Penyusun:
2. CARA KERJA
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat :
a. Mangkuk karet
b. Spatula
c. Gelas ukur
d. Sendok takar
e. Stopwatch
f. Timbangan digital
g. Cetakan bentuk cincin dari paralon diameter dalam 3 cm, tinggi
16 mm
h. Alat uji setting time berupa batang akrilik diameter 6 mm, panjang
10cm
i. Lempeng kaca
j. Thermometer digital
k. Kertas tissue
l. Sendok plastik kecil
m. Gelas plastik kecil
2.1.2 Bahan :
a. Bubuk alginate (8.4 g / percobaan)
b. Air (20 mL / percobaan)
(a) (b)
3. Tabel Hasil
Percobaan Suhu ( ∘ 𝐶 ) Menit ke- 10s 20s 30s 40s 50s Hilang ( Menit ke- )
4.1 Alginat
Gambar 5.1. Pembagian material cetak menurut sifat elastis dan jenis kimia
Material cetak dibagi menjadi 2 bagian sesuai dengan sifat elastis dan jenis kimia, yaitu
elastis dan non-elastis. Material elastis dibagi menjadi elastomer dan hidrokoloid. Material
non-elastis dibagi menjadi Impresion plaster, Impresion Compound, Zink/oxide-eugenol, dan
Impresion waxes. Elastomer dibagi menjadi Polysulphides, Silicon, dan polyether.
Hidrokoloid dibagi menjadi reversible (Agar) dan irreversibel (Alginat).
(McCabe 2008, 137)
Bahan cetak hidrokoloid tersedia dalam dua bentuk: bentuk sol atau gel. Dalam
bentuk sol, yaitu cair dengan viskositas rendah dan susunan rantai polisakarida yang
acak. Dalam bentuk gel, bahan cenderung lebih kental dan memiliki sifat elastis.
(McCabe 2008, 154)
struktur natrium alginat dapat dilihat gambar 18.5a. Ini dapat dapat disederhanakan
pada Gambar. 18.5b
Sodium fosfat memainkan peran yang penting dalam mengendalikan karakteristik
bahan alginat. Sodium fosfat akan bereaksi dengan cepat dengan ion kalsium mereka
membentuk kalsium fosfat yang tidak larut:
3Ca2 + + 2Na3PO4 → Ca3 (PO4) 2 + 6Na +
Reaksi ini menghambat pasokan ion kalsium yang diperlukan untuk menyelesaikan
cross-linking dari rantai alginat dengan demikian akan memperpanjang waktu kerja
bahan. Ketika semua natrium fosfat bereaksi, ion kalsium akan tersedia untuk reaksi
dengan natrium alginat, menginisiasi reaksi setting dan viskositas meningkat secara
cepat. Penggunaan air hangat mengurangi working time dan setting time dengan cara
mempercepat laju reaksi penghabisan sodium fosfat dan selanjutnya akan meningkatkan
laju reaksi cross-linking, sedangkan penggunaan air dingin, memiliki efek yang
sebaliknya. (McCabe 2008, 159)
Perubahan W/P Ratio atau waktu pengadukan dapat memberi efek yang ditandai pada
2 sifat penting didalam gel, yaitu kekuatan sobek dan elastisitas. Oleh karena itu, lebih
baik setting time diatur oleh jumlah retarder yang ditambahkan oleh pabrik. Terdapat 2
tipe alginate berdasarkan pabrik yaitu, Fast-setting alginate (1.5 – 3 menit) dan normal-
setting alginate (3 – 4.5 menit). Namun setting time alginate juga dapat diatur dengan
mengubah suhu dari air (Anusavice 2012, hal. 172-173)
Seperti yang tertera di gambar berikut, semakin tinggi temperature, maka semakin
singkat setting time.
5. Pembahasan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel hasil, pada suhu
air 140C setting time terjadi pada menit ke 8 detik ke 50, dengan waktu awal perhitungan
pada menit ke 3 detik ke 10, berarti waktu setting yang dibutuhkan alginate yang
menggunakan air bersuhu 140 adalah 5 menit 40 detik atau lebih lambat dari waktu
setting normal, yang mana waktu setting normal alginate yaitu 3 hingga 4,5 menit
(Craig,280). Pada suhu air yang tinggi 33.7 0C setting time terjadi pada menit ke 3 detik
ke 10 dengan waktu awal perhitungan pada menit ke 1 detik ke 40, berarti waktu setting
yang dibutuhkan alginate yang menggunakan air bersuhu 33,70C adalah 1 menit 30
detik atau lebih cepat dari normal. Dari percobaan yang dilakukan suhu air yang rendah
menyebabkan setting time yang lambat, pertmabhan suhu air dapat menyebabkan
setting time menjadi lebih cepat hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa komponen
penting penyusun alginat, yaitu seperti sodium, potassium, atau triethanolamine
alginate. Saat pencampuran dilakukan membentuk reaksi
Pada reaksi tersebut sodium fosfat memiliki penting dalam mengendalikan karakteristik
bahan alginate, sodium fosfat akan beraksi cepat dengan ion kalsium yang membentuk
kalsium posfat, yang mana dengan adanya reaksi tersebut akan menghambat pasokan
ion kalisum yang dibutuhkan untuk menyelesaikan cross-linking dari rantai alginate,
namun apabila semua sodium fosfat telah habis bereaksi ion kalsium akan beraksi
dengan natrium alginate sehingga reaksi setting dan viskositas akan meningkat (mc
Cabe 159).
Sehingga penggunaan air dengan suhu tinggi pada alginat mengakibatkan energi kinetik
partikel bahan cetak alginat menjadi besar. Sehingga frekuensi tumbukan yang besar
akan memperbesar terjadinya tumbukan efektif antar partikel bahan. Energi kinetik
inilah yang diperlukan dalam suatu reaksi kimia agar mudah melampaui energi aktivasi,
dengan adanya energy kinetik tersebut akan mempercepat reaksi antara sodium fosfat
dan calcium, apabila sodium fosfat telah habis beraksi maka semakin cepat calcium
akan berikatan dengan natrium alginate. Hal ini yang mengakibatkan semakin tinggi
suhu air, maka alginat akan lebih cepat setting. Pada penggunaan air dengan suhu yang
rendah pada alginate, pada suhu yang rendah tidak memiliki energy, sehingga
memperlambat proses reaksi antara sodium fosfat dengan calcium, terhambatnya reaksi
tersebut akan memperlambat juga tersedianya ion calcium yang diperlukan untuk reaksi
setting, hal tersebutlah yang mengakibatkan semakin rendah suhu air semakin lambat
proses setting pada alginate.
6. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa variasi suhu air
dapat mempengaruhi setting time alginat, suhu air yang tinggi dapat mempercepat
setting time alginat, dikarenakan suhu yang tinggi memiliki energy kinetic yang dapat
mempercepat reaksi kimia pada pada alginat. Sedangkan pada suhu air yang rendah
dapat memperlambat setting time alginat dikarenakan suhu yang rendah dapat
menghambat proses reaksi yang terjadi pada alginat.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice KJ. 2012. Phillip’s Science of Dental Material. 12th ed. W.B Saunders, st. Louis
Missouri. Pp 161, 172-173.
McCabe JF, and Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials, 9th ed. Blackwell
Publishing L.td., Australia. Pp 154, 159.
Sakaguchi, RL & Powers, JM. 2012. Craig's Restorative Dental Materials 13th edition.
Philadelphia: Mosby Elsevier. Pp 280
LAMPIRAN
Anusavice KJ. 2012. Phillip’s Science of Dental Material. 12th ed. W.B Saunders, st.
Louis Missouri. Pp 161, 172-173.
McCabe JF, and Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials, 9th ed. Blackwell
Publishing L.td., Australia. Pp 154, 159.
akaguchi, RL & Powers, JM. 2012. Craig's Restorative Dental Materials 13th edition.
Philadelphia: Mosby Elsevier. Pp 28