Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Permasalahan dalam dunia kerja kian berpengaruh terhadap kinerja dan
produktivitas pabrik kedepannya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor manusia dengan lingkungan kerjanya. Dalam hal ini
dikaitkan bahwa adanya kegiatan yang repetitif berpengaruh terhadap manusia
tersebut secara langsung, baik secara fisik dan psikologis. Tentu saja hal ini
berkaitan dengan masalah sistem kerja yang harus sesuai dengan manusia
bukan sebaliknya.
Ergonomi merupakan cabang ilmu yang berguna dalam meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja juga menemukan batas maksimum yang digunakan
oleh setiap orang. Pertimbangan kerja dengan ergonomi memiliki peran penting
dalam menentukan kekuatan, kesiapan, perancangan dan juga penciptaan sistem
kerja yang lebih baik. Sehingga hasil pekerjaan dalam diselesaikan dengan
waktu yang optimal dan juga produktivitas yang meningkat.
Berkembangnya keilmuan, ergonomi terbagi menjadi beberapa hal sub
keilmuan lain diantaranya adalah antropometri, biomekanika, fisiologi kerja
dan display. Antropometri berkenaan dengan perancangan alat kerja yang akan
dibuat atau stasiun kerja bahkan peralatan yang didesain menggunakan data
antropometri sebagai acuan pengukuran. Setelah penggunaan antropometri
sebagai perancangan kerja selanjutnya, terbentuknya alat dan stasiun kerja,
maka pengukuran biomekanika. Penyusunan biomekanika terkait dengan
kegiatan yang repetitif akibat adanya kerja. Biomekanika menjadi pengukuran
dalam menganalisis kemungkinan dan perancangan yang lebih baik agar
pekerjaan dapat berlangsung dengan aman, nyaman dan tepat. Kemudian
fisiologi kerja, dikaitkan dengan beban pekerjaan yang ditanggung oleh suatu
pekerja. Pengendalian beban kerja bisa dilakukan dengan mengukur denyut

1
2

jantung dan denyut nadi dalam menganalisis dan mengukur jumlah energi yang
digunakan seseorang. Dengan adanya fisiologi kerja memberikan harapan
bahwa pengurangan beban kerja secara optimal dapat dilakukan. Penggunaan
display dalam pekerjaan sangat berguna dalam memudahkan menyampaikan
informasi secara verbal. Display dikaitkan dengan kemudahan agar pekerja
dapat menerima informasi baik, pemberitahun, larangan maupun peringatan
agar kemungkinan-kemungkinan dalam bekerja dapat dilaksanakan dengan
baik.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa Teknik Industri sudah seharusnya
dengan muncul berbagai kasus yang ada dalam kehidupan sehari-hari, untuk
turut serta dalam memperbaiki sistem kinerja yang lebih baik agar pekerjaan
yang dilakukan seseorang dapat berjalan dengan baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah dalam praktikum perancangan sistem kerja II ini, yaitu.
a. Penerapan dan penyelesaian masalah menggunakan ergonomi sebagai acuan
dalam menganalisis pekerjaan sehingga menjadi lebih baik.
b. Mengetahui pengukuran dan pengolahan data dalam perancangan kerja, baik
antropometri, biomekanika, fisiologi kerja dan display.
c. Bagaimana mengelola dan memperbaiki sistem yang sudah ada apabila
masih terjadi permasalahan pada manusia dan sekitarnya, lingkungan kerja,
sehingga menjadi sistem yang baik.
d. Dengan hadirnya praktikum, maka praktikan dapat menerjemahkan dan
melihat untuk menganalisis dan memperbaiki sistem kerja yang baik dalam
dunia nyata.

1.3 Tujuan
Berdasarkan beberapa uraian dari subbahasan diatas, maka dapat
diketahui tujuan praktikum, meliputi.

2
3

a. Mampu menerapkan dan menyelesaikan masalah menggunakan ergonomi


dalam menganalisis masalah pekerjaan dengan manusia sehingga menjadi
lebih baik.
b. Mampu untuk mengukur dan mengolah data dalam perancangan kerja, baik
antropometri, biomekanika, fisiologi kerja dan display.
c. Mampu untuk mengelola dan memperbaiki sistem yang sudah ada apabila
masih terjadi permasalahan pada manusia dan sekitarnya, lingkungan kerja,
sehingga menjadi sistem yang baik.
d. Mampu melihat dan menganalisis sistem kerja yang baik dalam dunia nyata,
baik dunia kerja maupun sehari-hari.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah digunakan untuk mempermudah pemahaman dan
penyampaian materi, berikut merupakan batasan masalah dari laporan ini :
a. Pada praktikum ini membahas sebagian sub ilmu ergonomi yaitu
antropometri, biomekanika, fisiologi kerja dan display.
b. Sub bab antropometri hanya pada pengukuran untuk pembuatan produk yang
akan dibuat yaitu table mirror.
c. Sub bab biomekanika dibatasi hanya bagian LI (Lifting Index) dan RWL
(Recommended Weight Limit) dari data yang telah diperoleh dari praktikum
yangtelah dilakukan.
d. Fisiologi kerja dibatasi pada konsumsi energi saat meggunakan ergocycle
dengan kecepatan yang bervariasi.
e. Sub bab display dibatasi pada pembuatan dan perancangan display di
lingkungan Fakultas Teknik

1.5 Sistematika Penulisan


Laporan ini terdiri dari VI bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
4

Pendahuluan berisi tentang latar belakang dibentuknya laporan,


perumusan masalah, tujuan dari praktikum PSK II, batasan masalah dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini memuat teori-teori pengertian, aspek dan pengaplikasian
antropometri, biomekanika, fisiologi kerja dan display serta teori yang
menunjang dan mendukung proses pengolahan data dalam perhitungan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisi uraian pemecahan masalah yang berupa flow chart
beserta deskripsi pemecahan masalah berkaitan dengan antropometri,
biomekanika, fisiologi kerja dan display.
BAB VI PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang proses pengumpulan dan
pengolahan data dari setiap bahasan yaitu antropometri, biomekanika,
fisiologi kerja dan display.
BAB V Analisa Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil perhitungan dan pengolahan
data dari setiap bagian bahasan materi yaitu antropometri, biomekanika,
fisiologi kerja dan display dengan menggunakan metode yang telah
ditentukan.
BAB VI Keimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil praktikum yang dipaparkan
secara singkat dan juga berisi beberapa saran yang berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas serta saran mengenai perbaikan pada
praktikum tahun selanjutnya.
5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Antropometri
2.1.1 Pengertian Antropometri
Menurut (Bridger, 1995), Istilah anthropometri berasal dari kata
“anthropos (man)” yang berarti manusia dan “metron (measure)” yang
berarti ukuran. Secara definitive antropometri dapat dinyatakan sebagai
suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomis
dalam suatu perancangan (desain) produk maupun system kerja yang
akan memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu
proses rancang bangun fasilitas marupakan faktor yang penting dalam
menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Setiap desain produk,
baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat komplek, harus
berpedoman kepada antropometri pemakainya.
Menurut Sanders & Mc Cormick (1987); Pheasant (1988), dan
Pulat (1992), antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau
karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang
sesuatu yang dipakai orang.
Menurut Roebuck (1995) yang mendefinisikan antropometri
sebagai “the science of measurement and the art of esthablishes the
pyshsical geometry, mass properties, and strength capabilities of human
body”. Ada pula pendapat menurut Wignjosoebroto (2000), antropometri
berasal dari “anthro“ yang berarti manusia dan “metri” yang berarti
ukuran. Penerapan data ini adalah untuk penanganan masalah desain
maupun ruang kerja. Atau dengan kata lain antropometriadalah ilmu yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi dan cara untuk mengaplikasikan
karakteristik tertentu dari tubuh manusia, seperti: volume, titik berat,
perangkat inersia dan masa dari bagian-bagian tubuh. Secara umum

5
6

antrophometri dalam proses perencanaan dan perancangan suatu produk


membantu dalam hal :
1. Menilai postur atau sikap badan dan jarak untuk melakukan operasi
terhadap kontrol yang ada.
2. Menentukan jarak antara tubuh dan bagian produk yang harus
dihindari.
3. Mengidentifikasi elemen–elemen membatasi gerakan tubuh.
Menurut Wickens (2004) dan Kromer (2003) banyak faktor yang
harus diperhtikan ketika data ukuran tubuh dipakai sebagai perancangan,
salah satunya adalah adanya keragaman individu yang juga dipengaruhi
oleh faktor diantaranya :
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-
kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.
Kemudian manusia akan berkurang ukuran tubuhnya saat manusia
berumur 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali
dada dan pinggul.
3. Suku atau Bangsa
Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis.
4. Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh
5. Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran
tubuh manusia. Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi
tertentu (khusus) yang, dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi
tubuh manusia yang juga perlu mendapat perhatian, seperti:
a. Cacat tubuh
Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk
bagi orangorang cacat.
7

b. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan


Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang
berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya,
dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat
yang lain.
c. Kehamilan (pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan
ukuran dimensi tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan
perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi
segmentasi seperti itu. dari tangan dan kaki, dan lain-lain.

2.1.2 Jenis-Jenis Antropometri


Antropometri memiliki beberapa jenis yaitu diantaranya :
1. Antropometri Statis
Antropometri statis adalah pengukuran manusia pada posisi
diam, dan linier pada permukaan tubuh. Antrropometri statis berkaitan
dengan pengukuran keadaan dan ciri–ciri fisik manusia dalam keadaan
diam atau dalam keadaan dibakukan.Data antropometri statis dapat
berupa dimensi skeletal (dimensi di titik pusat persendian, seperti
antara siku dengan pergelangan tangan), dimensi kontur tubuh
(dimensi permukaan kulit, seperti keliling lingkaran luar kepala).
Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh
manusia yang berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada
Anthropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada
permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka
pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai
individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam.
2. Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri
fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-
8

gerakan yang mungkin terjadi pada saat pekerja melaksanakan


kegiatannya. Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan
yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal – hal
yang harus diperhatikan adalah faktor–faktor seperti: panjang dari
suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun dinamis.
Hal– hal yang perlu diamati adalah seperti misalnya: berat dan pusat
masa dari suatu segmen/bagian tubuh, jarak untuk pergerakan
melingkar dari tangan dan kakidan lain–lain. Selain dari itu didapatkan
pula data–data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran
tersebut adalah relative mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada
data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang
diukur dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar
variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara
keseluruhan tubuh maupun per-segmennya.
Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam
berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks
dan lebih sulit diukur. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:
a. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari
performa atlet.
b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contoh:
Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk.
c. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh: Analisis kinematika dan
kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator
komputer.
9

2.1.3 Penerapan Antropometri


Antropometri dapat diaplikasikan atau diterapkan sebagai berikut :
1. Antropometri Statis dapat diterapkan untuk mendesain meja, kursi,
tinggi pintu, dan lain sebagainya.
2. Antropometri Dinamis dapat diterapkan atau diaplikasikan untuk
menentukan lebar gang untuk lewat atau jalan hilir mudik bagi pelayan
rumah makan yang membawa barang –barang.
Ketika menerapkan data antropometri pada masalah desain apapun,
langkah pertama yang harus diambil/dilakukan yaitu mendeifinisikan
target populasi dari pemakai suatu produk (stasiun kerja, lingkungan)
akan diperuntukkan dan memilih sumber data antropometri untuk target
populasi yang telah dipilih. Kriteria yang dapat menunjang proses desain
dapat dikelompokan menjadi sebagai berikut :
1. Kenyamanan
2. Performansi
3. Kesehatan dan keamanan.
Terdapat 3 (tiga) prinsip umum dalam menggunakan data
antropometri dalam proses perancangan yaitu :
1. Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim.
Dalam perancangan ini dibagi menjadi dua, pertama
perancangan dengan data nilai persentil tinggi/maksimal (90%, 95%,
atau 99%), misalnya untuk merancang tinggi pintu diambil dari tinggi
manusia persentil 99% ditambah dengan kelonggaran. Kedua,
perancangan dengan data nilai persentil kecil/minimal (10%, 5%, atau
1%), misalnya membuat tinggi jemuran pakaian digunakan data tinggi
jangkauan tangan dengan nilai persentil rendah (5%).Inti dari prinisp
perancangan ini adalah bagaimana suatu produk atau sistem kerja yang
dirancang mampu mengakomodasi seluruh populasi.
2. Perancangan fasilitas yang disesuaikan.
10

Beberapa bagian tertentu dari peralatan atau fasilitas dapat


dirancang sehingga dapat disesuaikan dengan individu yang
memakainya. Misalnya tinggi kursi dan meja kasir, sandaran mobil
yang dapat diatur.
Untuk fasilitas yang dapat disesuaikan, dirancang memiliki
daerah ukuran minimal (persentil 5%), sampai dengan ukuran
maksimal (persentil 95 % atau 99%). Perlu diperhatikan biasanya
rancangan seperti itu membutuhkan biaya yang cukup mahal, tetapi
memiliki nilai fungsi yang tinggi.
3. Perancangan fasilitas berdasarkan nilai rata–rata.
Prinsip ini digunakan bila berdasarkan individu ekstrim tidak
mungkin dilakukan dan tidak praktis untuk merancang dengan sistem
penyesuaian. Pada dasarnya tidak ada individu ”rata–rata”,
seseorangan dapat mempunyai rata–rata untuk satu atau dua ukuran
tubuh, tapi karena tidak ada korelasi yang sempurna antara bagian
tubuh, hampir menentukan orang yang mempunyai harga rata–rata
pada sebagian beasr dimensi tubuhnya. Alasan tersebut bukan berarti
perancangan dengan prinsip ini tidak diperbolehkan, kadang–kadang
seorang desainer merancang berdasarkan nilai rata–rata sebagai jalan
keluar untuk berurusan dengan data antropometri yang rumit.

2.1.4 Metode Perhitungan Antropometri


Metode perhitungan dengan pengujian statistik merupakan salah
satu tahapan dalam metode perancangan antrophometri yang terdiri dari
uji kenormalan data, uji keseragaman data, dan uji kecukupan data.
Adapun tahapan-tahapan pengujiannya sebagai berikut:
1. Uji Kenormalan Data
Bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun langkah
langkah yang dilakukan sebagai berikut:
11

a. Menghitung sebaran data (Range/Jangkauan = R)


Jangkauan (R) = Data Maksimum – Data Minimum
b. Menghitung banyaknya interval kelas (K):
K = 1 + (3,3 log n)

Dimana :
K = Jumlah interval kelas
n = Jumlah data
c. Mengitung panjang kelas (P)

P=

d. Menyusun data kedalam tabel frekuensi


e. Menghitung rata-rata (̅) dan standar deviasi (S)

(̅) = S2 =

2. Uji Keseragaman
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode analitik,
dengan tujuan untuk mengetahui apakah data dalam keadaan seragam
atau tidak.Adapun langkah-langkahnnya dengan menentukan BKA
(Batas Kontrol Atas) dan BKB (Batas Kontrol Bawah).
a. BKA = ̅ + Zα/2.𝜎x
b. BKB = ̅ - Zα/2.𝜎x
c. Uji Kecukupan
Pengujian ini bertujuan untuk apakah data yang dibutuhkan
untuk perhitungan telah memenuhi kebutuhan/kecukupan data atau
belum. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:
12

Dimana:
N’ = jumlah data yang dibutuhkan
N = jumlah data yang telah di ambil
Xi = data ke-i
Dengan ketentuan :
Jika N’ < N maka data telah cukup
Jika N’ > N maka data tidak cukup
d. Persentil
Menurut Stevenson (1989) persentil adalah suatu nilai yang
menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang
dimensinya sama dengan atau lebih dari nilai tersebut. Atau dengan
kata lain persentil adalah nilai-nilai yang membagi segugus fungsi
pengamatan menjadi 100 bagian yang sama besar. Penggunaan
konsep Persentil dalam perancangan fasilitas;
1.) Perancangan untuk individu rata–rata yaitu menggunakan
persentil 50(P50).
2.) Perancangan untuk individu extrim yaitu persentil 95 (P95) atau
persentil 5 (P5).
3.) Perancangan untuk individu yang dapat disesuaikan yaitu dari
persentil 5 (P5) sampai dengan persentil 95 (P95). Adapun hal-
hal yang dianggap penting dari konsep persentil dalam
perancangan fasilitas /produk adalah:
13

4.) Bahwa suatu nilai persentil dari data antrophometri pada


individu hanya mengacu pada satu ukuran tubuh saja, misalnya
tinggi tubuh atau duduk saja.
5.) Tidak ada seorangpun yang memiliki nilai persentil yang sama
pada semua ukuran tubuhnya, karena tidak ada korelasi yang
sempurna antar bagian tubuhnya. Untuk menghitung nilai
persentil, sebelumnya harus mengetahui terlebih dahulu dimana
letak persentilnya. Adapun rumus yang digunakan :
a) Letak persentil (LPi)

b) Nilai persentil (Pi)

Dimana :
L : batas bawah kelas persentil
n : banyaknya data yang dihitung
i : persentil ke i (=1,2,3,..,99)
P : panjang kelas interval
Fp-1: frekuensi kumulatif kelas dibawah kelas persentil
FP: frekuensi kelas persentil
c) Chi-Kuadrat
Langkah-langkah pengujian distribusi ini adalah sebagai
berikut :
Hipotesa H0 : Data berdistribusi normal
H 1 :Datatidak berdistribusi normal
14

Daerah penerimaan H0 :
Uji Hipotesa

Dimana :
Zlcl : Nilai batas bawah kelas interval ke-i
Zucl : Nilai batas atas kelas interval ke-i
P(Zlcl) : Peluang nilai batas bawah kelas interval ke-i
P(Zucl) : Peluang nilai batas atas kelas interval ke-i
P : Peluang Zucl - Zlcl
Oi : Frekuensi
ei : P x n2
2.2 Biomekanika Kerja
2.2.1 Pengertian Biomekanika Kerja
Menurut Caffin dan Anderson (1984), Biomekanika merupakan
ilmu yang membahas aspek-aspek biomekanika dari gerakan–gerakan
tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar keilmuan
mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan
fisiologi). Menurut Frankel dan Nordin, biomekanika menggunakan
konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai
macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada
aktivitas sehari-hari.
Menurut Chaffin dkk (2006), biomekanika adalah ilmu yang
menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep-konsepteknik dengan
pengetahuan dari keilmuan biologi dan perilaku manusia.Biomekanika
kerja didefinisikan juga sebagai kajian ilmu yang mempelajari tentang
15

faktor pembebanan kerja yang dilakukan untuk mengetahui performasi


kerja manusia pada saat bekerja
Analisa biomekanika kerja dapat dilihat dalam 2 perspektif, yaitu
kenikmatan yang lebih menjurus pada karakteristik gerakan yaitu meneliti
gerakan dari segi ruangan yang digunakan dan waktu gerakan yang
bersifat sementara tanpa melihat gaya yang menyebabkan gerakan.
Analisis kinematika menjelaskan gerakan yang menyebabkan berapa
cepat obyek bergerak, berapa ketinggiannya atau berapa obyek
menjangkau jarak, posisi, kecepatan, dan percepatan tersebut merupakan
analisis kinematika.
Biomekanika kerja menjadi salah satu ujung tombak ergonomi di
Indonesia khususnya sektor industri karena didukung oleh beberapa fakta
diantaranya Efisiensi dan produktivitas kerja merupkan isu utama di
industri.
Misalnya penelitian mengenai karakteristik lompatan dari seorang
pelompat indah. Analisis gerakan konetik menjelaskan tentang gaya yang
bekerja pada satu sistem, mislanya tubuh manusia. Analisis kinematika,
analisis kinetik lebih sulit untuk diamati karena pada analisis kinetic yang
terlihat adalah akibat dari gaya. Kinematika menjelaskan karakteristik
gerakan sedangkan kinetik menjelaskan penyebab gerakan.
Ilmu Biomekanika membahas mengenai manusia dari segi
kemampuan-kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan
ketelitian. Pada ilmu kedokteran, biomekanika dibagi menjadi 2 (dua)
pandangan, yaitu:
1. Ilmu Kinetika, merupakan ilmu yang mempelajari tentang faktor-
faktor gaya yang menyebabkan benda bergerak atau diam.
2. Ilmu Kinematika, adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat gerak tanpa
memperhatikan bidang mana atau bagaimana sifat gerakannya atau
sudutnya apakah penuh atau tidak.
16

Melalui sistem automatic dan biomechanic, faktor-faktor manusia


teknik terfokus pada sistem musculoskeletal. Ini merupakan sendi yang
memiliki dua segmen yaitu segmen distal dan segmen proximal. Dalam
melakukan tugas-tugas yang manipulatif, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain:
1. Menyeimbangkan antara gerakan yang statik dan gerak yang dinamis.
2. Menjaga kekuatan otot, dimana pemakaian otot maksimum di bawah
15%.
3. Mencegah Range of Motion (ROM) sendi yang berlebihan.
4. Menggunakan grup otot yang lebih kecil untuk kecepatan dan
ketelitian.
Dalam biomekanika, pada dasarnya ada 2 jenis model gerakan, yaitu:
1. Single- segment Static Model
Menggambarkan beban diterima oleh siku (elbow), yaitu gaya reaksi
siku (RE) dan momen reaksi siku (ME).
2. Two-segment Static Model
Menggambarkan beban diterima oleh bahu (shoulder), yaitu gaya
reaksi bahu (RE) dan momen reaksi bahu (MS)

2.2.2 Aspek-Aspek Biomekanika Kerja


Biomekanika di dalam dunia pekerjaan yang menjadi bidang-bidang
perhatian kajian adalah, kecepatan dan ketelitian gerak anggota-anggota
badan, kekuatan kerja otot dan daya tahan jaringan-jaringan tubuh
terhadap beban.Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Kecepatan dan Ketelitian
Kecepatan gerak bergantung pada banyak faktor, diantaranya
anggota badan mana yang bekerja.Namun secara biomekanika dapa
dilihat dari kebebasan gerak otot yang bersangkutan.Kecepatan dapat
maksimum apabila dalam melaksanakan gerakannya otot bekerja
sepenuh tenaga searah dengan jalur gerak.
17

Ketelitian adalah keahlianlain yang dipentingkan dari gerakan-


gerakan anggota badan dalam bekerja. Disamping kenyataan bahwa
setiap anggota badan berketelitian sendiri-sendiri besarnya tenaga yang
dibutuhkan untuk bergerak menentukan seberapa teliti hal itu dapat
berlangsung. Demikian pula apa yang disebut dengan control response
ratio.
2. Kekuatan kerja otot
Kekuatan harus dibedakan dari daya tahan.Berapa berat beban
yang dapat seseorang pada suatu saat menggambarkan kekuatannya,
sementara berapa lama pekerjaan mengangkut itu dapat berlangsung
adalah persoalan daya tahan. Karena keduanya dijalankan oleh otot-
otot tubuh yang sama, aktivitas biologis yang berlangsung untuk satu
dan lainnya banyak berkaitan erat. Tetapi ada perbedaan yang
mendasar, pada kekuatan, prosesnya lebih dibahas dalam hubungannya
dengan energi tubuh seperti yang dilakukan pada tulisan untuk sesi
sebelumnya. Untuk tubuh manusia pada umumnya berlaku hal-hal
berikut ini tentang kekuatan :
a. Kekuatan bergantung pada posisi anggota tubuh yang bekerja.
b. Kekuatan bergantung pada arah gerakan kerja.
c. Setiap anggota tubuh memiliki kekuatan yang berbeda, perbedaan
antar jari, antara lengan kiri dan kanan, antara lengan dan kaki dan
lain sebagainya.
d. Pengaruh usia; semakin tua seseorang, maka semakin rendah pula
kekuatannya (kecenderungan umum).
3. Daya Tahan Jaringan Tubuh Terhadap Beban.
Setiap bagian jaringan tubuh memiliki daya tahan tertentu
terhadap beban baik tekan, tarik, geser maupun putar. Jika seseorang
terus menerus berdiri lalu merasa lelah, bukanlah karena ia kehabisan
tenaga atau mengalami fatiq otot, melainkan jaringan-jaringan
disekujur tubuhnya terutama telapak kaki sudah tidak tahan terhadap
18

beban dari tubuhnya sendiri. Karena itu kesalahan lebih tepat bila
dinyatakan dengan “lelah” dapat dikurangi dengan :
a. Menghindarkan beban statis yaitu beban yang secara
berkesinambungan bekerja pada jaringan tanpa bergerak.
b. Menghindarkan konsentrasi beban yaitu terpusatnya beban pada
satu bagian sempit jaringan.
c. Menghindarkan beban yang terlalu berat, yang tak mampu ditahan
jaringan.
Diantara jaringan-jaringan yang rentan terhadap kelelahan jenis
ini adalah yang terdapat disekitar belikat.Karenanya dalam merancang
kursi, bagian ini hendaknya dihindarkan dari kontak yang intensif
dengan sandaran.Daerah dibawah pinggang bagian belakang juga
memiliki sifat yang serupa.Lapisan-lapisan antar ruas tulang belakang
juga merupakan salah satu titik lemah tubuh dalam bekerja.Berbeda
dengan kebanyakan jaringan lain yang memberikan isyarat dini
datangnya kelelahan, lapisan ini dapat rusak secara perlahan tanpa
tanda-tanda sampai keadaan mencapai tingkat parah, padahal peluang
konsentrasi beban disini cukup besar.

2.2.3 Penerapan Biomekanika Kerja


Performansi kerja pekerja dipengaruhi oleh faktor internal
(individual) dan faktor eksternal (situasional). Faktor internal yang
berpengaruh antara lain:
1. Karakter fisik
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Pengalaman
5. Faktor eksternal dibedakan atas:
a. Faktor fisik pekerjaan (peralatan kerja, bahan, lingkungan fisik dan
metode kerja), dan
19

b. Faktor sosial dan keorganisasian (karakteristik perusahaan,


pendidikan dan latihan, pengawasan, sistem imbalan, dan
lingkungan sosial).
Pada dasarnya kerja manusia meliputi pekerjaan fisik dan mental
dengan intensitas yang berbeda-beda.Tingkat intensitas yang terlalu tinggi
memungkinkan pemakaian energy yang berlebihan, sedangkan intensitas
yang terlalu rendah menimbulkan rasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu,
perlu diupayakan tingkat intensitas yang optimum diantara kedua batas
ekstrim tersebut dan tentunya untuk setiap individu akan berbeda pula.
Suatu lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan
kerja di Amerika, NIOSH (National Institute for Occupational Safety and
Health) melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap biomekanika, yaitu :
1. Berat dari beban yang dipindahkan(pembebanan langsung).
2. Posisi pembebanan dengan mengacu pada tubuh dipengaruhi oleh :
a. Jarak beban yang dipindahkan dari lantai,
b. Jarak vertikal beban yang dipindahkan dari lantai,
c. Sudut pemindahan beban dari posisi sagital, dan
d. Frekuensi pemindahan, hal ini dicatat sebagai rata-rata pemindahan
menit untuk pemindahan yang berfrekuensi tinggi.
e. Periode (durasi) total waktu yang diberlakukan dalam pemindahan
pada suatau pencatatan. (sekitar 1-2 jam atau 2-8 jam).
Revisi NIOSH Guidelines, dikemukakan dua faktor pengali yang
mempengaruhi berat bahan yang boleh diangkat adalah :
1. Perhitungan RWL (Recomemended Weight Limit)
RWL = LC x HM x VM x AM x FM x CM

dimana :
a. LC = load constant, konstanta beban 23 kg (51 lbs)
20

b. HM = horizontal multiplier, faktor pengali horisontal yang


besarnya: 25/H
c. VM = vertical multiplier, faktor pengali vertikal yang besarnya: [1-
(0,003 |V-75|)]
d. DM = distance multiplier, faktor pengali jarak yang besarnya: 0,82
+ 4,5/D
e. AM = asymmetric multiplier, faktor pengali asimetrik yang
besarnya: 1 – 0,0032 A
f. FM = frequency multiplier, faktor pengali frekuensi (lihat tabel)
g. CM = coupling multiplier, faktor pengali kopel/ pegangan (lihat
tabel)
h. H = jarak horisontal dari pusat massa beban ke titik tengah antara
dua mata kaki operator.
i. V = jarak vertikal tangan / handle ke lantai
j. D = jarak perpindahan vertikal
k. A = sudut yang dibentuk antara tubuh bagian bawah (kaki) dan
tubuh bagian atas (torso
2. Perhitungan LI (Lifting Index)

𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
LI =
𝑅𝑒𝑐𝑜𝑚𝑚𝑒𝑑 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝐿𝑖𝑚𝑖𝑡

a. LI < 1, maka pekerjaan dinyatakan aman


b. LI antara 1 dan 3, maka pekerjaan pengangkatan berpotensi
menimbulkan cidera
c. LI > 3, maka pekerjaan tersebut membahayakan operator dan perlu
dilakukan perbaikan teknis (Wickens, et al., 2004).
Manfaat studi biomekanika terhadap pekerjaan-pekerjaan ialah:
1. Perancangan kembali suatu pekerjaan yang sudah ada.
2. Mengevaluasi suatu pekerjaan yang dilakukan.
21

3. Pelaksanaan kegiatan penyaringan terhadap pegawai/karyawan.


4. Tugas-tugas penanganan kerja yang dilakukan secara manual.
5. Pembebanan statis.
6. Penentuan sistem waktu.
Agar dalam suatu aktivitas pekerjaan tidak menimbulkan suatu
kecelakaan kerja yang tidak diinginkan, maka perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Sesuaikan berat dengan kemampuan pekerja/operator, dengan
mempertimbangkan frekuensi pemindahan barang/beban.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang
berat.
3. Ubah aktivitas jika memungkinkan sehingga lebih mudah, ringan, dan
tidak berbahaya.
4. Minimalkan jarak horisontal antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
5. Material tidak boleh lebih tinggi dari bahu.
6. Kurangi frekuensi pemindahan.
7. Berikan waktu istirahat yang cukup kepada pekerja/operator, untuk
melepaskan rasa lelah.
8. Berlakukan rotasi pekerjaan terhadap pekerjaan yang membutuhkan
tenaga.
9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang
dekat dengan tubuh.
10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar pemindahan tidak
menimbulkan cedera pada pinggang.

2.3 Fisiologi Kerja


Fisiologi kerja adalah ilmu untuk mempelajari fungsi organ tubuh
manusia yang dipengaruhi oleh otot. Fungsi utama pada fisiologi adalah sistem
yang mengizinkan setiap individu untuk bekerja tanpa dipengaruhi kelelahan
22

yang berlebihan sehingga saat pekerjaan berakhir setiap individu tidak hanya
dapat memulihkan diri dari kelelahan fisik tetapi dapat juga menikmati kegiatan
saat setiap individu tidak bekerja (Kodrat, 2013)
Dalam ilmu fisiologi terdapat batasan metabolic stress dan fatigue yang
berhubungan dengan beban pekerjaan angkat yang berulang-ulang. Jenis
pekerjaan angkat yang berulang-ulang membutuhkan lebih banyak energy
expenditure yang tidak boleh melebihi kapasitas energi pekerja. Batas
maksimum energy expenditure untuk pekerjaan angkat adalah 2,2-4,7
kkal/menit (Kodrat, 2013).
Fisiologi atau Ilmu Faal adalah salah satu dari cabang ilmu biologi yang
mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah "fisiologi" berasal dari
bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari dua kata Yunani Kuno, yaitu
physis yang berarti "asal-usul" atau "hakikat" dan logia, yang berarti "kajian".
Istilah "faal" sendiri diambil dari bahasa Arab, berarti "pertanda", "fungsi",
"kerja". Sehingga fisiologi adalah ilmu yang menggunakan berbagai metode
untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan
organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk
mendukung kehidupan. (Astrand, 1977)
Sedangkan Fisiologi Kerja merupakan suatu studi mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja dan kelelahan pekerja melakukan suatu pekerjaan.
Fisiologi Kerja adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau faal tubuh manusia
pada saat bekerja dan merupakan dasar berkembangnya ergonomi. Dengan
diketahuinya fisiologi kerja diharapkan mampu meringankan beban kerja
seorang pekerja dan meningkatkan produktivitas kerja.
23

Gambar 2.1 Relasi antara Konsumsi Energi dengan Meningkatnya Stress dan Detak
Jantung Saat Bekerja
Sumber : (Khan, 2010)
2.3.1 Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas
pekerjaan sehari hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih
dari separuh beban tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan
dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting
bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan
yang produktif sebagai satu tujuan hidup. Dipihak lain, bekerja berarti
tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa
setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan.Beban
tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima
oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik,
maupun kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban
tersebut.Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada
yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran
jasmani,usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
24

secara umum hubungan antara beban kerjadan kapasitas kerja


dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks,baik faktor
internal maupun faktor eksternal. (Tarwaka, 2004),
a. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Eksternal Faktor eksternal beban
kerja adalah beban kerja yang berasal dariluar tubuh pekerja,
meliputi:
1) Tugas-tugas (task) Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun
kerja, tata ruang tempatkerja, kondisi lingkungan kerja, sikap
kerja, cara angkut, beban yangdiangkat. Sedangkan tugas yang
bersifat mental meliputi, tanggungjawab, kompleksitas
pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.
2) Organisasi Kerja Organisasi kerja meliputi lamanya waku kerja,
waktu istirahat, shiftkerja, sistem kerja dan sebagainya.
3) Lingkungan Kerja Lingkungan kerja ini dapat memberikan
beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik,
lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan
lingkungan kerja psikologis.
b. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Internal Faktor internal beban
kerja adalah faktor yang
berasal dari dalam tubuh akibat adanya reaksi dari beban kerja
eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi:
1) Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status
gizi,kondisi kesehatan, dan sebagainya)
2) Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan,
kepuasan dan sebagainya).

2.3.2 Kerja Fisik


Komarudin (2002) Kerja fisik atau physical work adalah kerja yang
memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaga atau power.
Kerja fisik sering disebut sebagai “Manual Operation” di mana
25

performansi kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia, baik yang


berfungsi sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja
(control). Dalam hal kerja fisik ini, konsumsi energi (energy
consumption) merupakan faktor utama dan tolak ukur sebagai penentu
berat atau ringannya kerja fisik tersebut. Aktivitas otot yang akan
mengubah fungsi-fungsi faal dalah tubuh adalah sebagai berikut.
1. Denyut jangtung.
2. Tekanan darah.
3. Keluaran atau output jantung (liter darah/menit).
4. Komposisi kimia dalam darah dan tubuh.
5. Temperatur tubuh.
6. Laju penguapan.
7. Ventilasi paru-paru (liter darah/menit).
8. Konsumsi oksigen (O2) oleh otot.
Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat
dengan konsumsi energi. Setiap kegiatan yang berlangsung pada diri
manusia membutuhkan energi. Untuk melakukan semua kegiatan manusia
diperlukan supplay energi. Energi terbentuk karena adanya proses
metabolisme dalam otot, yaitu berupa serangkaian proses kimia yang
mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk energi. Kedua bentuk
energi tersebut adalah energi mekanis dan energi panas.

2.3.3 Penilaian Beban Kerja Fisik


penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara
objektif,yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak
langsung. (Tarwaka, 2004)
1. Metode Penilaian Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi
yangdikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama
bekerja.Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang
26

diperlukanuntuk dikonsumsi. Meskipun metode pengukuran asupan


oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja
yang singkat dandi perlukan peralatan yang mahal. Berikut adalah
kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi suhu
tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991) pada tabel 2.3
berikut:
Tabel 2.1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi,
Suhu Tubuh dan Denyut Jantung
Konsumsi Ventilasi Denyut
Kategori Suhu
Oksigen Paru Jantung(denyut
Beban Kerja Rektal(c )
(L/min) (L/min) /min)
Ringan 0,5 - 1,0 11.0-20 37,5 75-100
Sedang 1,0 - 1,5 20-30 37,5-38 100-125
Berat 1,5 -2 ,0 31-43 38-38,5 125-150
Sangat Berat 2,0 - 2,5 43-56 38,5-39 150-175
Sangat
2,5 -4,0 60-100 >39 >175
Berat Sekali
Sumber: Christensen (1991:169). Encyclopedia of Occupational
Health and Safety
2. Metode Penilaian Tidak Langsung
Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung
denyut nadi selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama
bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain
dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini
dapat dihitung denyut nadi kerjasebagai berikut:

Denyut Nadi (denyut/menit) = x 60

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban


kerjamempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat dan murah
juga tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya pun cukup
reliabel dan tidak menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa.
27

Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
a. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum
pekerjaan dimulai
b. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
c. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan
denyut nadi kerja.
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan seuatu
bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut yaitu sebuah
persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:
E = 1,80411- 0,0229038 x + 4,71733 X
10-4x2
Dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
x = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)
Setelah melakukan perhitungan di atas, kita dapat menghitung
konsumsi energi dengan menggunakan persamaan:
K = Et - Ei
Dimana:
K = Konsumsi energi (Kkal/menit)
Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (Kkal/menit)
Ei = Pengeluaran energi pada waktu sebelum bekerja
Sebagai dasar rekomendasi dari KEPMENAKER No. 51 Tahun
1999 yang menetapkan kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori
sebagai berikut:
a. Beban Kerja Ringan: 100 - 200 Kkal/jam
b. Beban Kerja Sedang: >200 - 350 Kkal/jam
c. Beban Kerja Berat : > 350 - 500 Kkal/jam
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat
penting didalam peningkatan cardia output dari istirahat sampai kerja
28

maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari


istirahat sampai kerja maksimum didefinisikan sebagai Heart Rate
Reverse. (Tarwaka, 2004)
yang diekspresikan dalam presentase yang dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut.

% HR Reverse = x 100

Denyut Nadi maksimum (DNmax) adalah (220-umur) untuk


laki-laki dan (200-umur) untuk perempuan.
Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja
berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibendingkan dengan
denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair
load = % CVL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% CVL = x100

Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan


dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasarkan % CVL

%CVL Klasifikasi %CVL


<30% Tidak terjadi kelelahan
30% - 60% Diperlukan perbaikan
60% - 80% Kerja dalam waktu singkat
80% - 100% Diperlukan tindakan segera
>100% Tidak diperbolehkan beraktivitas
Sumber: Sarwo Widodo (2008)
29

2.3.4 Beban Kerja Mental


Definisi beban kerja mental yakni “Mental workload is the
operator’s evaluation of the attentional load margin (between their
motivated capacitiy and the current task demands) while achieving
adequate task performance in a mission relevant context”. “Beban kerja
mental adalah evaluasi operator dari margin beban atten-tional (antara
kapasitas termotivasi mereka dan tuntutan tugas saat ini) sementara
mencapai kinerja tugas yang memadai dalam konteks misi yang relevan”.
(Hancock, P. A. dan Meshkati, N, 1988)
Seiring dengan berjalannya waktu, kemampuan seseorang dapat
saja berubah sebagi akibat dari praktek terhadap pekerjaan (kemampuan
meningkat), kelelahan yang ditimbulkan (kemampuan menurun), dan
kebosanan terhadap pekerjaan dan kondisi (kemampuan menurun),
kemampuan seseorang akan berbeda dengan orang lain karena perbedaan
dukungan fisik dan mental, perbedaan latihan dan perbedaan pekerjaan.
Hubungan antara beban kerja dengan kinerja dapat dilihat dalam bentuk
kurva U terbalik. Kinerja manusia pada tingkat beban kerja rendah tidak
juga baik, jika tidak banyak hal yang dapat dikerjakan maka orang
tersebut akan mudah bosan dan cenderung kehilangan ketertarikan
terhadap pekerjaan yang dilakukan. Dalam keadaan ini (Underload), galat
akan muncul dalam bentuk kehilangan informasi sebagai akibat dari
menurunnya konsentrasi

1. Konsumsi Energi Berdasarkan Denyut Jantung (Heart Rate)


Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan,
maka recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan
dengan beban kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak
mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan
yang kronis. Murrel membuat metode untuk menentukan waktu
istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik:
30

𝑅=

Dimana:
R : istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : total waktu kerja dalam menit
W : konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S :pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam
kkal/menit (biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)
2. Konsumsi Energi Berdasarkan Kapasitas Oksigen Terukur Konsumsi
energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi
oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh
akan mendapatkan 4,8 kcal energi.
T(B – S)
Dimana:
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja (menit)
B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)

2.3.5 Menentukan Waktu Standar dengan Metode Fisiologis


Pengukuran fisiologi dapat dipergunakan untuk membandingkan
cost energy standard, tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang
sama. hasilnya mungkin beberapa orang yang memiliki performansi
150% hingga 160% menggunakan energi expenditure sama dengan orang
yang performansinya hanya 110% sampai 115%. pada suatu pekerjaan
yang memenuhi waktu standar, dengan pekerjaan serupa yang tidak
31

Tabel 2.3 Jenis Pekerjaan dengan Konsumsi Oksigen

1.

(apk.lab.uii.ac.id,26 mei 2014)


1. Lamanya Waktu Kerja
Rumus untuk mengukur waktu kerja (Time Work) adalah
sebagai berikut.

TW = menit

Dimana :
Tw = Waktu kerja (menit).
K = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kkal/mnt).
2. Lamanya Waktu Istirahat
Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan
maka waktu pemulihan untuk beristirahat meningkat sejalan dengan
beban kerja. Dalam kedaan yang ekstrim, pekerja tidak memiliki
waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang
kronis. Jika
W < S, maka:
RT = 0
Jika S ≤ W , maka:
RT = [WS-1] x 100+ [T(W-S)W-BM]2
Jika W ≥ 2S, maka :
RT = T ( W- S )W-BM x 1.11
32

Dimana:
RT = Rest Time yaitu istirahat yang dibutuhkan (menit)
W = Konsumsi energi rata untuk bekerja (kcal/menit)
S = Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan (4 kcal/menit
untuk perempuan dan 5 kcal/menit untuk laki-laki)
T = Total waktu bekerja (menit) BM= Metabolisme basal (1.0
kcal/menit untuk perempuan dan 1.2 untuk laki-laki)

2.3.6 Kelelahan (Fatigue) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya


Definisi umum dari kelelahan kerja adalah suatu kondisi dimana
terjadi pada syaraf dan otot manusia, sehingga tidak dapat berfungsi lagi
sebagaimana mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut industri adalah
pengaruh dari kerja pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung
untuk mengurangi kecepatan kerja mereka atau menurunkan kualitas
produksi dari performasi optimis seorang operator. Kelelahan mempunyai
empat cakupan yaitu penurunan dalam performasi kerja, maksudnya
adalah pengurangan dalam kecepatan dan kualitas output yang terjadi bila
melewati suatu periode tertentu (fatique industry). Cakupan kelelahan
yang kedua adalah pengurangan dalam kapasitas kerja, maksudnya adalah
perusakkan otot atau ketidakseimbangan susunan syaraf untuk
memberikan stimulus (Siswanto,1991)..
Cakupan kelelahan yang ketiga adalah laporanlaporan subyektif
dari pekerja, berhubungan dengan perasaan gelisah dan bosan (fatique
fisiologi). Cakupan yang terakhir adalah perubahan-perubahan dalam
aktivitas dan kapasitas kerja, maksudnya adalah perubahan fungsi fisologi
atau perubahan dalam kemampuan dalam melakukan aktivitas fisiologi
(Suma’mur,1996) .
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu tingkat
kelelahan pada pekerja disaat menjalankan operasi atau melakukan
pekerjaannya, adalah sebagai berikut:
33

1. Penentuan dan lamanya waktu kerja.


2. Penentuan dan lamanya waktu istirahat.
3. Sikap mental pekerja.
4. Besarnya beban tetap.
5. Kemonotonan pekerjaan dalam lingkungan kerja yang tetap.
6. Kondisi tubuh operator pada waktu melaksanakan pekerjaan.
7. Lingkungan fisik kerja.
Pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Berikut ini adalah cara untuk mengukur tingkat kelelahan:
1. Mengukur kecepatan denyut jantung.
2. Mengukur kecepatan pernafasan.
3. Mengukur tekanan darah.
4. Jumlah oksigen yang terpakai dalam tubuh.
5. Perubahan temperatur tubuh
6. Perubahan komposisi kimia dalam darah dan urin.
7. Menggunakan alat uji kelelahan, yaitu Riken Fatique Indicat

2.4 Display
2.4.1 PengertianDisplay
Display (alat peraga) adalah bagian dari lingkungan yang memberi
informasi pada pekerja agar tugas-tugas nya menjadi lancar. (Sutalaksana,
1979). Display berfungsi sebagai suatu “sistem komunikasi yang
menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia
(Nurmianto,1991).
Display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan
manusia dalam melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang
dengan baik. Perancangan display yang baik adalah bila display tersebut
dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan
banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya. Sedangkan menurut
Sutalaksana (1979),
34

Display yang baik harus dapat menyampaikan pesan tertentu sesuai


dengan tulisan atau gambar yang dimaksud dalam display atau sejenis
poster. Ciri-ciri display dan poster yang baik adalah:
1. Dapat menyampaikan pesan
2. Bentuk gambar menarik dan menggambarkan kejadian
3. Menggunakan warna mencolok dan menarik perhatian
4. Proporsi gambar dan huruf-huruf memungkinkan untuk dilihat atau
dibaca
5. Menggunakan kalimat pendek, lugas, jelas
6. Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah terbaca
7. Realistis Sesuai Dengan Permasalahan
8. Tidak membosankan.
Berdasarkan tujuannya, secara garis besar poster terdiri atas dua
bagian,yaitu poster untuk tujuan umum dan poster untuk tujuan khusus.
Poster umum, diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja umum,
poster tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, poster mengenai
kesalahan-kesalahan manusia dalam bekerja. Sedangkan poster untuk
tujuan khusus diantaranya, poster-poster dalam industri, pekerjaan
konstruksi. Dengan demikian pesan-pesan yang dikandung bersifat
spesifik untuk lingkungan yang bersangkutran. Misalnya poster untuk
bahaya penggunaan lift, tangga, penyimpanan benda- benda mudah
terbakar atau mudah meledak (Sutalaksana,1979).
Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera
mata sangat sensitif terhadap warna Biru, Hijau, Kuning, tetapi sangat
tergantung juga pada kondisi terang dan gelap. Dalam visual
display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5 warna. Hal ini
berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki
gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan
penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak
digunakan bersamaan begitu pula warna kuning dan biru (Galer, 1989).
35

Sedangkan menurut Bridger, R.S (1995) terdapat beberapa kelebihan dan


kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display.
Berikut kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada
pembuatandisplay. :
Tabel 2.4 kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada
pembuatan display
Kelebihan Kekurangan
Tanda untuk data spesifik Tidak bermanfaat bagi buta warna
Informasi lebih mudah diterima Menyebabkan fatigue
Mengurangi tingkat kesalahan Membingungkan
Lebih natural Menimbulkan reaksi
Member dimensi lain Informal
Sumber : Bridger,R.S (1995)
Menurut Bridger, R.S (1995) ada 4 (empat) prinsip dalam
mendesain suatu visual display yaitu prinsip proximity, prinsip similarity,
prinsip symmetry, dan prinsip continuity. Berikut ini merupakan
penjelasan dari empat prinsip dalam mendesain suatu visual display :
1. Prinsip PROXIMITY, jarak terhadap susunan display yang disusun
secara bersama-sama dan saling memiliki dapat membuat suatu
perkiraan atau pernyataan. Artinya display yang dibuat dapat
dimengerti tanpa harus melihat dengan jelas, namun dapat mengerti
apa yang dimaksud, misalnya bunyi sirine ambulance, perlintasan
kereta api, dan lain-lain.
2. Prinsip SIMILARITY, menyatakan bahwa item-item yang sama akan
dikelompokkan bersama-sama (dalam konsep warna, bentuk dan
ukuran) bahwa pada sebuah display tidak boleh menggunakan lebih
dari 3 warna.
3. Prinsip SYMMETRY, menjelaskan perancangan untuk
memaksimalkan display, artinya elemen-elemen dalam
36

perancangan display akan lebih baik dalam bentuk simetrikal, yaitu


antara tulisan dan gambar harus seimbang.
4. Prinsip CONTINUITY, menjelaskan sistem perseptual mengekstrakan
informasi kualitatif menjadi satu kesatuan yang utuh. Hubungan
satu display dengan yang lain saling berkelanjutan membentuk satu
kesatuan. Selain itu prinsip continuity (kesinambungan pola) juga
mengekstrakan informasi yang bersifat kualitatif sehingga menjadi
suatu kesatuan yang utuh.
Kriteria dalam pembuatan display dibagi menjadi 3 yaitu,
pendeteksian, pengenalan, dan pemahaman. Pendeteksian adalah
kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui keberadaannya atau
fungsinya. Pada visual display harus dapat dibaca dan untuk auditory
display harus bisa didengar.Pengenalan adalah setelah display dideteksi,
pesan dari display tersebut harus bisa dibaca atau didengar.
Pemahaman tentang pembuatan display tidak cukup hanya
memenuhi 2 kriteria diatas, display yang baik harus dapat dipahami
dengan sebaik mungkin sesuai dengan pesan yang
disampaikan olehdisplay tersebut. Menurut Barrier pemahaman
terhadap display dibagi menjadi 2 level yaitu:
1. Kata-kata atau simbol yang digunakan dalam display mungkin terlalu
sulit untuk dipahami oleh pengguna atau pekerja, contohnya
“VELOCITY” dan “COOLANT” mungkin kurang bisa dipahami
daripada “SPEED” dan “WATER”.
2. Pemahaman mungkin menjadi lebih sulit apabila pengguna memiliki
kesulitan dalam memahami kata-kata dasar.
Informasi-informasi yang dibutuhkan sebelum display dibuat adalah
tipe teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi. Rentang
total dari variabel mengenai informasi mana yang akan
ditampilkan. Ketetapan dan sensitivitas maksimal yang dibutuhkan dalam
pengiriman informasi. Kecepatan yang dibutuhkan dalam pengiriman
37

informasi. Minimasi kesalahan dalam pembacaan display. Jarak normal


dan maksimal antara display dan pengguna display. Lingkungan
dimana display tersebutdiperlukan.
Rumus yang diperlukan untuk menghitung ukuran-ukuran dalam
membuat display antara lain tinggi, lebar, tebal, jarak antar huruf, dan
beberapa ukuran spesifik lainnya. Berikut ini adalah rumus-rumus yang
biasa diperlukan dalam perancangan suatu display.
Tabel 2.5 Rumus Perhitungan Perancangan Display
Keterangan Rumus

Tinggi huruf kecil (h) 2/3 H


Lebar huruf besar 2/3 H
Lebar huruf kecil 2/3 h
Tebal huruf besar 1/6 H
Tebal huruf kecil 1/6 h
Jarak antara dua huruf 1/4 H
Jarak antar huruf dan angka 1/5 H
Jarak antara 2 kata 2/3 H
Sumber : Bridger,R.S (1995)
Luas Papan yang Dibutuhkan
1. Panjang Kalimat = (Jumlah huruf × lebar huruf) + (Jumlah kata ×
Jarak antar kata) + (Jumlah jarak antar huruf × jarak antar huruf)
2. Luas Papan = Menyesuaikan dengan pajang kalimat
38

Gambar 2.2 Ukuran Huruf dan Angka


Sumber : Power Point Perancangan Sistem Kerja II
2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manusia.
1. Pencahayaan
Cahaya merupakan suatu spectrum warna yang berfungsi
member efek pantul seluruh benda yang dikenai gelombang tersebut..
Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat
lelah, karena mata akan berusaha melihat dengan melihat lebar-lebar.
Lelahnya mata ini akan mengakibatkan pula lelahnya mental dan lebih
jauh lagi bisa menimbulkan rusaknya mata. Manfaat dari pencahayaan
yang baik adalah:
a. Produktivitas meningkat
b. Kualitas pekerjaan lebih baik
c. Mengurangi ketegangan mata
d. Meningkatkan semangat kerja
e. Penampilan tempat kerja lebih baik.
Tingkat cahaya dinyatakan dalam lukes, Besarnya lukes
dipengaruhi oleh visibilitas tugas (kekontrasan) ukuran rinci tugas
visual, dan waktu pengerjaan tugas visual.

2. Kebisingan
39

Intensitas bunyi adalah arus energi persatuan luas yang


dinyatakan dalam satuan desible (DB). Menurut batasannya kebisingan
adalah suara-suara yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu kebisingan
sering mengganggu aktivitas, apabila jika kebisingan bernada tinggi,
pengaruh kebisingan terputus-putus atau datang secara tiba-tiba dan
tidak terduga sangat terasa. Berdasarkan sumbernya dapat dibagi
menjadi 4 (Empat) yaitu:
a. Kebisingan kontinyu berspektrum luas. Contoh : mesin ,kipas angin
dan dapur pijar.
b. Kebisingan kontinyu berspektrum sempit. Contoh : Gergaji serkuler
dan katup gas.
c. Kebisingan implusi. Contoh : tembakan senapan dan meriam
d. Kebisingan implusi berulang : suara mesin-mesin di perusahaan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian
kebisingan:
a. Kurangi kebisingan pada sumbernya.
b. Pisahkan atau isolasi peralatan yang mengeluarkan kebisingan.
c. Membuat peredam suara pada dinding,lantai dan langit langit.
Pengendalian kebisingan juga dapat dilakukan dengan
memproteksi telinga.
a. Sumbat karet dapat menurunkan kebisingan 18 – 28 dB.
b. Cotton woll hanya dapat menurunkan kebisingan 8 dB.
3. Temperatur
Berbagai kondisi temperatur tubuh manusia berusaha untuk
mempertahankan dalam kondisi normal, sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan perubahan yang terjadi diluar tubuhnya.
Tingkatan temperatur yang berbeda akan memberikan pengaruh yang
berbeda:
a. Suhu 490 C : Dapat ditahan 1 jam , tetapi jauh diatas kemampuan
fisik dan mental.
40

b. Suhu 29,50 C : Aktivitas mental dan daya tangkap menurun dan


membuat kesalahan dalam pekerjaan, karena kelelahan fisik.
c. Suhu 240 C : Kondisi optimum.
d. Suhu 100 C : Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
4. Ventilasi
Oksigen terutama gas yang di butuhkan oleh makhluk hidup
terutama untuk menjaga kelangsungan hidup. Ventilasi dibutuhkan
baik dalam industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ventilasi
merupakan peralatan yang digunakan untuk menukarkan udara kotor
dengan udara bersih, Terutama udara hasil proses produksi yang
bisanya mengandung zat-zat yang merugikan tubuh.
5. Getaran
Getaran harus diminimalisi sekecil mungkin. Pada pekerjaan
yang mengalami getaran besar akan mengganggu kemampuan syaraf
motorik akibat efek kejut cair yang ada dalam tubuh membentur
otototot sehingga rangsangan yang harus di sampaikan terganggu
ditengah jalan oleh benturan-benturan cairan yang bergerak dalam
tubuh. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi
getaran dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota
tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi
ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan
getarangetaran antara lain :
a. Mempengaruhi konsentrasi kerja
b. Mempercepat datangnya kelelahan
c. Gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti : mata,syaraf, otot-
otot dan lain-lain.

6. Radiasi
41

Radiasi merupakan efek yang ditimbulkan akibat hasil buangan


sebuah peralatan, bahan kimia, atau pun benda-benda lain. Radiasi
yang membahayakan biasanya segala sesuatu yang melebihi ambang
batas yang ditentukan, contoh : radiasi sinar matahari, yang berlebihan
akibat bocornya lapisan ozon akan menimbulkan kanker kulit.
7. Warna
Warna yang dimaksud disini adalah tembok atau interior tempat
kerja. Warna ini berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk
melihat objek,juga memberikan pengaruh yang lain pula terhadap
manusia. Efek psikologis dari warna terdiri atas ilusi dan efek psikis,
keduanya ditentukan oleh proses bawah sadar. Warna gelap pada
umumnya bersifat menekan dan mengarah pada kekotoran,sedangkan
warna yang lembut terasa lebih cerah dan meriah, membagi banyak
cahaya dan merangsang kearah kebersihan.
8. Penginderaan
Secara biologis manusia dikenal memiliki lima indera yaitu,
penglihat, pendengar, peraba, pencium dan perasa. Lebih dari 85%
kegiatan kita sehari-hari melibatkan mata di ikuti telinga, sehingga alat
indera mata dan telinga sangat mempengaruhi performasi kerja kita
pada saat menerima rangsangan. Selebihnya indera lain membantu
kerja kita seperti ; hidung, kulit dan lidah, ini pun diperlukan untuk
pekerjaan/kegiatan tertentu, tidak semua kegiatan bergantung pada
indera ini.
a. Penglihatan
Mata sebagai alat penangkap informasi memiliki karakteristik
beban tersendiri. Fungsi yang penting dari mata adalah kemampuan
memisahkan secara rinci mengenai apa yang dilihatnya. Tetapi
kemampuan ini sanagat ditentukan oleh letak titik focus terhadap
retina pada lensa tidak berakomodasi.
b. Peraba
42

Suhu pada suatu bagian tubuh berbeda dengan bagian tubuh


lainnya,suhu konstan dengan sedikit fluktuasi (coretemperature)
berada pada 370 C, terdapat pada bagian otak ,jantung, dan organ
tubuh. Suhu inti ini diperlukan agar alat-alat tersebut dapat
berfungsi dengan normal.
c. Pendengaran
Bunyi adalah gelombang energy (getaran) yang merambat
melalui suatu yang sampai pada telinga kita, dan menggetarkan
gendang telinga dan seterusnya sehingga kita memperoleh
rangsangan pendengaran. Telinga sebagai alat penangkap informasi
memiliki karakteristik beban tersendiri, segala bentuk suara yang
masuk kedalam telinga kita merupakan beban untuk telinga.
d. Penciuman
Hidung merupakan indra penciuman yang dapat menerima
atau menolak bau-bauan, akan tetapi fungsi yang paling penting
dari hidung dalam kaitannya dalam system kerja adalah menghirup
oksigen dari udara.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Flowchart Pemecahan Masalah Antropometri

mulai

Studi Literatur

Menentukan Rumusan, Tujuan


Dan Batasan Masalah

Menentukan Studi Kasus

Menentukan data yang diambil

Menyiapkan alat pengukuran


antropometri

Melakukan pengukuran

Pengambilan data (3 dimensi)

Data sesuai?

Tidak

Pengolahan data (perhitungan)


Ya
1. Uji kenormalan data
2. Uji keseragaman data
3. Uji kecukupan data

A B

43
44

A B

Analisa Data Tidak

Ya

Persentil (5, 50, 95)

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Antropometri


45

3.2 Flowchart Pemecahan Masalah Biomekanika Kerja

mulai

Studi pendahuluan

Menentukan rumusan, tujuan dan


batasan masalah

Menentukan jenis pekerjaan

Pengukuran jenis pekerjaan

Pengumpulan data

Pengolahan data (perhitungan)

4. Perhitungan RWL
(Recommended weight limit)
5. LI (Lifting index)

Analisa job Tidak


analysis
worksheet
ya
Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Biomekanika Kerja


46

3.3 Flowchart Pemecahan Masalah Fisiologi Kerja

mulai

Studi pendahuluan

Menentukan Rumusan, Tujuan


Dan Batasan Masalah

Menentukan sistem kerja

Pengukuran dan pengamatan


menggunakan stopwatch

Pengumpulan data detak


jantung/waktu

Pengolahan data (perhitungan)

1. KE (konsumsi energi)
2. WT (waktu kerja)
3. RT (waktu istirahat)

Data sesuai ?

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Pemecahan Masalah Fisiologi Kerja


47

3.4 Flowchart Pemecahayan Masalah Display


mulai

Studi Literatur

Menentukan Rumusan, Tujuan


Dan Batasan Masalah

Menentukan Objek Penelitian


Dan Studi Kasus

Menentukan Informasi Yang


Akan di Sampaikan

Menentukan Jarak Baca Dan


Letak Display

Pengolahan data

Analisa data

Perancangan display

Pembuatan display

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Display


48

3.5 Deskripsi Flowchart Pemecahan Masalah


1. Deskripsi Masalah Antropometri
a. Studi pendahuluan
Antropometri adalah kajian ilmu yang mempelajari tentang
dimensi dan ukiran tubuh manusia.
b. Menentukan rumusan masalah, tujuan dan batasan masalah
1) Rumusan masalah
a) Bagaimana cara mengukur dan mengambil sampel data
mengenai antropometri
b) Bagaimana mengelola data hasil pengumpulan sampel
mengenai antropometri
c) Bagaimana analisa perhitungan dan pengolahan data mengenai
antropometri
2) Tujuan
a) Mampu mengukur dan mengambil sampel data mengenai
antropometri
b) Mampu mengelola data hasil pengumpulan sampel mengenai
antropometri
c) Mampu menganalisa perhitungan dan pengolahan data
mengenai antropometri
3) Batasan masalah
a) Menggunakan pengukuran 3 dimensi tubuh manusia
b) Tidak membuat alat, hanya merancang desain alat
c) Alat yang dibuat yaitu Table Mirror
c. Menentukan sumber data
Sumber data yang diambil adalah ukuran tubuh anggota
praktikum perancangan sistem kerja 2 angkatan 2017
d. Menyiapkan alat pengukuran antropometri
e. Pengambilan data
49

Pengambilan data antropometri ini terdapat 9 data pengukuran


dimensi yang diukur untuk merancang Table Mirror yaitu tinggi
pinggul – kepala, lebar sisi, dua kali jangkauan tangan, lebar siku,
tinggi siku duduk, lebar jari telunjuk, lebar jari tengah, lebar jari manis
dan lebar jari kelingking.
f. Pengolahan data antropometri
1) Uji kenormalan data
Adapun langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a) Menghitung sebaran data (Range = R)
Range = Data Maksimum – Data Minimum
b) Menghitung banyaknya interval kelas (K):
K = 1 + (3,3 log n)
Dimana:
K = Jumlah interval kelas
n = Jumlah data
c) Menghitung panjang kelas (P)
R
P
K
d) Menyusun data kedalam tabel frekuensi.
e) Mengitung rata–rata ( X ) dan standar deviasi (S)
 FiXi
X
 Fi

n Fi. Xi 2   Fi. Xi 
2

S 
2

nn  1
2) Uji keseragaman data
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode analitik,
dengan tujuan untuk mengetahui apakah data dalam keadaan
seragam atau tidak. Adapun langkah-langkahnnya dengan
menentukan BKA (Batas Kontrol Atas) dan BKB (Batas Kontrol
Bawah).
50

a. BKA = X  Z / 2 .x

b. BKB = X  Z / 2 .x
3) Uji kecukupan data
Pengujian ini bertujuan untuk apakah data yang dibutuhkan
untuk perhitungan telah memenuhi kebutuhan/kecukupan data atau
belum. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:
2
Z  
  /2  N  Xi 2   Xi 2 
   
N'     
  Xi 
 
 
 
Dimana:
N’ = jumlah data yang dibutuhkan
N = jumlah data yang telah di ambil
Xi = data ke-i
Dengan ketentuan : Jika N’ < N maka data telah cukup
Jika N’ > N maka data tidak cukup
Jika data belum sesuai dengan pengolahan data yang telah dihitung
maka diulangi kembali perhitungannya.
4) Persentil
Untuk menghitung nilai persentil, sebelumnya harus
mengetahui terlebih dahulu dimana letak persentilnya.
Adapun rumus yang digunakan :
a) Letak persentil (LPi)
in  1
LPi =
100
b) Nilai persentil (Pi)
 n.i 
P   f p 1 
Pi = L   
100
fp
51

Dimana :
L : batas bawah kelas persentil
n : banyaknya data yang dihitung
i : persentil ke i (=1,2,3,..,99)
P : panjang kelas interval
f p1 : frekuensi kumulatif kelas dibawah kelas persentil

f p : frekuensi kelas persentil

g. Kesimpulan dan saran


Kesimpulan dan saran dapat diambil setelah hasil perhitungan
pengolahan data sesuai dengan rancangan alat yang akan dibuat.
2. Deskripsi Masalah Biomekanika Kerja
a. Studi pendahuluan
Biomekanika kerja adalah kajian ilmu yang mempelajari tentang
faktor pembebanan kerja yang dilakukan untuk mengetahui performasi
kerja manusia pada saat bekerja.
b. Menentukan rumusan masalah, tujuan dan batasan masalah
1) Rumusan masalah
a) Bagaimana cara mengukur dan mengambil sampel data
mengenai biomekanika?
b) Bagaimana mengola data hasil pengumpulan sampel mengenai
biomekanika?
c) Bagaimana analisa perhitungan dan pengolahan data mengenai
biomekanika?
2) Tujuan
a) Mampu mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data
biomekanika untuk merancang sistem kerja yang ergonomis.
b) Mampu menentukan beban optimal mengangkat secara manual
(manual material handling) dengan menggunakan rumus RWL
(Recommended Weight Limit).
52

c) Memahami prinsip kesehatan dan keselamatan kerja


penanganan material secara menual berdasarkan tinjauan
biomekanika.
3) Batasan masalah
Jenis kegiatan yang diamati yaitu mengangkat galon.
a) Melakukan pengumpulan data dari hasil pengukuran
kerja.yang telah dilakukan.
b) Melakukan pengolahan data yaitu, perhitungan dari hasil
pengukuran dengan cara menghitung RWL dan Lifting Index.
c. Menentukan jenis pekerjaan
Menentukan jenis kegiatan yang menggunakan biomekanika
kerja seperti mengangkat galon.
d. Pengukuran jenis pekerjaan
Melakukan pengukuran jenis kegiatan kerja.
e. Pengumpulan data
Melakukan pengumpulan data dari hasil pengukuran kerja.yang
telah dilakukan.
f. Pengolahan data
Melakukan pengolahan data yaitu, perhitungan dari hasil
pengukuran dengan cara menghitung RWL dan Lifting Index.
1) Perhitungan RWL (Recommended Weight Limit)

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

2) Perhitungan LI (Lifting Index)


𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
𝐿𝐼 =
𝑅𝑒𝑐𝑜𝑚𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝐿𝑖𝑚𝑖𝑡

g. Kesimpulan Dan Saran


Kesimpulan dan saran dapat diambil setelah hasil perhitungan
pengolahan data didapatkan.
53

3. Deskripsi Masalah Fisiologi Kerja


a. Studi pendahuluan
Fisiologis kerja adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari
faktor – faktor fisik manusia pada saat aktivitas pekerjaannya dilihat
dari berbagai kriteria atau jenis pekerjaan yang sedang dilakukannya.
b. Menentukan Rumusan Masalah, Tujuan Dan Batasan Masalah
1) Rumusan masalah
a) Bagaimana cara mengukur dan mengambil sampel data
mengenai Fisiologi?
b) Bagaimana mengelola data hasil pengumpulan sampel
mengenai fisiologi?
c) Bagaimana analisa perhitungan dan pengolahan data mengenai
fisiologi?
2) Tujuan
a) Mampu mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data
fisiologi.
b) Mampu mengelola data hasil pengumpulan sampel mengenai
fisiologi
c) Mampu analisa perhitungan dan pengolahan data mengenai
fisiologi
3) Batasan masalah
a) Mengukur konsumsi energi
b) Mengukur waktu Bekerja
c) Mengukur waktu istirahat
c. Menentukan sistem kerja
Sistem kerja seperti mengayuh sepeda menggunakan ergocycle.
d. Pengukuran dan pengamatan menggunakan stopwatch
Melakukan pengukuran dan pengamatan detak jantung saat melakukan
kegiatan mengayuh sepeda ergocycle dengan menggunakan stopwatch.
e. Pengumpulan data detak jantung/waktu
54

Melakukan pengumpulan data detak jantung yang telah didapatkan.


f. Pengolahan data
Melakukan pengolahan data yaitu perhitungan:
1) Mencari konsumsi energy (KE)
Y = 1.80411 – 0.0229038X + 4.71733 . 10-4X2
Dimana :
Y = Energy expenditure (kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung (detak/menit)
2) Mencari waktu kerja (WT)

=
3) Mencari waktu istirahat (RT)

𝑅 =
Dimana :
K = konsumsi energy selama pekerjaan berlangsung (kkal/mnt)
S = pengeluaran energy cadangan yang direkomendasikan (4
atau 5 kkal/mnt)
g. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saran dapat diambil setelah hasil perhitungan
pengolahan data didapatkan.
4. Deskripsi Masalah Display
a. Studi pendahuluan
Display adalah bagian dari lingkungan yang perlu memberikan
informasi kepada manusia (pekerja) agar tugas – tugasnya menjadi
lancar.
b. Menentukan Rumusan Masalah, Tujuan Dan Batasan Masalah
1) Rumusan masalah
a) Bagaimana cara mengukur pembuatan display
b) Bagaimana cara menghitung pembuatan display
2) Tujuan
55

a) Mampu cara mengukur pembuatan display


b) Mampu cara menghitung pembuatan display
3) Batasan masalah
Batasan masalah adalah membuat satu buah display untuk
tempat yang telah ditentukan.
c. Identifikasi lingkungan
Lingkungan yang diamati adalah himpunan mahasiswa jurusan
(HMJ) fakultas teknik universitas singaperbangsa karawang.
d. Pengumpulan data
Melakukan pengumpulan dan perekapan data – data yang
dibutuhkan untuk pembuatan display tersebut.
e. Pengolahan data
Melakukan pengolahan data dari hasil peninjauan lingkungan
yang sesuai degan display. Adapun rumus untuk membuat sebuah
display antara lain:

1) Tinggi (T) =

2) Tebal huruf = x T

3) Jarak antar kata = xT

4) Lebar huruf =

5) Jarak antar huruf =

6) Jumlah Lebar Huruf = Jumlah kata pada tulisan x Lebar huruf


7) Jumlah Tebal Huruf = Jumlah huruf I x Tebal huruf
8) Jumlah Jarak antar Huruf = Jumlah kata pada tulisan x Jarak
9) Jumlah Jarak antar Kata= Jumlah huruf I x Jarak antar kata
10) Allowance Panjang & Allowance Tinggi
11) Tinggi Display = Tinggi (T) + Allowance tinggi
56

12) Panjang Display = Jumlah Lebar Huruf + Jumlah Tebal Huruf +


Jumlah Jarak antar Huruf + Jumlah Jarak antar Kata + Allowance
Panjang
f. Perancangan display
Melakukan perancangan desain display yang akan dibuat.
g. Pembuatan display
h. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saran dapat diambil setelah perhitungan data
pembuatan display telah selesai.

Anda mungkin juga menyukai