasus normal juga memberi penanganan . Dimensi tersebut antara lain masa kerja dan
kedaruratan terutama di rumah sakit rujukan, pelatihan. Masa kerja adalah lamanya masa
sehingga kasus-kasus risiko tinggi dan kerja berkaitan dengan pengalaman kerja.
kedaruratan yang dirujuk ke rumah sakit Pengalaman kerja dapat memperdalam dan
mendapat penanganan yang cepat dan tepat, memperluas kemampuan kerja. Semakin
mengingat kematian ibu sebagain besar terjadi sering seseorang melakukan pekerjaan yang
karena lambatnya penanganan kasus-kasus sama, semakin terampil dan semakin cepat
kedaruratan dan risiko tinggi3. menyelesaikan pekerjaan. Pelatihan dan
Poltekkes Denpasar Jurusan Kebidanan pengembangan berperan penting untuk
adalah salah satu institusi pendidikan meningkatkan kemampuan kerja karyawan.
kebidanan di Indonesia, yang telah Pelatihan ditujukan untuk menjaga dan
menyelenggarakan pendidikan D III meningkatkan prestasi kerja saat ini,
Kebidanan sejak tahun 1996. Kualitas lulusan sedangkan pengembangan ditujukan untuk
dapat diketahui setelah mereka bekerja, yang meningkatkan prestasi kerja di masa akan
nampak dalam kinerja mereka dalam datang. Indeks Prestasi (IP) yang dicapai pada
melaksanakan pelayanan kesehatan. saat karyawan menempuh pendidikan juga
Penilaian kinerja lulusan oleh sebuah Institusi faktor yang turut menentukan kinerja
Pendidikan sangat penting dilakukan. Hasil karyawan6. Indeks prestasi menujukkan
penilaian sangat bermanfaat untuk kemampuan akademik seseorang. IP sering
memperbaiki penyelenggaraan pendidikan dipakai sebagai salah satu pertimbanagan
yang dimulai dari sistem rekrutmen hingga suatu organisasi melakukan rekrutmen
proses pembelajaran termasuk sarana karyawan.
pendukung pendidikan. Jumlah lulusan D III Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Kebidanan Jalur Umum adalah 458 orang, pengaruh Indek Prestasi Kumulatif (IPK),
dan bekerja di instansi pelayanan kesehatan masa kerja dan pelatihan terhadap kinerja
pemerintah, swasta dan praktik perseorangan. bidan lulusan Poltekkes Denpasar Jurusan
Poltekkes Denpasar Jurusan kebidanan belum Kebidanan di Propinsi Bali. Penelitian dibatasi
pernah melaksanakan penilaian kualitas pada lulusan D III Kebidanan jalur umum.
lulusan di tempat mereka bekerja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 Metode
orang kepala ruangan kebidanan di RS dan 5 Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
orang bidan Koordiantor KIA yang memiliki non eksperimen yang bersifat verifikatif, yaitu
staf lulusan D III Kebidanan Jalur Umum penelitian yang bertujuan untuk menguji
tentang kinerja lulusan Kebidanan jalur umum kebenaran suatu hipotesis, tanpa disertai
Poltekkes Denpasar Jurusan Kebidanan, dengan manipulasi/perlakukan pada variabel
diperoleh 40% menyatakan kurang terampil, yang akan diukur. Rancangan yang digunakan
20% menyatakan sikap/etika masih kurang, adalah cross sectional yaitu variabel diukur
dan 80% pengetahuan lulusan baik, dan 30% satu kali pada satu saat. Instrumen
menyatakan lulusan tidak mengetahui program pengumpulan masa kerja, pelatihan dan
pemerintah diluar praktik kebidanan yang kinerja menggunakan kuesioner. Indikator
terkait dengan kesehatan dan 70% kinerja yang diukur meliputi kualitas, kuantitas,
menyatakan lulusan memiliki respon yang ketepatan waktu, efektifitas, kebutuhan
tinggi lama dalam bekerja sama dengan tim. pengawasan dan pengaruh interpersonal.
Kinerja petugas pemberi pelayanan pada Pengukuran menggunakan skala Likert yaitu:
48
NN Suindri, NW Ariyani, J Mauliku (Pengaruh Indeks Prestasi...)

5=Selalu, 4=Sering, 3=Kadang-kadang, Hasil Penelitian


2=Hampir Tidak Pernah dan 1=Tidak Pernah.
Instrumen pengumpulan data IPK Hasil pengamatan IPK, masa kerja,
menggunakan Format pengumpulan data. pelatihan dan kinerja bidan lulusan
Populasi penelitian ini adalah seluruh bidan Poltekkes Denpasar Jurusan
lulusan Poltekkes Denpasar Jurusan Kebidanan
kebidanan jalur umum periode tahun 2001 Hasil pengamatan IPK, masa kerja, pelatihan
sampai dengan 2011 yaitu 458 orang. Kriteria dan kinerja bidan lulusan Poltekkes Denpasar
inklusi antara lain bekerja di RS pemerintah Jurusan Kebidanan disajikan dalam tabel 1.
dan Puskesmas di Propinsi Bali, status Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai
Negeri Sipil (PNS), bertugas di bagian
Pelayanan Kebidanan, Kriteria ekslusi adalah
status Pegawai Tidak Tetap (honorer dan
kontrak), status cuti, sedang tugas belajar,
menjabat sebagai kepala rungan, menjabat
sebagai koordinator Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan pindah bekerja < 1 tahun. Besar
sampel dihitung dengan rumus yang digunakan Berdasarkan tabel 1, variabel masa kerja,
dalam penelitian analitik dengan jenis data prekuensi pelatihan, IPK dan kinerja memiliki
numeri7. Peneliti menetapkan jumlah sampel nilai p>0,05, sehingga data seluruh variabel
minimal yang yang diteliti adalah 73 orang. berdistribusi normal. Masa kerja responden
Teknik pengambilan sampel adalah konsekutif paling lama 12 tahun dan terkecil 1 tahun
sampling. dengan rata-rata 5,36 tahun. Frekuensi
Analisis data diawali dengan uji normalitas pelatihan yang pernah diikuti responden
data. Uji normalitas data dilakukan untuk selama bekerja paling banyak 5 kali dan ada
mengetahui apakah data berdistribusi normal responden yang belum pernah mengikuti
atau tidak. Pada penelitian ini hasil uji pelatihan dengan rata-rata pelatihan 2,64 kali..
normalitas menunjukkan seluruh data variabel Nilai IPK paling tinggi 3,40 dan terendah 2,32
berdistribusi normal. Uji statistik yang dengan rata-rata 2,93. Rata-rata skor kinerja
digunakan adalah uji parametrik. Pengaruh bidan adalah 100 dengan skor tertinggi adalah
variabel IPK, masa kerja dan pengalaman 100 dan terendah 77,50.
dilakukan dengan uji regresi sederhana dan Pengaruh IPK, Masa Kerja dan
regresi ganda, dengan batas kemaknaan Pelatihan Secara Parsial terhadap
p<0,058. Mengetahui besarnya pengaruh Kinerja
langsung dan tidak langsung variabel X1, X2
Secara parsial pengaruh variabel independen
dan X3 terhadap kinerja (Y), baik secara
terhadap kinerja disajikan dalam tabel 2.
simultan maupun parsial digunakan Analisis
Jalur (Path Analysis)9 atau dengan menilai
Standardized Coefficients Beta pada uji
regresi.

49
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 47 - 53

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat Pada tabel 4, dapat dilihat bahwa dari ketiga
bahwa masa kerja, pelatihan dan IPK variabel, nilai koefisien jalur variabel masa
memiliki nilai p<0,05, yang berarti masa kerja, kerja paling tinggi yaitu = 0,245. Koefisien
pelatihan dan IPK berpengaruh secara parsial determinan (R Square) menunjukkan
dan signifikan terhadap kinerja. Variabel masa pengaruh masa kerja, pelatihan dan IPK
kerja memiliki nilai korelasi dan signifikansi sangat sebesar yaitu 0,93 sedangkan
yang paling besar dibandingkan dengan pengaruh variabel luar yang tidak diteliti
pelatihan dan IPK. terhadap kinerja sangat kecil yaitu hanya 0,07
Pengaruh IPK, Masa Kerja dan Pembahasan
Pelatihan Secara Simultan terhadap
Kinerja Pengaruh IPK terhadap Kinerja Bidan
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan IPK yang diperoleh semasa pendidikan D III
hasil signifikan, maka selanjutnya dilanjutkan Kebidanan memiliki korelasi sebesar 0,232
dengan analisia pengaruh IPK ,masa kerja dan dengan koefisien determinasi sebesar 0,54
pelatihan secara simultan terhadap kinerja. dengan nilai p=0,04. Hasil ini menunjukkan
Hasil disajikan pada tabel 3. bahwa IPK bepengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap kinerja. IPK memberikan
sumbangan terhadap peningkatan kinerja di
atas 50 % yaitu sebesar 54%. Koefisien
regresi diperoleh 0,387 dengan konstanta
106,810 yang berarti jika tidak ada kenaikan
nilai IPK, maka skor kinerja adalah 106,810.
Setiap ada kenaikan karena penambahan nilai
positif satu skor IPK akan memberi kenaikan
skor kinerja sebesar 0,387. Koefisien jalur
IPK diperoleh 0,017. Hasil penelitian ini
Pada tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai p=0,02,
menunjukkan bahwa IPK secara individual
yang berarti terdapat pengaruh IPK, masa
berpengaruh secara langsung terhadap
kerja dan pelatihan berpengaruh secara
kinerja.
simultan dan signifikan terhadap kinerja.
Tinggi rendahnya nilai IPK yang diperoleh
Analisa pengaruh langsung variabel masa
akan memberikan gambaran awal tingkat
kerja, pelatihan dan IPK terhadap kinerja
intelegensia. Kemampuan intelektual bidan
berdasarkan Standardized Coefficients
memegang peranan penting, mengingat
Beta. Hasil koefisien jalur, koefisien
pelayanan kebidanan berhadapan dengan dua
determinan dan koefisien residu disajikan
nyawa yaitu penyelamatan nyawa ibu dan
pada tabel 4.
bayi. Pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang
menentukan kesiapan untuk melakukan suatu
pekerjaan, hal mana tergantung dari
pendidikan yang telah diterima maupun
pelatihan yang telah didapat10.
Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja
Bidan
Masa kerja memiliki korelasi sebesar 0,301
dengan koefisien determinasi sebesar 0,91
dengan nilai p=0,01. Hasil ini menunjukkan
50
NN Suindri, NW Ariyani, J Mauliku (Pengaruh Indeks Prestasi...)

bahwa masa kerja bepengaruh secara parsial kinerja sebesar 1,186. Koefisien jalur
dan signifikan terhadap kinerja. Masa kerja peatihan diperoleh 0,034. Hasil penelitian ini
memberikan sumbangan terhadap menunjukkan bahwa pelatihan secara
peningkatan kinerja sangat besar yaitu 91%. individual berpengaruh secara langsung
Koefisien regresi diperoleh 0,592 dengan terhadap kinerja.
konstanta 87,841 yang berarti jika tidak ada Pelatihan bagi karyawan sangat penting,
kenaikan nilai masa kerja, maka skor kinerja dimana pelatihan tersebut disamping untuk
adalah 87,841. Setiap ada kenaikan karena meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
penambahan nilai positif satu skor masa kerja juga merupakan salah satu bentuk
akan memberi kenaikan skor kinerja sebesar penghargaan. Setiap karyawan memiliki hak
0,592. Koefisien jalur masa kerja diperoleh untuk mengembangkan karir dan jabatan.
0,245. Hasil penelitian ini menunjukkan Pelatihan diberikan bertujuan untuk
bahwa masa kerja secara individual meningkatkan kemampuan bekerja melalui
berpengaruh dengan bermakna terhadap penambahan dan atau perbaikan
kinerja, artinya makin lama masa kerja maka keterampilan dan pengetahuan karyawan.
semakin tinggi kinerja yang dihasilkan. Hasil penelitian ini sesuai penelitian Wayne B
Penelitian Schmidt dkk (1988) menemukan dkk. Tahun 2006, yang menemukan
karyawan dengan pengalaman kerja lebih dari kemampuan berpengaruh secara signifikan
5 tahun menujukkan korelasi yang lebih tinggi terhadap kinerja (sig 0,039)11. Kemampuan
terhadap kinerja dibandingkan dengan kerja karyawan berperan besar dalam
pengalaman kurang dari 3 tahun ke bawah. menentukan kesuksesan suatu organisasi.
Semakin lama masa kerja yang dimiliki, Kemampuan kerja akan berpengaruh tidak
semakin tinggi kinerja yang dihasilkan. Lebih saja pada hasil kuantitas dan kualitas, tetapi
lanjut dijelaskan bahwa pengalaman kerja juga berpengaruh terhadap keinginan untuk
sangat berkaitan dengan tinggi rendahnya mempertahankannya. Kemampuan kerja
kinerja seseorang 5. Semakin lama memainkan peran yang penting dalam perilaku
pengalaman kerja, semakin sering melakukan atau kinerja individu, karena kemampuan
pekerjaan yang sama maka semakin terampil kerja merupakan salah satu faktor yang
dalam pekerjaan yang sama. berperan sangat penting dalam meningkatkan
prestasi kerja12. Sejauh mana seorang
Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja
karyawan dapat mencapai hasil kerja
Bidan
tergantung dari kemampuan dan
Frekuensi pelatihan yang diterima responden kecakapannya4. Setiap jenis pekerjaan
selama bekerja memiliki korelasi sebesar menuntut pengetahuan kecakapan dan
0,242 dengan koefisien determinasi sebesar keterampilan tertentu, agar pekerjaan
0,58 dengan nilai p=0,03. Hasil ini tersebut dapat dilaksanakan dengan baik
menunjukkan bahwa frekuensi pelatihan Pelatihan bagi bidan ditujukan untuk
bepengaruh secara parsial dan signifikan menyesuaikan dengan standar, metode dan
terhadap kinerja. Frekuensi pelatihan teknologi yang baru sehingga dapat
memberikan sumbangan terhadap memperbaiki kualitas pelayanan. Dengan
peningkatan kinerja di atas 50 % yaitu pelatihan bidan dapat secara efektif
sebesar 58%. Koefisien regresi diperoleh menggunakan teknologi yang sedang
1,186 dengan konstanta 87,874 yang berarti diterapkan dan secara langsung akan
jika tidak ada kenaikan nilai pelatihan, maka meningkatkan rasa percaya diri dalam
skor kinerja adalah 87,874. Setiap ada bekerja yang akan berujung pada
kenaikan karena penambahan nilai positif satu meningkatnya mutu pelayanan. Dalam
skor pelatihan akan memberi kenaikan skor penelitian ini pelatihan memiliki pengaruh lebih
51
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 47 - 53

kecil bila dibandingkan dengan masa kerja. berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
Penerapan hasil pelatihan untuk meningkatkan bidan dan IPK, masa kerja dan pelatihan
kinerja meemerlukan motivasi dan dukungan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
atasan serta teman sejawat. Karyawan akan bidan
mampu melakukan pekerjaanya dengan baik Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan,
bila ia mempunyai peralatan, bahan dan maka untuk meningkatkan kinerja bidan
perlengkapan yang memadai, mempunyai lulusan Poltekkes Denpasar Jurusan
kondisi kerja yang menguntungkan, rekan Kebidanan, disampaikan beberapa saran
sekerja yang membantu, aturan dan prosedur terutama kepada institusi pendidikan
yang mendudukung kerja, mempunyai Poltekkes Denpasar Jurusan Kebidanan, agar
informasi yang cukup untuk mengambil terus berupaya meningkatkan kualitas
keputusan5. pembelajaran yang akan tercermin dalam
Pengaruh IPK, Masa Kerja dan IPK yang dicapai mahasiswa, karena IPK
Pelatihan terhadap Kinerja Bidan yang diperoleh lulusan memiliki pengaruh
nyata terhadap kinerjanya. Lulusan D III
Koefisien korelasi ganda diperoleh 0,305 dan Kebidanan Jalur Umum agar mengisi waktu
koefisien determinan sebesar 0,93 dengan nilai tunggu untuk mendapat pekerjaan tetap
p=0,02, Hasil ini menunjukkan IPK, masa dengan bekerja di sistitusi pelayanan
keraja dan pelatihan secara bersama sama kebidanan termasuk bidan praktik mandiri
memberi pengaruh secara signifikan untuk mendapat pengalaman kerja. Institusi
terhadapkinerja. Kontribusi ketiga variabel Pelayanan baik rumah sakit maupun
terhadap kinerja sangat tinggi yaitu 93%. puskesmas agar senantiasa mengupayakan
Pengaruh variabel luar yang tidak diteliti kesempatan kepada bidan untuk
sangat kecil yaitu hanya 7 %. Besarnya nilai mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan
konstanta menunjukkan bahwa jika tidak ada pengetahuan dan keterampilan.
kenaikan nilai masa kerja, pelatihan dan IPK,
maka skor kinerja adalah 90,884. Setiap ada Daftar Pustaka
kenaikan karena penambahan nilai positif satu 1. Depkes RI. Pedoman Pengembangan
skor variabel akan memberi kenaikan skor Manajemen Kinerja Perawat dan
kinerja sebesar masa kera 0,482, pelatihan Bidan, Keputusan Menteri Kesehatan
0,166 dan IPK sebesar 0,055. Republik Indonesia Nomor: 836/
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MENKES/SK/VI/2005 Tanggal 2
sumbangan yang diberikan oleh IPK, masa Juni 2005: 3-17
kerja dan pelatihan terhadap peningkatan 2. Depkes RI dan Dirjen Binkesmas.
kinerja bidan sangat besar. Namun demikain Rencana Strategis Nasional Making
masih ada faktor lain yang menentukan kinerja Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
bidan. Beberapa faktor lain yang dapat 2001-2010. Jakarta. Depkes RI dan
mempengaruhi kinerja adalah, kepemimpinan, WHO. 2005: 1-2,12-8
iklim organisasi, job design dan sistem 3. Sofyan M, Madjid NA, & Siahaan R.
penghargaan13. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan
Kesimpulan dan Saran Menyongsong Masa Depan. Cetakan
ke-VII. Jakarta. PP IBI. 2006: 15-21,
Berdasarkan hasil analisa data dan 101-11
pembahasan dapat disimpulkan bahwa IPK 4. Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia
berpengaruh secara signifikan terhadap dan Produktivitas Kerja. Bandung. CV
kinerja bidan, masa kerja berpengaruh secara Mandar Maju. 2001: 50-5
signifikan terhadap kinerja bidan, pelatihan

52
NN Suindri, NW Ariyani, J Mauliku (Pengaruh Indeks Prestasi...)

5. Robbins SP. Organizational Behavior: 10. Mathis RL & Jackson JH. Human
Concepts, Controversies and Resource Mangement (Manajemen
Application. Eighth Edition. Prentice– Sumber Daya Manusia) Edisi 10.
Hall Inc. Upper Saddle River, New Penerjemah Diana Angelica. Jakarta.
Jersey 07458. 1998: 45-9, 166-93 Salemba Empat. 2006.p.377-9
6. Norman Metzger. Handbook of Health 11. Wayne B, John H & Peter O. The
Care Human Resources Management. Nature and Influence of Motivation
Second Edition. Mayland. Anpar Within the MOA Frame Work:
Publication. 1990: 63-5 dan 199-203 Implication For Social Marketing.
7. Dahlan MS. Statistik untuk International Journal of Nonpropfit and
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta. Voluntary Sector Marketing.
PT Arkans. 2004: 55-60 Melbourne Australia. Nopember 2006;
8. Dawson B & Trapp BG. Basic & Vol 11(4): 289-301
Clinical Biostatistics. Third Edition 12. Gibson, Ivancevich & Donnlley.
International Edition. Boston. Mc Organisasi, Perilaku dan Proses, Edisi
Graw-Hill Higer Education Medical Delapan. Alih Bahasa Nunuk Adiarnin.
Publishing Division. 2001: 241 Jakarta. PT Bina Aksara. 1996: 127,
9. Ching Chun Li. Path Analysis a Primer. 234-51
California. Pacific Grove. The
Boxwood Press. 1981: 135-86

53
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR
KOGNITIF MANAJEMEN ASUHAN PADA IBU NIFAS NORMAL

NLP Sri Erawati1, NK Somoyani2, NGK Sriasih3

Abstract. Assessment result of learning very important component in learning process


to achieve of efficient and effectively. Result of learning influenced by various factor
among other things learning method. The aims of this research is to know the
difference result of learning management of midwifery care post partum normal
from student who was given individual learning, SGD, and lecture in Polytechnic of
Health of Denpasar on 2012. This research is a quasi experiment, with pre and postest
Design. Population and subject were all midwife student third semester. Data was
analysis by paired t-test and Anova. The result shown mean result of learning before
applaid learning method with individual learning is 46,26, SGD 49,94, and lecture
47,89. Result of learning after applaid learning method with individual learning is
67,89, SGD 62,22 and lecture 72,36. The t test result there is differences all of the
learning method with the p value < 0,05 and the Anova test showed p value: 0,146.
Recomendation of this study is in appaying Competencies Base Curricullum lecturer
should be use various method an emphazing student centre learning.
Keywords: Learning method, lecture, SGD, individual learning, result of learning
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang Penggunaan metode SGD ini dapat
terdiri dari komponen-komponen yang saling meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam
berkaitan satu sama lain yakni komponen proses pembelajaran dan kemandirian dalam
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, proses pertukaran pikiran, pengalaman serta
metode, media, dan sumber belajar serta gagasan atau ide, yang terbentuk dalam
komponen evaluasi, dimana tujuan dibidang proses diskusi kelompok kecil2.
kognitif berbeda strategi dan metodenya Metode lain yang masih digunakan adalah
dengan tujuan di bidang afektif dan metode ceramah, yaitu metode yang boleh
psikomotor1. Salah satu komponen pokok dikatakan metode tradisional, karena sejak
yang sangat penting dalam proses dulu metode ini telah dipergunakan sebagai
pembelajaran adalah pemilihan metode yang alat komunikasi lisan antara guru dengan anak
tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. didik dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses pembelajaran tidak ada Penyampaian materi pembelajaran secara lisan
satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak sangat berbeda dengan penyampaian secara
menggunakan metode pembelajaran, ini tertulis, karena dalam cara ini siswa sangat
berarti bahwa metode sangat diperlukan oleh tergantung pada cara guru mengajar,
dosen sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kecepatan serta volume bicara atau suara
kegiatan belajar mengajar 2. yang diucapkan guru. Oleh karena itu,
Metode pembelajaran yang berpusat pada menyampaikan materi pembelajaran dengan
mahasiswa atau Student centered learning menggunakan metode ceramah harus sesuai
(SCL) mulai banyak diterapkan di berbagai dengan prosedur3.
lembaga pendidikan. Salah satu metode Berdasarkan pengalaman tim peneliti dalam
tersebut adalah dengan diskusi kelompok melaksanakan proses belajar Mata Kuliah
kecil/Small group Discussion (SGD). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal

1,2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar


54
NLP Sri Erawati, NK Somoyani, NGK Sriasih (Pengaruh Metode Pembelajaran...)

di Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar Populasi dalam penelitian ini adalah


masih dominan menggunakan metode mahasiswa di Politeknik Kesehatan Denpasar
ceramah. Dari hasil evaluasi proses Jurusan Kebidanan dengan jumlah 57 orang,
pembelajaran menunjukkan bahwa 50% terdiri dari kelas A sebanyak 28 orang dan
mahasiswa belum mampu mengkaji data pada kelas B sebanyak 29 orang dengan kriteria
ibu nifas dengan lengkap, 75% belum mampu inklusi masih terdaftar sebagai mahasiswa
membuat interpretasi data (merumuskan semester III dan hadir pada saat dilakukan
diagnose aktual, merumuskan permasalahan penelitian.
dan kebutuhan), menyusun rencana Data dianalisis menggunakan analisis univariat
pemecahan masalah serta kebutuhan ibu nifas untuk menggambarkan karakteristik subjek
yang dituangkan dalam manajemen asuhan penelitian dan hasil belajar kognitif subjek
kebidanan pada latihan pertama. penelitian. Data hasil belajar selanjutnya dianalisis
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat untuk mengetahui normalitas data dengan
pentingnya penerapan metode yang tepat menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil uji
dalam proses pembelajaran, peneliti tertarik normalitas data pretes menunjukkan bahwa
mengadakan penelitian tentang: Pengaruh data hasil belajar sebelum diberikan
metode pembelajaran terhadap hasil belajar pembelajaran belajar mandiri, SGD dan
kognitif manajemen asuhan kebidanan pada ceramah, berdistribusi normal dengan nilai p
ibu nifas normal di Politeknik Kesehatan > 0,05. Hasil uji normalitas data post-test
Denpasar Jurusan Kebidanan Semester III, menunjukkan bahwa data hasil belajar
Tahun 2012. sesudah diberikan pembelajaran belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mandiri, SGD dan ceramah, juga berdistribusi
perbedaan pengaruh antara metode normal dengan nilai p > 0,05. Analisis bivariat
pembelajaran mandiri, SGD dan ceramah dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
terhadap hasil belajar kognitif manajemen pengaruh masing–masing metode
asuhan kebidanan pada ibu nifas normal pembelajaran terhadap hasil pembelajaran
mahasiswa Politeknik Kesehatan Denpasar kognitif dengan menggunakan uji beda dua
Jurusan Kebidanan Semester III Tahun kelompok berpasangan (paired t-test).
2012. Analisis multivariat dilakukan untuk
mengidentifikasi metode pembelajaran yang
Metode paling berpengaruh terhadap hasil belajar
Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi kognitif dengan uji Multiple Comparison
eksperimen, dengan rancangan Pretest Anova.
Postest Control Group Design. Kelompok
pertama tanpa diberikan perlakuan (belajar Hasil dan Pembahasan
mandiri), kelompok kedua diberikan Karakteristik Subjek Penelitian
perlakuan metode pembelajaran metode
diskusi kelompok kecil/SGD dan kelompok Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
ketiga diberikan metode ceramah. mahasiswa semester III kelas A dan B yang
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian berjumlah 56 orang. Karakteristik subjek
ini adalah pendekatan prospektif. penelitian adalah remaja yang memiliki rentang
Penelitian dilaksanakan di Politeknik umur 18 – 20 tahun dengan latar belakang
Kesehatan Denpasar Jurusan Kebidanan, pendidikan dari SMA. Subjek penelitian
jalan Raya Puputan No. 11 A Denpasar pada seluruhnya berjenis kelamin perempuan dan
April–Oktober 2012, yaitu dari penyusunan diwajibkan tinggal di asrama putri yang telah
proposal sampai pengumpulan laporan hasil disediakan oleh Poltekkes Denpasar Jurusan
penelitian. Kebidanan.
55
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 54 - 59

Hasil belajar kognitif manajemen Moedjiono 4, Slameto 5 dan Suryabrata 6 yang


asuhan kebidanan pada ibu nifas menyatakan bahwa selain dari metode
normal sebelum dan sesudah pembelajaran, masih ada banyak faktor
penerapan metode belajar mandiri, lainnya yang mempengaruhi hasil seseorang
SGD, dan ceramah seperti bakat minat, motivasi, kecerdasan,
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa instrumental, kurikulum, guru/dosen dan
nilai hasil belajar kognitif sebelum proses banyak lagi faktor lainnya.
pembelajaran menunjukkan bahwa nilai yang Pengaruh metode pembelajaran
terendah adalah belajar mandiri dengan rata- mandiri terhadap hasil belajar kognitif
rata nilai 46,26. Dari ketiga metode yang manajemen asuhan kebidanan pada
diteliti, rata – rata nilai hasil belajar kognitif ibu nifas normal
subjek penelitian masih di bawah 50. Hasil Hasil analisis menggunakan uji t berpasangan
belajar sesudah proses pembelajaran menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
menunjukkan bahwa nilai rata – rata hasil skor hasil belajar kognitif antara sebelum dan
belajar kognitif yang terendah adalah SGD sesudah pembelajaran mandiri. Peningkatan
dengan rata-rata nilai 62,22. Dari ketiga skor rata – rata hasil belajar kognitif sebesar
metode pembelajaran yang telah dilaksanakan 21,62 (CI: 13,27– 29,99) dengan nilai p =
nilai rata – rata hasil belajar kognitif sudah 0,0000 (p < 0,05) yang berarti ada
berada di atas 50. Hasil analisis selengkapnya perbedaan yang signifikan antara skor rata –
disajikan pada Tabel 1. rata hasil belajar kognitif sebelum dan
sesudah belajar mandiri. Hal ini menunjukkan
bahwa belajar mandiri berpengaruh terhadap
hasil belajar kognitif manajemen asuhan
kebidanan pada ibu nifas normal pada
mahasiswa Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Kebidanan Semester III Tahun 2012.
Adapun hasil analisis data selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 2.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat


peningkatan nilai rata–rata hasil belajar
kognitif mahasiswa menjadi lebih baik
daripada sebelum diberikan perlakuan. Hasil
belajar mahasiswa ini tentunya masih berada
di bawah standar, karena persentase Penelitian ini menunjukkan bahwa belajar
ketuntasan dalam proses pembelajaran mandiri dapat meningkatkan hasil belajar
<75%. Hasil belajar ini sangat dipengaruhi kognitif peserta didik, namun metode ini
oleh kemampuan dosen memilih metode manfaatnya belum banyak dirasa, karena
belajar. Dalam proses pembelajaran orang belajar mandiri ini belum tersosialisasikan di
dewasa dengan menggunakan kurikulum kalangan peserta didik. Budaya belajar
berbasis kompetensi, peran dosen lebih mandiri belum begitu berkembang di kalangan
banyak sebagai fasilitator dan memfasilitasi para peserta didik. Belajar mandiri memiliki
sarana belajar. Hasil penelitian ini sejalan manfaat terhadap peningkatan kemampuan
pendapat Djamarah & Zain 3, Hasibuan dan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik
56
NLP Sri Erawati, NK Somoyani, NGK Sriasih (Pengaruh Metode Pembelajaran...)

yaitu memupuk tanggung jawab, secara aktif dari semua pihak yang terlibat
meningkatkan keterampilan, memecahkan dalam pembelajaran. Metode diskusi
masalah, mengambil keputusan, berfikir dianggap sangat efektif untuk merangsang
kreatif, berfikir kritis, percaya diri yang kuat, mengembangkan ide-ide bebas yang menjadi
menjadi guru bagi dirinya sendiri. Proses landasan bagi tumbuhnya pengertian murni
belajar mandiri juga memberikan kesempatan peserta didik. Selain itu, metode diskusi
kepada peserta didik untuk mencerna materi kelompok kecil dimaksudkan untuk
ajar dengan sedikit bantuan guru/dosen. membangun kerjasama individu dalam
Mahasiswa mengikuti kegiatan belajar dengan kelompok, meningkatkan kemampuan
materi ajar yang sudah dirancang khusus analisis dan kepekaan sosial serta tanggung
sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah jawab individu dalam kelompok mahasiswa
diantisipasi sebelumnya. Model belajar yang cenderung belajar dengan cara berbeda
mandiri ini sangat bermanfaat, karena dengan berbagai situasi belajar 10.
dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih Pengaruh metode pembelajaran
kemandirian siswa agar tidak bergantung atas ceramah terhadap hasil belajar kognitif
kehadiran atau uraian materi ajar dari guru 7 manajemen asuhan kebidanan pada
Pengaruh metode pembelajaran SGD ibu nifas normal.
terhadap hasil belajar kognitif Hasil analisis menggunakan uji t berpasangan
manajemen asuhan kebidanan pada menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
ibu nifas normal. skor hasil belajar kognitif antara sebelum dan
Hasil analisis menggunakan uji t berpasangan sesudah diberikan perlakuan metode
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pembelajaran ceramah dengan nilai p =
skor hasil belajar kognitif antara sebelum dan 0,0000 yang berarti ada perbedaan yang
sesudah diberikan perlakuan metode signifikan antara skor rata – rata hasil belajar
pembelajaran SGD dengan nilai p = 0,0001 kognitif sebelum dan sesudah diberikan
yang berarti ada perbedaan yang signifikan metode pembelajaran ceramah. Hasil analisis
antara skor rata – rata hasil belajar kognitif data dapat dilihat pada Tabel 4.
sebelum dan sesudah diberikan metode
pembelajaran SGD. Hasil analisis data dapat
dilihat pada Tabel 3.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian


Diyana 11 yang membuktikan bahwa metode
ceramah berpengaruh terhadap prestasi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian belajar peserta didik. Hasil penelitian tersebut
Aryana 8 yang menyatakan bahwa metode juga membuktikan bahwa pengaruh metode
diskusi kelompok secara panel yang ada ketua ceramah terhadap prestasi belajar siswa
dan kelompok pembahasnya efektif hanya 4% dan 86% ditentukan oleh faktor
meningkatkan perhatian dan konsentrasi lain sehingga metode ceramah belum
peserta didik dalam perkuliahan. Widja 9 sepenuhnya mempengaruhi prestasi belajar
menegaskan bahwa metode SGD berusaha siswa. Metode ceramah sangat murah dan
untuk mendorong partisipasi peserta didik mudah dilaksanakan, tidak perlu banyak
57
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 54 - 59

waktu, dan guru/dosen dapat menyajikan penelitian Machfudz 13 membuktikan bahwa


materi dengan cara di ulang-ulang. Metode penggunaan teknik diskusi dan tugas (yang
pembelajaran ceramah merupakan upaya selama ini diyakini tergolong teknik mengajar
penyampaian atau penanaman pengetahuan berkadar CBSA tinggi) mendapatkan hasil
pada peserta didik, pengajaran berpusat pada yang sama dengan teknik ceramah (yang
dosen (teacher oriented) dan dosen selama ini dianggap sebagai teknik mengajar
memegang peranan utama dalam berkadar CBSA rendah). Hal ini didukung
pembelajaran 12. pula dari hasil selisih prestasi belajar post-test
Pengaruh metode belajar mandiri, dan pre-test siswa dari ketiga metode
SGD dan ceramah terhadap hasil pembelajaran yang secara umum
belajar kognitif manajemen asuhan menunjukkan kemajuan.
kebidanan pada ibu nifas normal Pemilihan metode belajar yang tepat akan
sangat membantu mahasiswa mencapai tujuan
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan belajar, namun perlu diperhatikan juga bahwa
uji Anova menunjukkan bahwa tidak ada tidak ada metode belajar yang terbaik, karena
perbedaan yang signifikan hasil belajar setiap teknik mengajar memiliki keunggulan
kognitif manajemen asuhan kebidanan pada dan kelemahannya masing-masing. oleh
ibu nifas normal antara mahasiswa yang karena itu, dosen dalam melaksanakan proses
diberikan metode pembelajaran mandiri, SGD pembelajaran sebaiknya menggunakan
dan ceramah dengan nilai F sebesar 1,993 beberapa metode pembelajaran. Penentuan
dan nilai p sebesar 0,146. Hal ini berarti teknik mengajar yang efektif untuk
metode pembelajaran mandiri, SGD, dan membangun prestasi belajar juga dipengaruhi
ceramah tidak berpengaruh terhadap hasil oleh berbagai faktor, antara lain: guru, siswa,
belajar kognitif manajemen asuhan materi pembelajaran, tujuan pengajaran,
kebidanan pada ibu nifas normal bila diberikan sarana, waktu dan situasi dan kondisi
secara parsial. Hasil analisis selengkapnya pengajaran 14.
dapat dilihat pada Tabel 5.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan uraian diatas maka simpulan dari
penelitian ini adalah ketiga metode
pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar kogitif manajemen
asuhan kebidanan pada ibu nifas normal pada
mahasiswa Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Kebidanan Semester III Tahun 2012.
Dari metode belajar mandiri, SGD dan
ceramah tidak ada yang paling berpengaruh
Hal ini mungkin terjadi karena setiap teknik/ terhadap hasil belajar kognitif manajemen
metode pembelajaran memiliki keunggulan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal pada
dan kelemahannya masing-masing. mahasiswa Politeknik Kesehatan Denpasar
Keunggulan dari ketiga teknik mengajar Jurusan Kebidanan Semester III Tahun 2012.
(teknik belajar mandiri, SGD dan ceramah) Peneliti menyarankan agar institusi pendidikan
sama-sama ekfektif membangun kemajuan menggunakan berbagai metode dalam proses
belajar siswa terutama pada pengajaran pembelajaran untuk meningkatkan hasil
manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas belajar kognitif dalam mengaplikasikan
normal pada mahasiswa Semester III. Hasil kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan
penelitian ini tidak sesuai dengan hasil peneliti selanjutnya diharapkan dapat
58
NLP Sri Erawati, NK Somoyani, NGK Sriasih (Pengaruh Metode Pembelajaran...)

melanjutkan penelitian dengan menggunakan 8. Aryana. Pembelajaran Sejarah


tutor guide dalam pelaksanaan metode SGD Indonesia Ii Dengan Pendekatan
dan memperhatikan faktor lain yang Konstruktivisme Dalam Metode
mempengaruhi hasil belajar mahasiswa seperti Diskusi Kelompok Kecil Pada
faktor psikologis, lingkungan, sarana dan Mahasiswa Semester III Jurusan
prasarana. Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP N
Singaraja Tahun Akademik 2005/
Daftar Pustaka 2006, Jurnal Pendidikan dan
1. Wina, S. Perencanaan dan Desain Pengajaran UNDIKSHA, No. 2 TH.
Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada XXXX April 2007, Singaraja:
Media Group. 2008. Universitas Pendidikan Ganesha.
2. Syah, M. Psikologi Pendidikan dengan 2007.
Pendekatan Baru. Bandung: PT 9. Widja, IG. Dasar-Dasar
Remaja Rosdakarya. 2008. Pengembangan Strategi Serta Metode
3. Djamarah S. & Zain A. Strategi Belajar Pengajaran Sejarah. Jakarta:
Mengajar (Edisi Revisi) Jakarta : PT Depdikbud. 1989.
Rineka Cipta. 2006. 10. Dent, J.A. & Harden, R.M. A Practical
4. Hasibuan J. & Moedjiono. Proses Quide for Medical Teachers, Toronto.
Belajar Mengajar Remaja, Bandung: 2001.
Remaja Rosdakarya. 2008. 11. Diyana, M.Y. Pengaruh Metode
5. Slameto. Belajar dan faktor-faktor Ceramah terhadap Prestasi Belajar
yang mempengaruhi, Jakarta: Rineka Agama Islam di Kelas VII SMP Islam
Cipta. 2003. Al-Asmaniyah Kelapa Dua, Skripsi,
6. Suryabrata, S. Psikologi pendidikan, Tangerang: Jurusan Pendidikan Agama
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004. Islam Muhammadiyah. 2008.
7. Prawiradilaga, D.S. Mozaik 12. Djamarah S. & Zain A. Strategi Belajar
Teknologi Pendidikan, Jakarta: Mengajar (Edisi Revisi), Jakarta : PT
Kencana. Kencana Prenada media Rineka Cipta. 2006.
Group. 2004. 13. Machfudz, I. Efektivitas Penggunaan
Teknik Diskusi,Tugas, Dan Ceramah
Pada Pengajaran Menyimak Intensif
Siswa Kelas II SMU Negeri 8 Malang,
Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang. 2000.
14. Djayadisastra, Y. Metode-Metode
Mengajar, Bandung: Angkasa. 1995.

59
PENGARUH TERAPI LATIHAN TERHADAP KEMANDIRIAN MELAKUKAN
AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PASIEN STROKE ISKEMIK

IM Mertha1 dan Ade Laksmi2

Abstract.Stroke causes a variety of neurologic deficit and impairment of vital


functions of the brain that leads to disability and limit the independence of people in
facing their daily living activities. This research aim to analyze existence the effect
of exercise therapy on the independence in doing daily living activities of ischemic
stroke patient. This research applied pre-experiment with method one group pretest-
posttest.Samples were taken from 32 patient with nonprobability sample selection
technique with the totaly sampling. The analysis technique of the data that was used
to examine the hypothesis was paired sample t-test (p<0.05). The result of this research
showed the average score of the independence in doing daily living activities before
the exercise therapy was 12.47 and 14.34 thereafter. The p-value is 0.000 which
means p<0.05 so that H0 is rejected, then it can be stated there was a significant
effects of exercise therapy on the independence in doing daily living activities of
ischemic stroke patient at Bali Humanity Care Foundation. According to the result
of the research there were improvement average score of independence in doing
daily living activities before and after exercise therapy that is equal to 1.87. Based
on result of finding, suggested to nurse can apply exercise therapy to improve the
independence in doing daily living activities of iscemic stroke patients.
Keywords: exercise therapy, daily living activities, ischemic stroke.
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang Penderita stroke akan mengalami gangguan
disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
otak yang timbul secara mendadak dalam hari (AKS), oleh karena itu diperlukan
beberapa detik atau secara cepat dalam program rehabilitasi atau pemulihan dengan
beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda tujuan utama dapat mencapai kemandirian
sesuai dengan daerah yang terganggu1. Stroke dalam AKS5. Sel-sel otak tidak bisa langsung
adalah penyebab kematian tersering kedua beregenerasi tetapi dapat membuat koneksi
serta menempati urutan keenam sebagai baru satu sama lain sehingga sel-sel saraf di
penyebab kecacatan di dunia2. Setiap tahun otak dapat berkembang dan kembali kepada
diperkirakan 500.000 penduduk Indonesia fungsi semula yang disebut dengan
terserang stroke, dimana sekitar 25% neuroplastisiti6. Proses pemulihan ini akan
meninggal dunia dan sisanya cacat3. Stroke dipercepat apabila ada rangsangan untuk
diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke bergerak dari anggota-anggota badan yang
iskemik dan stroke perdarahan. Hampir 85% lumpuh, yaitu dengan latihan (exercise). Terapi
stroke adalah stroke iskemik1. latihan adalah salah satu terapi yang dalam
Gangguan akibat stroke sering menimbulkan pelaksanaannya menggunakan gerakan-
gejala sisa yang dapat menjadi kecacatan gerakan aktif maupun pasif7. Selain berguna
menetap yang selanjutnya membatasi fungsi untuk menghilangkan kekakuan (spastisitas),
seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari- terapi latihan juga berguna untuk
hari seperti berpakaian dan mandi4. mengembalikan fungsi persendian secara

1 Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar


2 Staf Yayasan Peduli Kemanusiaan Bali
60
IM Mertha, Ade Laksmi (Pengaruh Terapi Latihan...)

optimal dan pada akhirnya akan kemandirian melakukan AKS di YPK Bali
memungkinkan penderita untuk melakukan selama periode waktu pengumpulan data.
kegiatan sehari-hari secara mandiri8. Peneliti mengambil sampel berjumlah 32 orang
Berdasarkan studi pendahuluan di Yayasan sesuai dengan kriteria sampel. Sampel diambil
Peduli Kemanusiaan Bali pada bulan Februari dari populasi pasien stroke iskemik di YPK
2011, didapatkan data dari 42 pasien stroke Bali dengan pemilihan sampel secara
yang menjalani terapi di Yayasan Peduli nonprobability dengan sampling jenuh atau
Kemanusiaan Bali pada bulan Januari 2011, total sampel.
35 orang menderita stroke iskemik dan 7 Pengumpulan data dilakukan dengan cara
orang menderita stroke hemoragik. 35 orang mengukur skor kemandirian melakukan AKS
pasien stroke iskemik tersebut sudah sebelum dan sesudah empat minggu terapi
menjalani fisioterapi dengan menggunakan alat latihan menggunakan indeks Barthel yang
electrotherapy dan alat fitnes yang memiliki sepuluh item AKS dasar. Skor
dimodifikasi selama beberapa bulan, namun indeks Barthel terdiri dari: 0-4 (tergantung
masih belum dapat beraktivitas secara mandiri total ) ; 5-8 (tergantung berat); 9-11
penuh, sedangkan untuk pelaksanaan terapi (tergantung sedang); 12-19 (tergantung
latihan berupa latihan passive range of ringan); 20 (mandiri). Instrumen lain yang
motion dan latihan mandiri seperti yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cek list
diberikan oleh peneliti belum terlalu terapi latihan.
difokuskan pelaksanaannya. Berdasarkan Prosedur penelitian ini dimulai dari pendekatan
pengamatan, di yayasan tersebut juga belum kepada pihak YPK Bali dalam mendapatkan
ada pedoman tentang terapi latihan yang izin melaksanakan penelitian, kemudian
diberikan pada pasien. sosialisasi untuk menyamakan persepsi dalam
Berdasarkan latar belakang diatas, maka prosedur pemberian terapi latihan dan
peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemilihan sampel kepada peneliti
terapi latihan terhadap kemandirian pendamping. Setelah mendapatkan sampel
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sebagai responden penelitian kemudian
pasien stroke iskemik di Yayasan Peduli diberikan lembar persetujuan dan penjelasan
Kemanusiaan Bali. Setelah mengetahui mengenai penelitian.
pengaruh terapi latihan terhadap tingkat Sebelum diberikan terapi latihan responden
kemandirian melakukan aktivitas kehidupan diistirahatkan sepuluh menit dengan tujuan
sehari-hari pasien stroke iskemik, maka agar perubahan yang terjadi memang karena
diharapkan dapat membantu perawat dalam intervensi yang diberikan. Selanjutnya
tahap rehabilitasi pasien stroke iskemik dan dilakukan pengukuran tingkat kemandirian
merencanakan asuhan keperawatan yang melakukan AKS menggunakan indeks Barthel
efektif dan efisien, serta dapat dijadikan acuan dengan teknik observasi langsung dan
untuk pengembangan terapi bagi pasien stroke wawancara sebelum diberikan terapi latihan
di YPK Bali. Selain itu memberikan asuhan yang dilanjutkan dengan pemberian terapi
keperawatan pada pasien stroke, khususnya latihan sesuai cek list yaitu 45 menit setiap
stroke iskemik secara efektif dan efisien. hari Senin sampai Jumat selama empat
minggu.
Metode Setelah pasien mengikuti terapi latihan selama
Penelitian ini merupakan penelitian pra empat minggu dilakukan kembali pengukuran
eksperimen dengan menggunakan rancangan tingkat kemandirian melakukan AKS dengan
one group pretest-postest. Populasi indeks Barthel, dimana sebelum dilakukan
penelitian ini adalah semua pasien stroke penilaian pasien diistirahatkan selama sepuluh
iskemik yang mengalami penurunan tingkat menit.
61
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 60 - 64

Hasil pengukuran dicatat dalam master tabel. Hal ini berkaitan dengan adanya berbagai
Untuk menganalisis pengaruh terapi latihan defisit neurologik yang ditimbulkan oleh
terhadap kemandirian melakukan AKS stroke, dimana manifestasi klinisnya berupa
digunakan uji statistik paired sample t test kehilangan motorik, kehilangan komunikasi,
dengan tingkat kepercayaan 95%. gangguan persepsi serta kerusakan fungsi
kognitif dan efek psikologis10. Manifestasi
Hasil dan Pembahasan klinis tersebut mengakibatkan munculnya
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor berbagai masalah keperawatan seperti defisit
kemandirian melakukan AKS sebelum terapi perawatan diri, yang nantinya menyebabkan
latihan adalah 12,47 dan sesudahnya sebesar ketergantungan pada orang lain dan
14,34. Berdasarkan uji menggunakan paired penurunan kemandirian dalam melakukan
t test diketahui nilai p sebesar 0,000 yang AKS.
berarti p<0,05 sehingga H0 ditolak, maka Hasil pengamatan berdasarkan variabel
dapat dinyatakan ada pengaruh signifikan penelitian didapatkan sebagian besar skor
terapi latihan terhadap kemandirian kemandirian melakukan AKS responden
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesudah melakukan terapi latihan adalah 19,
pasien stroke iskemik di Yayasan Peduli yaitu delapan orang (25%) dengan rata-rata
Kemanusiaan Bali. skor kemandirian melakukan AKS sebesar
Dari hasil pengamatan karakteristik 14,34. Setelah melakukan terapi latihan tidak
responden sejumlah 32 orang, diperoleh ada lagi responden yang berada pada rentang
sebagian besar responden berjenis kelamin skor 0-4 (tergantung total) dan ada dua orang
laki-laki yaitu 24 orang (75%). Hal ini sesuai pasien yang mencapai skor kemandirian
dengan dengan konsep bahwa laki-laki lebih penuh. AKS dipengaruhi oleh beberapa
berisiko terserang stroke karena pola hidup faktor yang diantaranya adalah kekuatan otot,
tidak sehat seperti kebiasan merokok dan tonus otot, koordinasi dan keseimbangan11.
minum minuman beralkohol, dimana Terapi latihan yang terdiri dari gerak aktif dan
kebiasaan tersebut meningkatkan risiko pasif diberikan sedini mungkin kepada pasien
hipertensi yang merupakan penyebab utama stroke untuk menghindari adanya komplikasi
terjadinya stroke6. akibat kurang gerak, seperti adanya
Berdasarkan usia diperoleh sebagian besar kontraktur, kekakuan sendi dan lain-lain1.
responden berusia antara 50 sampai 60 Faktor-faktor yang mempengaruhi
tahun, yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). kemampuan melakukan AKS seperti tonus
Ini didukung oleh pernyataan menyebutkan otot dan kekuatan otot juga ikut dilatih
bahwa stroke jarang terjadi pada usia kurang dengan rangsangan berulang-ulang dari terapi
dari 50 tahun, tetapi insidennya meningkat latihan tersebut. Terapi latihan yang dilakukan
dua kali lipat setelah usia 55 tahun9. dalam penelitian ini memberikan perbedaan
Hasil pengamatan berdasarkan variabel rata-rata skor kemandirian AKS sebesar 1,87
penelitian diperoleh rata-rata skor yang berarti bahwa kemandirian melakukan
kemandirian melakukan aktivitas kehidupan AKS dapat ditingkatkan dengan melakukan
sehari-hari responden sebelum melakukan terapi latihan.
terapi latihan adalah 12,47. Terdapat empat Setelah dilakukan uji statistik paired samples
orang responden yang memiliki skor terendah t-test untuk mempelajari pengaruh terapi
empat (tergantung total) dan dua orang latihan terhadap kemandirian melakukan AKS
memiliki skor tertinggi 19 (tergantung ringan). pada 32 responden, ditemukan nilai p sebesar
Sebelum melakukan terapi latihan tidak ada 0,000 yang berarti p<0,05 sehingga H0
responden yang mencapai skor kemandirian ditolak. Hal ini menunjukkan ada pengaruh
penuh dalam melakukan AKS. yang signifikan terapi latihan terhadap
62
IM Mertha, Ade Laksmi (Pengaruh Terapi Latihan...)

kemandirian melakukan AKS pasien stroke Daftar Pustaka


iskemik. Pasien stroke cenderung mengalami
1. Irfan, M.. Fisioterapi Bagi Insan
ketergantungan terhadap orang lain dalam
Stroke. Edisi Pertama. Yogyakarta:
AKS akibat adanya gejala sisa yang
Graha Ilmu; 2010.
ditinggalkan oleh stroke. Gejala sisa ini terjadi
2. Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi
akibat berbagai defisit neurologik yang
Konsep Klinis Proses-Proses
disebabkan oleh adanya gangguan pembuluh
Penyakit. Edisi Ke-Enam. Vol 2.
darah pada otak, dimana gejala sisa yang
Jakarta: EGC; 2005.
berkepanjangan dapat mengakibatkan
3. Qiqi. Stroke, (online), (http://
kecacatan pada pasien sehingga pasien tidak
w w w. l i g a g a m e . c o m / f o r u m /
mampu melakukan AKS secara mandiri.
index.php?topic=52300.0, diakses 1
Pemulihan neurologis terjadi di awal setelah
Maret 2011),2007
terjadinya stroke dan kemampuan fungsional
4. Sumardi, N. Manfaat Rehabilitasi Bagi
pulih sejalan dengan pemulihan neurologis
Penderita Stroke, (online), (http://
yang terjadi, terutama dalam tiga sampai enam
homecare.griyakami.com/
bulan pertama pasca terserang stroke12.
index.php?option=com_content
Proses pemulihan ini terjadi berdasarkan
&view=article&id=85:manfaat-
proses reorganisasi atau plastisitas otak, yaitu
rehabilitasi-bagi-enderita-
kemampuan otak melakukan reorganisasi
stroke&catid=24:info-
dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada
penyakit&Itemid=7, diakses 10 Maret
saraf dan merupakan sifat yang menunjukkan
2011)
kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi
5. Santoso, T.A. Kemandirian Akivitas
terhadap kebutuhan fungsional, dimana salah
Makan, Mandi dan Berpakaian pada
satunya tergantung pada stimuli eksternal yang
Penderita Stroke 6-24 bulan Pasca
diberikan melalui terapi latihan berulang-
Okupasi Terapi, (online), (http://
ulang1.
eprints.undip.ac.id/12631/1/
Kesimpulan dan Saran 2003PPDS4178.pdf, diakses 10
Maret 2011). Semarang: Program
Sebelum melakukan terapi latihan tidak ada
Studi Rehabilitasi Medik Fakultas
responden yang mencapai skor kemandirian
Kedokteran Universitas Diponegoro
penuh dalam melakukan AKS. Setelah
6. Rudd, A. Stroke. Cetakan 1. Jakarta:
melakukan terapi latihan tidak ada lagi
Penebar Plus+; 2010.
responden yang berada pada rentang skor 0-
7. Yulinda, W. Pengaruh Empat Minggu
4 (tergantung total) dan ada dua orang pasien
Terapi Latihan pada Kemampuan
yang mencapai skor kemandirian penuh.
Motorik Penderita Stroke Iskemia di
Setelah dilakukan uji statistik paired samples
RSUP H. Adam Malik Medan,
t-test untuk mempelajari pengaruh terapi
(online), (http://repository.usu.ac.id/
latihan terhadap kemandirian melakukan AKS
bitstream/123456789/14271/1/
pada 32 responden, ditemukan Hasil nilai p
10E00027.pdf, diakses 26 Februari
sebesar 0,000 yang berarti p<0,05
2011). Medan: Fakultas Kedokteran
menunjukkan bahwa H0 ditolak, maka dapat
Universitas Sumatera Utara.
dinyatakan terapi latihan berpengaruh
8. Sofwan, R. Stroke dan Rehabilitasi
signifikan terhadap kemandirian melakukan
Pasca-Stroke. Edisi 1. Jakarta: PT
aktivitas kehidupan sehari-hari pasien stroke
Bhuana Ilmu Populer; 2010.
iskemik di Yayasan Peduli Kemanusiaan Bali.

63
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 60 - 64

9. Bruno dan Petrina. Motor Recovery 11. Setiahardja, A.S. Penilaian


in Stroke, (online), (http:// Keseimbangan dengan Aktivitas
emedicine.medscape.com/article/ kehidupan Sehari-hari pada Lansia,
324386-overview, diakses 26 (online); (http://eprints.undip.ac.id/
Februari 2011). 12804/1/2005PPDS4437.pdf,
10. Smeltzer, S.C. Buku Ajar diakses 10 Maret 2011). Semarang:
Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Program Studi Rehabilitasi Medik
Vol 1. Jakarta: EGC; 2001. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
12. Wirawan, R.P. 2009. Rehabilitasi
Stroke pada Pelayanan Kesehatan
Primer. Majalah Kedokteran
Indonesia, (online), Volume 59,No.
2,(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/
jurnal/592096173.pdf, diakses 10
Maret 2011)

64
REVITALISASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR
“AKTIFKAN PERKESMAS”

I Ketut Suardana1

Abstract. Elementary Health Services in this time at Primary Health Care in


Indonesia has been imbalance between in building services with community services.
Focus of services in building is medication or treatment and rehabilitation have
proportion more than community services who was focused for promotion and
prevention. Community health care as one of primary health care program has been
deleted and now it is important to rising. With revitalization elementary health services
will be placed role of nurses more and very strategic to improve community health
status. This article aim to describe and share about experience to visit in Thailand in
capacity building health care with Strategy Route Map (SRM). From this paper
recommended it is very important to make team work between district ministry of
health, campus and the other sector in promote the community to manage their
health care independently.
Keywords: Revitalization, basic health care
Perawatan Kesehatan Masyarakat Pelayanan dalam gedung yang berfokus pada
(Perkesmas) merupakan suatu bentuk pengobatan dan rehabilitative masih
program puskesmas yang mengarahkan mempunyai porsi yang lebih besar
pemberian pelayanan keperawatan yang dibandingkan dengan layanan luar gedung
ditujukan kepada individu maupun keluarga yang mengarah pada promotif dan preventif.
dengan rumah sebagai tempat pemberi Kondisi seperti ini akan bertentangan dengan
pelayanan dan perawat sebagai pelaksana konsep pemberdayaan masyarakat yang telah
pelayanan. Pelaksanaan pemberian dicanangkan oleh bidang promosi kesehatan
perkesmas merupakan suatu bentuk Departemen Kesehatan. Kemenkes, (2011).
pelayanan yang sudah ada sejak dahulu, Tulisan ini bertujuan untuk memberikan
namun seiring dengan makin banyaknya gambaran dan mempelajari inovasi Primary
penyakit degeneratif dan makin meningkatnya Health Centre (PHC) di Thailand.
umur harapan hidup menyebabkan makin
tingginya kebutuhan akan pelayanan Pembahasan
perawatan kesehatan di luar gedung. Revitalisasi pelayanan kesehatan dapat
Perkesmas yang dahulu merupakan program dilakukan dengan berbagai bentuk inovasi.
yang ditetapkan dari puskesmas kini Strategi inovasi yang dapat dilakukan adalah
membutuhkan peralihan sehingga program melakukan kolaborasi antar lintas program
yang dibuat harus dibangun dari lapisan dan lintas sektoral. Menetapkan tujuan yang
masyarakat yang paling bawah dimana kita realistic merupakan titik awal pelaksanaan
harus membangun dan mengembangkan inovasi. Dari berbagai sector ini akan
kesehatan masyarakat dari tangan mereka melahirkan banyak inspirasi termasuk
sendiri. Pelayanan kesehatan dasar saat ini di inspirasi masyarakat yang harus
Puskesmas di Indonesia sedang mengalami dikembangkan. Pengembangan juga dapat
ketidak seimbangan antara pelayanan dalam diperluas pada aspek pendidikan, mata
gedung dan luar gedung. pencaharian, dan keamanan sehingga mereka

1 Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar


65
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 65 - 69

dengan tegas menangani masalah kesehatan. kita laksanakan masih jauh dari yang
Bidang pelayanan kesehatan masyarakat disebutkan sebuah promosi kesehatan.
merupakan bidang pelayanan yang kerap (WHO,2006)
menggunakan pendekatan pemberdayaan Kementrian kesehatan menetapkan tujuan
dalam berbagai programnya. Penggunaan promosi kesehatan adalah masyarakat
pendekatan ini dinilai tepat bilamana mampu menolong dirinya sendiri untuk
pemberdayaan sebagai landasan program meningkatkan perilaku pencegahan dan
menunjukkan ketiga aspek pada diri pihak mengatasi masalah kesehatannya. Strategi
yang diberdayakan (klien) yaitu keterlibatan pencapaian tujuan dilakukan dengan 4
klien dalam membangun akal, pikiran dan strategi yaitu gerakan pemberdayaan, bina
ikhtiarnya sehingga klien dapat mengambil suasana, advokasi dan kemitraan yang
keputusan dan bertindak untuk dirinya. menyasar individu, keluarga, masyarakat dan
Dalam banyak masalah kesehatan khususnya faktor lingkungan (budaya, sosial ekonomi,
yang disebabkan oleh perilaku atau gaya struktur kebijakan kesehatan).
hidup pendekatan pemberdayaan dinilai
sangat tepat(Funnell & Anderson, 2005) oleh Hal yang perlu dilakukan
karena pemberdayaan mampu meningkatkan Mengacu pada Ottawa Charter dan strategi
efikasi diri dalam mengubah perilaku yang yang dikeluarkan oleh kementrian kesehatan
menetap dan mandiri. Belajar dari studi (2011) maka penguatan layanan luar gedung
banding di Thailand diperoleh bahwa hal ini haruslah mengacu pada prinsip-prinsip
sudah disadari sejak lima tahun yang lalu pemberdayaan masyarakat, bina suasana,
dengan mulai fokus pada layanan luar gedung advokasi dan kemitraan dengan tujuan untuk
yakni dengan upaya upaya pemberdayaan pemberdayaan masyarakat agar dapat
masyarakat melalui program capacity mempertahankan dan meningkatkan
building dengan tujuan agar masyarakat mau kesehatannya. Agar upaya ini dapat dilakukan
merubah perilakunya. dengan terukur, maka perlu untuk melakukan
Dalam menjalankan upaya penguatan dalam tujuh tahap yaitu : 1) Perumusan
pelayanan luar gedung, ada baiknya kita Destiny dari layanan luar gedung, apa yang
mengacu pada Ottawa Charter yang telah ingin kita capai dalam jangka panjang dan
dicanangkan sejak 1986 yang menyebutkan jangka pendek Adalah perlu untuk
bahwa promosi kesehatan adalam sebuah menentukan destiny apa yang ingin dicapai
proses untuk memampukan masyarakat dan haruslah dilakukan secara bersama oleh
mempertahankan dan meningkatkan semua stakeholder baik dari dinas kesehatan
kesehatannyanya. Hal ini dilaksanakan dan lintas sektoral agar mempunyai
dengan menjalankan lima aspek yaitu pemahaman yang serupa. Destiny sebaiknya
advokasi (enable Mediate Advocate), bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
menciptakan lingkungan yang mendukung agar mampu mencegah dan mengatasi masalah
(Create supportive environment), kesehatannya secara mandiri; 2) Perumusan
penguatan aksi masyakat dan mengembakan rencana strategis untuk mencapai destiny.
kemampuan personal (strengthen Rencana strategis sebaiknya mengacu pada
community action & develop personal strategi promosi kesehatan yang meliputi
skill), reorientasi layanan kesehatan (reorient gerakan pemberdayaan, bina suasana,
health service) dan membagun kebijakan advokasi dan kemitraan dengan fokus pada
publik yang sehat (build healty public individu, kelompok dan masyarakat; 3)
policy). Mengacu pada Ottawa Charter, Penyusunan rencanan operasional dari renstra
kita kemudian menyadari bahwa layanan luar tersebut. Penyusunan rencana operasional ini
gedung (atau upaya promosi kesehatan) yang dapat mengacu pada indikator PHBS dan
66
IK Suardana (Revitaliasi Pelayanan Kesehatan...)

pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan implementasi kegiatan kegiatan yang


Belanja Daerah (APBD), dana Biaya direncakanan dan penciptaan situasi yang
Operacional Kegiatan (BOK) dan sumber kondusif bagi penyelengaraan kegiatan.
dana lainnya secara maksimal. Dalam Sebagaimana di Thailand, evidence sangatlah
rencana operasional ini perlu dirumuskan penting dalam upaya kesehatan masyarakat.
indikator pencapain program beserta rencana Dalam penguatan pelayanan luar gedung ini
monitoring dan evaluasi program. yang jelas perlu juga untuk melakukan menguatkan
dalam rencana jangka pendek, menengah dan sistem surveillance dan penguatan sistem
panjang sangat perlu disusun; 4) Implementasi informasi kesehatan khususnya pemaksimalan
rencana jangka pendek, menengah dan peran folder keluarga sebagai data yang
panjang. Setelah tahap perencanaan, tahap dapat dipakai sebagai informasi untuk
selanjutnya adalah tahap pelaksanaan melakukan advokasi baik pengambil
kegiatan. Ini merupakan tahapan yang sangat keputusan maupun masyarakat. Petugas
krusial dari proses ini; 5) Monitoring dan kesehatan harus diberdayakan untuk dapat
bimbingan teknis. Agar kegiatan ini menjadi melaksanakan pengumpulan data dan perlu
sebuah kegiatan rutin tentunya perlu ada penyediaan komputer yang membantu
monitoring dan bimbingan teknis dari dinas petugas merekap dan mengolah data. Untuk
kesehatan serta agar kegiatan ini menjadi meningkatkan kepekaan dan ketrampilan
sebuah kegiatan adalah perlu untuk petugas terhadap perlunya dan manfaat dari
melakukan monitoring yang rutin dari Dinas folder keluarga ini, adalah sangat perlu untuk
Kesehatan dan juga perlu agar ada format melakukan pelatihan pengumpulan data dan
yang baku dan terintegrasi dalam sistem pemahaman mengapa data dalam folder
pelaporan puskesmas yang dilaporkan secara keluarga diperlukan.
runtin perbulannya; 6) Evaluasi. Penetapan
target capaian dari program yang ditangani Strategi Route Map (SRM)
akan diketahui efektifitas dan efisiensinya Strategi Route Map (SRM) merupakan salah
dengan melakukan penilaian terhadap para satu bentuk jawaban yang telah sukses
pelaksana dan pemamngku kepentingan. membangun kesehatan masyarakat di
Kegiatan ini bisa dilakukan secara peiodik Thailand. Nasional Health Security Office
atau dalam bentuk jenjang jangka pendek, (NHSO) sebagai lembaga yang memberi
menengah dan jangka panjang; dan 7) masukan dan mengontrol sumber dana yang
Replanning. Pada kenyataannya tidak semua mendukung pelaksanaan pelayanan
kegiatan akan berhasil dicapai dan tidak serta kesehatan. Lembaga ini menyusun skema
merta akan diganti tetapi dapat dilakukan pendanaan yang jelas tentang pelayanan
modifikasi. Kontinuitas dari pelayanan yang kesehatan yang didukung oleh pemerintah
diberikan dan perkembangan strategi local seperti pemerintahan Tambon.
pendekatan dengan tetap melibatkan peran Membutuhkan waktu yang cukup lama
serta masyarakat sesuai dengan sumber- melakukan suatu revolusi pelayanan
sumber yang ada. kesehatan. Ada tiga pilar yang digunakan
Ketujuh langkah diatas haruslah dirumuskan untuk melakukan inovasi (NHSO, 2011) yaitu:
secara bersama sama oleh seluruh 1) Pengorganisasian (organization):
stakeholder yang meliputi dari dinas kejelasan perencanaan dan bentuk kegiatan;
kesehatan dan lintas sektor yang berhubungan 2) Sumber daya pendukung (manpower); 3)
dengan kesehatan. Pihak Dinas Kesehatan Sumber dana yang mem back up (financing
bertugas sebagai penyelenggara berperan scheme). SRM yang disusun bersama
sebagai konsultan untuk capacity building masyarakat local bersama petugas
dan SKPD lintas sektor menjadi mitra dalam puskesamas dan Dinas Kesehatan Provinsi
67
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 65 - 69

diaplikasikan dalam menangani masalah data anggota keluarga beserta genogramnya.


kesehatan. Contoh kegiatan yang berhasil Disamping bentuknya yang menarik, setiap
adalah pencegahan penyakit demam anggota kelurga yang memiliki masalah
berdarah dan mengatasi obesitas pada anak kesehatan khusus seperti ibu hamil, anak
sekolah di Phuket. Kedua upaya ini dengan gizi kurang, TBC, Lanjut usia , dll
menggunakan prinsip akademik yaitu health memiliki data khusus dan dilengkapai dengan
impact assessment dan participatory catatan perkembangan kesehatan pasien.
action research. Dokumen yang dimiliki kader adalah: peta
daftar keluarga yang menjadi tanggung
Peran Lembaga Pendidikan jawabnya, program kerja setiap kader dengan
Dalam diskusi dengan pengelola program kriteria hasil yang jelas untuk dicapai. Setiap
Magister PHC di Universitas Mahidol juga kader memiliki spesifikasi bidang garapan
bisa dipetik bahwa Universitas punya peranan tetapi dalam penanganan masalah yang
besar dalam mendukung SRM melalui dihadapi masyarakat, para kader menangani
menyelenggarakan praktek ke lokasi yang seluruh masalah yang dihadapi masyarakat.
menjadi pelaksanaan proyek. Ke depan pola Keberhasilan mempertahankan komitmen
ini juga bisa diaplikasikan di lembaga masyarakat sebagai kader adalah kredibilitas,
pendidikan kesehatan untuk dijadikan dasar rasa hormat dan pengaruh ajaran agama yang
melakukan pengabdian pada masyarakat di dianut umatnya. Dalam menerapkan
wilayah dampingannya. revitalisasi pelayanan kesehatan dasar di
Informasi ini sangat penting untuk merubah wilayah dampingan nanti sangat penting
pola pikir dari dosen pengampu mata kuliah mencari tokoh yang bida dijadikan panutan.
dan mahasiswa dalam menerapkan praktek Beberapa bentuk budaya tradisional yang ada
keperawatan komunitas. Melalui 11 modul di Bali perlu dibangkitkan lagi seperti adanya
yang telah diberikan dari Kementerian lumbung kopi, pengaktivan sekeha-sekeha
Kesehatan Masyarakat Thailand dapat yang telah ada (gong, tari, ternak, subak
dijadikan dasar untuk merevisi kurikulum abian, dll). Pembekalan materi deteksi awal
pendidikan keperawatan. Modul tersebut juga kelainan merupakan topik yang berlu
dapat dijadikan acuan dalam memberikan ditransfer ke kader/masyarakat seperti
pelatihan kepada masyarakat (kader). ketrampilan mengukur tekanan darah,
Informasi ini juga dapat diusulkan ke Unit mengukur suhu tubuh, mendeteksi bahan/obat/
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat makanan yang berbahaya bagi kesehatan,
(UPPM). cara menguji kadar gula dalam minuman.
Dalam pemberian pelayanan di tingkat
Peran perawat dalam mengorganisir
puskesmas telah terjadi perubahan paradigma
masyarakat dalam melaksanakan
masyarakat Thailand dari dilayani menjadi
SRM
melayani. Konsep ini perlu diaplikasikan di
Langkah awal yang dilakukan perawat Bali mulai dari merubah pola pikir mahasiswa,
adalah menjajagi para voluntir (kader) yang dosen, pemerintah daerah dan masyarakat.
mempunyai komitmen dan pengaruh pada Upaya ini dapat dilakukan melalui kegiatan
anggota masyarakat. Mereka diperoleh dari desiminasi, seminar atau workshop. Hal yang
lembaga sosial yang ada seperti: kelompok menarik juga telah berjalan di Thailand adalah
pelajar, kelompok lanjut usia, kelompok tani, adanya konsep Home Ward . Konsep ini
kelompok seminat lainnya. sangat baik diaplikasikan dan pengambil
Peran perawat adalah melengkapi data dasar kebijakan di Bali mulai memikirkan bahwa
kesehatan keluarga. Hal menarik yang terlihat strategi peningkatan kesehatan masyarakat
dalam family folder adalah diawali dengan tidak harus selalu diberikan di Puskesmas dan
68
IK Suardana (Revitaliasi Pelayanan Kesehatan...)

RS tetapi lebih banyak pelayanan di rumah. Daftar Pustaka


Ke depan dengan adanya SMK 1. Funnell, M. M. & Anderson, R. M.
Keperawatan dapat dijadikan tenaga :Patient empowerment: A look back,a
pembantu untuk menggerakkan masyarakat look ahead, The Diabetes Educator,
dibawah koordinasi seorang Ners atau lulusan New York; 2003.
Diploma Keperawatan. 2. World Health Organization; Health
Sistem rujukan yang telah diterapkan di promotion glossary, Geneva; 2006.
Thailand sangat baik dengan penapisan yang 3. World Health Organization; The
jelas dari Puskesmas, RS regional dan unit Ottawa Charter for Health promotion,
ambulance yang ditempatkan pada beberapa Geneva; 2011.[accessed 11 Jan
tempat. Perawat di RS telah jelas 2008]. Available from: http://
melaksanakan peran dengan jelas. Bentuk www.who.int/healthpromotion/
pelayanannya lebih banyak berfokus pada conferences/previous/ottawa/en/
pemenuhan kebutuhan dasar. Jumlah keluarga 4. Pusat Promosi Kesehatan; Laporan
yang menunggu pasien tidak banyak. Sistem Kerja 1 Tahun, Kemenkes , Jakarta;
dokumentasi asuhan keperawatan sama 2011.
dengan yang diaplikasikan di Bali. 5. Direktorat Jendral Pelayanan Medik;
Kesimpulan dan Saran Pedoman Perawatan Kesehatan di
Rumah, Depkes, Jakarta; 2002.
Pemberdayaan merupakan upaya 6. Nasional Health Security Office
membangun akal, pikiran dalam diri seseorang (NHSO); Critical Success Factors in
sehingga orang tersebut mampu mengambil PHC Development, Thailand; 2011
keputusan dan bertindak untuk dirinya sendiri.
Kemampuan yang terbangun ditandai akan
kesadaran untuk suatu perubahan, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang cukup
serta percaya diri untuk bertindak. Kehadiran
perawat sebagai provider, motivator,
kolaborator dan fasilitatator yang terlatih dan
berpengetahuan luas serta memiliki sikap
empati, responsif terhadap kebutuhan klien,
sabar, bersahabat dan tidak menjaga jarak
penting diaktifkan kembali. Peran lembaga
pendidikan dan sektor terkait perlu dibina
sehingga terusun suatu model yang mampu
membangkitkan peran serta masyarakat.
Upaya penguatan pelayanan luar gedung
hendaknya direncakana secara matang
dengan mempertimbangkan sumber daya
yang ada. Dalam pelaksanaannya perlu
kemitraan yang kuat antara Dinas Kesehatan
dan lintas sektoral lainnya.

69
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DENGAN PENGGUNAAN ALAT PARA SANGGING BERDASARKAN
KARAKTERISTIK PARA SANGGING DI PROVINSI BALI 2010

S. A Putri Dwiastuti1, I G A A Pt. Swastini2, MM Nahak3

Abstract. Cutting teeth ceremony is a religious ritual that must undergo by every
Hindu people but most especially by those who are entering teenage year. This
teaching consists of values education and knowledge which is needed as the person
grows up to the level of teen age year as an instrument in the development phase of
a child (Arwati, 2006). It is believed that through the cutting of teeth ceremony the
three elements of Hindu religion are united, namely: tradition, culture and religion.
On the moment of cutting ceremony, the teeth that are being cut are six teeth which
is located in the front upper jaw. According to Widayanti (2010), from the 85
respondent who have complain after experiencing the teeth being cut, all of them
had given more than one complain and about 30.58% was experiencing three
complains, and only 2.35% was experiencing six complains, hence. This research
would like to know the relationship of the knowledge degree of sangging about
healthy teeth and mouth with the utilizing the tools based on the characteristic
sangging in the Province of Bali 2010. This research used descriptive method with
cross sectional design. The research population is covering the whole sangging are
in Bali. The data gathered will be analyzed by using the univariate statistic namely:
frequency, mean and to know the correlation between two variables used Rank
Spearman Correlation test. The result of this research has shown that the degree of
knowledge about teeth and mouth health is very varied. The average of the knowledge
degree is in enough criteria. The relation between the knowledge degree of teeth and
mouth health with utilizing sangging’s tools by using the Rank Spearman Correlation
test has shown that: there is a significant relationship.
Keywords: sangging, degree of knowledge about teeth and mouth health, utilizing
sangging’s tools

Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang Ajaran ini mengandung nilai-nilai pendidikan
mempunyai banyak fungsi yaitu: fungsi estetik, budi pekerti yang sedang dibutuhkan pada
fonetik dan mastikasi. Fungsi gigi berbeda- masa remaja sebagai sarana dalam
beda sesuai dengan anatominya. Anatomi gigi pembentukan kepribadian anak
dapat berubah oleh karena beberapa sebab, (Arwati,2006). Upacara potong gigi ini
antara lain oleh karena proses karies, fraktur merupakan bersatunya tiga unsur yaitu unsur
akibat benturan dengan benda keras atau adat, budaya dan agama. Saat upacara potong
trauma akibat potong gigi (mesangih) gigi, gigi yang dipotong adalah enam gigi di
(Nuryani, 1997). rahang atas yang dilakukan oleh seorang yang
Menurut ajaran agama Hindu, upacara mempunyai profesi sebagai sangging.
potong gigi adalah merupakan ritual Sangging adalah profesi yang diterima secara
keagamaan yang harus dilaksanakan turun temurun, tanpa pelatihan, sampai saat
khususnya bagi umat Hindu yang telah ini tanpa pantauan dari persatuan umat PHDI.
menginjak masa remaja. Bali sangat kental dengan budaya, dan
1,2,3 Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar
70
SAP Dwiastuti, IGAAP Swatini, MM Nahak (Hubungan Tingkat Pengetahuan...)

upacaranya, yang membuat Bali terkenal di dengan jumlah soal sebanyak 15 pertanyaan,
mancan negara. Sesuatu yang dapat dan jawaban langsung disilang pada lembaran
dibanggakan, selain dapat menunjang soal. Ketepatan penggunaan alat para
pendapatan daerah. Salah satu upacara yang sangging dilakukan wawancara dan
sangat unik adalah potong gigi, jadi observasi dengan panduan wawancara dan
kelangsungan dan kelestariannya perlu memberikan panthoom kepada responden
diperhatikan. Saat ini perekonomian dan untuk memperagakan penggunaan alat – alat
intelektual masyarakat semakin meningkat, potong gigi yang dimiliki oleh responden
ada kemungkinan kebudayaan ini hilang hanya Data yang telah terkumpul selanjutnya
karena orang Bali ingin potong gigi sehat, dianalisis secara statistic univariate yaitu:
sedangkan potong gigi oleh sangging frekuensi dan persentasi. Sedangkan untuk
menimbulkan keluhan. Di beberapa daerah menganalisis hubungan antara tingkat
sudah ada masyarakat datang ke dokter gigi pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
untuk melangsungkan potong gigi. Menurut dengan penggunaan alat oleh para sangging
Widayanti (2010), dari 85 responden yang dilakukan dengan uji Rank Spearman
mengalami keluhan setelah potong gigi Correlation.
tesebut, semuanya mengalami lebih dari satu
macam keluhan dan terbanyak (30,58%) Hasil Penelitian
mengalami tiga macam keluhan dan hanya dua Subyek penelitian diambil dari sangging di
orang (2,35%) yang mengalami enam macam Provinsi Bali dengan rincian dari Singaraja tiga
keluhan. Oleh karena itu peneliti ingin orang, Karangasem tiga orang, Bangli 10
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang, Denpasar 19 orang, Badung 12 orang,
tentang kesehatan gigi dan mulut dengan Tabanan 30 orang, Gianyar 20 orang,
penggunaan alat para sangging berdasarkan Klungkung tiga orang dan Negara 10 orang
karakteristik para sangging di Provinsi Bali dengan jumlah total 110 orang responden.
2010. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
data hubungan tingkat pengetahuan
Metode kesehatan gigi dan mulut dengan penggunaan
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bali dan alat para sangging berdasarkan karakteristik
dilaksanakan selama lima bulan yakni dari para sangging di Provinsi Bali 2010 sebagai
Juni sampai dengan Oktober 2010. Populasi berikut: tingkat pengetahuan tentang kesehatan
penelitian ini adalah seluruh sangging yang gigi dan mulut para sangging yang paling tinggi
ada di Bali, sampel penelitian ini dilakukan sangat baik adalah sangging dengan tingkat
dengan dua cara yaitu: pada seluruh sangging pendidikan S3 (100%), S1 paling banyak
yang ada di Provinsi Bali dilakukan dengan cukup 50%, D3 cukup 66,7%, D2 sangat
non proporsional sampling karena jumlah baik 33,3%, SLTA cukup 31,6%, SLTP
sangging di provinsi Bali tidak diketahui dan cukup dan gagal masing-masing 30,8%, SD
pengambilan sampel di setiap Kabupaten cukup 36,7%. Hal ini sesuai dengan
dilakukan dengan convenient sampling, pernyataan Meliono, Irmayanti, dkk (2007)
dengan jumlah sampel 110 orang. Jenis data bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
yang dikumpulkan adalah data primer. Data beberapa faktor diantaranya: Pendidikan:
tentang latar belakang pendidikan dan lama karena pendidikan adalah sebuah proses
menjadi sangging dilakukan dengan mengubah sikap dan tata laku seseorang atau
wawancara kemudian dicatat pada lembar kelompok dan juga usaha mendewasakan
wawancara. Untuk mendapatkan data tingkat manusia melalui upaya pengajaran dan
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pelatihan maka jelas dapat dikerucutkan visi
dilakukan dengan memberikan lembaran tes pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
71
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 70 - 73

Media: media yang secara khusus didesain


untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.
Jadi contoh dari media massa ini adalah
televisi, radio, koran, dan majalah.
Keterpaparan informasi: Pengertian informasi
menurut Oxfoord English Dictionary adalah
“ that of which one is apprised or told:
intelligence, news”. Kamus lain menyatakan
bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat
diketahui. Namun ada pula menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan.
Tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi
dan mulut para sangging berdasarkan lama
menjadi sangging, 0-10 tahun tingkat
pengetahuannya yang paling banyak adalah
Pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
cukup (34,4%), 11-20 tahun sangat baik(
sangat penting diketahui oleh para sangging
35%), 21-30 tahun cukup (46,7%), 31-40
karena gigi merupakan subyek yang
tahun cukup dan gagal sama- sama (37,5%)
diperlakukan, apabila seseorang
sedangkan yang lebih dari 50 tahun cukup
memperlakukan suatu subyek tapi orang itu
(100%). Data tersebut diatas sangat
tidak mengetahui bagaimana sifat, fungsi dan
bervariasi, lama menjadi sangging tidak
efek dari perlakuan tersebut maka dapat
menjamin tingkat pengetahuan tentang
dipastikan akan timbul masalah. Pada kasus
kesehatan gigi dan mulut. Menurut Meliono
ini rasa ngilu pada potong gigi bisa terjadi
dan Irmayanti, dkk (2007) untuk
karena pemotongan gigi melebihi lapisan/
meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan
struktur yang paling tebal namanya email yang
dengan melakukan tranfer ilmu /penyuluhuhan
tebalnya kira-kira dua milimeter, apabila
dan penyuluhan diberikan kepada semua
melebihi dari batasan tersebut pasti akan ngilu
sangging tanpa melihat lama menjadi
karena lapisan didalamnya lebih lembut dan
sangging.
ada serabut-serabut saraf didalamnya yang
Nilai rata-rata tingkat pengetahuan tentang
menyebabkan reaksi ngilu (Nuryani, 1997).
kesehatan gigi dan mulut sangging di Provinsi
Bisa juga terjadi kerena getaran saat potong
Bali 2010, diperoleh nilai rata-rata 65,34
gigi, yang mana gigi mempunyai jaringan yang
dengan katagori cukup. Salah satu yang dapat
menyangga sehingga gigi tersebut bisa kuat
dilakukan untuk meningkatkan tingkat
didalam mulut yang disebut jaringan
pengetahuan khususnya tentang kesehatan gigi
penyangga. Jaringan penyangga tersebut
dan mulut menurut Meliono, Irmayanti, dkk
terdiri dari serabut-serabut apabila
(2007) dapat didapatkan melalui informasi di
digerakkan terlalu keras serabut-serabut
media seperti koran, televisi, radio dan
tersebut bisa putus sehingga gigi tersebut bisa
keterpaparan informasi atau transfer
goyang atau berputar. Pada hasil pengamatan
pengetahuan melalui pelatihan.
peneliti terhadap sangging bagaimana posisi
Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
tangan beliau saat melakukan tugas beliau
kesehatan gigi dan mulut dengan penggunaan
potong gigi, dan didukung oleh foto-foto
alat para sangging di Provinsi Bali 2010
potong gigi di openlibrary.org/../upacara-
menunjukkan ada hubungan, yang sangat
potong-gigi, sangan bervariasi selain itu belum
lemah dengan nilai r 203, Ü=0,03 dengan
ada protap yang mengatur hal tersebut, inilah
tingkat kebermaknaan 0,05 (tabel 1)
yang yang memicu timbulnya masalah diatas.

72
SAP Dwiastuti, IGAAP Swatini, MM Nahak (Hubungan Tingkat Pengetahuan...)

Tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan nilai r 203 dan Ü= 0,03 dengan
dan mulut didapat dari hasil tes yang dijawab significancy 0,05
oleh para responden. Tes yang dipergunakan Melihat hasil di atas maka sangging sebagai
dianalisis setiap butir soal maka ditemukan insan yang mengemban tugas yang sangat
bahwa butir soal nomor 14 paling banyak mulia seyognyalah mau menambah wawasan
salah 73,6%, ini sangat sesuai kerena hal inilah untuk menimba ilmu dari media informasi (TV,
yang menyebabkan timbulnya masalah diatas radio, surat kabar) dan terbuka untuk
(gigi goyang, mutar bahkan bisa rontok). mengikuti pencerahan demi kelancaran tugas
Analisis butir soal tentang kemampuan para dan memaksimalkan hasil yang didapatkan
sangging ditemukan butir soal nomor empat dan meminimalkan keluhan yang terjadi.
paling banyak salah 68,2%, hal ini sangat Instansi kesehatan adalah instansi yang
sesuai karena pada butir tersebut ditanyakan bertanggung jawab akan status kesehatan di
saat dilakukan tindakan apa yang diasah wilayahanya, terdiri dari orang-orang yang
dipegang? Menurut Nuryani (1997) gigi paham akan kesehatan sehingga tidaklah
disangga oleh jaringan penyangga, yang mana berlebihan kalau mau membagikan ilmunya
jaringan tersebut terdiri dari serabut-serabut khususnya tentang kesehatan gigi dan mulut
yang halus apabila digerakkan terlalu keras kepada para sangging melalui tranfer ilmu
atau gerakannya tidak terkontrol serabut- pengetahuan (penyuluhan) baik secara
serabut tersebut bisa putus sehingga gigi perorangan maupun kelompok.Mengingat
goyang atau berputar bahkan bisa rontok. pentingnya upacara mesangih yang penuh
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan dengan makna spiritual, Parisada sabagai
yang menyebabkan hasil yang diharapkan wadah umat Hindu bisa membuat acuan atau
kurang maksimal seperti: jumlah populasi protap pelaksanaan potong gigi dan
tidak bisa didapat karena tidak ada data yang pencerahan pada para sangging yang
menunjang sehingga sampel kami memenuhi syarat kesehatan gigi sehingga hal-
menggunakan covinient jadi sangat lemah hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
untuk mewakili sampel. Dalam penelitian ini
tidak dapat dibuktikan tentang adanya Daftar Pustaka
keluhan post penggunaan alat sangging 1. Arwati, NM., S., 2006, Upacara
karena saat penelitian peneliti hanya Manusa Yadnya, Milik Perpustakaan
menggunakan model (phantoom). Daerah, Denpasar: t.p.
2. Kerta Yasa, 2008, Pinandita
Kesimpulan dan Saran Sangging, Surabaya: Paramita.
3. Meliono, Irmayanti, dkk., 2007,
Tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi
Pengetahuan, (online), avalable: “http:/
dan mulut sangging cukup (35,5%), /id.wikipedia.org/wiki/Pengetahua.
berdasarkan latar belakang tingkat 4. Notoatmodjo, S., 2002, Metodelogi
pendidikan sangging didapatkan tingkat Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
pendidikan S3 yang mempunyai tingkat Cipta.
pengetahuan sangat baik 100%. Tingkat 5. Nuryani, S., 1997, Anatomi / Fisiologi
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut Gigi, Surabaya: Akademi Kesehatan
berdasarkan lama menjadi sangging sangat Gigi.
bervariasi. Rata-rata tingkat pengetahuan 6. Pustaka Manik Geni, 2010, Upacara
tentang kesehatan gigi dan mulut adalah Manusa Yadnya, (online), avalible:
wwwbabadbali.com//../
cukup. Hubungan antara tingkat pengetahuan
mepandes.htm.
tentang kesehatan gigi dan mulut dengan
7. Sudarsana I.B. Putu, 2008, Makna
penggunaan alat para sangging dilakukan Upacara Potong Gigi, Bali: Panakon
menunjukkan ada hubungan, sangat lemah Publishing
73
PELATIHAN SENAM DINGKLIK DISERTAI DIET RENDAH ENERGI
MENURUNKAN BERAT BADAN PADA KEGEMUKAN

IW Juniarsana1, NM Dewantari2, NK Wiardani3

Abstract. The prevalence of overweight and obesity increased sharply every year
due to less of physical activities and food consumption pattern tends to high energy
and high fat. The prevalence of overweight and obesity for adult women about 26,9
% and for adult men about 16,3 % (Riskesdas, 2010). The study aims to know the
effect of dingklik aerobic with low energy diet towards for decreasing of body weight
for obesity women. The study was experimental design with randomized pre test-
post test control group design. Subject was women whose a member of PKK in
Denpasar city with criteria age was 30 – 50 years old, body mass index are 25 – 30.
The subject was divided into three group with randomized e.q Group I was given
step aerobic (dingklik aerobic) including low energy diet, Group II was given only
step aerobic (dingklik aerobic) and Group III was given only low energy diet.
According to bivariat analysis shows that body weight decrease significantly by
dingklik aerobic with law energy diet intervention (group I) and by dingklik aerobic
intervention (group II) (p<0,05), but there was no significant by low energy diet
without dingklik aerobic treatment (Group III) (p > 0,05). Analysis by one way
anova (within group) shows that all of treatment can decrease body weight significantly
but according LSD test shows that dingklik aerobic with low energy diet was the
most effectively way for decreasing body weight for obesity women.
Keywords : dingklik aerobic, low energy diet, body weight, body fat
Kemajuan teknologi dewasa ini memberikan Obesitas berdampak pada masalah
kemudahan dalam aktivitas kehidupan kesehatan, yaitu meningkatnya risiko berbagai
manusia. Akibatnya adalah menurunnya jenis penyakit seperti hipertensi, jantung dan
aktivitas fisik. Hal ini berarti makin sedikit stroke, diabetes melitus, osteoartritis, kanker,
energi yang digunakan dan makin banyak dan penyakit saluran pernafasan. Obesitas
energi yang ditimbun. Faktor diet dan pola juga menyebabkan masalah emosional dan
aktivitas fisik berpengaruh kuat terhadap psikologis seperti berkurangnya kepercayaan
keseimbangan energi dan dapat dikatakan diri karena penampilan fisik kurang menarik.
sebagai faktor utama yang dapat diubah selain Oleh karena berbagai masalah yang
faktor luar yang memicu pertambahan berat ditimbulkan, maka kegemukan atau obesitas
badan. Ada dua karakteristik yang berkaitan harus dicegah atau diatasi 2).
dengan peningkatan prevalensi gizi lebih yaitu Dasar terapi dan prevensi utama pada
diet tinggi lemak tinggi energi dan pola hidup kegemukan dan obesitas adalah
kurang gerak (sedentary life style). memperhatikan keseimbangan antara energi
Kondisi tersebut berkontribusi pada yang dikonsumsi dan energi yang
meningkatnya prevalensi kegemukan atau dipergunakan. Penurunan berat badan yang
obesitas. Berdasarkan data riset kesehatan paling berdaya guna adalah dengan
dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi obesitas pengurangan jumlah energi dan berolahraga3).
pada penduduk dewasa wanita 26,9% dan Defisit energi menentukan tingkat
pada laki-laki 16,3 % 1). pengurangan berat badan.
1,2,3 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar
74
IW Juniarsana, NM Dewantari, NK Wiardani (Pelatihan Senam Dingklik...)

Jika defisit 500 Kal perhari, maka akan Sebelum perlakukan diberikan pre test (O1,
mengurangi 0,5 kg berat badan setiap minggu. 03, 05) dan setelah perlakuan diberikan post
Defisit 1000 Kal perhari dapat mengurangi test (O 2, 0 4, 0 6), selanjutnya dihitung
berat badan 1 kg perminggu. Defisit perbedaan rerata antara post test dan pre tes
sebaiknya tidak terus melebihi 1000 Kal dari masing-masing kelompok dan
perhari. Jika defisit secara teratur melebihi dibandingkan secara statistik. Penelitian ini
1000 Kal maka akan terjadi kelelahan, dilaksanakan di kelurahan Kesiman selama 6
kelesuan, dan berkurangnya kekebalan minggu mulai Juli sampai September 2012
terhadap infeksi 4). Populasi penelitian adalah seluruh Ibu-ibu
Selain mengurangi konsumsi energi, PKK di Kota Denpasar. Sedangkan sampel
penurunan berat badan dapat dilakukan adalah sebagian populasi dengan kriteria
dengan melakukan pelatihan fisik inklusi ; bersedia sebagai sampel, sehat
(berolahraga) minimal selama 30 menit. berdasarkan pemeriksaan dokter, umur 30-
Olahraga yang efektif untuk penurunan berat 50 tahun, IMT 25–30, tidak punya riwayat
badan adalah olahraga senam aerobik dengan keturunan kegemukan, tidak sedang mengikuti
pembebanan dan gerakan yang mudah program pelatihan fisik yang teratur.
dilakukan. Salah satu senam aerobik yang Penentuan besar sampel menggunakan rumus
dilakukan dengan pembebanan adalah senam Pocock dengan konstanta á = 0,05 dan â =
dingklik atau step aerobic. Dipilihnya dingklik 0,2, maka diperoleh besar sampel pada
karena gerakannya tergolong low imfact masing-masing kelompok sebanyak 17 orang
sehingga tidak menimbulkan cedera pada sehingga secara keseluruhan sampel
penderita obesitas, pembakaran energi tinggi berjumlah 51 orang 8).
sama seperti gerakan high imfact sehingga Pengambilan sampel dilakukan dengan
dapat menurunkan berat badan, alatnya yang Multistage Random Sampling pada ibu-ibu
bersifat tradisional dan mudah dibuat sehingga PKK di Kelurahan Kesiman. Pemilihan
lebih efektif dan efisien. Berdasarkan uraian sampel secara acak sederhana dengan
di atas diajukan suatu kombinasi pelatihan memakai undian. Sampel terpilih
fisik senam dingklik atau step aerobic dengan dialokasikan menjadi tiga kelompok secara
diet rendah energi untuk menurunkan berat random. Kelompok I diberikan pelatihan
badan dan lemak tubuh pada kegemukan. senam dingklik disertai diet rendah energi,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelompok II diberikan pelatihan senam
pengaruh pelatihan senam dingklik disertai diet dingklik tanpa diet rendah energi dan
rendah energi terhadap penurunan berat kelompok III diberikan diet rendah energi
badan pada kegemukan. tanpa pelatihan senam.
Data yang dikumpulkan meliputi meliputi
Metode identitas sampel meliputi umur, pendidikan,
Penelitian tergolong penelitian eksperimental pekerjaan, berat badan (BB), tinggi badan
dengan rancangan randomized pre test-post (TB), dan IMT. Pengumpulan data berat
test control group design 5,6,7) . badan dilakukan pada tes awal sebelum
Pengelompokan subyek dilakukan secara dilakukan program senam dan tes akhir
random dalam tiga kelompok, yaitu: diberikan setelah program senam berakhir selama 6
pelatihan senam dingklik disertai diet rendah minggu sehingga diperoleh data perubahan
energi selama enam minggu; diberikan berat badan dan kecenderungan perubahan
pelatihan senam dingklik selama enam minggu berat badan. Data BB dikumpulkan dengan
tanpa diet rendah energi; dan diberikan diet timbangan injak, pengukuran TB dengan
rendah energi selama enam minggu tanpa mikrotoise.
pelatihan senam dingklik. Pelatihan senam dilakukan pada Kelompok
75
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 74 - 80

I yaitu pelatihan senam dingklik disertai diet Hasil dan Pembahasan


rendah energi, serta kelompok II mendapat
pelatihan senam dingklik tanpa diet rendah Karakteristik Sampel
energi. Pada kelompok II ditambahkan Jumlah sampel berdasarkan hasil perhitungan
pelatihan 1 kali repetisi gerakan inti sehingga dengan rumus Pocock, diperoleh sampel 51
menjadi 60 menit tiap kali latihan termasuk orang 8). Sedangkan selama penelitian
pemanasan dan pendinginan. Takaran berlangsung dalam kurun waktu 6 minggu,
pelatihan yaitu : intensitas pelatihan: sedang sebanyak 2 sampel yang mengalami drop out
(denyut nadi 120-150) atau irama 135 beat/ yang disebabkan karena 1 (satu) orang
menit, Durasi pelatihan: 40 menit (pemanasan menderita sakit dan 1 (satu ) orang lebih dari
5 menit, gerakan inti 30 menit dan pendinginan tiga kali tidak mengikuti pelatihan senam
5 menit), Frekuensi pelatihan: tiga kali karena kesibukan keluarga dan adat, sehingga
perminggu selama enam minggu dan diet jumlah keseluruhan sampel yang digunakan
rendah energi dilakukan setiap hari selama 6 dalam penelitian adalah 49 orang.
minggu. Pengumpulan data dilakukan oleh tim Distribusi sampel pada kelompok perlakuan
peneliti dibantu oleh tenaga enumerator yaitu yaitu : kelompok I dengan perlakuan pelatihan
mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar senam dingklik disertai diet rendah energi
yang telah mendapatkan pelatihan tentang berjumlah 16 orang, kelompok II dengan
cara pengumpulan data. Alat dan instrumen perlakuan pelatihan senam dingklik tanpa diet
penelitian meliputi form identitas sampel, rendah energi berjumlah 18 orang dan
timbangan injak merk TANITA dengan kelompok III dengan perlakuan diet rendah
ketelitian 0,1 kg, Mikrotoa dengan ketelitian energi tanpa pelatihan senam dingklik
0,1 cm, CD Senam Dingklik, Laptop, LCD, berjumlah 15 orang. Rata-rata umur sampel
Assman Psychrometer Model MR-58 44,16 tahun (SD = 5,43) dengan umur
buatan Jepang untuk mengukur suhu basah terendah 30 tahun dan tertinggi adalah 50
dan kering. tahun. Pekerjaan sampel sebagai karyawan
Data yang telah dikumpulkan ditabulasi dan swasta sebanyak 20 orang (40,82%)
dikelompokkan sesuai jenis data dan dianalisis sedangkan sebagian kecil sampel bekerja
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data sebagai pedagang dan wiraswasta masing-
identitas sampel ditabulasi dan disajikan masing 3 orang (6,12%). Tingkat pendidikan
secara deskriptif. Analisis data dilakukan sebagian besar sampel mengenyam
dengan analisis statistik univariat, bivariat pendidikan tingkat SLTA yaitu sebanyak 30
dan multivariate. Uji normalitas tiap (61,23%), tingkat pendidikan SLTP sebanyak
kelompok dengan Kolmogorov-Smirnov 10 orang (20,41%) dan tingkat pendidikan
Test, uji homogenitas varian antar kelompok perguruan tinggi sebanyak 9 orang (18,36%).
dengan Levene Test. Uji Paired t-test untuk Data karakteristik sampel menurut umur, berat
mengetahui penurunan berat badan pada badan, tinggi badan dan IMT dapat dilihat
masing-masing kelompok. Uji Anova (One pada tabel 1.
way) untuk mengetahui perbedaan rerata
berat badan sebelum dan sesudah perlakuan
pada ketiga kelompok. Uji Least Significant
Different (LSD) untuk mengetahui pelatihan
mana yang lebih baik untuk menurunkan berat
badan pada kegemukan.

76
IW Juniarsana, NM Dewantari, NK Wiardani (Pelatihan Senam Dingklik...)

Kecendrungan Perubahan Berat Berdasarkan hasil penimbangan berat badan


Badan terhadap ketiga kelompok sampel diperoleh
Perubahan berat badan merupakan indikator rata-rata penurunan berat badan yang dapat
yang bisa diamati dari adanya suatu tindakan dilihat pada tabel 2.
terhadap tubuh . Perubahan berat badan
yang mengarah berkurangnnya berat badan
merupakan tujuan pelaksanaan intervensi
latihan fisik senam dingklik disertai diet
rendah energi yang diberikan pada sampel.
Berdasarkan hasil pengukuran berat badan
terhadap kelompok sampel sebanyak tiga kali
yaitu sebelum dilaksanakan intervensi,
selama pelaksanaan intervensi dan pada akhir Hasil uji t-paired menunjukkan nilai p pada
pelaksanaan intervensi diperoleh rata-rata kelompok I = 0,00 (p < 0,05). Ini berarti
kencendrungan berat badan pada ke tiga ada perbedaan bermakna berat badan awal
kelompok tersaji pada gambar 1. dan akhir pada kelompok senam dingklik
disertai diet rendah energi. Pada kelompok
II , nilai p = 0,00 (p < 0,05), berarti ada
perbedaan berat badan awal dan akhir pada
kelompok senam dingklik tanpa disertai diet.
Pada kelompok III nilai p = 0,19 (p > 0,05),
berarti tidak ada perbedaan berat badan awal
dan akhir pada kelompok diet tanpa senam
dingklik. Hal ini berarti bahwa intervensi
Gambar 1 senam dingklik disertai dengan diet rendah
Kecenderungan perubahan berat badan energi memberikan hasil yang lebih baik
terhadap penurunan berat badan dibandingkan
Gambar 1menunjukkan kelompok I (senam
dengan hanya senam dingklik atau hanya
dingklik disertai diet rendah energi)
dengan diet rendah energi.
penurunan berat badannya cukup tajam
Pada gambar 1 terlihat bahwa pada
terutama BB I dan BB II, sedangkan
kelompok intervensi diet rendah kalori tanpa
kelompok II ( senam dingklik tanpa diet
senam dingklik menunjukkan penurunan
rendah energi) menunjukkan penurunan yang
berat badan yang tidak konsisten yaitu
konsisten. Namun pada kelompok diet
penimbangan BBIII cenderung meningkat
rendah kalori tanpa senam dingklik
walaupun secara global dari BB I sampai BB
menunjukkan penurunan yang tidak konsisten
III terjadi penurunan. Adanya peningkatan
karena ada peningkatan rata-rata berat badan
berat badan di akhir penelitian hal ini yang
pada pengukuran BB III.
menyebabkan penurunan berat badan pada
Perubahan atau Penurunan Berat kelompok III tidak bermakna secara
Badan signifikan.
Untuk mengetahui perubahan berat badan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sampel selama 6 minggu perlakuan diperoleh pemberian intervensi berupa senam dingklik
dengan cara mencari selisih hasil pengukuran disertai dengan diet energi rendah mampu
pertama sebelum intervensi (BB Awal) dan menurunkan berat badan pada subyek
pengukuran berat badan setelah intervensi secara signifikan dengan besarnya
(BB Akhir). penurunan rata –rata 1.63 kg.

77
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 74 - 80

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang Mengkonsumsi energi lebih banyak daripada
menyatakan bahwa pemberian latihan yang dapat dibakar merupakan pemicu
fisik disertai dengan diet rendah energi penambahan berat badan.
merupakan cara yang paling efektif dalam Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan
menurunkan berat badan dan lemak tubuh energi pada ketiga kelompok perlakuan dan
pada orang yang kegemukan 9). berdasarkan hasil penilaian rata-rata
Penelitian Layman, menunjukkan pemberian konsumsi makanan dari diet rendah kalori
diet tinggi protein, rendah karbohidrat yang diberikan khususnya pada kelompok I
kombinasi pelatihan fisik mengakibatkan dan III dapat dilihat pada tabel 3.
penurunan berat badan lebih besar
dibandingkan dengan kelompok hanya
dengan diet atau latihan fisik saja 10). Hasil
penelitian Anas tahun 2010, menunjukkan
bahwa intervensi diet dan olahraga selama 8
minggu mampu menurunkan indeks masa
tubuh secara signifikan ( 0.6 kg/m2) tetapi
belum mampu menurunkan lemak tubuh 11).
Penelitian Ross, yang dikutip Sharkey, Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa
terhadap wanita gemuk mengkonfirmasikan kelompok I dan III, dengan pengurangan
keunggulan diet dan pelatihan untuk pada rata-rata konsumsi sebesar 500 kalori
mengurangi jaringan lemak jika dibandingkan dari jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari,
dengan diet saja 4). Penurunan berat badan konsumsi energi masih melebihi dari anjuran
yang paling berdaya guna adalah dengan diet rendah kalori dan menunjukkan berbeda
pengurangan jumlah energi dan berolahraga3). bermakna. Dengan perbedaan ini sebenarnya
penurunan berat badan lebih besar tidak sesuai dengan anjuran diet rendah kalori
dibandingkan dengan kelompok hanya yang dijalankan, begitu juga pada kelompok
dengan diet atau latihan fisik saja 10). Hasil III sehingga penurunan berat badan tidak
penelitian Anas tahun 2010, menunjukkan sesuai target yang ditetapkan. Berarti
bahwa intervensi diet dan olahraga selama 8 penurunan berat badan lebih dominan dari
minggu mampu menurunkan indeks masa senam yang dijalankan terutama pada
tubuh secara signifikan ( 0.6 kg/m2) tetapi kelompok I. Hasil uji t-paired pada kelompok
belum mampu menurunkan lemak tubuh 11). I menunjukkan nilai p pada konsumsi rendah
Penelitian Ross, yang dikutip Sharkey, energi dan lemak masing-masing p=0,018 dan
terhadap wanita gemuk mengkonfirmasikan p=0,00 (p < 0,05). Begitu juga kelompok
keunggulan diet dan pelatihan untuk III yang menunjukkan konsumsi energy
mengurangi jaringan lemak jika dibandingkan berbeda bermakna yaitu masing-masing p =
dengan diet saja 4). Penurunan berat badan 0,001 dan 0,000.
yang paling berdaya guna adalah dengan Perlakuan kelompok II menunjukkan
pengurangan jumlah energi dan berolahraga3). perbedaan bermakna pada konsumsi energi
dan lemak terhadap kebutuhannya, hasil uji
Konsumsi Energi
t-paired menunjukkan nilai p=0,00 (p < 0,05)
Faktor konsumsi makanan memberi andil pada konsumsi energi dan p=0.003(p < 0,05)
yang besar terhadap terjadinya kegemukan. pada konsumsi lemak dibandingkan dengan
Pola makan yang tinggi energi dan lemak kebutuhannya. Walaupun pada kelompok II
menyebabkan keseimbangan energi postif tidak diberikan patokan diet rendah energi
(terjadi penimbunan energi dalam bentuk 1500 Kal namun konsumsinya sesuai dengan
lemak). diit rendah energi 1500 Kal.
78
IW Juniarsana, NM Dewantari, NK Wiardani (Pelatihan Senam Dingklik...)

Perbedaan berat badan ketiga Peserta bisa saling sharing bersama dan aktif
kelompok perlakuan bertanya mengenai konsumsi makanan yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dikonsumsi sehari-hari, hal ini terlihat dari
pemberian intervensi pada kelompok sampel konsumsi energi dibawah 1500 Kkal,
terhadap penurunan berat badan pada walaupun tidak diberikan intervensi diet pada
kegemukan menunjukkan perbedaan yang kelompok ini.
signifikan dengan nilai F = 8,193 dan nilai p = Pada kelompok III yaitu kelompok diet
0,01 (<0,05). Setelah dilakukan analisis rendah energi tanpa senam dingklik
lanjutan dengan menggunakan uji LSD untuk menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna
mengetahui intervensi yang paling dominan penurunan berat badan pada awal dan akhir
pengaruhnya terhadap penurunan berat badan penelitian. Hal ini berbeda dengan penelitian
diperoleh hasil perbedaan yang signifikan Alrasyid, yang meneliti tentang pengaruh
pada kelompok I dengan kelompok II dan modifikasi diet rendah kalori terhadap
III (p=0,000 <0,05). Hal ini berarti bahwa terhadap penurunan BB dan lingkar
intervensi senam dingklik disertai dengan diet pinggang pada 40 wanita obesitas dewasa
rendah energi memberikan hasil yang lebih pre menapouse menunjukkan bahwa
baik terhadap penurunan berat badan keseluruhan parameter antropometri (berat
dibandingkan dengan hanya senam dingklik badan, lingkar pinggang) menurun secara
atau hanya dengan diet rendah energi. bermakna sebagai pengaruh perlakuan diet
Latihan fisik diketahui berperan penting untuk rendah kalori dan rendah indeks glikemik 13).
mencegah obesitas dan memegang peranan Dalam rangka pemberian diet saja perlu
terhadap distribusi lemak tubuh. Aktivitas dan diupayakan modifikasi diet yaitu diet rendah
latihan fisik yang memadai dapat menurunkan kalori dan rendah indeks glikemiks baik
persentasi lemak tubuh yang selanjutnya dengan atau tanpa penambahan tempe
dapat mengurangi risiko menderita obesitas kedelai. Dalam hal ini aktivitas fisik merupakan
dan penyakit kardiovaskuler. Melakukan faktor yang dapat dikontrol. Perbedaan ini
pelatihan senam aerobik (dingklik) seperti kemungkinan disebabkan karena peneliti tidak
pada intervensi pada kelompok II adalah cara dapat mengontrol konsumsi makanan sampel
untuk membakar lemak sambil memperbaiki penelitian secara terus menerus. Hal ini terlihat
kekencangan otot, dan dengan latihan dari konsumsi energi yang melebihi patokan
intensitas sedang, tetapi pelatihan berlangsung diet rendah kalori (1500 Kkal). Disamping
lama selama 30 menit 11). Mengikuti pelatihan itu pada kelompok ini tidak ada pertemuan
senam aerobik akan membantu menghindari secara rutin antara kelompok seperti pada
tubuh menjadi gemuk. Bila senam aerobik pada kelompok I dan II.
dilakukan selama 35 – 50 menit akan Hasil analisis varian (Anova) menunjukkan
membakar energi sebesar 100 – 130 Kkal perbedaan yang signifikan pada penurunan
12)
. Senam aerobik seperti senam dingklik berat badan dan lemak tubuh pada ketiga
dengan intensitas low impact high energy perlakuan dan pelatihan senam dingklik paling
sangat efektif bagi wanita yang ingin efektif dalam menurunkan berat badan dan
menurunkan berat badan apabila lemak tubuh pada kegemukan.
dilaksanakan secara rutin dan kontinyu 4). Menurut Layman, pemberian diet tinggi
Penurunan berat badan secara signifikan pada protein, rendah karbohidrat kombinasi
kelompok senam dingklik tanpa disertai diet pelatihan fisik mengakibatkan penurunan berat
rendah kalori juga disebabkan karena adanya badan lebih besar dibandingkan dengan
motivasi yang kuat dari peserta untuk kelompok diet tinggi karbohidrat, rendah
menurunkan berat badan saat pertemuan rutin protein dan pelatihan fisik. Program pelatihan
senam secara bersama-sama 3 kali seminggu. fisik dapat menurunkan lemak tubuh 10).
79
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 74 - 80

Kesimpulan dan Saran 3. Dinata,M. 2004. Padat Berisi dengan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan Aerobik. Jakarta: Cerdas Jaya.
senam dingklik disertai diet rendah energi 4. Sharkey,B.J. 2003. Kebugaran &
dapat menurunkan berat badan secara Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo
bermakna pada kegemukan (+ 1,039 SD) Persada. P
selama enam minggu. Pelatihan senam dingklik 5. Campbell, D.T., and J.C. Stanley.
tanpa diet rendah energi dapat menurunkan 1963. Experimental and Quasi-
berat badan secara bermakna pada Experimental Designs for Research.
kegemukan ( + 0,89 SD) selama enam USA: Houghton Mifflin Company.
minggu. Perlakuan diet rendah energi tanpa 6. Nasir , M. 2005, Metode Penelitian,
senam dingklik tidak dapat menurunkan berat Bogor ; Ghalia Indonesia
badan dan lemak tubuh secara signifikan. Hasil 7. Suryabrata, S. 2006, Metodelogi
analisis varian (Anova) menunjukkan Penelitian : PT Rajagrafinda Persada
perbedaan yang signifikan pada penurunan 8. Pocock,S.J. 1986. Clinical Trials, A
berat badan pada ketiga perlakuan dan Practical Approach. New York: A
pelatihan senam dingklik disertai diet rendah Willey Medical Publication.
energi paling efektif dalam menurunkan berat 9. Rimbawan dan Siagian. 2004, Indek
badan pada kegemukan. Glikemik Pangan, Jakarta : Penebar
Menurunkan berat badan pada kegemukan Swadaya
dianjurkan untuk melakukan latihan fisik 10. Layman , D.K. Ellen Evan, Jamie I.
sesuai dengan intensitas, durasi dan frekuensi baum, Jenifer Seyler, Dona J. Erickson
dan disertai dengan diet rendah energi secara and Richard A Boileau, 2005. Dietary
teratur. Perlu sosialisasi tentang pentingnya protein and Exercise Have Additive
latihan fisik dan diet rendah energi, khususnya Efect5 on Body Composition during
untuk latihan fisik dianjurkan untuk Weight lose in adults Women (cited,
menggunakan alat-alat tradisional seperti 2007 January 5. Available from : http:/
dingklik. Kepada ibu-ibu yang mengalami www. nutrition
kegemukan dalam melakukan diet rendah 11. Sumosardjuno. S, 2006, SEhat dan
energi dilakukan secara disiplin sesuai dengan bugar Petunjuk praktis berolahraga
prinsip 3 J (Jadual, Jumlah, Jenis) dari yang benar ; Jakarta : PT Gramedia
makanan yang dikonsumsi sehingga Pustaka Utama
mendapatkan penurunan berat badan yang 12. Brick, L. 2001. Bugar dengan Senam
optimal. Aerobik. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Daftar Pustaka 13. Alrasyid, Harun . Pengaruh Modifikasi
1. Depkes RI.2010, Riset Kesehatan Diet Rendah Kalori Terhadap Berat
Dasar. Jakarta : Depkes RI. Badan dan Lingkar Pinggang Wanita
2. Insel,P., R.E.Turner and D.Ross.2002. Obesitas Dewasa. Majalah
Nutrition. Canada: Jones and Bartlett Kedokteran Nusantara Volume
Publishers,Inc. 40.?No. 4 Desember 2007

80
HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN IBU HAMIL DENGAN UKURAN
ANTROPOMETRI BAYI SAAT LAHIRDI DAERAH PENAMBANGAN EMAS
DAN BUKAN DAERAH PENAMBANGAN

Yenny Moviana¹ dan Indro Pamudjo²

Abstract. Using mercury (Hg) in process of separating gold in traditional gold mining
through amalgamationwill result in mercury wastes that pollute river, groundwater
and soil. Mercury will be exploited by plant roots and accumulate in fruits and
leaves,while mercury in river accumulate in the body of fish. Pregnant mothers who
consume food derived from the mine, will indirectly consume mercury and could
affect their babies’s birth antropometric. This study aimed to identify the relationship
of food consumption of pregnant mother in the gold mining and non gold mining
areas with the birth anthropometric.Subjects were nursing mothers who lived in
gold mining areas in Cineam District,Tasikmalaya regency. Food consumption of
nursing mothers were collected by Semi Quantitative Food Frequency, whereas
mercury in food obtained by Atomic Absorption Spectrophotometer method (AAS).
The average mercury content in some foodstuffs ranged from 0,01572ppm –
0,31086ppm, the average daily intake of mercury is 25,81µg. T test analysis showed
a significant birth weight differences between mining and non mining areas
(p=0,002),but not for birth length (p=0,073). Spearman test showed no correlation
between the consumption of food (intake of mercury) with the birth weight (p =
0,088).
Keywords : mercury, food consumption, anthropometry
Merkuri atau air raksa (Hg) adalah salah satu organik, dan anorganik. Limbah logam
jenis logamberat yang biasa digunakan pada merkuri bagi lingkungan tidak terlalu
proses pemisahan emas dengan unsur logam berbahaya, tetapi pada lingkungan yang
ikutan lainnya, terutama pada kegiatan berkadar asam tinggi, logam merkuri dapat
pertambangan emas tradisional yang berubah menjadi senyawa metilmerkuri.
mengolah bijih emas melalui proses Merkuri anorganik dalam sedimen di dasar
amalgamasi menggunakan merkuri (Hg) laut dan sungai akan diubah oleh
sebagai media untuk mengikat emas¹. mikroorganisme menjadi senyawa organik
Penggunaan merkuri dalam waktu lama dan metilmerkuri. Pembuangan limbah merkuri ke
meluas terutama bila dikaitkan dengan praktik daerah aliran juga memberikan efek negatif,
pertambangan emas di berbagai daerah, akan ion merkuri yang berikatan dengan ion organik
menimbulkan gangguan kesehatan hingga akan menghasilkan metilmerkuri².
kematian dalam jumlah besar karena Metilmerkuri akan diserap dan dibawa
penggunaan dan pembuangannya yang tidak bakteri ke dalam rantai makanan dengan
terkontrol.Namun data kasus kematian dan membebaskan metilmerkuri ke air, yang
kesakitan yang diakibatkan merkuri di dengan cepat diserap oleh plankton, yang
Indonesia belum tersedia sampai saat ini². kemudian akan dikonsumsi oleh tingkatan
Limbah merkuri yang dihasilkan dari kegiatan berikutnya (yang lebih tinggi) dalam rantai
penambangan emas berupa logam, senyawa makanan, sampai dikonsumsi oleh manusia.

1 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar


2 Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Bandung
81
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 81 - 87

Merkuriyang mencemari daratan akan masuk pendengaran terganggu, kanker hingga


dalam tanah kemudian merembes ke air tanah mengakibatkan kecacatan dan kematian3.
atau mengalir ke aliran sungai jika hujan turun. Keluhan kesehatan yang dialami penduduk
Merkuri lalu terhisap oleh akar tanaman sekitar daerah Ciemas Kabupaten Sukabumi
termasuk tanaman sayuran dan buah-buahan yang merupakan daerah penambangan emas
serta rumput, selanjutnya akan terakumulasi tradisional adalah gatal-gatal (85,6%), pusing
dalam buah dan daun. Daun (sayuran) dan (69,1%), mual (63,9%), tangan gemetar atau
buah yang terkontaminasi akan dikonsumsi tremor (13,4%),dankejadiankeguguran
oleh manusia (penduduk setempat). Rumput (47,4%)5.Hasil penelitian di daerah Cineam
akan dimakan sapi atau binatang ternak Kabupaten Tasikmalaya tahun 2009
lainnya, merkuri yang terkandung dalam menunjukkan rata-rata kadar merkuri dalam
daging ternak akan dikonsumsi manusia, begitu serum penduduk sekitar penambangan emas
pula dengan susu sapi yang telah adalah 1,7156 ppm yang berada diatas nilai
terkontaminasi merkuri³. normal WHO yaitu 0,012 ppm 4.
Merkuri dalam bentuk organik (metilmerkuri) Ibu hamil yang tinggal di daerah pertambangan
lebih berbahaya dan beracun dibandingkan memiliki risiko tinggi terkontaminasi merkuri
dalam bentuk anorganik, karena metilmerkuri melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
dapat diserap tubuh sampai 95 persen dari Merkuri yang terakumulasi dalam darah ibu
total paparan².Senyawa metilmerkuri yang hamil akan masuk ke dalam tubuh bayi, dan
tergolong mudah larut dalam air dan lemak terakumulasi dalam otak janin. Dampak yang
ini akan masuk ke dalam tubuh melalui air ditimbulkan adalah melahirkan bayi cacat,
minum, konsumsi ikan, susu, sayuran dan karena mengalami kerusakan DNA, seperti
buah-buahan yang terkontaminasi. Senyawa gangguan keseimbangan dan gerak motorik,
ini (metilmerkuri) akan terakumulasi dalam serta tingkat kecerdasan yang rendah6.
ginjal, otot, hati, dan sebagian besar akan Dilaporkan konsentrasi rata-rata metilmerkuri
terakumulasi dalam otak³. Metilmerkuri yang pada infant 40% lebih tinggi dibandingkan
berikatan dengan klorida memiliki sifat mudah ibunya. Tingginya konsentrasi metilmerkuri
bereaksi dengan gugus -SH dan -OH yang darah ibu berhubungan dengan rata-rata berat
terdapat dalam protein, sehingga dapat badan lahir rendah, tetapi tidak dengan
mempengaruhi aktifitas enzim dalam berbagai panjang badan lahir 7.Konsumsi ikan
reaksi metabolism³.Efek negatif yang berhubungan dengan pertumbuhan janin,
ditimbulkan pada manusia seperti gangguan namun tergantung dari jumlah dan jenis ikan
pada ginjal, susunan syaraf pusat, yang dikonsumsi. Penelitian tentang merkuri
pertumbuhan, pernafasan, dan pencernaan4. membutuhkan penelitian lebih lanjut 8.
Bahan makanan yang telah terkontaminasi Hasil analisis kandungan merkuri di daerah
metil merkuri akan dikonsumsi oleh penduduk sekitar pertambangan emas Cineam
sekitar lokasi pertambangan emas tersebut, Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan kadar
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan merkuri yang sangat tinggi pada aliran sungai
kesehatan baik langsung atau tidak langsung dan tanah. Kadar merkuri pada aliran sungai-
(menahun). Keracunan atau terkontaminasi sungai di daerah Cineam telah mencapai >
merkuri secara langsung (akut) akan 10 ppm, berada diatas nilai ambang batas
menimbulkan sesak nafas, pembengkakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18
paru-paru, kejang-kejang sampai kematian. Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Dampak yang ditimbulkan akibat kontaminasi Bahan Berbahaya dan Beracun yaitu 0,01 mg/
merkuri yang menahun (kronis) adalah lt atau 0,01 ppm. Kisaran kadar merkuri
gangguan fungi ginjal dan hati, gangguan fungsi dalam tanah di daerah Cineam antara 1,474
otak kecil, fungsi penglihatan menurun, fungsi – 30,526 ppm Hg, telah melebihi nilai ambang
82
Y Moviana, I Pamudjo (Hubungan Konsumsi Makanan...)

batas menurut PP No. 18 Tahun 1999 yaitu Data konsumsi makanan ibu saat hamil yang
0,01 ppm, dan melebihi nilai normal terdiri dari asupan bahan makanan dalam
kelimpahan unsur merkuri dalam tanah yaitu sehari, serta kandungan merkuri dalam bahan
kurang dari 0,3 ppm. Hal ini berarti pada pangan yang sering dikonsumsi dan memiliki
daerah sekitar tempat pengolahan emas risiko tinggi terpapar merkuri (padi, ikan
tersebut telah mengalami kontaminasi merkuri sawah, ikan kolam, kangkung, dan
yang signifikan 1.Hasil analisis di daerah pisang).Data tersebut diperoleh menggunakan
Ciemas Kabupaten Sukabumi menunjukkan metodesemiquantitativefood frequency
kandungan merkuri pada air sungai sebesar (SQFF).Data kandungan merkuri dalam
0,010 ppm, kandungan pada air sumur bahan pangan diukur menggunakan metode
sebesar 0,015 ppm, dan kandungan pada Atomic Absorption Spectrophotometer
daun pisang sebesar 0,29 ppm. Semua data (AAS). Berat badan dan panjang badan bayi
kandungan tersebut melebihi nilai ambang saat lahir dikumpulkan dari cohort bidan.
batas menurut PP No. 18 Tahun 1999 dan Sampel bahan pangan diambil dari tiga titik
Keputusan Badan POM No. 3725/B/SK/ lokasi, titik A adalah lokasi bahan pangan
VII/895. yang terdekat dengan lokasi amalgasi, titik B
Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas adalah lokasi bahan pangan yang berjarak
maka diasumsikan tanaman pangan, hewan sekitar 1000 m (1 km) dari lokasi amalgasi
ternak, dan ikan pada daerah penambangan dan titik C adalah lokasi bahan pangan yang
emas telah terkontaminasi merkuri, yang berjarak sekitar 2000 m (2 km). Ketiga lokasi
berdampak pada kontaminasi merkuri pada tersebut merupakan lokasi yang terletak di
penduduk setempat termasuk ibu hamil. sepanjang sungai dan dialiri oleh air sungai dari
Penelitian ini ingin mengetahui apakah ada lokasi amalgasi. Lokasi bahan pangan yang
hubungan konsumsi sehari-hari ibu hamil dijadikan sampel adalah sawah, kebun atau
dengan ukuran antropometri bayi saat lahir di kolam yang hasilnya (padi, ikan, sayur dan
daerah penambangan emas di Jawa Barat. buah) sering dikonsumsi masyarakat sekitar.
Data konsumsi makanan diolah dengan
Metode menghitung jumlah konsumsi rata-rata (gram)
Penelitian dirancang secara cross-sectional setiap bahan makanan dalam sehari.
dan dilaksanakan di wilayah Kabupaten Kandungan merkuri dalam bahan pangan
Tasikmalaya, propinsi Jawa Barat. Desa diolah dalam bentuk nilai kandungan merkuri
Pasirmukti dan Cikondang Kecamatan dalam satuan part per billion (ppb) atau
Cineam untuk daerah penambangan, Desa setara dengan µg/L. Data antropometri bayi
Cilangkap dan Manonjaya Kecamatan daerah penambangan dan bukan daerah
Manonjaya untuk daerah bukan penambangan diuji beda dengan t test
penambangan. Penelitian dilaksanakan pada independent.Hubungan antara variabel
Juni sampai Oktober 2010. Populasi konsumsi bahan makanan dan ukuran
Penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki antropometri (BB dan PB) dianalisis
bayi usia 1-4 bulan di lokasi penelitian, dan menggunakan korelasi Spearman.
berdasarkan perhitungan sampel didapat 19
sampel untuk masing-masinglokasi penelitian. Hasil dan Pembahasan
Sampel penelitian dipilih secara purposif Karakteristik Sampel
dengan kriteria inklusi:tinggal di lokasi
penelitian selama lebih dari 2 tahun, memiliki Dari tabel 1 diketahui Rata-rata umur ibu
bayi (≥4 bulan), ibu tidak anemia saat hamil, daerah bukan penambangan lebih muda
dan memiliki catatan berat dan panjang badan dibandingkan dengan umur ibu daerah bukan
bayi saat lahir. penambangan. Namun, umur termuda dan

83
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 81 - 87

Pola Konsumsi Bahan Pangan Sampel


Pola konsumsi bahan pangan sampel adalah
banyaknya bahan pangan yang berasal dari
lokasi desa, dan paling sering dikonsumsi
sampel dalam sehari.Bahan pangan yang
paling sering dikonsumsi sampel adalah nasi
(padi), ikan kolam, ikan sawah, kangkung dan
pisang. Tabel 4 memberi gambaran rata-rata
jumlah konsumsi bahan pangan tersebut.
tertua terdapat di daerah penambangan. Rata-
rata umur bayi daerah penambahan lebih
muda dibandingkan dengan bukan daerah
penambangan.
Ukuran Antropometri Bayi Saat Lahir

Rata-rata konsumsi nasi dalam sehari adalah


619,03 gram, konsumsi ikan kolam (ikan mas
dan lele) 19,36 gram, konsumsi ikan sawah
(ikan nila) 2,30 gram, kangkung 12,35 gram,
dan pisang 14,34 gram.

Dari tabel 2 diketahui rata-rata berat badan Jarak Lokasi Amalgasi dengan Tempat
dan panjang badan bayi saat lahir di daerah Tinggal, Sawah, Kolam dan Kebun
bukan penambangan lebih besar dibanding Jarak lokasi proses amalgasi emas dengan
daerah penambangan. tempat tinggal sampel, sawah, kolam dan
kebun disajikan selengkapnya pada tabel 5.
Sumber bahan pangan sampel

Rata-rata jarak lokasi amalgasi dengan tempat


Dari tabel 3 diketahui sebagian besar sampel tinggal sampel, sawah, kolam dan kebun
(68,4%) memperoleh bahan pangan yang berkisar antara 874,52 dan 1521,88 m.
sering dikonsumsi setiap hari dari hasil kebun, Kandungan Merkuri dalam Bahan
pertanian atau perikanan yang berada di desa Pangan
tersebut, sedangkan sisanya 31,6% sampel
membeli di warung atau dari masyarakat yang Kandungan merkuri dalam bahan pangan
berasal dari hasil bumi desa tersebut. sampel yang sering dikonsumsi sampel

84
Y Moviana, I Pamudjo (Hubungan Konsumsi Makanan...)

meliputi padi, ikan kolam (ikan mas), ikan Metilasi merkuri dan penyebaran merkuri
sawah (ikan nila), kangkung dan pisang dapat terakumulasi dalam jangka waktu
selengkapnya disajikan tabel 6. puluhan tahun, akan terserap dalam sedimen
tanah, air tanah, dan terakumulasi dalam
bahan pangan. Elemental merkuri akan
menguap dan menetap di atmosfir bumi dalam
rentang waktu satu tahun, dan dapat kembali
ke permukaan tanah atau sungai 10. Penduduk
yang tinggal lebih lama di lokasi pertambangan
(amalgasi) akan mendapatkan paparan yang
lebih sering 4, 11.Merkuri yang masuk kedalam
tubuh manusia akan terakumulasi dan akan
menimbulkan dampak kesehatan setelah 10
Rata-rata kandungan merkuri dalam bahan – 15 tahun kemudian 12.
pangan yang sering dikonsumsi sampel
Jarak Lokasi Amalgasi dengan Tempat
berkisar antara 0,01572 dan 0,31086 ppm.
Tinggal, Sawah, Kolam dan Kebun
Rata-rata kandungan merkuri terbesar
terdapat pada ikan sawah dan terendah pada Jarak lokasi proses amalgasi emas dengan
kangkung. tempat tinggal sampel, sawah, kolam dan
kebun berhubungan dengan tingkat
Asupan Merkuri dalam Sehari keterapaparan merkuri terhadap penduduk
Asupan merkuri sampel diperoleh dari jumlah sekitar. Narvaez (2002) menyatakan bahwa
kandungan merkuri dalam bahan pangan yang penduduk yang tempat tinggalnya berjarak 10
sering dikonsumsi, yaitu nasi, ikan kolam (ikan km dari lokasi amalgasi menunjukkan rata-
mas dan lele), ikan sawah (ikan nila), rata kandungan merkuri yang tinggi dalam
kangkung, dan pisang. Rata-rata asupan darahnya, yaitu 20 ppb 11.
merkuri sampel dalam sehari adalah 25,81 mg
Pola Konsumsi Bahan Pangan
dengan simpang baku 6,43 mg, asupan
terendah 9,48 mg dan tertinggi 38,43 mg. Salah satu sumber paparan merkuri adalah
bahan pangan yang sering dikonsumsi,
Pola Kegiatan Sehari dan Lama terutama bahan pangan yang berasal dari
Tinggal lokasi pertambangan (padi, ikan, sayuran dan
Jenis pekerjaan dan lamanya menghabiskan buah). Metilmerkuri yang diserap dapat
waktu sehari-hari di lokasi pertambangan berasal dari air sungai, air tanah, sedimen
berhubungan dengan risiko terpapar merkuri. tanah dan dari udara jika hujan turun,
Semakin lama melakukan aktifitas di sekitar selanjutnya terhisap oleh akar tanaman
lokasi pertambangan emas dalam sehari, pangan, dan akan terakumulasi dalam buah
semakin tinggi risiko terpapar merkuri, dan daun. Metilmerkuri dalam perairan akan
terutama melalui inhalasi 9. diserap oleh fitoplankton, yang merupakan
Lama tinggal di lokasi pertambangan juga sumber makanan zooplankton dan ikan,
berhubungan dengan risiko keterpaparan selanjutnya akan terakumulasi dalam tubuh
merkuri.Rata-rata lama tinggal sampel di ikan dalam rentang waktu yang cukup lama 4,
lokasi penelitian adalah 8 tahun. Semakin 10
. Merkuri yang dibuang langsung ke
lama tinggal di lokasi, semakin tinggi risiko lingkungan akan mencemari air permukaan,
terpapar merkuri. Paparan metil merkuri yang bersifat stabil dalam sedimen, mudah diserap
dihasilkan dari proses amalgasi emas dapat dan terakumulasi dalam jaringan tumbuhan
mencakup daerah yang luas tidak terbatas dan binatang air sehingga dapat pindah ke
pada lokasi sekitar amalgasi. manusia melalui rantai makanan 12.
85
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 81 - 87

WHO memberikan batasan toleransi merkuri penambangan (p>0,05). Adanya perbedaan


pada orang dewasa adalah 200 mg (3,3mg/ berat badan bayi saat lahir yang bermakna
kg BB/hari), sedangkan bagi wanita hamil dan antara daerah penambangan dan bukan
menyusui dibawah nilai ambang tersebut 10. penambangan tidak diikuti dengan hubungan
Rata-rata asupan merkuri sampel adalah antara konsumsi merkuri dari makanan ibu
25,81mg/hari. Jika berat badan sampel 50 kg, hamil dengan berat badan tersebut. Uji
kandungan merkuri dalam tubuh kira-kira korelasi Spearman menunjukkan tidak ada
sebanyak 0,516 mg/kg BB/hari, artinya nilai hubungan antara konsumsi makanan ibu saat
tersebut masih dibawah batas toleransi WHO. hamil dengan berat badan bayi saat lahir di
Asupan merkuri yang tinggi 3-7 mg/kg BB/ daerah penambangan dan bukan
hari dapat menyebabkan gangguan pada penambangan (p=0.088).
sistem saraf 13.
Kesimpulan dan Saran
Kandungan Merkuri dalam Bahan
pangan Yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian
ini antara lain adalah : a) Rata-rata kandungan
Keputusan Badan Pengawasan Obat dan merkuri dalam bahan pangan yang sering
Makanan (BPOM) Nomor 3725/B/SK/VII/ dikonsumsi sampel masih di bawah batas
89 bahwa kadar merkuri maksimum yang normal menurut BPOM; b) Rata-rata asupan
diperkenankan dalam ikan segar adalah merkuri sehari sampel dari bahan makanan,
adalah 0,5 ppm, untuk sayuran dan buah 0,03 masih di bawah batas toleransi WHO; c) Ada
ppm dan biji-bijian (padi) 0,05 ppm 12. perbedaan yang bermakna antara berat badan
Kandungan merkuri dalam bahan pangan lahir bayi daerah penambangan dan bukan
sampel di lokasi penelitian masih berada daerah penambangan(p=0,002); d) Tidak ada
dibawah batas normal, yaitu antara 0,01425 perbedaan antara panjang badan lahir bayi
– 0,31086 ppm. Kandungan merkuri dalam daerah penambangan dan bukan daerah
ikan di daerah pertambangan emas di Filipina penambangan (p=0,073); dan e) Tidak ada
lebih tinggi yaitu berkisar antara 0,047 – hubungan antara konsumsi bahan makanan
2,059 ppm 11. Walaupun masih terdeteksi yang mengandung merkuri dan berat badan
pada tingkat rendah, namun apabila lahir bayi di daerah penambangan emas (p =
dikonsumsi setiap hari akan tetap 0,088).
terakumulasi dalam darah, ginjal dan hati 12. Hal yang dapat disarankan adalah : a)
Analisis t test Sosialisasi tentang merkuri dan bahayanya
Hasil analisis statistik dengan t test untuk terhadap masyarakat sekitar lokasi amalgasi
melihat perbedaan berat badan bayi saat lahir terutama pada kelompok ibu hamil, ibu
ditunjukkan pada tabel 8. menyusui dan ibu balita melalui penyuluhan
oleh petugas puskesmas secara rutin; b)
Sosialisasi penggunaan alat pelindung diri
(APD) bagi pekerja pertambangan dan
amalgasi untuk meminimalisasi paparan
merkuri; dan c) Sosialiasi bahaya merkuri
dengan pemasangan poster pada balai desa,
Pada tabel 8 hasil analisis t test menunjukkan posyandu, lokasi amalgasi dan lokasi sekitar
ada perbedaan yang bermakna antara berat amalgasi.
badan lahir bayi daerah penambangan dan
bukan daerah penambangan (p<0,05). Tidak
ada perbedaan antara panjang badan lahir bayi
daerah penambangan dan bukan daerah
86
Y Moviana, I Pamudjo (Hubungan Konsumsi Makanan...)

Daftar Pustaka 7 Foldspang and Hansen, 1990, Dietary


1. Widhiyatna, D., Pendataan Sebaran of Methylmercury as a Correlate of
Merkuri di Daerah Cineam Kabupaten Gestational Length and Birth Weight
Tasikmalaya Jawa Barat dan Sangon among Newborns in Greenland.
Kabupaten Kulon Progo Di American Journal of Epidemiology,
Yogyakarta. dalam Kolokium Hasil 1990; 132(2): 310-317
Lapangan Direktorat Inventararisasi 8 Ramón, Vahter M.,KessonA.,Birger
Sumber Daya Mineral Subdit L,BjoK RS.,Fish Consumption during
Konservasi,2005. Pregnancy, Prenatal Mercury
2. Trallei, T., Merkuri dan Exposure, and Anthropometric
Permasalahannya. Jurnal Lembaga Measures at Birth in a Prospective
Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Mother-Infant Cohort Study in Spain.
Basah,2005;2(3). American Journal of Clinical
3 Anies, Penyakit Tak Menular Akibat Nutrition,2009; 90(4):1047-1055
Logam Berat : Bahaya Pencemaran 9 Katarzyna Ko, Lonnerdal B., dan
Merkuri dan Kadmium. Jurnal Stoltzfus, RJ., Interactions between
Kesehatan Lingkungan Universitas Nutrition and Environmental
Diponegoro Semarang,2008;5(2):45- Exposures: Effects on Health Outcomes
50. in Women and Children, J.
4 Wiryanti, W. dan Ganthina S., Nutr,2007;137: 2794–2797.
Hubungan Kadar Merkuri Darah 10 World Health Organization, Exposure
dengan Kreatinin Klirens pada to Mercury: A Major Public Health
Penambang Emas Tradisional dan Concern, Geneva: WHO, 2007.
Penduduk di Sekitar Penambangan 11 Narvaez, D.,Human Exposure to
Emas, Laporan Riset Pembinaan Mercury in Fish in Mining Areas in the
Tenaga Kesehatan Politeknik Philippines, FAO/WHO Global Forum
Kesehatan Bandung, 2009. of Food Safety Regulators, Morocco,
5 Irmawartini dan Mimin K., Analisis 2002.
Keberadaan Merkuri di Lingkungan 12 Inswiari, Paradigma Kejadian Penyakit
dan Dampaknya terhadap Kesehatan Pajanan Merkuri (Hg). Jurnal Ekologi
Masyarakat Akibat Penambangan Kesehatan, 2008; 7(2):775 – 785.
Emas di Kecamatan Ciemas 13 Mergler, D., Allen C., and Buchanan
Kabupaten Sukabumi, Laporan Riset L., Methylmercury Exposure and
Pembinaan Tenaga Kesehatan Health Effects in Humans: A
Politeknik Kesehatan Bandung, 2009. Worldwide Concer. Ambio,
6 Rahem, A.,Studi tentang Kandungan 2007;36(1):2007-2010.
Merkuri dalam ASI dan Kaitannya
dengan Perkembangan Bayi - Studi di
Kawasan Kelurahan Sukolilo
Kecamatan Kenjeran Kota Madya
Surabaya. JBP,2004; 6(1): 98-107.

87
EFEKTIVITAS PELATIHAN TERHADAP KINERJA PETUGAS SURVEILANS DI
KABUPATEN BADUNG

A. A. Gd Agung1, IM Suarjana2, R Larasati3

Abstract. Dengue hemorrhagic fever (DHF) are caused extraordinary events/


outbreaks if not addressed quickly. From the results of the evaluation of the
surveillance system health centers in Badung regency, surveillance officer was put
on the process of collecting data rather than the data processing and data analysis.
Given the magnitude of the role of information generated by the surveillance system
in order to eradicate dengue by P2DBD officer, it is necessary to intervene in the
form of training of data processing to surveillance officers in Badung Health Center.
This study begins with an evaluation of dengue surveillance system in all health
centers in Badung, then do the training data processing and data analysis to the 12
surveillance officers. The results showed that, prior to the officer training is mostly
just taking notes on the case diary, and only a small process data in tabel and graph
form yearly and only a small part of the process data in a graph based on age, the
weekly charts and graphs for each village. After data processing training, all officers
clinic surveillance data processing is done in the form of graphs based on age, weekly
and villages. The conclusion of this study is after the intervention in the form of
training of data processing by means of computers, the process of the dengue
surveillance system not only on the course but the data collection process has reached
the processing and presentation of data in the form of tabels, graphs and spotmap.
The process of data analysis and data dissemination saw an increase, although not
all. It is recommended that surveillance officers continue to improve their knowledge
and skills in analyzing the data, given the information generated by the surveillance
system is very large role in the eradication of dengue disease in Badung.
Keywords: Dengue fever, surveillance systems and training
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten Badung merupakan penyumbang
merupakan salah satu masalah kesehatan kasus DBD kedua di Bali setelah Kota
masyarakat dan menimbulkan dampak sosial Denpasar dengan jumlah kasus sebanyak 833
maupun ekonomi. Jumlah kasus yang kasus di 2008, meningkat menjadi 1.468
dilaporkan cenderung meningkat dan daerah kasus di 2009 dengan dua kasus meninggal.
penyebarannya bertambah luas. Kerugian Hingga November 2010 sudah mencapai
sosial yang terjadi antara lain menimbulkan 3.138 kasus dengan kematian lima orang
kepanikan dalam keluarga, kematian anggota (CFR:1,59%). Kasus tertinggi terdapat di
keluarga dan berkurangnya usia harapan Kecamatan Mengwi yaitu sebesar 909 orang
hidup. Dampak ekonomi antara lain biaya IR=82,86 per 10.000 penduduk, dengan
pengobatan, kehilangan waktu kerja, waktu kematian dua orang CFR= 0,22%, kemudian
sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan disusul kecamatan Kuta Selatan yaitu 655
seperti transportasi dan akomodasi selama kasus (IR= 92,43 per 10.000 penduduk) dan
perawatan penderita8. 3 kasus kematian (CFR = 0,45%.).

1 Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar


2 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar
3 Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar
88
AAG Agung, IM Suarjana, R Larasati(Efektifitas Pelatihan Terhadap...)

Kasus DBD di Kabupaten Badung tahun sebagian besar petugas mengaku hanya
2010 merupakan jumlah kasus tertinggi sejak melakukan diseminasi berupa laporan kasus
5 tahun terakhir. Jumlahnya meningkat 200% kepada pimpinan puskesmas dan petugas
bila dibandingkan dengan jumlah kasus tahun Surveilans di dinas kabuapten berupa laporan
2008, dan mengalami peningkatan 100% dari bulanan DBD. Mengingat pentingnya
jumlah kasus tahun 2009. Gambaran jumlah pengolahan data pada sistem surveilans, maka
kasus tersebut menunjukkan bahwa Insiden peneliti menganggap perlu dilakukan intervensi
Rate DBD jauh lebih tinggi dari standar berupa pelatihan pengolahan data DBD
nasional (IR: < 55 per 100.000 penduduk).9 menjadi informasi terhadap petugas surveilans
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh DBD Puskesmas di Kabupaten Badung,
Program P2DBD untuk menekan jumlah sehingga data yang terkumpul bisa dijadikan
kasus DBD di Kabupaten Badung, salah dasar upaya pencegahan dan penanggulangan
satunya adalah dengan melaksanakan masalah DBD secara efektif dan efisien, saat
pengamatan kasus DBD secara terus menerus ini dan di tahun berikutnya.
dengan suatu sistem surveilans DBD yang Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
dikoordinasikan dalam bentuk sistem di atas maka rumusan masalahnya adalah
surveilans terpadu penyakit (STP). Sistem Apakah pelatihan pengolahan data dapat
surveilans DBD sangat diperlukan sebagai meningkatkan kinerja petugas surveilans DBD
sumber informasi dalam rangka menyusun di Puskesmas di Kabupaten Badung? Tujuan
atau merumuskan berbagai upaya penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengendalian penyakit DBD termasuk upaya efektifitas pelatihan terhadap kinerja petugas
pencegahan dan upaya pemberantasan surveilans DBD dalam melakukan pengolahan
penyakit DBD. Surveilans DBD adalah proses dan analisis data.
pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data serta penyebarluasan Metode
informasi ke penyelenggara program dan Penelitian ini diawali dengan melakukan
pihak atau instansi terkait secara sistematis evaluasi terhadap sistem surveilans di
dan terus menerus tentang situasi DBD dan kabupaten Badung pada 2010. Setelah itu
kondisi yang mempengaruhi terjadinya dilakukan pelatihan pengolahan data DBD
peningkatan dan penularan penyakit agar kepada petugas surveilans. Observasi
dapat dilakukan tindakan penanggulangan terhadap kinerja petugas dilakukan selama 3
secara efektif dan efisien8.. bulan setelah diberikan pelatihan. Analisis data
Dari pengamatan awal sistem surveilans dilakukan secara deskriptif. Sasaran evaluasi
puskesmas masih mengutamakan pada proses sistem surveilans DBD adalah seluruh petugas
pengumpulan data yang dicatat pada buku surveilens DBD Puskesmas di Kabupaten
harian program. Sedangkan pada proses Badung. Jenis data yang dikumpulkan adalah
pengolahan data dan analisis data masih sangat data primer dan sekunder. Data primer
jarang dilakukan oleh petugas surveilans dikumpulkan dengan wawancara dan
puskesmas. Sehingga output yang dihasilkan observasi lapangan. Data sekunder
masih perlu diolah dan dianalisis oleh pimpinan dikumpulkan dari laporan petugas surveilans
puskesmas sebagai pembuat keputusan Puskesmas di Kabuapten Badung.
dalam rangka merekomendasikan tugas
Hasil Penelitian
kepada petugas P2DBD. Diseminasi
informasi atau penyebaluasan informasi ke Karakterisik petugas
masyarakat juga hanya sebagian kecil
Kualifikasi atau tingkat pendidikan petugas
puskesmas yang kadang-kadang melakukan,
surveilans puskesmas sebagian besar (75%)

89
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 88 - 93

berpendidikan Diploma III, sisanya masih Hasil Intervensi


berpendidikan sekolah menengah yaitu Hasil intervensi dilakukan dengan metode
seorang pendidikan SMA, seorang berijazah evaluasi jangka panjang, yaitu dengan
Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) hanya mengobservasi langsung pelaksanaan kegiatan
seorang yang sudah berpendidikan S-1. pengolahan, penyajian, dan interpretasi data
Hingga 2011 belum ada petugas yang pernah selama 3 bulan setelah diberikan pelatihan
mengikuti pelatihan khusus untuk Surveilans yaitu pada bulan Mei, Juni, Juli 2011.
DBD terutama cara pengolahan data dan Kemudian hasil observasi dibandingkan
analisis data. Masa kerja bertugas dalam antara sebelum diberikan pelatihan dengan
lingkup surveilans DBD sangat bervariasi yaitu sesudah diberikan pelatihan. Adapun variable
sebanyak 6 orang atau 50% sudah bertugas yang dievaluasi adalah hasil pengolahan data
> 5 tahun bahkan hampir 10 tahun, 3 orang DBD yaitu penyajian data dengan grafik
25% selama 5 tahun dan sebanyak 3 orang mingguan, grafik per desa, sedangkan evaluasi
atau 25% baru bertugas < 1 tahun. Dilihat analisis data yaitu stratifikasi desa, IR, CFR,
dari beban kerja petugas hampir semua dan Diseminasi informasi kepada masyarakat.
petugas surveilans DBD mempunyai tugas
rangkap mengingat sistem suarveilans yang
dilaksanakan adalah sistem surveilans terpadu
penyakit (STP). Selain merangkap sebagai
petugas surveilans penyakit lainnya, petugas
surveilans juga merangkap atau memegang
program lain misalnya sebagai petugas bidan
Pustu, program pengobatan, juga sebagai
pemegang program P2DBD. Sarana yang
digunakan dalam surveilans penyakit DBD
Sebelum dilakukan pelatihan, sebagian besar
adalah formulir W1, W2, K.DBD dan formulir
petugas menyajikan data dalam bentuk tabel
PJB untuk surveilans vektor. Formulir W1
dan grafik tahunan. Sebagian kecil petugas
merupakan pelaporan yang dilakukan apabila
menyajikan data dalam bentuk grafik
terjadi KLB di wilayah kerja puskesmas.
berdasarkan umur, grafik mingguan dan grafik
Formulir ini diserahkan ke Dinas Kesehatan
per desa. Setelah dilakukan pelatihan
Kabupaten Badung dalam 1 X 24 jam setelah
pengolahan data, semua petugas surveilans
laporan KLB diterima oleh petugas surveilans.
puskesmas melakukan pengolahan data dan
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
menyajikan dalam bentuk grafik berdasarkan
suveilans DBD Puskesmas, belum ada
umur, mingguan dan desa.
kendaraan khusus untuk petugas surveilans
Hasil evaluasi terhadap analisis dan
Puskesmas. Setiap puskesmas hanya
interpretasi data sebelum dilakukan pelatihan
mempunyai 2 kendaraan operasional (sepeda
tidak ada yang melakukan analisis data dan
motor) namun kendaraan ini dimanfaatkan
sesudah pelatihan ada sebanyak 2 petugas
oleh semua program, termasuk kegiatan
sudah melakukan analisis data. Sedangkan
administrasi. Seluruh puskesmas sudah
untuk diseminasi informasi diperoleh hasil
memiliki sarana komputer. Namun sarana
intervensi yaitu sebelum dilakukan peatihan
komputer yang ada di puskesmas
hanya 3 petugas yang melakukan diseminasi
dipergunakan oleh seluruh program termasuk
data dan setelah pelatihan ada 6 petugas atau
untuk kegiatan adminstrasi. Demikian juga
50% sudah melakukan diseminasi data yaitu
sarana komunikasi semua petugas surveilans
dengan memajang hasil pengolahan data di
sudah disediakan telepon genggam untuk
ruang tunggu pengunjung pasien.
mengirim data ke petugas Dinas Kesehatan.
90
AAG Agung, IM Suarjana, R Larasati(Efektifitas Pelatihan Terhadap...)

Pembahasan Hasil Intervensi Hasil dari evaluasi selama tiga bulan


Penyakit demam berdarah dengue (DBD) menunjukkan bahwa dari 12 petugas
sering menimbulkan kekhawatiran masyarakat surveilans puskesmas yang sebelum diberikan
karena perjalanan penyakitnya cepat dan pelatihan tidak melakukan pengolahan data
dapat menyebabkan kematian dalam waktu berdasarkan orang, tempat dan waktu dan
yang singkat. Penyakit ini kalau tidak setelah diberikan pelatihan pengolahan data
ditanggulangi dengan cepat akan dapat petugas sudah dapat melakukan pengolahan
menimbulakan kejadian luar biasa/wabah. data seperti meyajikan dalam bentuk grafik
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh batang perbandingan kasus DBD per desa,
petugas kesehatan untuk mencegah terjadinya grafik garis kasus mingguan dan atau grafik
kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD bulanan serta grafik perbandingan kasus per
adalah dengan melakukan kewaspadaan dini tiga tahun. Data yang sudah diolah menjadi
yaitu dengan meningkatkan sistem surveilans gambar lebih mudah dipahami dan dibaca oleh
epidemiologi penyakit DBD. Oleh karena itu semua pihak termasuk pemegang kebijakan
data/informasi yang dihasilkan oleh sistem sehingga keputusan untuk melakukan
surveilans akan sangat bermanfaat bila data penanggulangan dapat dilaksanakan secara
yang sudah dikumpulkan oleh petugas cepat dan tepat.
surveilans dapat diolah menjadi informasi Mengingat di puskesmas juga sudah tersedia
sebagai pedoman untuk melakukan tindakan perangkat computer maka dengan pelatihan
pencegahan dan pemberantasan. pengolahan data dengan menggunakan soft
Mengingat kasus DBD di Kabupaten Badung ware, petugas surveilans yang dulunya belum
hingga 2010 terus mengalami peningkatan mengerti cara mengolah data secara koputeris
maka kemampuan petugas surveilans dalam dan enggan memanfaatkan sarana computer,
melakukan pengolahan data dan analisis data setelah diberikan pelatihan pengolahan data
mutlak sangat diperlukan tanpa mengurangi dengan komputer petugas surveilans
makna fungsi pengumpulan data. Setelah mengaku sudah dapat melakukan pengolahan
mendapatkan pelatihan pengolahan data, data secara komputeris. Petugas juga
kemampuan dan keterampilan petugas dalam merasakan dengan perangkat computer
mengolah data DBD meningkat di bandingkan sangat mempermudah dan mempercepat
sebelum mendapat pelatihan. pengolahan data dan output yang dihasilkan
Dengan meningkatnya kemampuan petugas juga dapat berbagai bentuk seperti menjadi
dalam mengolah dan menganalisa data, sistem bentuk grafik garis maupun grafik batang,.
surveilans DBD akan menghasilkan informasi Data yang telah diolah akan memberikan
yang dapat dipakai sebagai landasan informasi yang bermakna dan berguna apabila
mengambil tindakan pengendalian. Disamping dianalisis/diinterpretasikan. Interpretasi sangat
itu adanya data yang dimiliki petugas akan penting dilakukan karena merupakan suatu
dapat dipakai sebagai bahan perencanaan dan proses untuk memaknai hasil pengolahan data
advokasi kepada kepala puskesmas ataupun dan dapat membandingkan hasil pencapaian
lintas sektor termasuk camat, desa/lurah, dan target program. Kekurangan yang masih
dusun sehingga memberikan dukungan moral, ditemukan dalam sistem surveilans DBD
material maupun politis untuk bersama-sama Puskesmas di Kabupaten Badung adalah
berupaya dalam pengendalian penyakit DBD data DBD yang telah diolah menjadi gambar
maupun menggerakan peran serta masyarakat tidak dianalisis dan tidak dilakukan interpretasi
untuk berpartisipasi dalam melakukan dalam bentuk naratif di bawah grafik oleh
gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk petugas surveilans. Dari hasil observasi hanya
Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). 2 petugas yang melakukan analisis data.
Menurut petugas surveilans yang tidak
91
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 88 - 93

melakukan analisis data menyatakan bahwa Di samping itu juga bila data yang
yang berwenang melakukan analisis data dikumpulkan memuat data yang lengkap maka
adalah pimpinan puskesmas dan petugas bila dilakukan pengolahan secara terus
surveilans Dinas Kesehatan Kabuapten. menerus maka akan diperoleh informasi yang
Hasil intervensi terhadap diseminasi informasi akurat tentang jumlah kasus DBD yang
diketahui bahwa sebelum diberikan pelatihan sebenarnya, mengingat ada beberapa
hanya 3 petugas atau 25% yang melakukan penyakit yang menjadi diagnosis banding
diseminasi data sedangkan setelah pelatihan penyakit DBD di RS/puskesmas.
ada 50% melakukan diseminasi data. Ini
berarti ada peningkatan pemahaman Kesimpulan dan Saran
beberapa petugas tentang pentingnya Intervensi yang dilakukan terhadap petugas
diseminasi informasi. Perilaku yang baik ini surveilans mampu meningkatkan kinerja
tentunya akan berpengaruh terhadap petugas terutama dalam proses pengolahan
penurunan jumlah kasus DBD. Sebagai data dan analisis data termasuk diseminasi
gambaran penurunan kejadian penyakit DBD informasi.
di kabuaten Badung tahun 2011, setelah Kepada petugas surveilans disarankan supaya
dilakukan intervensi seperti pada gambar 1. tetap melakukan pengolahan data dan analsis
data serta diseminasi informasi sesuai dengan
prosedur mengingat informasi yang dihasilkan
oleh system surveilans sangat bermanfaat
dalam memberantas penyakit DBD di
Kabupaten Badung.
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan Republik
Gambar 1
Perbandingan Kasus DBD sebelum dilakukan
Indonesia (1992), Pedoman Kerja
intervensi dengan setelah dilakukan intervensi. Puskesmas Pemberantasan
Penyakit Menular Jilid III,
Dari gambar 1 dapat diketahui bahwa setelah Departemen Kesehatan Republik
dilakukan pengolahan data dan analisis data Indonesia, Jakarta.
perminggu dalam rangka peningkatan 2. Departemen Kesehatan Republik
kewaspadaan dini, terlihat terjadi penurunan Indonesia (1992), Buku Pedoman
kasus yang dilaporkan, dimana tahun tahun Pembiayaan Deman Berdarah
sebelumnya peningkatan jumlah kasus DBD Dengue, Departemen Kesehatan
sudah mulai terjadi pada bulan April, Mei dan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
biasanya bulan Juni merupakan puncak Pemberantasan Penyakit Menular dan
peningkatan jumlah kasus DBD namun pada Penyehatan Lingkungan Pemukiman,
tahun 2011 kasus DBD yang dilaporkan Jakarta.
cenderung mengalamai penurunan. Menurut
Depkes RI (1992), data yang dikumpulkan/
dicatat sebaiknya dikompilasi berdasarkan
orang, tempat dan waktu sebelum disajikan
dalam bentuk tabel, grafik atau gambar
lainnya, atau sebelum dilaporkan/didesiminasi.
Dengan melakukan kompilasi maka dapat
menghindari terjadinya laporan ganda pada
satu kasus yang sama.
92
AAG Agung, IM Suarjana, R Larasati(Efektifitas Pelatihan Terhadap...)

3. Departemen Kesehatan Republik 8. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia (1992), Buku Pedoman Indonesia (2005), Pedoman
Petunjuk Teknis Pemberantasan Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Deman Berdarah Dengue, Deman Berdarah Dengue di
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Departemen Kesehatan
Indonesia Direktorat Jenderal Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Penyehatan Lingkungan Pemukiman,
Jakarta. Jakarta.
4. Departemen Kesehatan Republik 9. Dinas Kesehatan Kabupaten Badung,
Indonesia (1995), Buku Petunjuk 2010., Laporan Program P2M Dinas
Bagi Kelompok Kerja Operasional Kesehatan Kabupaten Badung tahun
Pemberantasan Penyakit Deman 2010
Berdarah Dengue, Departemen 10. World Health Organization (2004),
Kesehatan Republik Indonesia Pencegahan dan Penanggulangan
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue,
Penyakit Menular dan Penyehatan SEARO.
Lingkungan Pemukiman, Jakarta. 11. Sapir, Debarati Guha & Schimmer,
5. Departemen Kesehatan Republik Barbara (2004), Dengue Fever: New
Indonesia (2003), Pedoman Paradigms For a Changing
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi, Emerging Themes in
Epidemiologi Kesehatan, Epidemiology.
Departemen Kesehatan Republik 12. Hadinegoro, Sri & Satari Hindra
Indonesia Direktorat Jenderal Irawan (2000), Demam Berdarah
Pemberantasan Penyakit Menular dan Dengue, Fakultas Kedokteran
Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Universitas Indonesia.
Jakarta. 13. World Health Organization (2003),
6. Departemen Kesehatan Republik Pencegahan dan Penanggulangan
Indonesia (2003), Pedoman Penyakit Demam Berdarah Dengue,
Penyelenggaraan Sistem Surveilans SEARO
Epidemiologi Penyakit Menular dan 14. Gordis, L. (2004) Epidemiology, 3rd
Tidak Menular Terpadu, Departemen
Ed, Elsevier Saunders, Philadelphia
Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman, Jakarta.
7. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2004), Pedoman
Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Deman Dengue dan
Deman Berdarah Dengue,
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman,
Jakarta.

93
SOSIODEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN TENTANG METODE OPERASI
PRIA (MOP) PADA PRIA DI PEDESAAN SERTA PERKOTAAN

Ni Wayan Armini1

Abstract. The participation of men as planning participants tended to increase from


year to year, but the participation of men into vasectomy acceptor higher in rural
than in urban men. Motivational, knowledge, and socio-demographic are factors
that be considered. The purpose of this research was to analyze socio demographic
influences on knowledge vasectomy acceptor, the differences knowledge of vasectomy
between vasectomy acceptors in rural and urban areas. Comparative analytical
research with a cross sectional approach and using purposive sampling technique
was conducted on 156 vasectomy acceptors residing in urban and rural areas of Bali
Province. Statistical test used a comparative test of Mann-Whitney. The result of this
study note that number of children in rural acceptors influence on knowledge (p
value <0,001), knowledge of vasectomy on rural versus urban vasectomy acceptors
was 89,3 vs 82,1 (p value<0,001). This study concluded that knowledge of vasectomy
were higher on sterilized rural men than in urban one. Study on the influence of
other variables on men participation in vasectomy is needed.
Keywords: sociodemographic, Knowledge, Rural, Urban,Vasectomy acceptor

Sensus penduduk 2010 menemukan jumlah daripada perilaku yang tidak didasari oleh
penduduk Indonesia sebanyak 238 juta jiwa, pengetahuan.4 Pengetahuan mempunyai
lebih tinggi dari hasil proyeksi sebanyak 234 pengaruh sebagai motivasi awal bagi
juta jiwa. Dalam hal ini terdapat penambahan seseorang dalam berperilaku. 5 Fisher
jumlah penduduk sebesar empat juta bayi menyatakan bahwa bila seseorang
yang diakibatkan oleh kelahiran. Dalam menggunakan suatu alat kontrasepsi, berarti
mengatasi permasalahan tersebut, dewasa ini mereka telah melewati proses yang rumit
BKKBN Bali melancarkan program baru menyangkut pengetahuan serta perilaku.
yang lebih memfokuskan perhatian pada pria Ketidakjelasan dan kesalahpahaman pria
guna ikut mensukseskan program KB. mengenai MOP, disertai dengan mitos yang
Keikutsertaan pria sebagai peserta KB diyakini masyarakat, dapat menghambat
menunjukkan kecenderungan meningkat dari proses pemilihan MOP. Beberapa mitos yang
tahun ke tahun, meskipun masih relatif kecil.1,2 beredar di masyarakat, seperti MOP adalah
Partisipasi pria sebagai peserta KB khususnya pengebirian, dapat menyebabkan kanker,
sebagai akseptor metode operasi pria (MOP) sperma yang tertimbun akan menyebabkan
baik di daerah pedesaan maupun perkotaan efek negatif pada tubuh serta ketakutan
dipengaruhi oleh multifaktor salah satunya bahwa MOP bisa menyebabkan kegemukan
adalah pengetahuan. 3 Pengetahuan dan kelemahan fisik.6
berhubungan erat dengan perilaku, karena Pencapaian peserta KB baru pria di Bali yang
bentuk-bentuk perilaku dibedakan atas menjalani metode operasi pria (MOP) Tahun
perilaku kognitif yang mencakup kesadaran 2004 sebanyak 0,12 persen di pedesaan dan
atau pengetahuan, afeksi (emosi) dan 0,04 persen di perkotaan. Sementara tahun
psikomotor. Perilaku yang didasari oleh 2009 naik menjadi 0,58 persen di pedesaan
pengetahuan akan lebih tertahan lama, dan 0,12 persen di perkotaan.7
1 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar
94
NW Armini (Sosiodemografi dan Pengetahuan...)

Nampaknya MOP merupakan program yang Hasil


semakin diterima oleh masyarakat Bali
Pada tabel 1 tampak bahwa pendidikan,
dengan kecenderungan akseptor baru MOP
pendapatan, dan jumlah anak berbeda secara
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
bermakna dengan pvalue<0,05.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat
bahwa partisipasi pria menjadi akseptor
MOP di pedesaan lebih tinggi daripada pria
di perkotaan. Berdasarkan uraian di atas
maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut: a) Bagaimana pengaruh sosiodemo-
grafi terhadap pengetahuan akseptor MOP
di perkotaan dan pedesaan b) Bagaimana
perbedaan pengetahuan tentang metode
operasi pria (MOP) antara akseptor MOP
di perkotaan dan pedesaan. Adapun tujuan
penelitian ini adalah a) Menganalisis pengaruh
sosiodemografi terhadap pengetahuan
akseptor MOP di perkotaan dan pedesaan,
b) Menganalisis perbedaan pengetahuan
tentang metode operasi pria (MOP) antara
akseptor MOP di perkotaan dan pedesaan.
Manfaat dilakukan penelitian ini adalah upaya
meningkatkan kualitas pelayanan keluarga
berencana, khususnya upaya untuk
meningkatkan partisipasi pria dalam program
KB dengan melihat pengetahuan pria.
Metode
Subjek penelitian ini adalah seluruh akseptor
MOP di pedesaan dan perkotaan Provinsi Bali
dengan jumlah sampel yang diteliti adalah 78 Berdasarkan tabel 2 tampak bahwa jumlah
orang akseptor MOP di pedesaan dan 78 anak pada akseptor di pedesaan memberikan
orang akseptor MOP di perkotaan. Subjek pengaruh terhadap pengetahuan tentang
penelitian diambil secara purposive di setiap MOP dengan p value < 0,05.
kecamatan, dilanjutkan dengan proportional Berdasarkan tabel 3, hasil penilaian mengenai
random sampling. Rancangan penelitian ini pengetahuan MOP responden di pedesaan
adalah analitik komparatif studi dengan yaitu 24,29 atau 86,75% dengan median
pendekatan cross sectional. Instrumen 89,3, sedangkan pengetahuan responden di
pengumpulan data pengetahuan berupa perkotaan yaitu 22,28 atau 79,57% dengan
kuesioner sebagai panduan wawancara. median 82,1. Gabungan skor dalam
Statistik yang digunakan untuk menguji pengetahuan pada responden di pedesaan
hipotesis komparatif digunakan uji Mann- berbeda dengan responden di perkotaan
Whitney, dan untuk menguji signifikansi
dengan p value <0,001.
variabel perancu digunakan analisis korelasi
Rank Spearman.8,9

95
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 94 - 99

Skor total variabel pengetahuan tentang MOP,


responden di pedesaan lebih tinggi daripada
responden di perkotaan yaitu 86,75. Nilai
median pengetahuan tentang MOP, yang
diperoleh oleh responden di pedesaan adalah
89,3, sedangkan median pengetahuan tentang
MOP yang diperoleh responden di perkotaan
adalah 82,1. Hasil uji beda, menunjukkan
adanya perbedaan pengetahuan tentang MOP
antara responden di pedesaan dan perkotaan
(p value<0,001).
Masing-masing responden baik di pedesaan
dan perkotaan mengetahui tempat
mendapatkan pelayanan MOP dengan sangat
baik. Sementara, pernyataan mengenai
kerugian MOP, seperti harus memakai
kontrasepsi lain segera setelah MOP
sebanyak 20 kali ejakulasi, paling rendah
diketahui oleh responden baik di pedesaan
maupun perkotaan. Temuan dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa di pedesaan dan
perkotaan, sudah sering diadakan penyuluhan
atau penjelasan oleh badan terkait untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai MOP. Namun, yang berbeda disini
adalah sumber daya manusia antara desa dan
Pembahasan kota, serta sistem yang menjaga
Jumlah anak pada responden di pedesaan keberlangsungan program.
memberikan pengaruh positif terhadap Masyarakat perkotaan cenderung heterogen,
pengetahuan tentang MOP dengan p value serta sudah merasa paham mengenai
<0,05 artinya semakin banyak jumlah anak penyuluhan yang diberikan, sehingga materi
maka pengetahuan tentang MOP semakin yang disampaikan terkadang tidak sampai
baik. Keadaan ini dapat dimaklumi bahwa pria pada tujuan yang diinginkan oleh badan
mulai menyadari pentingnya jumlah anak yang penyuluh. Sementara masyarakat pedesaan
cukup dalam keluarga serta saat tersebut cenderung homogen dan benar-benar mau
sudah timbul kematangan pria untuk ikut menjadi pendengar serta menyimak materi
berpartisipasi untuk saling mengerti dalam penyuluhan yang diberikan. Mereka biasanya
kehidupan rumah tangga. Merawat anak sangat antusias untuk segera ikut program,
membutuhkan biaya yang besar, sejalan karena paling tidak BKKBN secara tidak
dengan meningkatnya tuntutan dalam langsung dapat membantu dari segi pengaturan
kehidupan. Biaya ini terutama dikaitkan perekonomian atau kesejahteraan mereka.
dengan kesehatan, pangan dan pendidikan. Daerah pedesaan di Bali masih terdapat
Dengan demikian adanya harapan untuk Sistem Banjar yang kuat. Banjar merupakan
membentuk keluarga berkualitas, maka kesatuan wilayah dan merupakan bagian dari
motivasi pria menjadi besar. Motivasi yang desa dengan memiliki kesatuan wilayah, ikatan
kuat berpengaruh terhadap proses mengingat wilayah, ikatan pemujaan, serta perasaan cinta
dalam pengetahuan menjadi lebih efektif.3 dan kebanggaan tersendiri.10
96
NW Armini (Sosiodemografi dan Pengetahuan...)

Warga banjar lebih sering bertemu untuk saling masyarakat khususnya para pria, sehingga
tukar informasi, ditambah dengan adanya mereka sadar dan mau dengan ikhlas
pembentukan kelompok KB pria. berpartisipasi menjadi peserta KB.13
Nampaknya, dengan adanya sistem yang kuat Temuan Budianto dkk di Rumah Sakit Hasan
ini, bisa menjamin keberlangsungan program Sadikin Bandung bahwa pengetahuan pria
MOP, dengan melihat meningkatnya mengenai KB dapat meningkatkan persepsi
partisipasi pria sebagai akseptor MOP. Amor yang positif mengenai MOP, sehingga
C dkk menemukan bahwa peranan peer partisipasi pria sebagai akseptor MOP bisa
group sangat tinggi dalam mendorong meningkat.14 Sesuai juga dengan temuan oleh
partisipasi pria menjadi akseptor MOP. Dalam Lembaga Demokrasi Fakultas Ekonomi
kelompok ini, para pria dapat berbagi Universitas Indonesia (LD FE UI),
pengalaman menjadi akseptor MOP, serta menunjukkan bahwa faktor determinan sosial
memberikan rekomendasi pada teman sebaya budaya yang mempengaruhi kesertaan MOP
untuk mengambil keputusan yang sama.11 adalah KIE. Kurangnya informasi yang
Proses mengingat dalam pengetahuan memadai tentang alat kontrasepsi pria
dipengaruhi oleh berbagai faktor; 1) faktor ternyata menimbulkan kesalahan persepsi
individu, proses mengingat akan lebih efektif sehingga menjadi penghambat perkembangan
apabila individu memiliki minat yang besar, metode kontrasepsi ini.15 Hasil senada juga
motivasi yang kuat, memiliki kondisi fisik dan ditemukan di Kanada, bahwa rendahnya
kesehatan yang baik, 2) faktor hal yang harus pengetahuan pria karena kurangnya informasi
diingat, adalah sesuatu yang memiliki struktur mengenai keuntungan dan kerugian MOP,
yang jelas, mempunyai arti, mempunyai serta klarifikasi mengenai efek samping yang
keterkaitan dengan dirinya dan mempunyai mungkin terjadi setelah menjalani MOP,
intensitas rangsangan yang cukup kuat membuat pria sulit untuk memutuskan untuk
(diamalkan atau dipraktikkan), 3) faktor menjadi akseptor MOP.16
lingkungan, proses mengingat lebih efektif bila Penelitian Bui Thu Thi Ha di Vietnam,
ada lingkungan yang menunjang dan terhindar menemukan bahwa pria dengan informasi
dari gangguan-gangguan.12 yang akurat mengenai MOP, akan
Berdasarkan hal tersebut, responden di memudahkan pria mengambil keputusan
pedesaan proses mengingatnya cenderung menjadi akseptor.17 Senada dengan penelitian
lebih efektif karena mempunyai minat yang Arsyad SS dan Wahyuni D di Jawa Timur
besar, serta mempunyai motivasi baik intrinsik dan Jawa Tengah menemukan bahwa
serta ekstrinsik yang lebih tinggi. Responden partisipasi pria tinggi dalam KB didukung oleh
di pedesaan juga merasa memiliki kepentingan faktor keterpaparan responden pada
untuk membatasi jumlah anak dengan informasi media massa, keterpaparan
berpartisipasi menjadi akseptor MOP, responden pada informasi sumber
sehingga pesan yang disampaikan dalam memperoleh alkon kondom, akses informasi
penyuluhan lebih diingat oleh responden. KB dari petugas KB, komunikasi tentang KB
Berbeda halnya dengan penemuan Setiawan yang seringkali dilakukan antara istri dan
B di desa Wonorejo Sragen bahwa sebagian suami, dan jumlah anak yang diinginkan
besar pengetahuan pria mengenai MOP suami.18
adalah cukup, yang menyebabkan masih Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa
rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB. pengetahuan atau kognitif merupakan ranah
Dalam studi ini juga disebutkan bahwa upaya yang sangat penting dalam membentuk
meningkatkan pengetahuan melalui promosi tindakan seseorang (overt behavior) atau
KB Pria dengan berbagai media dan bentuk dengan arti lain, bahwa pengetahuan
diharapkan akan meningkatkan pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal
97
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 94 - 99

bagi seseorang dalam berperilaku.5 Perilaku Daftar Pustaka


yang didasari oleh pengetahuan akan lebih 1. SDKI. Ringkasan hasil. 2007
tertahan lama, daripada perilaku yang tidak 2. BKKBN. Pedoman penggarapan
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan akan peningkatan partisipasi pria dalam
membentuk keyakinan tertentu sehingga program KB dan kesehatan reproduksi
seseorang berperilaku sesuai dengan yang berwawasan gender. Jakarta:
keyakinan.4,5 Seperti pendapat Green, bahwa BKKBN; 2000.
pengetahuan merupakan faktor awal dari suatu 3. Suprihastuti. Pengambilan keputusan
perilaku yang pada umumnya berkorelasi penggunaan alat kontrasepsi pria di
dengan perilaku. Pengetahuan mengenai suatu Indonesia. Analisa hasil SDKI 1997.
hal menyebabkan seseorang melakukan Yogyakarta: UGM; 2000
kegiatan yang berkaitan dengan hal yang 4. Keraf A.S., dan Dua M, 2001, Ilmu
diketahuinya itu. Dengan demikian pengetahuan sebuah tinjauan
pengetahuan pria mengenai MOP sangat filosofis. Yogyakarta: Kanisius.
penting untuk ditingkatkan, sehingga pria 5. Notoatmodjo S., 2005, Promosi
mempunyai konsep yang tepat dan benar kesehatan teori dan aplikasi.
mengenai MOP, dan selanjutnya tidak ragu Cetakan pertama. Jakarta: Rineka
lagi menjadi akseptor MOP. Cipta.
Kesimpulan dan Saran 6. Fisher WA, Black A. Contraception in
Canada: a review of method choices,
Pengetahuan tentang metode operasi pria characteristics, adherence and
(MOP) akseptor di pedesaan lebih tinggi approaches to counselling (review).
untuk menggunakan MOP sebagai cara CMAJ [online serial]. 2007 [diunduh
kontrasepsi daripada akseptor di perkotaan. 28 Juli 2010];176(7)[9 halaman].
Indikator yang berbeda adalah tanggung Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.
jawab dan pengakuan dari orang lain, nih.gov/pubmed/
kebijakan atau program KB gratis, adanya 7. BPS, 2010, Laporan KB di Bali.
fasilitas yang menunjang serta memadai dan 2010.
adanya anjuran atau dukungan baik dari istri, 8. Dahlan M.S., 2008, Statistik untuk
tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah, Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-
dalam pegetahuan mencakup pengertian, 3. Jakarta. Salemba Medika.
keuntungan, kerugian, efek samping. Jumlah 9. Dawson B., Trapp R.G., 2001, Basic
anak memberikan pengaruh positif terhadap & clinical biostatistics. New York.
pengetahuan tentang MOP. Lange Medical Books/McGraw-Hill.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk 10. Astiti TIP. Nilai anak dalam kehidupan
meneliti faktor-faktor lain yang mendorong keluarga Bali. Dalam: Ihromi TO,
pria menjadi akseptor MOP, seperti editor. Bunga rampai sosiologi
bagaimana perilaku termasuk pengetahuan keluarga. Jakarta: Yayasan Obor
dan sikap istri dan tokoh masyarakat Indonesia; 2004. h. 277-93.
mengenai MOP, serta dibuat dengan desain
penelitian kualitatif.

98
NW Armini (Sosiodemografi dan Pengetahuan...)

11. Amor C, Rogstad KE, Tindall C, 15. Iswarati, Rahmadewi, editor. Buku
Moore KTH, Giles D, Harvey P. sumber untuk advokasi: keluarga
Men’s experiences of vasectomy: a berencana, kesehatan reproduksi,
gruonded theory study. Sexual and gender, dan pembangunan
Relationship Therapy [serial online] kependudukan. Jakarta: BKKBN,
2008 August [diunduh 30 Januari UNFPA; 2003.BKKBN. Partisipasi
2011]; 23(3):[12 halaman]. Tersedia pria dalam KB dan kesehatan
dari: http://www.informaworld.com. reproduksi. Jakarta: BKKBN; 2006.
12. Verhaak C, Haryono. Filsafat ilmu 16. Baldea A, Legareb F, Labrecqueb M.
pengetahuan: telaah atas cara kerja Assessment of needs of men for
ilmu-ilmu. Jakarta: Gramedia; 1995. decision support on male sterilization.
13. Setiawan B. Hubungan antara J Pec [serial online]. 2006 [diunduh 27
pengetahuan dengan sikap suami dalam Agustus 2010]; 04(10). Tersedia dari:
ber-KB di desa Wonorejo wilayah http://www.pec-journal.com/article/
kerja Puskesmas Kedawung Sragen. S0738-3991%2806%2900130-3/
2010 [diunduh tanggal 21 Maret 17. Ha BTT, Jayasuria R, Owen N.
2010]. Tersedia dari: http:// Predictors of men’s acceptance of
library.ums.ac.id/ modern contraceptive practice: study
14. Budianto R, Wirakusumah FF, in rural Vietnam. Health education and
Sabarudin U, Pribadi A. Hubungan Behavior [serial online]. 2005 [diunduh
antara persepsi suami dengan 9 Agustus 2010]; 32(6)[10 halaman].
penggunaan alat kontrasepsi pria. Tersedia dari: http://heb.sagepub.com.
Bandung: Bagian OBGIN FK 18. Arsyad SS, Wahyuni D. Hubungan
UNPAD; 2008. beberapa faktor dengan partisipasi pria
dalam ber-KB dan kesehatan
reproduksi di Propinsi Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Jakarta: BKKBN;
2004.

99
ANALISIS FAKTOR YANG MENDORONG MASYARAKAT MELAKUKAN PAP
SMEAR DI KOTA DENPASAR

I GA Dewi Sarihati1, I GAM Aryasih2, A Elly Yulianti3

Abstract. Carcinoma of the cervix uteri is the second most common cancer disease
common in women aged 20-55 years. If cases are found at an advanced stage it
becomes very high mortality rate, while carcinoma of the cervix uteri is found at an
early stage, the cure rate can reach 100%. Action pap smear, can detect pre-cancerous
abnormalities. This study aims to analyze the factors that drive people to do a pap
smear in Denpasar. The method used in this study is descriptive, to find a woman
who did a pap smear and then trace the factors that drive them to a pap smear.
Respondents were drawn from mothers who had a pap smear until quotas are met as
many as 100 people. The results showed that the respondents do pap smears because
of their own accord as much as 61%, 21% delivered by a doctor who examined
because of suspicious abnormalities, eleven percent (11%) because of the advice of
health workers such as midwives and nurses, 5% at the instigation of a close family
including her husband, children and nieces, two percent (2%) as recommended by
public figures such as” kelian banjar” and the wife of her boss. With the results of
this study are expected to be able to do more intensive health promotion so that
more people understand about cervical cancer.
Keywords: Pap smear, carcinoma cervix
Kejadian karsinoma serviks uteri merupakan penyebab utama pada 70% kasus karsinoma
kanker terbesar kedua yang menyerang serviks uteri di dunia. Perjalanan dari infeksi
perempuan setelah karsinoma payudara1. Di HPV hingga menjadi karsinoma serviks uteri
Indonesia, karsinoma serviks uteri telah memakan waktu cukup lama, yaitu sekitar 10
menjadi pembunuh nomor satu dari hingga 20 tahun. Namun proses ini seringkali
keseluruhan kanker. Karsinoma serviks uteri tidak disadari para penderita, karena proses
merupakan penyakit kanker paling umum HPV kemudian menjadi pra-kanker sebagian
kedua yang biasa diderita perempuan berusia besar berlangsung tanpa gejala. Umumnya
20-55 tahun. Prevalensi karsinoma serviks gejala yang ditunjukkan seperti perdarahan
uteri di Indonesia mencapai 90-100 kasus per menandakan bahwa perjalanan penyakit
100 ribu penduduk, di mana ditemukan sudah mencapai stadium lanjut. Bila kasus
200.000 kasus baru setiap tahunnya 2. ditemukan pada stadium lanjut maka angka
Perempuan Indonesia yang berisiko menderita kematian sangat tinggi. Dua ratus tujuh puluh
karsinoma serviks uteri pada usia 15-61 tahun ribu perempuan meninggal dunia dari 500.000
mencapai 58 juta orang, sedangkan pada usia perempuan di dunia yang didiagnosis terinfeksi
10-14 tahun sekitar 10 juta perempuan karsinoma serviks uteri setiap tahun3. Sekitar
mengalami kasus yang sama. Karsinoma 85% kematian akibat karsinoma serviks uteri
serviks uteri atau kanker leher rahim adalah terjadi di negara berkembang termasuk
keganasan pada serviks uteri yang diduga Indonesia. Di Indonesia, setiap tahun, terdapat
disebabkan oleh Human papilloma virus lebih dari 15.000 kasus baru dan kurang lebih
(HPV). Tipe 16 dan 18 dari HPV merupakan 8.000 kematian.

1 Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar


2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar
100
I GA Dewi Sarihati, I GAM Aryasih, A Elly Yulianti (Analisis Faktor Yang...)

Karsinoma serviks uteri yang ditemukan pada orang (24 %), kelompok usia 50–59 tahun
tahap awal, angka kesembuhan bisa sebanyak 20 orang (20%), enam orang (6%)
mencapai 100%. diantaranya berusia antara 20-29 tahun, dan
Tindakan pap smear, bagi yang sudah pernah usia 60 tahun ke atas sebanyak 2 orang ( 2%).
melakukan hubungan intim, bisa mendeteksi Tingkat pendidikan yang dimiliki responden
kelainan pra kanker. Jika masih ditemukan adalah dari yang tidak sekolah sampai dengan
pada tahap ini, masih bisa sembuh 100%. tingkat perguruan tinggi yaitu strata 2 (S2).
Setiap perempuan tanpa pandang usia dan Distribusi yang terbanyak adalah tingkat
gaya hidup bisa terserang karsinoma serviks SLTA yaitu sebanyak 38 orang ( 38 %)
uteri. Karena itu, untuk menurunkan angka kemudian diikuti oleh tingkat Diploma 18 %,
kematian akibat kanker ini, ada baiknya Strata 1 sebanyak 15%, SD 14%, SLTP
melakukan tindakan pencegahn dengan 10%, Strata 2 sebanyak 4 % dan 1% tidak
memadukan vaksinasi dengan tindakan sekolah (tabel 1).
screening seperti pap smear. Risiko
karsinoma serviks uteri berhubungan dengan
tingkat pendidikan, Studi case – control
menunjukkan bahwa kejadian karsinoma
serviks uteri 1,5 kali pada perempuan dengan
tingkat pendidikan yang rendah 4. Tujuan
Penelitian adalah untuk mengetahui faktor –
faktor apakah yang mendorong masyarakat
melakukan pemeriksaan pap smear di Kota
Denpasar.
Metode
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu
menggambarkan keadaan di lapangan Jenis pekerjaan para responden bervariasi,
kemudian dibahas dengan teori yang ada serta ada yang tidak bekerja dan menjadi ibu
penelitian terkait. Pengambilan data melalui rumah tangga, wiraswasta (termasuk
pengisian kuisioner dan wawancara terhadap pedagang), PNS, karyawan swasta
responden di wilayah Kota Denpasar mulai (termasuk buruh, dan pemandu wisata). Ibu-
Juni – Oktober 2012. Populasi adalah wanita
ibu yang diwawancarai paling banyak yaitu
yang melakukan pemeriksaan pap smear di
sebanyak 29 % sebagai wiraswasta, diikuti
Kota Denpasar. Sampel sebanyak 100 orang oleh ibu yang bekerja sebagai PNS yaitu 28
yang memenuhi kriteria sebagai berikut: % yang tidak bekerja sebanyak 25%, dan
wanita sudah menikah, usia 20 – 70 tahun, sebagai karyawan swasta 18 %, (tabel 2).
pernah melakukan pap smear dan bersedia
dijadikan responden.
Hasil Penelitian dan Pembahasan

Identitas Responden
Sebanyak 100 orang ibu yang diwawancarai
memiliki rentang usia antara 24 sampai 66
tahun. Jumlah terbanyak yaitu 48 orang
(48%) berada di kelompok usia 40–49 tahun,
diikuti rentang usia 30–39 tahun sebanyak 24

101
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 100 - 104

Distribusi Responden Berdasar Jarak rumah dengan tempat melakukan


Pelaksanaan Pap Smear pemeriksaan bisa menjadi alasan mengapa
Responden yang melaksanakan pap smear seseorang enggan untuk melakukan
tidak semuanya melanjutkan dengan pap pemeriksaan yang rutin. Dari 100 orang
smear ulang sebagai rangkaian dalam responden sebagian besar yaitu 71 orang
mendeteksi dini kanker serviks. Tiga puluh (71%) menyatakan rumah mereka dekat dari
sembilan orang (39 %) melakukan 1 kali tempat melakukan pemeriksaan pap smear
pemeriksaan pap smear, 61 orang (61%) dan 29 orang (29 %) menyatakan letaknya
melaksanakan pap smear lebih dari satu kali. jauh. Dari 29 orang yang menyatakan jauh
Diantara 61 orang yang melakukan pap dari tempat pemeriksaan, 12 orang (41% )
smear ulang 35 orang (57 % telah pap smear menyatakan enggan melakukan pap smear
1-3 kali dan sisanya 26 orang (43%) lebih ulang secara rutin dengan alasan jauh
dari 3 kali. sementara 17 orang (59%) menyatakan
Jarak antara pap smear pertama dan yang jauhnya jarak bukan masalah bagi mereka
berikutnya adalah tergantung dari hasil untuk melakukan pemeriksaan.
pemeriksaan diungkapkan oleh 34 responden Biaya menjadi sebuah pertimbangan dalam
( 56%) dan berjarak 1 tahun sebanyak 27 memilih pelayanan, demikian juga dalam
orang (44%). Sedangkan dari 39 responden pemeriksaan pap smear. Banyak orang yang
yang pap smear hanya 1 kali, tidak mempermasalahkan biaya karena
dilaksanakannya lebih dari 6 bulan sebanyak manfaat yang didapat. Pernyataan respoden
34 orang (87%) dan kurang dari 6 bulan akan pengaruh biaya pemeriksaan pap smear
sebanyak 5 orang (13%). dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang
(30 %) menilai mahal sementara 70 orang
Distribusi Responden Berdasar
(70%) menyatakan tidak mahal. Dari 30
Anjuran Yang Diterima
orang yang mengatakan mahal, 40%
Responden melakukan pemeriksaan pap diantaranya yaitu sebanyak 12 orang
smear atas kemauan sendiri dan ada juga atas mengatakan biaya yang mahal menjadi
anjuran orang lain. Dari seluruh responden masalah dalam melakukan pap smear ulang
sebagian besar yaitu sebanyak 61 % secara rutin, sementara sisanya sebanyak 18
melakukan pap smear atas keinginan sendiri, orang (60%) menyatakan biaya yang mahal
21 % dikirim oleh dokter yang memeriksa bukan alasan untuk tidak pap smear ulang
karena mencurigai adanya kelainan, 11 % atas secara rutin.
anjuran tenaga kesehatan seperti bidan dan
perawat, 5 % atas anjuran keluarga dekat Distribusi Responden Berdasar
antara lain suami, anak dan keponakan, dua Pengetahuan Tentang Pap Smear
orang (2 %) karena anjuran tokoh masyarakat Pemeriksaan pap smear bermanfaat
seperti kelian banjar dan istri dari atasannya diungkapkan oleh semua responden yang
(tabel 3). berjumlah 100 orang (100%) dan tidak ada
yang menyatakan merugikan. Sembilan puluh
delapan orang (98%) menyatakan bahwa pap
smear dapat mendeteksi kanker serviks dan
hanya dua orang (2%) yang tidak. Lima puluh
sembilan orang (59%) tahu faktor yang
mendukung terjadinya kanker serviks dan
selebihnya (41 %) tidak tahu. 63,2,35 Infeksi
human papilloma virus (HPV) diketahui
sebagai faktor pendukung terjadinya kanker
102
I GA Dewi Sarihati, I GAM Aryasih, A Elly Yulianti (Analisis Faktor Yang...)

serviks dinyatakan oleh 63 orang (63%), dua Adanya banyak informasi mengenai kanker
orang ( 2%) menyatakan infeksi tersebut tidak serviks menyebabkan ada kemauan dari diri
mendukung, 35 orang (35%) menyatakan sendiri untuk melakukan pemeriksaan pap
tidak tahu tentang hubungan antara infeksi smear, walaupun awalnya mereka dikirim oleh
HPV dengan kanker serviks. dokter untuk pap smear akibat keluhan yang
disampaikan seperti keputihan, tapi mereka
Pembahasan melanjutkan melakukan pap smear atas
Pap smear merupakan satu cara yang bisa kemauan sendiri.
dilakukan untuk deteksi dini adanya kanker Selain dokter dan tenaga kesehatan lain, orang
serviks. Pemeriksaan ini sering menakutkan terdekat dengan pasien seperti suami, anak
bagi sebagian orang karena memikirkan akan juga sangat berperanan dalam mendorong
hasilnya yang mengarah kepada kanker responden untuk melakukan pap smear.
serviks. Tujuan pemeriksaan pap smear yang Demikian juga orang yang berpengaruh seperti
rutin perlu dilakukan karena bila diketahui lebih atasan di sebuah instansi, kelian banjar juga
dini, keganasan ini bisa ditangani dengan baik punya peranan dalam mendorong untuk
sehingga dapat mengurangi kejadian stadium melakukan pap smear. Dengan demikian
lanjut yang dapat mengakibatkan kematian 3. peranan orang-orang yang ada di sekitar
Pemeriksaan yang dilakukan saat sudah penting artinya dalam meningkatkan keinginan
memperlihatkan gejala maka kemungkinanan untuk melakukan pap smear.
sudah stadium lanjut. Perasaan takut akan Biaya dan jarak meskipun menjadi
hasilnya ini juga diungkapkan oleh beberapa pertimbangan dalam melakukan pap smear,
responden yang ikut dalam penelitian ini. tapi hal tersebut tidak sepenuhnya karena
Mereka juga mengungkapkan perasaan suka pendapat responden yang menyatakan bahwa
setelah mendapatkan hasil yang normal tapi mahalnya biaya pemeriksaan tak semahal
ada juga yang tidak melanjutkan pemeriksaan akibat yang diterima bila tidak melakukan
rutin karena hasil yang normal pada pemeriksaan dan ternyata dikemudian hari
pemeriksaan pertama. Pada kenyataannya terdeteksi kanker serviks stadium lanjut.
perjalanan untuk terjadinya kanker serviks Jauhnya jarak pada masa sekarang bisa
membutuhkan waktu yang lama sehingga dijangkau dengan kendaraan yang ada.
perlu diinformasikan kepada pasien untuk Human papilloma virus (HVP) bertanggung
tetap melakukan pemeriksaan rutin. jawab untuk semua kasus keganasan pada
Perasaan malu atau risih pada saat dilakukan seviks uteri terutama tipe 16 dan 18 5. Hal
pemeriksaan juga dirasakan oleh responden. tersebut diketahui oleh 63 % responden dan
Kalau dipikirkan proses yang dilakukan saat sisanya tidak tahu serta ada dua orang yang
pengambilan sampel akan membuat pasien menyatakan bahwa HPV bukan penyebab
risih, tapi ada baiknya seorang tenaga kanker serviks. Ini terjadi kemungkinan
kesehatan bisa menunjukkan sikap yang kurangnya informasi yang diterima sehingga
sopan kepada pasien dan adanya pemahaman memberi peluang kepada petugas kesehatan
dari pasien tentang etik yang dipunyai oleh untuk memberikan informasi kepada wanita
tenga kesehatan sehingga perasaan malu/risih khususnya dan masyarakat pada umumnya
dari pasien bisa dikurangi. Rasa malu dan tentang HPV yaitu cara penularannya,
takut tersebut bisa dikalahkan oleh rasa ingin akibatnya bila terinfeksi melalui penyuluhan
tahu mereka terhadap kondisi kesehatan organ maupun tulisan di media massa. Dengan
reproduksinya serta keinginan untuk adanya pengetahuan tersebut diharapkan bisa
mendeteksi lebih dini adanya kanker serviks menghindari tertular infeksi HVP sehingga
karena informasi yang mereka dapatkan dari kejadian kanker serviks bisa menurun
berbagai pihak. terutama pada orang yang berpendidikan
103
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 100 - 104

rendah karena sesuai dengan penelitian yang Daftar Pustaka


menunjukkan bahwa kejadian karsinoma 1. Canavan, T. P. dan Dishi, N. R.
serviks uteri 1,5 kali pada perempuan dengan Cervical Cancer. American Family
tingkat pendidikan rendah 4. Physician: 2000.
Kesimpulan dan Saran 2. Wardoyo. H. Kanker Serviks.
Disampaikan pada seminar Kanker
Faktor paling besar yang mendorong Serviks dan Pencegahannya.
responden dalam melakukan pemeriksaan Yogyakarta, 4 Nopember 2009.
pap smear adalah adanya kemauan dari diri 3. Utami, T.,W. Deteksi Dini Cegah
sendiri sedangkan faktor lain yang juga bisa Kematian Akibat kanker Serviks.
memberi dorongan adalah faktor tenaga Disampaikan dalam seminar bertema
kesehatan dan orang dekat di sekitar Risk of Cervical Cancer. Jakarta, 26
responden. Promosi kesehatan mengenai Mei 2009.
kanker serviks lebih ditingkatkan khususnya 4. Franceschi, S., Plummer, M., Clifford,
menyangkut keuntungan deteksi dini sehingga G., S de Sanjose, Bosch, X., Herrero,
bisa menambah wawasan masyarakat tentang R., Muñoz, N., and Vaccarella, S.
mudahnya penanganan yang dilakukan bila Differences in the risk of cervical cancer
diketahui lebih awal adanya kanker serviks and human papillomavirus infection by
dan untuk menghilangkan pendapat bahwa education level. British Journal of
semua kanker tidak dapat ditangani dalam Cancer, 2009 ;101: 865–70.
stadium apapun. 5. Castellsagué X, Bosch FX, Munoz N,
Meijer CJ, Shah KV, de Sanjose S,
Eluf-Neto J, Ngelangel CA,
Chichareon S, Smith JS, Herrero R,
Moreno V, Franceschi S; International
Agency for Research on Cancer
Multicenter Cervical Cancer Study
Group. Male circumcision, penile
human Papillomavirus infection, and
cervical cancer in female partners. N.
Engl J Med, 2002.

104
PENGARUH KELAS ANTE NATAL TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN, KETRAMPILAN DAN KEBERHASILAN INISIASI
MENYUSUI DINI PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DAUH PURI DENPASAR

Ni Nyoman Sumiasih1

Abstract. Early Breastfeeding initiation can increases exclusive breastfeeding. This


research is aimed knowing the effect of ante natal class to the knowledge, attitude
and the success of early breastfeeding. The research was conducted at Dauh Puri
Public Health Center starting from June 2012. The populations of the research were
some pregnant and delivering mothers at Dauh Puri Public Health Center who have
attended ante natal class progam as many as 51 respondents (intervention group)
and a control group are same pregnant and delivering mothers at Dauh Puri Public
Health Center who have not attended ante natal class program as many as 24 persons.
The type of this research is an analytical categorical with cross sectional approach.
The effect of knowledge and attitude of pregnant mothers who have attended ante
natal class program was analyzed using Mann-Whiney test, resulting that the
correlation of knowledge and the success of early breastfeeding initiation is moderately
correlated towards positive direction and significant. The correlation of attitude to
the success of early breastfeeding initiation is moderately correlated towards positive
direction and significant. The degree of the effect of knowledge and attitude about
early breastfeeding initiation to the success of early breastfeeding initiation is analyzed
using regression logistic test, resulting that there is an effect of ante natal class to the
knowledge, attitude and the success of early breastfeeding initiation, with a
contribution of 61.5%. It is suggested that every institution that provides mother
and child health care, implement ante natal class to increase the success of early
breastfeeding initiation.
Keywords: knowledge, attitude, early breastfeeding initiation
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pada 1991 menjadi 34 per 1000 kelahiran
Millenium Devolepment Goals (MDGs) IV hidup pada 200, sedangkan AKI sebesar 228
dan V yaitu menurunkan angka kematian bayi per 100.000 kelahiran hidup1, masih tetap
dan meningkatkan kesejahteraan ibu banyak perlu diakselerasi untuk mencapai tujuan
program yang telah diselenggarakan oleh MDGS 2015, yaitu kematian bayi diharapkan
pemerintah khususnya kementrian kesehatan. 24 per 1000 kelahiran hidup dan AKI
Salah satu program yang bisa menyasar kedua diharapkan 102 per 100.000 kelahiran hidup.
tujuan tersebut adalah melakukan inisiasi AKI dan AKB masih merupakan masalah
menyusu dini (IMD) pada bayi segera setelah kesehatan reproduksi di seluruh daerah,
lahir. Keselamatan bayi dan kesehatan ibu termasuk Bali. Rata-rata AKI dan AKB di
merupakan indikator derajat kesehatan suatu Bali jauh lebih rendah dari rata-rata nasional2.
bangsa maupun daerah dapat dilihat dari Pada 2010 AKI di Bali mencapai 80,47 per
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka 100.000 kelahiran hidup dan AKB 8,19 per
Kematian Bayi (AKB). Walaupun AKB 1000 kelahiran hidup. Untuk Denpasar AKB
menurun dari 68 per 1000 kelahiran hidup mencapai 11,01 per 1000 kelahiran hidup dan

1 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar


105
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 105 - 112

cakupan AKB di Kota Denpasar masih lebih penting, karena IMD dapat meningkatkan
tinggi daripada kabupaten lainnya di Bali, keberhasilan ASI eksklusif dan lama menyusui
namun masih di bawah target nasional yaitu maka akan membantu mengurangi kemiskinan
sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup2. Oleh dan mengurangi kelaparan. Air susu ibu dapat
karena itu usaha penurunan AKB masih perlu memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai
dilanjutkan dalam rangka mendapatkan usia dua tahun, membantu mengurangi angka
sumber daya manusia yang berkualitas. kematian anak balita. Inisiasi menyusu dini juga
Saat ini pemerintah terus melakukan upaya dapat meningkatkan keberhasilan pemberian
pencegahan untuk menurunkan AKB dan ASI eksklusif dan keberhasilan pemberian
salah satunya dengan melaksanakan program ASI sampai anak usia dua tahun atau lebih3
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang secara Pencapaian enam bulan ASI eksklusif
tidak langsung berdampak positif terhadap bergantung pada keberhasilan IMD pada satu
pemberian ASI eksklusif. IMD adalah upaya jam pertama. ASI eksklusif selama enam bulan
pembelajaran kepada bayi untuk menyusu pertama kehidupan, bersamaan dengan
pertama kali dengan tindakan meletakkan pemberian makanan pendamping ASI dan
bayi di atas perut atau dada ibu dan meneruskan ASI dari enam bulan sampai dua
membiarkan terjadinya kontak kulit bayi tahun, dapat mengurangi sedikitnya 20%
dengan kulit ibu3. Fungsi IMD terkait dengan kematian anak balita3. Pada 30 menit pertama,
kekebalan bayi dimana ASI pertama yang bayi istirahat dalam keadaan siaga, sesekali
mengandung kolostrum memberi dampak melihat ibunya, beradaptasi, dan menyesuai-
positif bagi bayi. Kolostrum merupakan kan diri dengan lingkungan, 40 menit pertama
sumber imunitas pertama bagi bayi yang bayi mulai mengeluarkan suara, membuat
mengandung sel darah putih dan antibodi yang gerakan mengisap dan memasukkan tangan
berfungsi mencegah penyakit3. ke mulut. IMD memberikan kesempatan pada
Keberhasilan IMD harus dimulai sejak bayi bayi untuk mulai menyusu segera setelah bayi
dalam kandungan melalui ante natal care dilahirkan. Bayi harus dipastikan agar
(ANC). Dalam kurun waktu ANC ada salah mendapatkan kesempatan untuk melakukan
satu program yang dilakukan untuk IMD paling tidak satu jam pertama setelah ia
keberhasilan IMD yaitu melalui ante natal lahir. IMD satu jam pertama akan menunjang
kelas. Melalui ante natal kelas ini terdapat proses lancarnya ASI di kemudian hari3.
materi penyuluhan yang diberikan kepada ibu Program IMD ini telah dilaksanakan di
hamil bersama pasangannya antara lain IMD. Puskesmas Pembantu Dauh Puri yang
IMD merupakan salah satu rangkaian/langkah merupakan puskesmas pembantu dari
pada prosedur operasional pertolongan Puskesmas II Denpasar Barat. Puskesmas
persalinan normal. Melalui penerimaan materi Pembantu Dauh Puri ini merupakan tempat
IMD saat ante natal kelas diharapkan ibu hamil yang memiliki kunjungan ibu hamil dan bersalin
memiliki pengetahuan dan pemahaman cukup banyak yaitu 45 orang per bulan. Selain
berkaitan dengan tujuan, manfaat dan itu berdasarkan studi pendahuluan yang telah
pelaksanaan IMD, yang akhirnya akan dilakukan pada 27 Januari 2012 oleh peneliti
membentuk sikap positif terhadap IMD. didapatkan 15 orang yang bersalin dan
Berdasarkan pengetahuan yang baik dan sikap mendapatkan perlakuan IMD di Puskesmas
yang positif tentang IMD diharapkan Pembantu Dauh Puri, lima orang yang
pelaksanaannya akan berhasil pula dengan menyatakan memberikan ASI saja untuk
baik, yang pada akhirnya akan bisa bayinya dari usia satu hari sampai tiga bulan
meningkatkan pemberian ASI ekslusif. dan 10 orang menyatakan memberikan ASI
Peran IMD dalam pencapaian Millenium dengan PASI kepada bayinya dari usia satu
Devolepment Goals (MDGs) sangatlah hari sampai tiga bulan.
106
NN Sumiasih (Pengaruh Kelas Antenatal...)

Metode kelompok perlakuan memiliki rentang usia


Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan lebih dari 30 tahun; sampel kedua kelompok
desain pretes – posttes control group yang paling banyak primipara (pernah melahirkan
bertujuan untuk menganalisis pengaruh ante satu kali), dengan pendidikan paling banyak
natal kelas terhadap perubahan pengetahuan SMU, tidak ada yang memiliki pendidikan
dan sikap ibu bersalin serta keberhasilan IMD perguruan tinggi, paling banyak sebagai ibu
dilaksanakan pada Juni sampai Agustus 2012 rumah tangga, tidak ada sampel pada
di Puskesmas Pembantu Dauh Puri. Populasi kelompok kontrol sebagai wiraswasta.
penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang Hasil uji normalitas data
mendapat pelayanan antenatal dan melahirkan Sebelum melakukan analisis bivariat,
di Puskesmas Pembantu Dauh Puri pada Juni dilakukan uji distribusi menggunakan uji
s.d. Agustus 2012 dengan kriteria inklusi Shapiro – Wilkdengan hasil analisis disajikan
seperti berikut, kelompok kontrol (24 orang) pada Tabel 1.
adalah ibu hamil yang tidak mengikuti ante
natal kelas. a) umur kehamilan minimal 36
minggu, b) pendidikan minimal SMP, c)
Kehamilan normal, d) berencana melahirkan
di Pustu Dauh Puri, e) bersedia sebagai
responden. Kelompok perlakuan (51 orang)
adalah ibu hamil yang mendapat ante natal
kelas dengan kriteria, a) umur kehamilan
minimal 36 minggu, b) pendidikan minimal Tabel 1 memberi informasi bahwa seluruh
SMP, c) kehamilan normal, d) berencana data tidak berdistribusi normal (p<0,05).
melahirkan di Pustu Dauh Puri. Kriteria Dengan demikian, analisis berikutnya akan
Eksklusi Ibu hamil yang menderita penyakit mengacu pada nilai median dan analisis
seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC paru, nonparametrik.
hipertensi. dan Ibu hamil yang mengalami Pengetahuan ibu hamil tentang IMD sebelum
penyulit seperti kelainan letak, kelainan mendapat perlakuan (pretest), pada Tabel 2.
kongenital pada janin.
Data dianalisis dengan dua cara yaitu,
univariate untuk menggambarkan distribusi
frekuensi dan proporsi dari masing-masing
variabel (pengetahuan, sikap, dan
keberhasilan IMD). Disamping itu, dilakukan
pula analisis distribusi menggunakan uji
normalitas Kolmogorov smirnov. Data
dinyatakan berdistribusi normal bila diperoleh
nilai p>0,05. Analisis bivariat untuk
menemukan pengaruh antenatal kelas Dari tabel 2 menunjukkan, median kelompok
terhadap pengetahuan, sikap dan keberhasilan kontrol (20) tidak auh berbeda daripada
IMD4. kelompok perlakuan (19). Skor minimum dan
maksimum juga tidak jauh berbeda antara
Hasil kelompok perlakuan dan kelompok control.
Karakteristik sampel menunjukkan bahwa Deviasi skor pengetahuan pada kelompok
seluruh kelompok kontrol (100%) memiliki perlakuan lebih besar dari pada kelompok
rentang usia 20-30 tahun, sedangkan 15,69% kontrol.

107
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 105 - 112

Sikap ibu hamil terhadap IMD sebelum


mendapat perlakuan (pretest), disajikan pada
Tabel 3.

Tabel 5 memberi informasi bahwa median,


skor minimum, skor maksimum pada
kelompok kontrol lebih rendah daripada
kelompok perlakuan Deviasi skor sikap pada
Tabel 3 memberi gambaran bahwa median kelompok perlakuan lebih rendah dari pada
kelompok kontrol (23) tidak auh berbeda kelompok kontrol.
daripada kelompok perlakuan (22). Skor Keberhasilan melaksanakan inisiasi menyusu
minimum juga tidak auh berbeda antara dini selengkapnya disajikan pada tabel 6.
kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan , sedangkan skor maksimum lebih
rendah pada kelompok perlakuan. Deviasi
skor sikap pada kelompok perlakuan lebih
rendah dari pada kelompok kontrol.
Pengetahuan ibu hamil tentang IMD setelah
mendapat perlakuan (Posttest), selengkapnya
disajikan pada tabel 4.
Tabel 6 memberi informasi bahwa sebagian
besar kelompk perlakuan berhasil
melaksanakan IMD, sedangkan kelompok
control sebaliknya, yaitu 70,83% gagal
melakukan IMD.
Tabel 7 berikut ini memberi informasi bahwa
semakin tinggi pengetahuan ibu hamil tentang
IMD, semakin berhasil melaksanakan IMD.
Demikian juga sikap, semakin tinggi/baik sikap
Dari tabel 4 diketahui bahwa median
ibu hamil terhadap IMD, semakin berhasil
kelompok kontrol (20) lebih rendah daripada
melaksanakan IMD. Semakin tinggi
kelompok perlakuan (22). Skor minimum
pengetahuan tentang IMD, semakin tinggi pula
maupun maksimum lebih tinggi pada
sikap ibu hamil terhadap IMD.
kelompok perlakuan dari pada kelompok
kontrol. Deviasi skor pengetahuan pada
kelompok perlakuan lebih kecil dari pada
kelompok kontrol.
Sikap ibu hamil terhadap IMD setelah
mendapat perlakuan (posttest), selengkapnya
disajikan pada tabel 5.

108
NN Sumiasih (Pengaruh Kelas Antenatal...)

Tabel 7 menunjukkan terdapat hubungan Pembahasan


sedang dengan arah negatif dan sangat Pengetahuan ibu hamil tentang IMD sebelum
bermakna antara pengetahuan dengan mendapatkan antenatal kelas pada kelompok
keberhasilan IMD dan antara sikap dengan kontrol dan perlakuan, ditemukan bahwa
keberhasilan IMD. Terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil tentang IMD sebelum
sedang dengan arah positif dan sangat mendapat antenatal kelas pada kelompok
bermakna antara pengetahuan tentang IMD kontrol dan perlakuan menunjukkan, median
dengan sikap ibu hamil terhadap IMD. kelompok kontrol (20) tidak jauh berbeda
dengan kelompok perlakuan (19). Skor
minimum dan maksimum juga tidak jauh
berbeda antara kelompok control dengan
kelompok perlakuan. Deviasi skor
pengetahuan pada kelompok perlakuan lebih
besar dari pada kelompok kontrol. Perbedaan
deviasi antara kelompok control dengan
kelompok perlakuan disebabkan karena
variasi umur pada kelompok perlakuan lebih
Tabel 8 menunjukkan terdapat perbedaan besar daripada kelompok kontrol di mana
bermakna pengetahuan tentang IMD dan umur responden kelompok kontrol cendrung
sikap terhadap IMD sebelum dengan sesudah lebih homogen yaitu rentang usia mereka antar
diberi perlakuan pada kelompok perlakuan, 20-30 tahun, sedangkan 15,69% kelompok
sedangkan pada kelompok kontrol tidak perlakuan memiliki rentang usia lebih dari 30
terdapat perbedaan. tahun. Umur dapat mempengaruhi
Besarnya pengaruh kelas antenatal pada pengetahuan seseorang. Umur lebih muda
penelitian ini dapat diketahui dengan analisis mempunyai daya ingat lebih kuat
regresi logistic. Hasil omnibus test of model dibandingkan dengan orang yang lebih tua.
coefficients diperoleh chi-square sebesar Di samping itu, kemampuan untuk menyerap
43,830 dengan p=0,000. Angka ini pengetahuan baru lebih mudah dilakukan pada
menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur yang lebih muda karena otak berfungsi
pengetahuan dan sikap tentang IMD setelah maksimal pada umur muda.
mengikuti antenatal kelas dengan keberhasilan Sikap ibu hamil tentang IMD sebelum
IMD. Predicted percentage correct mendapatkan antenatal kelas pada kelompok
diperoleh 90,7. Hal ini berarti, ketepatan kontrol dan perlakuan, ditemukan bahwa
prediksi pada penelitian ini sebesar 91%. gambaran median kelompok kontrol (23)
Kontribusi pengetahuan dan sikap tentang tidak jauh berbeda dengan kelompok
IMD setelah mengikuti kelas antenatal perlakuan (22). Skor minimum lebih rendah
terhadap keberhasilan pelaksanaan IMD pada kelompok kontrol, sedangkan skor
sebesar 61,5%. Angka tersebut menunjukkan maksimum lebih rendah pada kelompok
bahwa 61,5% keberhasilan IMD bisa perlakuan. Deviasi skor sikap pada kelompok
dijelaskan oleh pengetahuan dan sikap perlakuan lebih rendah dari pada kelompok
tentang IMD setelah mengikuti kelas kontrol. Perbedaan sikap pada kelompok
antenatal, sisanya (38,5%) dijelaskan oleh kontrol dan perlakuan belum bisa
faktor / sebab-sebab yang lain. diperkirakan karena sikap adalah merupakan
reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi

109
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 105 - 112

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari Keberhasilan IMD pada ibu bersalin pada
perilaku yang tertutup. Jadi sikap masih kelompok kontrol dan perlakuan memberi
merupakan reaksi tertutup yang tidak dapat informasi bahwa sebagian besar kelompk
dilihat secara langsung tetapi dapat ditafsirkan perlakuan berhasil melaksanakan IMD,
melalui pelaksanaan, wawancara, atau sedangkan kelompok kontrol sebaliknya, yaitu
kuestioner (1). 70,83% gagal melakukan IMD. Hasil ini
Pengetahuan ibu hamil tentang IMD setelah sesuai dengan tujuan antenatal kelas yaitu
mendapat antenatal kelas pada kelompok meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik
kontrol dan perlakuan, ditemukan bahwa (perilaku) ibu hamil tentang perawatan
median kelompok kontrol (20) lebih rendah persalinan yang meliputi tanda-tanda
daripada kelompok perlakuan (22). Skor persalinan, tanda bahaya pada persalinan,
minimum maupun maksimum lebih tinggi pada proses persalinan dan IMD. Jadi melalui
kelompok perlakuan dari pada kelompok antenatal kelas ini kelompok perlakuan lebih
kontrol. Deviasi skor pengetahuan pada banyak dapat informasi, berinteraksi dan
kelompok perlakuan lebih kecil dari pada tukar pengalaman antar peserta dan antara
kelompok kontrol. Melalui kelas ibu hamil ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan
yang merupakan sarana untuk belajar tentang kesehatan ibu dan anak khususnya
bersama, diskusi, dan tukar pengalaman bagi tentang IMD dibandingkan dengan kelompok
ibu hamil dalam bentuk tatap muka tentang kontrol.
kesehatan ibu dan anak yang meliputi Hubungan pengetahuan dan sikap responden
kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan tentang IMD dengan keberhasilan
serta inisiasi menyusu dini, maka kelompok melaksanakan IMD dari hasil uji statistik
perlakuan mendapatkan lebih banyak menggunakan Mann Withney menunjukkan
informasi tentang IMD sehingga skor terdapat hubungan sedang dengan arah positif
maksimum lebih tinggi daripada kelompok dan sangat bermakna antara pengetahuan
kontrol. dengan keberhasilan IMD dan antara sikap
Sikap ibu hamil tentang IMD setelah dengan keberhasilan IMD. Terdapat
mendapatkan ante natal kelas pada kelompok hubungan sedang dengan arah positif dan
kontrol dan perlakuan., sikap ditemukan sangat bermakna antara pengetahuan tentang
bahwa median, skor minimum, skor IMD dengan sikap ibu hamil terhadap IMD.
maksimum pada kelompok kontrol lebih Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo,
rendah daripada kelompok perlakuan Deviasi (2007) bahwa pengetahuan merupakan fungsi
skor sikap pada kelompok perlakuan lebih dari sikap, menurut fungsi ini manusia
rendah dari pada kelompok kontrol. Hasil ini mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu,
sesuai dengan tujuan pemberian antenatal untuk mencapai penalaran dan untuk
kelas yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap mengorganisasikan pengalaman. Pengetahuan
dan praktik (perilaku) ibu hamil tentang adalah sebagai suatu pembentukan yang terus
perawatan persalinan yang meliputi tanda- menerus oleh seseorang yang setiap saat
tanda persalinan, tanda bahaya pada mengalami reorganisasi karena adanya
persalinan, proses persalinan dan IMD. pemahaman-pemahaman baru. Jadi semakin
Melalui antenatal kelas ini kelompok tinggi pengetahuan tentang IMD, semakin
perlakuan lebih banyak dapat informasi, positif pula sikap ibu hamil terhadap IMD,
berinteraksi dan tukar pengalaman antar semakin tinggi pengetahuan ibu hamil tentang
peserta dan antara ibu hamil dengan petugas IMD, semakin berhasil melaksanakan IMD.
kesehatan/bidan tentang kesehatan ibu dan Demikian juga sikap, semakin tinggi/baik sikap
anak khususnya tentang IMD dibandingkan ibu hamil terhadap IMD, semakin berhasil
dengan kelompok kontrol. melaksanakan IMD.
110
NN Sumiasih (Pengaruh Kelas Antenatal...)

Hasil ini memberi informasi bahwa tujuan Angka tersebut menunjukkan bahwa 61,5%
antenatal kelas berhasil meningkatkan keberhasilan IMD bisa dijelaskan oleh
pengetahuan, sikap dan praktik (perilaku) ibu pengetahuan dan sikap tentang IMD setelah
hamil tentang IMD. mengikuti kelas antenatal, sisanya (38,5%)
Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Antara dijelaskan oleh faktor / sebab – sebab yang
Kelompok Kontrol dengan Kelompok lain.
Perlakuan sebelum Diberi Perlakuan Menurut penelitian Sose dkk CIBA
(Pretest). Berdasarkan hasil uji statistik foundation, 19783). Bayi yang berkesempatan
menunjukkan bahwa tidak terdapat melakukan IMD, persentase menyusu sampai
perbedaan pengetahuan dan sikap tentang usia enam bulan adalah 59% dan sampai usia
IMD antara kelompok kontrol dengan 12 bulan adalah 38%. Pada bayi yang tidak
perlakuan sebelum diberi perlakuan (pretest). diberi kesempatan IMD, persentase yang
Hal ini berarti bahwa pengetahuan maupun menyusu 19% sampai usia enam bulan dan
sikap responden pada kedua kelompok 8% sampai usia 12 bulan.
adalah sama. Hal ini berarti antenatal kelas Dalam penelitian Fika dan Syafiq, Journal
memang berpengaruh terhadap pengetahuan Kedokteran Trisakti 2003 (3). Bayi yang
dan sikap, oleh karana itu sebelum diberi diberikan kesempatan IMD akan delapan kali
perlakuan kedua kelompok belum memiliki lebih berhasil dalam menyusu eksklusif.
perbedaan mengenai IMD. Berarti, bayi yang diberikan kesempatan IMD
Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan akan lebih mungkin disusui sampai usia dua
Keberhasilan Melaksanakan IMD Antara tahun, bahkan lebih, sehingga akan dapat
Kelompok Kontrol dengan Kelompok menurunkan kematian anak secara
Perlakuan Sesudah Diberi Perlakuan menyeluruh.
(Posttest). Dari hasil uji statistik
Kesimpulan dan Saran
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
pengetahuan dan sikap tentang IMD, maupun Dari hasil pengamatan dan analisa data serta
keberhasilan melaksanakan IMD antara uji hipotesa dapat disimpulkan penelitian ini
kelompok kontrol dengan kelompok sebagai berikut, pengetahuan ibu hamil tentang
perlakuan setelah diberi perlakuan (pretest). IMD sebelum mendapatkan antenatal kelas
Hal ini berarti bahwa ada pengaruh kelas pada kelompok kontrol dan perlakuan hampir
antenatal terhadap pengetahuan, sikap, sama. Pengetahuan ibu hamil tentang IMD
maupun keberhasilan melaksanakan IMD. setelah mendapat antenatal kelas pada
Adanya pengaruh kelas antenatal terhadap kelompok kontrol dan perlakuan, skor
pengetahuan tentang IMD dan sikap terhadap maksimal lebih tinggi kelompok perlakuan
IMD menunjukkan terdapat perbedaan daripada kelompok control
bermakna pengetahuan tentang IMD dan Sikap ibu hamil tentang IMD sebelum
sikap terhadap IMD sebelum dengan sesudah mendapatkan antenatal kelas pada kelompok
diberi perlakuan pada kelompok perlakuan, kontrol dan perlakuan juga hampir sama..
sedangkan pada kelompok kontrol tidak Sikap ibu hamil tentang IMD setelah
terdapat perbedaan. mendapatkan ante natal kelas pada kelompok
Besarnya pengaruh kelas antenatal pada kontrol dan perlakuan adalah skor minimum
penelitian ini dapat diketahui dengan analisis maupun maksimum lebih tinggi kelompok
regresi logistic. Kontribusi pengetahuan dan perlakuan daripada kelompok kontrol.
sikap tentang IMD setelah mengikuti kelas Keberhasilan IMD pada ibu bersalin pada
antenatal terhadap keberhasilan pelaksanaan kelompok kontrol dan perlakuan adalah pada
IMD sebesar 61,5%. kelompok perlakuan sebagian besar berhasil

111
Jurnal Skala Husada Volume 10 Nomor 1 April 2013 : 105 - 112

melakukan IMD, sedangkan pada kelompok Daftar Pustaka


kontrol sebagian besar gagal. Hubungan 1. Notoatmojo, Metodelogi Penelitian
pengetahuan dan sikap responden tentang Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta;
IMD dengan keberhasilan melaksanakan 2005.
IMD. Terdapat hubungan sedang dengan arah 2. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bali
negatif dan sangat bermakna antara Tahun 2010. Denpasar: (tidak
pengetahuan dengan keberhasilan IMD dan diterbitkan) 2010.
antara sikap dengan keberhasilan IMD 3. Roesli, U., Inisiasi Menyusu Dini Plus
terdapat hubungan sedang dengan arah positif ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda,
dan sangat bermakna antara pengetahuan 2008.
tentang IMD dengan sikap ibu hamil terhadap 4. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
IMD. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kontribusi pengetahuan dan sikap tentang R & D Bandung: Alfabeta; 2005,
IMD setelah mengikuti kelas antenatal 5. Survei Demografi Kesehatan Indonesia,
terhadap keberhasilan pelaksanaan IMD Laporan Survei Demografi Kesehatan
sebesar 61,5%. Angka tersebut menunjukkan Indonesia,.Jakarta: SDKI 2007.
bahwa 61,5% keberhasilan IMD bisa
dijelaskan oleh pengetahuan dan sikap
tentang IMD setelah mengikuti kelas
antenatal, sisanya (38,5%) dijelaskan oleh
faktor / sebab – sebab yang lain.
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini
disarankan kepada institusi pelayanan ibu dan
anak untuk melaksanakan antenatal kelas yang
telah diprogramkan pemerintah untuk
mencapai Indonesia sehat mulai sumber daya
manusianya.

112

Anda mungkin juga menyukai