Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


MENINGITIS
DI RUANG SYARAF A RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 3 JUNI 2002 S/D 7 JUNI 2002

DI SUSUN
OLEH :

SUBHAN
NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002

0
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGANG MENINGITIS

Defenisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri
dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.

Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui
sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat
yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat
menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan
sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus.

Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan
diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.

Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus
influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus
Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap
bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan
adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin
dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak

1
sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan
pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan
menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok,
herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis
bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur
cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada
jenis sel yang terlibat.

Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik
faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC)
dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting
adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah
hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan
terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.

Pengkajian Pasien dengan meningitis


Riwayat penyakit dan pengobatan
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui
jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu
diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor
presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.

Manifestasi Klinik
 Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah
laku.
 Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
 Sakit kepala
 Sakit-sakit pada otot-otot

2
 Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata
pasien
 Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
 Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap
lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
 Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak
terdapat pada virus meningitis.
 Nausea
 Vomiting
 Demam
 Takikardia
 Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
 Pasien merasa takut dan cemas.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan
otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan
tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi
glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat
diatas nilai normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya
kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien
meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit
saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat
parah.
Pengobatan
Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
ANTIBIOTIK ORGANISME
Penicilin G Pneumoccocci Terapi TBC Micobacterium
Meningoccocci  Streptomicyn Tuber culosis

3
Streptoccocci  INH
 PAS

Gentamicyn Klebsiella
Pseudomonas
Proleus

Chlorampenikol Haemofilus
Influenza

4
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial

Tujuan
 Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
 Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Rasa sakit kepala berkurang
 Kesadaran meningkat
 Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.

Rencana Tindakan
INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur Perubahan pada tekanan intakranial akan
terlentang tanpa bantal dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya
herniasi otak
Monitor tanda-tanda status neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
dengan GCS. lanjt
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Pada keadaan normal autoregulasi
Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada mempertahankan keadaan tekanan darah
hipertensi sistolik sistemik berubah secara fluktuasi.
Kegagalan autoreguler akan menyebabkan
kerusakan vaskuler cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan
sistolik dan diiukuti oleh penurunan
tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan
suhu dapat menggambarkan perjalanan
infeksi.
Monitor intake dan output hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi terutama pada pasien
yang tidak sadra, nausea yang

5
menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi muntah, Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
batuk. Anjurkan pasien untuk intrakranial dan intraabdomen.
mengeluarkan napas apabila bergerak atau Mengeluarkan napas sewaktu bergerak
berbalik di tempat tidur. atau merubah posisi dapat melindungi diri
dari efek valsava
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian Meminimalkan fluktuasi pada beban
ketat. vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi
cairan dan cairan dapat menurunkan
edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan pemberian Adanya kemungkinan asidosis disertai
oksigen dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel
dapat menyebabkan terjadinya iskhemik
serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:
Steroid, Aminofel, Antibiotika. Terapi yang diberikan dapat menurunkan
permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan
kejang.

6
2. Sakit kepala berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak

Tujuan
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol

Kriteria evaluasi
 Pasien dapat tidur dengan tenang
 Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

Rencana Tindakan
INTERVENSI RASIONALISASI
Independent
Usahakan membuat lingkungan yang Menurukan reaksi terhadap rangsangan
aman dan tenang ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya
dan menganjurkan pasien untuk
beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala dan kain Dapat menyebabkan vasokontriksi
dingin pada mata pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif Dapat membantu relaksasi otot-otot yang
sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati tegang dan dapat menurunkan rasa sakit /
disconfort
Kolaborasi
Berikan obat analgesik Mungkin diperlukan untuk menurunkan
rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada
status neurologis sehingga sukar untuk
dikaji.

7
3. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status
mental dan penurunan tingkat kesadaran

Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

Rencana Tindakan
INTERVENSI RASIONALISASI
Independent Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
dan otot-otot muka lainnya intervensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman seperti Melindungi pasien bila kejang terjadi
batasan ranjang, papan pengaman, dan
alat suction selalu berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama fae akut Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; Catatan : Phenobarbital dapat
diazepam, phenobarbital, dll. menyebabkan respiratorius depresi dan
sedasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC,
Jakarta.

Brunner / Suddarth., (1984). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company,


Philadelphia.

Depkes RI. (1996). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Diknakes, Jakarta.

Donnad. (1991). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2000). Rencana Asuhan


Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume


3, EGC, Jakarta.

Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Harsono. (2000). Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Hudak C.M.,Gallo B.M. (1996). Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi


VI, Volume II, EGC, Jakarta.

Ignatavicius D.D., Bayne M.V. (1991). Medical Surgical Nursing, A Nursing


Process Approach An HBJ International Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia.

Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A. (1995). Medical Surgical Nursing,
A Nursing Process Approach. 2nd edition, W.B. Saunders Company,
Philadelphia.
Juwono, T. (1996). Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. EGC, Jakarta.

Lismidar, (1990). Proses Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

9
Mardjono M., Sidharta P. (1981). Neurologi Klinis Dasar. PT Dian Rakyat, Jakarta.

Price S.A., Wilson L.M. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.

Satyanegara. (1998). Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

(1982). Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Media Aesculapius.

10
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Subhan
NIM : 010030170 B
Ruangan : Syaraf A Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
Pengkajian diambil tanggal : 4 Juni 2002. Jam 08.00 BBWI
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 4 Juni 2002
No. Regester : 10169216
Diagnosa : Meningoencephalitis
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
--

I. IDENTITAS

Nama : Tn Rahmad

Umur : 43 Tahun.

Jenis kelamin : Laki-Laki

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Tanjungsari Rt 31 Sidoarjo.

Ditanggung oleh : JPS

II. RIWAYAT SEBELUM SAKIT

1. Penyakit yang pernah diderita : Thyfoid.

2. Obat yang biasa dikonsumsi : Obat-obat Thyfoid.

3. Kebiasaan berobat : Ke Puskesmas.

4. Alergi: (-).

5. Alat Bantu yang digunakan : Klien tidak menggunakan alat bantu, baik gigi,
kaca mata maupun pendengaran.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1. Keluhan Utama : Demam dan Sakit kepala.

2. Tanggal mulai sakit : Sejak 5 hari sebelum MRS. (30 Mei 2002)

3. Proses Terjadinya sakit : Tiba-tiba Faktor pencetus : Tidak tahu

11
4. Upaya yang telah dilakukan untuk menanggulanginya : Memeriksakan diri ke
dokter praktek.

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Penyakit yang pernah diderita Oleh anggota keluarga : (-).

2. Penyakit yang sedang diderita Oleh anggota keluarga : (-).

V. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN

Klien bertempat tinggal di Sidoarjo, yang penduduknya padat, dan udara panas,
pada daerah tempat tinggalnya antar rumah sangat rapat, udara bersih.

VI. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Klien dalam keadaan lemah.

2. Tanda-Tanda Vital

Suhu : 36,8 celcius, pada axilla.

Nadi : 80 x/menit, tidak teratur.

Tensi : 90/60 mmHg. Lengan kanan.

Respirasi Rate : 20 x/menit, dengan memakai pernapasan perut dan bantuan


otot pernapasan sternokleidomastoid.

3. Body System

1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit.
Trachea tidak ada kelainan.
Terdapat retraksi dada, napas dangkal.
Suara tambahan terdengar bunyi ronchi.
Bentuk dada simestris.

2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

Palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada.


Suara jantung normal.
Edema : tidak ada.

3) Persyarafan (B 3 : Brain)

12
Tingkat Kesadaran : Delirium, GCS : 4 - 2 - 5
Kepala dan wajah : tak da kelainan.
Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor.
Leher : tak ada kelaianan.
Reflek batuk ada, tapi tidak keras.

4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)

Terpasang Polly Catheter. Produksi urine : ± 1200 ml/24 jam.

Warna : kuning Bau : Khas.

5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

Mulut dan tenggorokan : Selaput lendir mulut lembab.


Abdomen : tak ada kelainan.
Obstipasi (+), klien sudah beberapa hari belum buang air besar.
Diet sonde TKTP.

6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas.

Perese (+).
Extrimitas atas dan bawah tidak ada kelainan
Tulang belakang tidak ada kelainan.
Kulit : kuning kecoklatan
Akral dingin basah.
Turgor Lambat.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

13
Pemeriksaan Penunjang
Hasil foto Thorax PA tanggal 3 Juni 2002 :
Cor : besar dan bentuk normal.
Pulmo : Tampak infiltrat granuler tersebar di kedua lapanganparu. Kedua
sinus phrenicocostalis tajam.
Kesimpulan : TB Milier.

Laboratorium tanggal 3 Juni 2002.


- Hb. : 15,0 gr/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl).
- Leukosit : 24.000/cmm (4000 – 11.000/cmm)
- Trombosit : 777.000/cmm (150.000 – 450.000/cmm)
- Hematokrit/PCV : 0,44 % (L : 40 – 54 % P : 37 – 47 %)
- LED : (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam
- SGOT : 55 U/L (L < 37 P < 31 U/L).
- Glukosa ad random : 169 mg/dl (< 140 mg/dl)
- Serum Creatinin : 1,52 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)
Elektrolit
- Natrium : 154 mmol/l (135 – 145 mmol/l)
- Kalium : 4,08 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l)
- Clorida : 114 ( 97 – 113 ).

Terapi

1. Infus NaCl 0,9 % 2000 cc / 24 jam.

2. Streptomisin 1 x 1 gram, intramuskuler.

3. Ceftriaxone 2 x 1 gram, iv.

4. Dexamethasone 2 x 1 amp,iv.

5. Cimetidin 3 x 1 amp,iv.

6. Novalgin 3 x 1 amp,iv.
7. Paracetamol 3 x 500 mg.

8. OAT :

- Rifampisin : 1 x 450 mg.

- INH : 1 x 300 mg.

- Pyrazinamide : 1 x 1000 mg.


9. Diet sonde TKTP.

14
Tanda Tangan Mahasiswa

Subhan
NIM.: 010030170 B

15
ANALISA DATA

KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
S: Kurangnya pengetahuan Resiko
Keluarga Klien mengatakan kurang tentang resiko potogen. terhadap
mengetahui tentang proses penularan transmisi
penyakit serta sifat penyakit. infeksi
O:

S: Kurangnya informasi Kurang


Keluarga Klien mengatakan kurang tentang proses penyakit pengetahuan
mengetahui tentang proses penyakit, dan penatalaksanaan mengenai
sifat penyakit, pemeriksaan perawatan. kondisi,
diagnostik, tujuan tindakan aturan
perawatan maupun pengobatan yang pengobatan
diprogramkan. serta kurangnya
pengetahuan tentang diet dan
Lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan.
O:

16
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. Resiko terhadap transmisi infeksi yang 1. Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah 1. Orang yang terpajan ini perlu program terapi
sehubungan dengan kurangnya anggota rumah, sahabat. obat intuk mencegah penyebaran infeksi.
pengetahuan tentang resiko potogen. 2. Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan 2. Perilaku yang diperlukan untuk mencegah
Tujuan : klien mengalami penurunan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah penyebaran infeksi.
potensi untuk menularkan penyakit serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan 3. Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh 3. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi
kontak klien untuk mengubah tes kulit masker atau isolasi pernafasan. klien dengan membuang stigma sosial
positif. sehubungan dengan penyakit menular
Kriteria hasil : Klien mengalami 4. Identifikasi faktor resiko individu terhadap 4. Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien
penurunan resiko menularkan penyakit pengatifan berulang tuberkulasis. untuk mengubah pola hidup dan menghindari
yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak insiden eksaserbasi
klien. 5. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi 5. Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah
obat. kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga
atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran
infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan
6. Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter. 6. Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat
dihubungi untuk menurunkan penyebaran
infeksi.
2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, 1. Kaji patologi masalah individu. 1. Informasi menurunkan takut karena
aturan pengobatan berhubungan dengan ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar
kurangnya informasi tentang proses untuk pemahaman kondisi dinamik dan
penyakit dan penatalaksanaan pentingnya intervensi terapeutik.
perawatan. 2. Identifikasi kemungkinan kambuh atau 2. Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat,
Tujuan : Klien dan keluarga tahu komplikasi jangka panjang. penyakit paru infeksi dan keganasan dapat
mengenai kondisi dan aturan meningkatkan insiden kambuh.
pengobatan. 3. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan 3. Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi

17
Kriteria hasil : evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba- medik untuk mencegah, menurunkan potensial
1. Klien dan keluarga menyatakan tiba, dispena, distress pernafasan). komplikasi.
pemahaman penyebab masalah. 4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, 4. Mempertahankan kesehatan umum
2. Klien dan keluarga mampu nutrisi baik, istirahat, latihan). meningkatkan penyembuhan dan dapat
mengidentifikasi tanda dan gejala mencegah kekambuhan.
yang memerlukan evaluasi medik. 5. Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui 5. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik
3. Klien dan keluarga mengikuti masalah, kelemahan, lingkungan, media yang dan ditingkatkan pada tahapan individu.
program pengobatan dan terbaik bagi klien.
menunjukkan perubahan pola hidup 6. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan 6. Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan
yang perlu untuk mencegah keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan
terulangnya masalah. demam, kesulitan bernafas. evaluasi lanjut.
4. Klien memperlihatkan peningkatan 7. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja 7. Meningkatkan kerjasama dalam program
tingkah pengetahuan mengenai yang diharapkan dan alasan pengobatan pengobatan dan mencegah penghentian obat
perawatan diri. lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain. sesuai perbaikan kondisi klien.
8. Kaji potensial efek samping pengobatan dan 8. Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan
pemecahan masalah. sehubungan dengan terapi dan meningkatkan
kerjasama dalam program.
9. Dorong klien atau orang terdekat untuk 9. Memberikan kesempatan untuk memperbaiki
menyatakan takut atau masalah, jawab kesalahan konsepsi / peningkatan ansietas.
pertanyaan secara nyata.
10. Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus 10. Informasi tertulis menurunkan hambatan klien
pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat. untuk mengingat sejumlah besar informasi.
Pengulangan penguatkan belajar.

18
TINDAKAN KEPERAWATAN

NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 1. Mengidentifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota S :
rumah, sahabat.
O : Klien mengalami penurunan resiko menularkan penyakit yang
2. Menganjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.
tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
3. Mengkaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker A : Tujuan tercapai
atau isolasi pernafasan.
4. Mengidentifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan P : Intervensi dihentikan
berulang tuberkulasis.
5. Menekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
6. Mengkolaborasikan dan melaporkan ke tim dokter.

2. 1. Mengkaji patologi masalah individu. S:


2. Mengidentifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka O:
panjang. Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai
3. Mengkaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi perawatan diri.
medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress Klien dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.
pernafasan). Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang
4. Mengkaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi memerlukan evaluasi medik.
baik, istirahat, latihan). Klien mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan
5. Mengkaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.
kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien. tetapi keluarga masih belum mengikuti mengikuti program
6. Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, pengobatan seperti halnya klien.
contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas.
7. Menjelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang A : Tujuan tercapai sebagian
diharapkan dan alasan pengobatan lama, kaji resiko interaksi
dengan obat lain. P : Intervensi dilanjutkan
8. Mengkaji resiko efek samping pengobatan dan pemecahan

19
masalah.
9. Mendorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut
atau masalah, jawab pertanyaan secara nyata.
10. Memberikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien
untuk rujukan contoh jadwal obat.

20

Anda mungkin juga menyukai