Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DENGAN KECEMASAN

PASIEN DI UNIT GAWAT DARURAT RSU GMIM

PANCARAN KASIH MANADO

Oleh:

Henny Tambengi

Mulyadi

Vandri Kallo

No Komponen Hasil penelitian


yang dikritisi
1. Judul HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DENGAN
KECEMASAN
PASIEN DI UNIT GAWAT DARURAT RSU GMIM
PANCARAN KASIH MANADO
Kekurangan: belum dicantumkannya waktu penelitian pada
judul jurnal ini.
Saran: perlu dicantumkan tahun kapan penelitian
berlangsung
2. Abstrak Latar Belakang:Pressure ulcer adalah salah satu kondisi
yang paling diremehkan pada pasien sakit kritis. Meskipun
banyak muncul berbagai pedoman praktek klinis dan
kemajuan teknologi medis, prevalensi pressureulcerpada
pasien rawat inap terus meningkat. Saat ini yang kita lihat,
konsensus yang kurang pada faktor-faktor risiko terpenting
pada pressure ulcer pada pasien sakit kritis, dan tidak ada
skala penilaian risiko secara eksklusif untuk pressure ulcer
pada pasien kritis ini.
Tujuan: Untuk menentukan faktor risiko yang paling
prediktif pada pasien dewasa kritis dengan pressureulcer.
Faktor risiko yang diteliti antara lain skor total pada Skala
Braden, mobilitas, aktivitas, persepsi sensorik, kelembaban,
gesekan / geser, gizi, umur, tekanan darah, lama tinggal di
unit perawatan intensif, skor pada the Acute Physiology and
Chronic Health Evaluation II, administrasi vasopresor, dan
kondisi komorbiditas.
Metode: Desain, retrospektif korelasional digunakan untuk
menguji 347 pasien dirawat di ICU medical bedah dari
Oktober 2008 sampai Mei 2009.
Hasil: Menurut analisis regresi logistik, usia, lama tinggal,
gesekan mobilitas, / geser, infus norepinephrine, dan
penyakit kardiovaskular menjelaskan bagian utama dari
varians dalam pressure ulcer.
Kesimpulan: skala penilaian risiko saat ini untuk
pengembangan pressure ulcer mungkin tidak termasuk
faktor risiko umum pada orang dewasa yang sakit kritis.
Pengembangan model penilaian risiko untuk pressure ulcer
pada pasien-pasien itu dibenarkan dan dapat menjadi dasar
untuk pengembangan alat penilaian risiko.
Kekuatan: abstrak yang ditampilkan dalam penelitian ini
cukup lengkap mulai dari latar belakang, tujuan, metode
yang digunakan, hasil serta kesimpulan.

3. Latar Pada pasien perawatan kritis, pressureulcer merupakan


belakang ancaman komorbiditas tambahan pada pasien yang
secarafisiologis dikompromikan. Faktanya, pressure
ulceradalah salah satu masalah kesehatan paling diremehkan
pada pasien perawatan kritis [1] Meskipun banyak kemajuan
teknologi medis dan penggunaan program pencegahan
formal berdasarkan pedoman praktek klinis, prevalensi
pressureulcer selama rawat inap terus meningkat.. Pada
tahun 2008, Russo dkk [2] dari Health Care Cost and
Utilization Projectmelaporkan peningkatan 80% dalam
terjadinya pressure ulcer 1993-2006 pada pasien dewasa
dirawat di rumah sakit dan diperkirakan bahwa biaya
kesehatan total terkait perawatan adalah $ 11 miliar. Di
antara semua pasien rawat inap, tingkat prevalensi pressure
ulcer yang tertinggi terdapat pada pasien di unit perawatan
intensif (ICU), dari 14% menjadi 42%. [3-5]
Pada tahun 2006, the Centers for Medicare and Medicaid
Services[6]menyatakan bahwa rumah sakit yang terdapat
pressureulcer stadium III atau IV merupakan tahap yang
merugikan pasien, atau "kejadian yang tidak mungkin
terjadi," yang secara wajar dapat dicegah dengan
menerapkan pedoman pencegahan berbasis bukti.
Langkah pertama dalam mencegah pressure ulcer adalah
menentukan apa yang merupakan risiko yang tepat. Banyak
faktor resiko telah diidentifikasi secara empiris, namun
belum diketahui faktor-faktor risiko apa yang paling
berpengaruh.
Di Amerika Serikat, Skala Braden [14] merupakanalat
penilaian risiko yang paling banyak digunakan dalam
pengaturan perawatan, termasuk ICU, dan pedoman praktek
klinis saat ini [15-17] merekomendasikan penggunaannya.
Skala Braden, berasal dari kerangka konseptual Braden dan
Bergstrom, [18] 6 sub-skala yang digunakan untuk
mengukur risiko pressure ulcer: persepsi sensorik, aktivitas,
mobilitas, nutrisi, kelembaban, dan gesekan / geser. Potensi
skor berkisar 6-23, skor yang lebih rendah menunjukkan
risiko yang lebih besar. Skor dari 15 sampai 18
menunjukkan risiko atau risiko ringan, 13 sampai 14, risiko
moderat; 10 sampai 12, risiko tinggi;. Dan skor dari 9 atau
kurang, resiko yang sangat tinggi [19] Stratifikasi risiko
pressureulcer dapat berguna secara klinis untuk menentukan
dan melaksanakan sesuai tingkat pencegahan. [20]
Faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam Skala Braden
tetapi juga dapat meningkatkan tingkat pasien dari risiko
pressureulcer. Bukti empiris menunjukkan bahwa faktor-
faktor berikut dapat menjadi prediksi pressure ulcer pada
pasien perawatan kritis: usia lanjut; [1,4,21,25,26] tekanan
arteriol rendah; [27-29] lama tinggal di ICU; [1,21, 26,30]
keparahan penyakit seperti yang ditunjukkan oleh nilai pada
Acute Physiology and Chronic Health Evaluation
(APACHE) II; [1,31] kondisi komorbiditas, termasuk
diabetes mellitus, sepsis, dan penyakit pembuluh darah;
[21,25,27] dan faktor iatrogenik, seperti penggunaan agen
vasopressor [1,25,27]. Meskipun penelitian telah
menunjukkan bahwa banyak faktor ini berhubungan secara
signifikan dengan perkembangan pressure ulcer pada pasien
ICU, temuan itu tidak konsisten di semua studi di mana
hubungan ini diuji.

Kekuatan: dalam penelitian ini sudah dijelaskan dengan


terperinci latar belakang alasan mengapa peneliti memilih
untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut, dilihat
dari fenomena yang ada terjadi peningkatan angka kejaian
pressure uler pada pasien dewasa dengan penyakit kritis
terutama di ICU. Penelitian ini tampaknya juga sudah
menyampaikan beberapa sumber penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan penelitian sekarang.
4. Tujuan Tujuan dari penelitian adalah untuk menentukan faktor
penelitian risiko yang berasal dari Skala Braden dan literatur empiris
lainnya yang paling berpengaruh pada peningkatan angka
kejadian pressureulcer pada pasien kritis dewasa. Faktor-
faktor risiko yang diteliti adalah: total skor Braden,
mobilitas, aktivitas, persepsi sensorik, kelembaban, nutrisi,
gesekan / geser, lama tinggal diICU, usia, tekanan arteriol,
administrasi vasopresor, skor pada APACHE II, dan kondisi
komorbiditas.

Kekurangan: dalam penelitian ini tidak dijelaskan secara


eksplisit mengenai tujuan umum dan tujuan khusus dari
penelitian.
Saran: sebaiknya dijelaskan tujuan penelitian baik umum
maupun khusus, sehingga penganalisi dapat membaca arah
yang dikehendaki peneliti.
5. Variabel- Variable bebas: faktor- faktor yang berpengaruh terhadap
variabel pressure ulcer yaitu skor Skala Braden pada saat masuk ke
penelitian MSICU; nilai pada sub-skala Braden di masuk ke unit; usia;
tekanan arteriol, lama tinggal di ICU; jumlah jam pemberian
agen vasopressor selama tinggal di MSICU: norepinefrin,
epinefrin, vasopressin, dopamin, dan fenilefrin; keparahan
penyakit sesuai dengan skor APACHE II , dan ada atau
tidak adanya salah satu kondisi komorbiditas berikut:
diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit pembuluh
darah perifer, dan infeksi bersamaan / sepsis.
Variabel terikat: kejadian pressure ulcer ( dicatat dengan
ada atau tidaknya kejadian pressure ulcer)

Kekuatan: baik variabel bebas maupun variabel terikat


sudah dijelaskan secara rinci.
7. Definisi Kekuatan: sudah dijelaskan mengenai variable- variable
operasional yang digunakan dalam penelitian.
Kekurangan: Dalam jurnal penelitian ini belum
menjelaskan mengenai komponen definisi operasional
yaitudefinisi operasional masing- masing variabel, alat
ukur, hasil ukur dan skala ukur.
8. Metode Penelitian ini menggunakan deskriptif retrospektif, desain
penelitian korelasional. Tempat penelitiannya di12-tempat tidur
dan medical-surgical ICU (MSICU) di Englewood Hospital and
pengambilan Medical Center di Englewood, New Jersey.
sampel Semua pasien dewasa yang dirawat di MSICU dari Oktober
2008 sampai dengan Mei 2009 yang memenuhi kriteria
inklusi dimasukkan dalam sampel. Pasien dilibatkan jika
mereka berumur 18 tahun atau lebih dan memiliki biaya
MSICU lebih dari 24 jam. Pasien tidak masuk kriteria
inklusi jika mereka harus tinggal MSICU kurang dari 24
jam atau memiliki pressureulcer pada saat masuk ke
MSICU. Untuk mencapai kekuatan 80%, ukuran sampel
minimum dari 163 yang dibutuhkan untuk ukuran efek
moderat, tingkat signifikansi α = .05.
Data lainnya meliputi data demografi dan karakteristik
pasien termasuk etnis, jenis kelamin, dan diagnosis MSICU.
Selain itu, untuk pasien dengan pressureulcermeluas,
jumlah jam menjadi pressureulcerdan lokasi anatomi dan
tahap pressure ulcer sesuai dengan National Pressure Ulcer
Advisory Panel staging system tahun 2007 juga dicatat.[35]
Kekuatan: Metode penelitian dan pengambilan sampel
sudah dijelaskan secara rinci.
9. Pengolahan SPSS, versi 16.0 for Windows, perangkat lunak (SPSS Inc,
data Chicago Illinois) digunakan untuk analisis data. Statistik
deskriptif meliputi distribusi frekuensi untuk variabel
penelitian dan data demografis. Uji korelasi Pearson product
moment digunakan untuk analisis korelasional dari variabel
penelitian. Regresi logistik langsung digunakan untuk
menentukan factor apa yang paling berengaruh pada
perkembangan pressureulcer pada pasien ICU. Uji t dan uji
χ2 digunakan untuk membandingkan antara pasien dengan
dan tanpa pressure ulcer.

Kekuatan: sudah di jelaskan juga mengenai teknik


pengolahan data yang digunakan yakni dengan uji analisis
distribusi frekuensi, uji korelasi product moment pearson,
uji t dan uji χ2, serta uji regresi logistic untuk mengetahui
faktor apa yang paling berpegaruh terhadap kejadian
pressure ulcer.
Kekurangan: seyogyanya ditambahkan mengenai tahap
pengolahan data, mulai dari editing, coding, entry data dan
tabulating.
10. Hasil Dari 579 pasien yang dirawat di MSICU selama masa
penelitian, 347 memenuhi kriteria inklusi dan termasuk
dalam sampel akhir. Para pasien berumur antara 20-97 tahun
(rata-rata 69; SD, 17). Diagnosa terbanyak antara lain gagal
nafas (20,7%), sepsis atau syok septik (17,3%), dan masalah
neurologis (15%).
Di antara 347 pasien dalam sampel, pasien yang mengalami
pressureulcer65 (18,7%). Dari jumlah tersebut, sebagian
(35%) adalah tahap II, dan sakrum adalah lokasi anatomis
yang paling umum (58%). Waktu sampai pengembangan
pressure ulcer adalah 133,61 jam (rata-rata 90,0; range, 5-
573; SD, 120,13).
Mean skor Skala Braden pada seluruh pasien adalah 14,28
(SD, 2,68; jangkauan, 6-23), 12,73 (SD, 2,65) untuk pasien
yang mengalami pressure ulcer, dan 14,63 (SD, 2,65) untuk
pasien tanpa pressure ulcer. Dari 65 pasien denganpressure
ulcer, 28% (n = 18) digolongkan sebagai beresiko, 28% (n =
18) pada risiko sedang, 35% (n = 23) pada risiko tinggi, dan
9 % (n = 6) pada resiko yang sangat tinggi.
Faktor-faktor risiko berikut adalah prediktor signifikan
terhadap kejadian pressureulcer: mobilitas (B = -0,823, P =
0,04; rasio odds [OR] = 0,439, 95% confidence interval
[CI], 0,21-0,95), umur (B = 0,033; P = .03; OR = 1,033,
95% CI, 1,003-1,064), lama tinggal di ICU (B = 0,008; P
<.001; OR = 1,008, 95% CI, 1,005-1,011), dan penyakit
kardiovaskular (B = 1,082, P = 0,007; OR = 2,952, 95% CI,
1,3-6,4).
Faktor-faktor risiko berikut secara signifikan berperan
dalam pengembangan pressure ulcertahap II atau lebih
besar: gesekan / geser (B = 1,743, P = .01; OR = 5,715, 95%
CI, 1,423-22,950), panjang ICU menginap ( B = 0,008; P
<.001; OR = 1,008, 95% CI, 1,004-1,012), administrasi
norepinefrin (B = 0,017, P = 0,04; OR = 1,017, 95% CI,
1,001-1,033), dan penyakit kardiovaskular (B = 1,218, P =
.02; OR = 3,380, 95% CI, 1,223-9,347).

Kekuatan: sudah dijelaskan secara terperinci


11. Pembahasan Dalam contoh penelitian, Skala Braden dengan skor 18 tidak
menyebabkan berkembangnya pressure ulcer. Faktanya,
75% (n = 261) dari pasien digolongkan sebagai berisiko
untuk pressureulcer (Braden Skala skor = 18) tetapi masih
bebas dari pressureulcer.
Dari 6 sub-skala Braden, hanya mobilitas dan gesekan /
geser yang menjadi prediktor signifikan pressure ulcer.
Mobilitas didefinisikan pada Skala Braden sebagai
kemampuan pasien untuk mengubah dan mengendalikan
gerakan tubuh. [18] Menggerakkan dan mereposisikan
pasien adalah prinsip dasar asuhan keperawatan dan
dianjurkan dalam semua pedoman praktek saat ini sebagai
strategi untuk mencegah pressure ulcer. Beberapa bukti [38]
juga mendukung penggunaan kasur decubitus pada pasien
ICU. Penggunaan kasur decubitus dan reposisi
pasienmerupakan 2 strategi penting untuk mencegah luka
dekubitus pada pasien perawatan kritis.
Dalam penelitian terbaru [39] di ICU trauma bedah, 41
pasien yang berisiko tinggi untuk pressure ulcer menerima
aplikasi dari busa silikon, nonadherent foam ke daerah
sakral untuk meminimalkan kekuatan gesekan, geser, dan
kelembaban. Aplikasi inisecara signifikan mengurangi
terjadinya pressure ulcerke nol. Penelitian sedang
direplikasi untuk memvalidasi temuan.
Pasien sakit kritis sepenuhnya tergantung pada petugas
kesehatan reposisi dan transfer. Para advokat prosedur
penanganan pasien merekomendasikan penggunaan
lembaran meluncur dan perangkat pemindahan pasien untuk
mengurangi efek buruk dari gesekan / geser pada kulit dan
sekaligus melindungi staf dari cedera muskuloskeletal. [40]
Faktor-faktor tambahan seperti elevasi kepala
berkepanjangan sakit kritis, intubasi pada pasienuntuk
mencegah ventilator-associated pneumonia.
Kekuatan: dalam pembahasan sudah dijelaskan tentang
faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kejadian pressure
ulcer serta teori- teori yang mendukung hasil penelitian.
12. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan penyebab multifaktorial
pressure ulcer pada pasien kritis. Meskipun nilai pada 2
faktor risiko subskala Braden (mobilitas, gesekan / geser)
adalah penyebab kejadianpressure ulcer, faktor risiko lain
yang tidak diukur dengan Skala Braden, termasuk usia, lama
tinggal ICU, administrasi norepinefrin, dan penyakit
kardiovaskular, juga adalah prediktor yang signifikan dalam
analisis multivariat.
Banyak penelitian lebih lanjut yang diperlukan untuk
menentukan tindakan- tindakan pencegahan terhadap
pressure ulcer, seperti penggunaan alas kasur yang
mensupport, perangkat penahanan tinja, frekuensi reposisi,
penggunaan dressing topikal pada sakrum untuk
meminimalkan gesekan / geser, program mobilitas progresif,
dan penggunaan glide sheets dan peralatan transfer pasien.
Pada akhirnya, dengan mengetahui factor resiko yang
berpengaruh pada pressure ulcer, kita dapat menerapkan
strategi pencegahan berbasis bukti dapat mengakibatkan
penurunan baik dalam terjadinya pressure ulcer dan biaya
perawatan kesehatan dan dapat mempromosikan hasil
kesehatan positif pada pasien perawatan kritis.

Kekuatan: kesimpulan sudah tepat sesuai dengan tujuan


penelitian.

Implikasi Keperawatan

Berikut ini adalah beberapa macam implikasi keperawatan dari analisis


jurnal diatas:

1. Tenaga kesehatan dalam hal ini perawat di ICU seyogyanya mampu untu
mengidentifikasi kejadian pressure ulcer menurut skala Braden dan factor
penyebab lainnya sehingga angka kejadian pressure ulcer dapat menurun
yang berefek pada menurunnya biaya kesehatan.
2. Pentingnya untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap stress ulcer
seperti penggunaan kasur decubitus, mobilisasi miring kanan kiri sesuai
indikasi, penggunaan lotion pelembab, dan tindakan pencegahan lainnya
sesuai dengan kapasitas kita sebagai perawat.

Anda mungkin juga menyukai