Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL 1

“INDERA RASA KULIT”

Penyusun:
1. Yassir A. 021811133115 12. Enrico F. 021811133126
2. Catya Kinanti 021811133116 13. Annisa R. 021811133127
3. Rasendriya C. 021811133117 14. Ryan Hafidz 021811133128
4. Anindita A. 021811133118 15. Raissa C. 021811133129
5. Agnes N. 021811133119 16. Anggista D. 021811133149
6. Richard Kevin 021811133120 17. M. Naufal 021811133150
7. Manuel R. 021811133121 18. Fathur N. 021811133151
8. Marselina S. 021811133122 19. Nabila Q. 021811133152
9. Rafdan Affan 021811133123 20. Musdalifah N. 021811133163
10. Melani Erty 021811133124 21. Shafira A. 021811133164
11. Alif Fakhri 021811133125 22. Prasetyaning 021811133165

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori

Pada kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor rasa. Mekanisme sensoris pada reseptor-
reseptor tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan philogenesis, jalur-jalur syaraf
spinal, dan daerah cortex cerebri.
Golongan pertama, yakni paleo-sensibilities, meliputi rasa-rasa primitif atau rasa-rasa
vital, antara lain rasa raba, rasa tekan, nyeri, dingin, dan panas. Syaraf-syaraf afferen dari rasa-
rasa ini bersinap dengan interneuron-interneuron yang bersinap lagi dengan motor-motor
neuron dari medulla spinalis dan juga dengan thalamus dan cortex cerebri melalui traktus
spinotalamicus. Indera somatik merupakan mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi
sensoris dari tubuh. Indera somatik dapat digolongkan menjadi tiga jenis fisiologis yaitu indera
somatik mekanoreseptif yang dirangsang oleh pemindahan mekanis sejumlah jaringan tubuh,
indera termoreseptor yang mendeteksi panas dan dingin, dan indera nyeri yang digiatkan oleh
faktor apa saja yang merusak jaringan.
Golongan kedua yaitu neo-sensibilities adalah yang meliputi rasa-rasa yang
dideferensiasikan. Jalur yang dilewati oleh kedua golongan tersebut pun berbeda, Jalur yang
melalui traktus spinothalamikus adalah rasa-rasa vital sedangkan yang melalui traktus
dorsospinalis adalah rasa-rasa yang dideferensiasikan.

Guyton menyebut golongan paleo-sensibilities dengan golongan sistem anterolateral.


Sedangkan untuk golongan neo-sensibilities, guyton menyebut dengan golongan sistem
kolumna dorsalis-lemnikus medialis. Sistem anterolateral atau paleo-sensibilities mempunyai
kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh sistem dorsalis, yaitu kemampuan unutk
menjalarkan modalitas sensasi yang sangat luas.

Semua rasa sensoris dari kedua golongan tersebut dideteksi oleh reseptor yang akan
diteruskan di otak untuk dipersepsi kemudian akan merespon rangsangan tersebut, proses
tersebut melalui jalur persarafan. Aktivitas sistem saraf ini diawali dengan adanya reseptor
sensorik yang terangsang oleh adanya stimuli, yaitu reseptor auditori pada telinga, visual pada
mata, reseptor taktil di permukaan tubuh dan berbagai reseptor lainnya. Selanjutnya stimuli
yang diterima reseptor sensorik akan menimbulkan signal transduction yang dihasilkan
melalui perubahan potensial listrik (potensial reseptor). Sinyal ini akan diteruskan menuju pada
saraf sensorik (afferen). Stimuli ini akan diteruskan menuju suatu sensoric area yang terdapat
pada korteks serebri, pada korteks serebri terjadi proses pengolahan informasi hingga timbul
persepsi. Persepsi ini akan diteruskan menuju motoric area pada korteks serebri yang nantinya
akan diteruskan menuju saraf motorik (efferen). Persepsi yang terbentuk ini akan direspon oleh
efektor setelah mendapatkan rangsangan dari saraf efferen. Jenis-jenis reseptor sensorik adalah
kemoreseptor nocireseptor, reseptor elektromagnetik, mekanoreseptor, dan termoreseptor
(Basuki, MH, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengukur rasa panas dan dingin?


2. Bagaimana cara mengetahui sifat reseptor dan reaksi-reaksi pada kulit?
3. Bagaimana cara mengukur lokalisasi rasa tekan dan diskriminasi rasa tekan?
4. Bagaimana cara mengukur diskriminasi kekuatan rangsangan dengan hukum Weber-
Fecher?
5. Bagaimana cara mengetahui kemampuan diskriminasi kekasaran dan bentuk?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui cara mengukur rasa panas dan dingin.


2. Mengetahui sifat reseptor dan reaksi-reaksi pada kulit.
3. Mengetahui cara mengukur lokalisasi rasa tekan dan diskriminasi rasa tekan.
4. Mengetahui cara mengukur diskriminasi kekuatan rangsangan dengan hukum Weber-
Fecher.
5. Mengetahui cara mengetahui kemampuan diskriminasi kekasaran dan bentuk.
2. METODE KERJA

A. PALEO - SENSIBILITIES

1) Rasa-Rasa Panas dan Dingin

1. a. Sediakan 3 buah bak yang masing-masing berisi:

- Air es 4°C
- Air panas 40°C
- Air dengan suhu kamar (air PDAM) 25°C

b. Masukkan telunjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri ke dalam air 40°C.
c. Kemudian segera masukkan kedua telunjuk saudara ke dalam bak ketiga yang berisi air
dengan suhu kamar.
2. a. Tempelkan punggung tangan saudara +/- 10 cm di depan mulut dan tiuplah kulit tangan
tersebut perlahan-lahan. Catatlah rasa yang saudara alami.

b. Basahilah punggung tangan tersebut dengan air dahulu, kemudian tiuplah seperti
percobaan di atas. Catat pula rasa yang saudara alami.
c. Olesi punggung tersebut dengan alkohol dahulu, kemudian tiuplah lagi.

2) Reaksi-Reaksi di Kulit

1. Letakkan telapak tangan kiri di atas meja dan tandailah suatu daerah 3 x 3 cm dengan
stempel yang telah tersedia. Tutuplah mata orang coba.
2. Selidikilah secara teratur mengikuti garis-garis sejajar titik-titik panas dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam di dalam air panas 50°C (sebelum
diletakkan pada telapak tangan keringkan dulu kerucut tersebut dengan handuk). Berilah
tanda pada titik-titik tersebut dengan tinta hitam.
3. Lakukan percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik-titik dingin dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam di dalam air es.
4. Lakukan percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik-titik tekan dengan
menggunakan pensil tumpul yang ditekan seringan mungkin pada area percobaan.
5. Lakukan percobaan tersebut (no. 1 s/d 3) untuk daerah-daerah lengan bawah, kuduk dan
pipi.
B. NEO-SENSIBILITIES

1) Lokasi Rasa Tekan

1. Tutuplah mata orang percobaan, kemudian tekanlah ujung pensil dengan kuat pada ujung
jarinya.
2. Suruhlah orang percobaan menunjukkan dengan pensil tempat yang telah dirangsang itu.
Tentukan jarak antara titik rangsangan dengan titik yang ditunjuk oleh orang coba dalam
milimeter.
3. Ulangi percobaan tersebut tiga kali dan tentukan jarak rata-ratanya.
4. Lakukan percobaan tersebut untuk daerah-daerah telapak tangan, lengan bawah, lengan atas,
pipi dan kuduk.

2) Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination)

1. Tutuplah mata orang percobaan, kemudian letakkanlah kedua ujung sebuah jangka secara
serentak (simultant) pada ujung jarinya.
2. Ambillah mula-mula jarak ujung jangka yang kecil sehingga orang percobaan belum dapat
membedakan dua titik; kemudian perbesarlah jarak kedua ujung jangka setiap kali dengan
2 mm, sehingga tepat dapat dibedakan dua titik oleh orang percobaan.
3. Ulangi percobaan ini dengan jarak ujung jangka yang besar dahulu, kemudian dikecilkan
setiap kali dengan 2 mm sampai ambang diskriminasi. Ambillah jarak rata-rata dari tindakan
no. 2 dan 3.
4. Lakukan percobaan no. 1 s/d 3, tetapi sekarang dengan menekankan kedua ujung jangka
secara berturut-turut (successif).
5. Tentukan dengan cara-cara tersebut di atas ambang diskriminasi dua titik untuk daerah-
daerah kuduk, bibir dan pipi. Catatlah yang saudara alami.

3) Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-Fechner)

1. Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa pada umumnya tidak


tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya.
2. Tutuplah mata orang percobaan dan letakkan tangannya di atas meja dengan telapak
tangannya menghadap ke atas.
3. Letakkan kotak timbangan dengan beban 5 gr di dalamnya pada ujung-ujung jarinya.
4. Tambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban sampai orang percobaan tepat
dapat membedakan tambahan berat. Catatlah berat pemulaan (+ kotak timbangan) dan berat
terakhir itu.
5. Lakukan percobaan no. 2 dan 3 dengan beban mula-mula di dalam kotak berturut-turut 10
gr, 50 gr dan 100 gr.

4) Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

1. Suruhlah orang percobaan meraba kertas penggosok yang berbeda derajat kekasarannya
dengan ujung jarinya dalam keadaan mata tertutup.
2. Bagaimana daya pembedanya?

5) Kemampuan Diskriminasi Bentuk.

1. Dengan mata tertutup suruhlah orang percobaan memegang benda-benda kecil yang tersedia
dalam berbagai bentuk dan suruhlah menyebutkan bentuk benda-benda tersebut (lingkaran,
empat persegi panjang, segitiga, bulat, lonjong dll).
2. Ulangi percobaan tersebut dengan lengan bawahnya.
3. HASIL PRAKTIKUM

A. PALEO-SENSIBILITIES
1) Rasa-Rasa Panas dan Dingin (Mahasiswa coba: Manuel Raynaldi)
Hasil Praktikum

Air es 4oC Air 40oC Air suhu kamar 25oC

Telapak Terasa dingin Dingin bekurang dan


Kanan dan nyeri hilang tetapi tidak
secepat pada air
40oC

Telapak Terasa hangat Panas berkurang dan


Kiri tetapi tidak hilang
sampai nyeri

Area
Punggung Tangan
Perlakuan

Ditiup antara +/- 10 cm didepan mulut Merasakan dingin

Lebih dingin dibandingkan tanpa


Ditiup setelah dibasahi air dibasahi air

Sangat dingin namun rasa dingin cepat


Ditiup setelah diberi alcohol hilang dan timbul rasa sedikit panas

Pembahasan

Pada percobaan rasa-rasa panas dan dingin, orang coba memasukkan telunjuk kanan
kedalam air dingin 4⁰C kemudian orang coba tersebut merasakan dingin dan sampai nyeri.
Orang coba juga memasukkan telunjuk kiri ke air panas 40⁰C dan merasakan nyeri, kemudian
kedua telunjuk tersebut dimasukkan ke dalam air suhu kamar 25⁰C. Orang coba merasa
telunjuknya kembali bersuhu normal. Rasa panas dan dingin tersebut tidak disebabkan oleh
suhu mutlak dari suatu benda melainkan dari kecepatan hilangnya atau mendapatkan panas
atau dingin.
Pada percobaan kedua orang coba meniupkan punggung tangannya dan merasakan rasa
dingin. Hal ini disebabkan karena terjadi penguapan pada punggung tangan dengan mengambil
panas dari kulit. Saat punggung tangan dibasahkan oleh air kemudian ditiup, orang coba merasa
lebih dingin karena air akan menyerap kalor untuk menguap. Orang coba juga mengolesi
punggung tangannya dengan alkohol kemudian meniup dan merasakan rasa sangat dingin dan
cepat hilang rasa dinginnya dan kemudian terasa sedikit panas disebabkan karena titik
penguapan alkohol lebih rendah dari air sehingga mengambil kalor lebih banyak dari
permukaan kulit dan orang coba merasa lebih dingin.
Pada percobaan dengan alkohol mula-mula ditimbulkan rasa dingin terlebih dahulu,
kemudian disusul dengan perasaan panas. Rasa dingin disebabkan karena proses penguapan
alkohol berlangsung cepat, maka lama kelamaan alkohol menguap habis dan suhu permukaan
kulit kembali normal. Kulit yang mengalami kenaikkan suhu menyebabkan orang coba
merasakan panas.
Rasa panas atau dingin tersebut tidak dirasakan terus menerus, namun akan hilang
perlahan-lahan, karena frekuensi potensial aksi di saraf sensorik lama kelamaan akan menurun.
Hal ini dinamakan dengan adaptasi.

2) Reaksi-Reaksi di Kulit (Mahasiswa coba: Manuel Raynaldi)

Hasil Praktikum

a. Reaksi terhadap rasa panas (Air panas 50oC)


b. Reaksi terhadap rasa dingin (Air es )

c. Reaksi terhadap rasa tekan (pensil)

*Keterangan (Jumlah titik)

a. Reaksi terhadap rasa panas (Air panas 50oC)


- Telapak tangan :8
- Lengan bawah : 13
- Pipi : 10
- Kuduk : 15
b. Reaksi terhadap rasa dingin (Air es)
- Telapak tangan : 17
- Lengan bawah : 25
- Pipi : 20
- Kuduk : 32
c. Reaksi terhadap rasa tekan (pensil tumpul)
- Telapak tangan : 20
- Lengan bawah : 26
- Pipi : 18
- Kuduk : 33

Pembahasan

Reseptor-reseptor yang tersusun dalam tubuh manusia telah dirancang untuk menerima
jenis rangsangan. Tetapi, setiap jenis reseptor sangat peka terhadap satu jenis rangsangan yang
dirancang dan hampir tidak responsif terhadap rangsangan indra lainnya. (Guyton & Hall,
2016).

Berdasarkan data hasil praktikum menunjukkan bahwa setiap titik-titik rasa yang
dihasilkan di bagian kulit menghasilkan reaksi yang berbeda juga. Hal itu menunjukkan bahwa
tingkat kepadatan reseptor setiap bagian kulit berbeda, sehingga tingkat kepekaannya pun
berbeda pula.

Data hasil praktikum menunjukkan bahwa reaksi kulit dalam merespon rasa panas 50°C
pada telapak tangan didapat sebanyak 7 titik, lengan bawah sebanyak 16 titik, pipi sebanyak
14 titik, dan kuduk sebanyak 22 titik. Sedangkan reaksi akan rasa dingin pada bagian telapak
tangan terdapat sebanyak 24 titik, lengan bawah sebanyak 34 titik, pipi sebanyak 30 titik, dan
kuduk sebanyak 37 titik. Adapun reaksi terhadap rasa tekan, hasil yang didapat pada telapak
tangan sebanyak 35 titik, lengan bawah sebanyak 32 titik, pipi sebanyak 30 titik, dan kuduk
sebanyak 34 titik.

Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa bagian kulit yang memiliki
reseptor panas dan dingin paling padat adalah bagian kuduk. Sedangkan reseptor tekan paling
padat adalah bagian telapak tangan.

Pertanyaan

1. Di bagian manakah dari masing-masing rasa itu yang terpadat?


Rasa dingin dan panas terpadat di kuduk, sedangkan rasa tekan terpadat di telapak
tangan.

B. NEO-SENSIBILITIES
1) Lokasi Rasa Tekan

B.1.1.2.1 Lokalisasi Rasa Tekan (Mahasiswa coba : Nabila Qothrunnada)

Ujung Jari Telapak Lengan Lengan Pipi Kuduk


Tangan Bawah Atas

I 3 mm 1 mm 15 mm 15 mm 7 mm 2 mm

II 5 mm 15 mm 10 mm 10 mm 15 mm 5 mm

III 0 mm 10 mm 5 mm 5 mm 5 mm 15 mm

Rata- 2,67 mm 8,67 mm 10 mm 10 mm 9 mm 4,9 mm


rata

Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa ujung jari adalah bagian yang
paling peka terhadap rangsangan tekan. Sementara itu, lengan adalah bagian yang paling
kurang kepekaannya terhadap rangsangan. Hal ini dapat dibuktikan dari rata-rata data yang
ada. Dimana ujung jari memiliki jarak terkecil antara titik rangsang dengan daerah yang
ditunjuk, sementara lengan sebaliknya.
Mekanoreseptor adalah reseptor yang peka terhadap tekanan mekanis atau peregangan
pada jaringan yang dekat dengan reseptor tersebut. Ada banyak jenis mekanoreseptor, salah
satunya yaitu korpuskel pacini yang peka terhadap getar dan tekan (Guyton dan Hall, 2011).
Mengacu pada hasil percobaan, ujung jari disimpulkan memiliki kepadatan reseptor yang lebih
sehingga membuatnya menjadi area yang sensitif. Makin padat reseptor, maka akan semakin
sensitif daerah tersebut.
Gambar 1. Praktikum Lokalisasi Rasa Tekan

2) Diskriminasi Rasa Tekan (Two points discrimination) (Mahasiswa coba : Raissa


Callista)

Hasil Praktikum

a. Dekat ke Jauh

*Keterangan
Belum : Belum bisa membedakan dua titik (masih terasa satu titik)
Sudah : Terasa dua titik
b. Jauh ke Dekat

*Keterangan
Masih terasa : Masih terasa dua titik
Tidak terasa : Terasa satu titik

Pertanyaan
1. Adakah perbedaan bila ujung-ujung jangka ditekankan secara simultan dan successif?
Ada. Bila ujung-ujung jangka ditekankan secara successif maka nilai ambang
diskriminasi lebih kecil sehingga jauh lebih peka.

Pembahasan
Berdasarkan percobaan, didapatkan perbedaan diskriminasi bila jangka ditekan secara
simultan atau successif. Saat ditekan secara successif, cenderung akan menghasilkan rangsang
berupa dua titik. Sementara itu, penekanan secara simultan cenderung menghasilkan
rangsangan berupa satu titik saja. Setiap bagian tubuh yang diuji memiliki tingkat kepekaan
yang berbeda – beda. Didapatkan data bahwa kuduk merupakan bagian yang kurang peka
terhadap rangsang. Hal ini dapat dibuktikan dari baru pekanya bagian tubuh tersebut pada jarak
8 mm. Selain itu, dengan menekan dari jauh ke dekat, rangsangannya akan lebih bisa terasa
sebagai dua titik karena tubuh sudah mengenali rangsangan tersebut sebagai dua titik lebih
dulu.
Diskriminasi titik sendiri adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu
dari dua ujung benda. Setiap lokasi tubuh yang berbeda memiliki kemampuan membedakan
dua titik yang berbeda pula. Perbedaan persepsi ketika dirasakan satu titik padahal sebenarnya
dua titik itu disebabkan karena ujung jangka yang menempel pada permukaan kulit merangsang
satu bagian atau daerah lain yang sama. Bila ujung-ujung jangka ditekankan secara successif,
nilai ambang diskriminasi lebih kecil sehingga jauh lebih peka.
Gambar 2. Praktikum Diskriminasi Rasa Tekan

B.1.1.2.3 Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-Fechner) (Mahasiswa


coba : Yassir Ahmad Az-Zaim)

Hasil Praktikum

Nomor Beban

1 5 gram + 10 gram + 10 gram

2 10 gram + 10 gram +10 gram

3 50 gram + 10 gram + 5 gram + 10 gram

4 100 gram + 10 gram

Pembahasan
Percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan hukum Weber-Fechner. Pada percobaan
ini, mahasiswa coba tidak mampu membandingkan beban pada tangan saat menggunakan berat
10 gram. Namun, ketika beban mencapai massa tertentu, terasa adanya perubahan massa. Hal
ini menandakan bahwa respon indra rangsangan yang didapat lebih rendah dari stimulus yang
diberikan. Hasilnya yaitu orang tersebut tidak mampu merasakan perubahan massa karena
beban terasa lebih ringan daripada aslinya.
Pertanyaan
1. Bagaimanakah bunyi hukum Weber-Fechner?
“Kemampuan membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa pada umumnya tidak
tergantung pada kekuatan mutlak rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya.”

2. Dapatkah hukum ini diperlihatkan dengan percobaan tersebut diatas?


Pada percobaan ini, mahasiswa coba tidak dapat membandingkan beban pada tangan
saat menggunakan berat 10 g. Namun semakin berat beban yang digunakan, mahasiswa coba
semakin dapat membandingkan dan merasakan beban yang diletakkan pada jari tangan. Hal ini
membuktikan hukum Weber-Fechner bisa diperlihatkan dengan percobaan tersebut diatas.

B.1.1.2.4 Kemampuan Diskriminasi Kekasaran (Mahasiswa coba : Melani Erty B. )

Ujung jari Lengan bawah

Kertas gosok kasar Terasa Sangat Terasa

Kertas gosok halus Sedikit terasa Terasa

Pembahasan
Hal ini terjadi karena pada permukaan lengan bawah, kontak permukaan yang terkena
benda lebih luas sehingga lebih banyak saraf yang menerima rangsang dan meneruskannya ke
otak. Kertas gosok kasar akan lebih terasa daripada halus harena kertas gosok kasar memiliki
permukaan yang lebih tidak beraturan sehingga memberikan daya tekanan lebih besar
dibandingkan dengan kertas gosok halus.
B.1.1.2.5 Kemampuan Diskriminasi Bentuk (Mahasiswa coba : Prasetyaning Astrid D.)

Hasil Praktikum

Bentuk objek Telapak tangan Lengan bawah


Tanpa tekanan: bulat, Tanpa tekanan: berbentuk
tipis, permukaan agak halus bulat, bagian tengah tidak
Dengan tekanan: berongga.
berbentuk oval, bagian Dengan tekanan: tidak
tengahnya berongga berongga, massanya ringan
Dengan meraba: bagian Dengan meraba:bagian
tengah berongga, berbentuk tengah tidak berongga
oval.

Tanpa tekananberbentuk Tanpa tekanan:tipis,


pipih, halus. belum mengenali bentuk
Dengan tekanan: Dengan tekanan:
Berbentuk oval, pipih, berbentuk bulat
tidak berongga Dengan meraba: pipih,
Dengan meraba: berbentuk abstrak
ovatl,tipis, halus, tidak
berongga, permukaannya
halus

tidak ada alat tidak ada alat

Tanpa tekanan: Tanpa tekanan; tidak dapat


Bulat(salah menebak menebak bentuk(abstrak),
bentuk), tidak berongga, permukaan halus
permukaan halus Dengan tekanan: tidak
Dengan tekanan: berongga, berbentuk oval
Permukaan halus, tidak Dengan meraba: Bulat,
dapat menebak bentuk. tipis, ringan
Dengan meraba: Bebentuk
persegi, ringan

Tanpa tekanan: Tanpa tekanan:tidak dapat


bulat,berat menebak bentuk(abstrak)
Dengan tekanan: Tipis, Dengan tekanan: Ringan,
permukaannya rata bentuk abstrak,pipih,
Dengan meraba: permukaan halus.
berbentuk segi enam, tanpa
rongga, memiliki
permukaan yang rata dan Dengan meraba:
halus berbentuk abstrak, pipih,
ringan

Gambar bentuk lain Tanpa tekanan: Panjang, Tanpa tekanan: tipis,


berbentuk lonjong tidak berongga
permukaan rata, Dengan tekanan:
Dengan tekanan: Panjang, berbentuk abstrak, tidak
berbentuk lonjong, berongga, tipis,
permukaan rata, peremukaan halus,
Dengan meraba: Balok Dengan meraba:
panjang, tidak berongga, berbentuk balok panjang.
permukaannya halus dan
rata

Pertanyaan
Gambarlah jalur jalur rasa sensoris : raba,tekan,nyeri,panas,dingin.

Rasa raba
Stimulus(raba) receptor (corpuscle Meissner) sensoric asosiation nerve

persepsi Area sensoris(cortex cerebri)

Rasa nyeri
Stimulus(nyeri) receptor (free nerve ending) sensoric asosiation nerve

persepsi Area sensoris(cortex cerebri)

Rasa dingin
Stimulus(dingin) receptor (Krause) sensoric asosiation nerve

persepsi Area sensoris(cortex cerebri)


Rasa panas
Stimulus(panas) receptor (ruffini) sensoric asosiation nerve

persepsi Area sensoris(cortex cerebri)


Rasa tekan
Stimulus(tekan) receptor(vater pacini) sensoric asosiation nerve

persepsi Area sensoris(cortex cerebri)

Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, jari-jari tangan kita adalah bagian
yang paling peka dari keseluruhan bagian tangan. Dengan kita meraba menggunakan jari, kita
bisa mengetahui bentuk dan tekstur benda yang kita raba tanpa harus melihat dengan mata.
Bahkan kita dapat mengira berat dari benda yang kita bawa. Sedang pada telapak tangan, saraf-
saraf kurang peka. Namun dalam identifikasi tekstur, dapat dilakukan. Bentuk dasar atau alas
dari benda juga lebih mudah dirasakan di telapak tangan. Kita juga dapat menimbang dan
mengira berat benda lebih mudah menggunakan telapak tangan. Untuk tekukan siku adalah
bagian yang paling tidak peka dari ketiga bagian di atas. Oleh karena itu sulit bagi seseorang
untuk menentukan tekstur maupun bentuk suatu benda bila menggunakan tekukan siku. Juga
sulit untuk mengira berat dari benda yang dirasa.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, MH. 2008. Fisologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Guyton AC, dan Hall JE. 2011. Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Philadelphia:
Elsevier

Anda mungkin juga menyukai