MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan
Dosen Pengajar :Hj. Lindawati, S.Kep, Ners, MKM
Disusun Oleh :
Tingkat 2B/Semester III
Indira Mulya Ranti : P27901117060
Miftahul Jannah : P27901117067
Regiyani Septi Diana Saputri : P27901117073
Ria Yuniati : P27901117075
Siti Miftahul Fauziah : P27901117078
Winda Aulia Rahma Safira : P27901117086
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Komunikasi
Terapeutik.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasia meridoi segala usaha kita. Amin
Kelompok 1
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Komunikasi Terapeutik?
2. Untuk memahami fungsi dari Komunikasi Terapeutik?
3. Untuk memahami tujuan Komunikasi Terapeutik?
4. Untuk memahami manfaat Komunikasi Terapeutik?
5. Untuk memahami sikap Komunikasi Terapeutik?
6. Untuk memahami tekhnik-tekhnik Komunikasi Terapeutik?
7. Untuk memahami prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik?
8. Untuk memahami fase-fase Komunikasi Terapeutik?
9. Untuk memahami faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Terapeutik?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
(Depkes RI, 1997; Northouse, 1998; Mulyana, 2000; Indrawati, 2003;
Arwani, 2003).
Suasana yang menggambarkan komunikasi yang terapeutik adalah
apabila dalam berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran
yang jelas tentang kondisi klien yang sedang dirawat, mengenai tanda dan
gejala yang ditampilkan serta keluhan yang dirasakan.Menurut As Homby
(1974) yang dikutip oleh Nurjannah, I (2001) mengatakan bahwa terapeutik
merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan.
4
diartikan sebagai suasana hati. Jarak (space) Jarak dalam berkomunikasi
dengan orang lain menggambarkan keintiman. Sentuhan : dikatakan sangat
penting, namun perlu mempertimbangkan aspek budaya dan kebiasaaan. Agar
perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik ia harus menganalisa dirinya
: kesadaran diri klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggung jawab. Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi
klien jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan klien. Komunikasi
terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus di rencanakan, di
pertimbangkan dan di lakukan secara profesional. Pada saat pertama kali
perawat melakukan komunikasi terapeutik proses komunikasi umumnya
berlangsung singkat, canggung, semu dan seperti di buat-buat.hal ini akan
lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing hubungan pasien
karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang
positif sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan terapeutik.
5
2.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik sengaja dirancang agar hubungan perawat dan
klien menjadi efektif dalam rangka mencapai kesembuhan. Untuk itu, Stuart
dan sundeen dalam Nurjannah I (2001) mengemukakan tujuan komunikasi
terapeutik sebagai berikut.
1. Kesadaran Diri,Penerimaan diri dan meningkatkan kehormatan diri
Untuk mencapai tujuan akhir dalam proses pelayaan kesehatan
terutama dalam pelayanan keperawatan adalah dengan memperpendek hari
rawat. Dalam melaksanakan komunikasi yang terapeutik perawat harus
memiliki kemampuan-kemampuan antara lain : pengetahuan yang cukup
keterampilan yang mampuni dan memadai, serta teknik dan etika
komunikasi yang baik dengan demikian kehadiran perawat di sisi klien
merupakan kehadiran yang bermakna dan membawa dampak yang positif.
Perawat harus mengerti dan menyadari bahwa klien datang ke rumah
sakit dalam rangka meminta pertolongan untuk mengurangi keluhan yang
dirasakan dan hal itu diterima sebagai tanggung jawab pribadi serta
tangggung jawab profesi sebagai perawat.
Perawat harus sadar dan menerima bahwa kehadirannya sangat
dibutuhkan oleh klien untuk meringankan atau bahkan mengilangkan
keluhannya sehigga harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh
sebelum bertemu dengan klien.integritas yang tinggi dari perawat akan
mempu meyakinkan klien sehingga meningkatkan kehormatan perawat di
mata klien.
Klien mulai mempercayai bahwa apa yang di lakukan perawat
merupakan tindakakan yang akan membantu proses penyembuhan
penyakit sehingga selalu keperatif dalam berkomunikasi, apa yang
diinginkan untuk trbebas dari keluhan yang dihadapi akan tercapai. Hal itu
akan meningkatkan citra diri yang optimaldengan tetep menjaga
kehirmatan dirinya.
2. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan integrasi Pribadi
6
Dalam diri perawat dan klien sudah terdapat status yang jelas diantara
keduannya sehingga dalam konteks hubungan yang ada hubuangan
perawat dan klien, bukan si A dan si B da;am arti bukan hubungan pribadi.
Namun, walaupun demikian keduanya adalah manusia yang bermartabat
yang mempunyai pikiran, perasaaan, keinginan, dan harga diri sehingga
dibutuhkan saling menghargai dan saling memahami untuk menumbuhkan
integrasi pribadi dan meningkatkan harga diri.
Manusia dalam konteks diri pribadi membutuhkan pangkuan untuk
menampakan perwujudan diri. Pengakuan inilah yang akan mendorong
manusia untuk menunjukan identitas pribadi dan termasuk di dalamnya
adalah status dan peran yang jelas sehingga didapatkan peningkatan harga
diri. Komunikasi terapeutik antara perawat dan klien mendorong keduanya
saling memahami, menghargai dan mengetahui keperluan masing-masing.
Perawat berusaha membuat meningkatkan harga diri dan martabat klien,
sebaliknya klien mengakui dan menghargai perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan tanpa memandang sebelah mata atau meremehkan
kemampuannya.
3. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan,
hubungan interpersonal dengan kapasitas memberi dan menerima.
Hubungan perawat dan klien merupakan hubungan dengan konsep
simbolis mutualisme, yang berarti hubungan yang saling menguntungkan
antara klien an perawat. Perawat dengan ikhlas memberikan pelayanan
keperawatan kepada klien dengan tak terbagi, sedangkan klien dengan
bebas mengutarakan keluhannya sesuai dengan apa yang dirasakan tanpa
ada sesuatu yang mengganjal. Perawat dan klien tidak membawa ego
masing-masing dan mengesampingkan adanya suatu perbedaan dan yang
ada hanyalah perawat dan klien yang bekerja sama dalam membangun
hubungan saling percaya dalam rangka menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi klien.
Perawat selalu mengedepankan kepentingan klien untuk mencapai
drajat kesehatan yang optimal melalui upaya peningkatan pelayan
7
keperwatan. Perawat merasa bahwa memberikan pelayanan keperawatan
merupakan tanggung jawabnya baik merupakan tanggung jawab pribadi
maupun tanggung jawab profesi. Selain itu, memberikan pelayanan
keperawatan kepada klien merupakan upaya mengaplikasikan ilmunya
sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi orang lain, serta sebagai
sarana untuk mengembangkan ilmu keperawatan dalam rangka perbaikan
dan pengembangan ilmu keperawatan.
8
5. Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberi respon kepada klien.
9
6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien
untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada
pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
7. Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada
klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran
masing-masing (Stuart & Sundeen dalam Suryani, 2005).
8. Memberi informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam
mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek
yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan.
9. Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang
membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawatklien.
Tekhnik ini membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide
yang sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan
yaitu peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B &
Judith dalam Suryani, 2005).
10. Mengubah cara pandang
Tekhnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk
memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau
masalah dari aspek negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
Tehnik ini sangat bermanfaat terutama ketika klien berfikiran negatif
terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Jadi
dengan begitu klien bisa menerima dan meningkatkan harga dirinya.
10
11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih
dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005)
supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap
kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang
dialami klien.
12. Membagi persepsi
Menurut Stuart G.W : 1998 dalam Suryani : 2005, menyatakan
membagi persepsi (sharing peception) adalah meminta pendapat klien
tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan
ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respon verbal
dan respon nonverbal klien, dan untuk selanjutnya menyamakan persepsi
yang berbeda itu.
13. Mengidentifikasi tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan
harus mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut.
Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah
penting (Stuart & Sadeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat
bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada
awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
14. Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik.
Menurut Nightingale, F dalam Anonymous : 1999 dalam Suryani : 2005,
mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor.
Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta
menurunkan tekanan darah dan nadi. Humor juga bisa membuat suasana
menjadi lebih santai dan rileks. Humor juga bisa melepaskan ketegangan
yang terjadi pada proses komunikasi.
15. Memberikan pujian
Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis
yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement
11
berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien
(Gerald, D dalam Suryani, 2005). Semua orang pasti senang ketika
mendapatkan pujian dari seseorang, begitu juga dengan pasien yang
mendaptkan pujian dari perawat.
12
9. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia. Bertanggung jawab dalam dua
dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang
dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain tentang apa yang
dikomunikasikan. Karakteristik Komunikasi Terapeutik
13
strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus dilakukan
oleh perawat untuk memahami dirinya dan menyiapkan diri (Suryani,
2005).
14
mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap
ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah
dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan
yang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
15
dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien
karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini
dirumuskan setelah klien diidentifikasi.
Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan
kedua dan seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data,
rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi
hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah
dilakukan bersama klien (Cristina, dkk, 2002).
3. Tahap kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini
perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam
mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga
dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi
terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas
perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien.
Melalui active listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan
masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan
mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Tehnik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan
membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide
yang sama (Murray, B & Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik
menyimpulkan adalah membantu klien menggali hal-hal dan tema
emosional yang penting (Fontaine & Fletcner dalam Suryani, 2005)
4. Tahap terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien
(Christina, dkk, 2002). Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan
16
terminasi akhir (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi
sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang
telah ditentukan. Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan
proses keperawatan secara keseluruhan.
17
Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses
terminasi perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan
keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh
perawat, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada klien.
Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat
untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan klien pada
pelaksanaan tahap sebelumnya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik.
Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran
perasaan dan pikiran. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku
orang lain. Berarti, keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada
komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku
dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal. Komunikasi adalah
berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik tidak mungkin
dicapai tanpa komunikasi.
Dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu
mengetahui proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam
membantu klien memecahkan masalahnya. Elemen yang harus ada pada
proses komunikasi adalah pengirim pesan, penerima pesan, media dan umpan
balik. Semua perilaku individu pengirim dan penerima adalah komunikasi
yang akan member efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa
verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara berkomunikasi dan
berhubungan yang baik dengan klien anak.
3.2 Saran
Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan
klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20