Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


“Pengertian Kebijakan, Kebijakan Kesehatan dan Proses Pembuatannya”

Disusun oleh :
Kelompok 8
1. Meliana Gita Tri Hapsari 25000118120068
2. Mailan Lasagi 25000118120074
3. Nadinda Maretta Diah P. 25000118120092
4. Ratna Aji Prastika 25000118120099
5. Muhamad Anja Ahul A.K 25000118120106
6. Dinda Ayu Amalia 25000118120116
7. Tsania Rizky Fauzia 25000118120122
Kelas : B-2018

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, nikmat, dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah administrasi dan kebijakan

kesehatan yang berjudul “Pengertian Kebijakan, Kebijakan Kesehatan dan Proses

Pembuatannya”. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak dapat selesai tanpa kerja keras,

semangat, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Segenap ketulusan dan dengan kerendahan

hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen

pengampu mata kuliah administrasi dan kebijakan kesehatan. Penulis menyadari bahwa

makalah ini masih mempunyai kekurangan dan keterbatasan sehingga diharapkan adanya

saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan yang lebih baik. Akhir kata

penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Semarang, 27 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Kebijakan ........................................................................................................ 2


B. Kebijakan Kesehatan
1. Definisi Kebijakan Kesehatan ................................................................................. 2
2. Perencanaan Kebijakan Kesehatan ......................................................................... 2
3. Penciptaan dan Pengembangan Kebijakan Kesehatan ............................................ 4
4. Tujuan Kebijakan Kesehatan .................................................................................. 5
5. Hakikat Kebijakan Kesehatan ................................................................................. 5
6. Kebijakan Kesehatan di Indonesia ........................................................................... 5
7. Dasar-Dasar Kebijakan kesehatan di Indonesia ...................................................... 6
8. Kebijakan Kesehatan sebagai Tanggung Jawab Pemerintah .................................. 6
C. Proses Pembuatan Kebijakan

1. Segitiga Kebijakan Kesehatan ................................................................................ 6


2. Proses Pembuatan Kebijakan Kesehatan ................................................................. 9
3. Tahap dalam Penyusunan Kebijakan Menurut Tahap Heuristic ........................... 10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Thomas
Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not to do). Friedrich
mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal),
sasaran (objective) atau kehendak (purpose) (Abidin, 2002).
Kebijakan publik bersifat multidisipliner termasuk dalam bidang kesehatan sehingga
kebijakan kesehatan merupakan bagian dari kebijakan publik. Dari penjelasan tersebut
maka diuraikanlah tentang pengertian kebijakan kesehatan yaitu konsep dan garis besar
rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan
kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal pada seluruh
rakyatnya (AKK USU, 2010). Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi
acuan bagi semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan memperhatikan
kerangka desentralisasi dan otonomi daerah (Depkes RI, 2009).
Membuat kebijakan kesehatan sangat penting karena beberapa alasan, yaitu sektor
kesehatan merupakan bagian penting perekonomian di berbagai negara, kesehatan
mempunyai posisi yang lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang lainnya,
kesehatan dapat dipengaruhi oleh sejumlah keputusan yang tidak ada kaitannya dengan
pelayanan kesehatan (misal: kemiskinan, polusi), dan memberi arahan dalam pemilihan
teknologi kesehatan. Dalam menyusun kebijakan dikenal kerangka segitiga kebijakan
kesehatan yang digunakan untuk memahami pentingnya mempertimbangkan isi
kebijakan, proses penyusunan kebijakan dan bagaimana kekuatan yang digunakan dalam
kebijakan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan dan kebijakan kesehatan ?
2. Bagaimana langkah perumusan kebijakan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan
2. Untuk mengetahui pengertian kebijakan kesehatan
3. Untuk mengetahui proses pembuatan kebijakan kesehatan

1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi Kebijakan
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang
bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai
baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi
atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem
solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation).
Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang organisasi, atau
pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman
untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu.
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam
terhadap berbagai alternative yang bermuara kepada keputusan tentang alternative
terbaik.
Kebijakan diartikan sebagai rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag
organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai
garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Contoh:
kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar
rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan bangsanya.
Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah
untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika penduduk dalam
negaranya.
B. Kebijakan Kesehtan
1. Definisi Kebijakan Kesehatan
Kebijakan menurut KBBI adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan,
dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dan sebagainya). Kebijakan
kesehatan adalah suatu konsep yang mempelajari tentang informasi nyata (faktual)
mengenai sebab – sebab timbulnya kebijakan, isi kebijakan, dan hasil atau akibat
(dampak) kebijakan guna menyelesaikan masalah – masalah sosial dan kesehatan.
Masalah sosial dan kesehatan antara lain meliputi masalah perkampungan kumuh di
2
perkotaan, pemerataan dan pelayanan keadilan (rumah sakit, Puskesmas, dll),
tingginya angka kematian ibu dan anak, lingkungan yang tidak sehat, rendahnya
kemampuan dan kesediaan membayar pelayanan kesehatan, beberapa jenis penyakit
yang mengancam di masa depan berikut perangkat yang disiapkan untuk mendukung
(Supriyanto, 1998 dalam Siyoto Sandu dan Supriyanto, 2015)
Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan
pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994 dalam Roy G.A. Massie,
2009). Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan (Bornemisza &
Sondorp, 2002 dalam Roy G.A. Massie, 2009). Komponen sistem kesehatan meliputi
sumber daya, struktur organisasi, manajemen, penunjang lain dan pelayanan
kesehatan (Cassels, 1995 dalam Roy G.A. Massie, 2009). Kebijakan kesehatan
bertujuan untuk mendisain program-program di tingkat pusat dan lokal, agar dapat
dilakukan perubahan terhadap determinandeterminan kesehatan (Davies 2001; Milio
2001 dalam Roy G.A. Massie,2009), termasuk kebijakan kesehatan internasional
(Hunter 2005; Labonte, 1998; Mohindra 2007 dalam Roy G.A. Massie, 2009).
Kebijakan kesehatan adalah suatu hal yang peduli terhadap pengguna
pelayanan kesehatan termasuk manajer dan pekerja kesehatan. Kebijakan kesehatan
dapat dilihat sebagai suatu jaringan keputusan yang saling berhubungan, yang pada
prakteknya peduli kepada pelayanan kesehatan masyarakat (Green & Thorogood,
1998 dalam Roy G.A. Massie,2009).
2. Perencanaan Kebijakan Kesehatan
Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus
diperhatikan. Menurut Azwar (1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Bagian dari sistem administrasi : Suatu perencanaan yang baik adalah yang
berhasil menempatkan pekerjaan perencanaan sebagai bagian dari sistem
administrasi secara keseluruhan. Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya
merupakan salah satu dari fungsi administrasi yang amat penting. Pekerjaan
administrasi yang tidak didukung oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan
administrasi yang baik.
b. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan : Suatu perencanaan
yang baik adalah yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukanlah perencanaan yang dianjurkan.
3
Ada hubungan yang berkelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi
administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk
pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan
perencanaan. Demikian seterusnya sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak
mengenal titik akhir.
c. Berorientasi pada masa depan : Suatu perencanaan yang baik adalah yang
berorientasi pada masa depan. Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut,
apabila dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya
pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.
d. Mampu menyelesaikan masalah : Suatu perencanaan yang baik adalah yamg
mampu menyelesaikan berbagai masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi.
Penyelesaian masalah dan ataupun tantangan yang dimaksudkan disini tentu
harus disesuaikan dengan kemampuan. Dalam arti penyelesaian masalah dan
ataupun tantangan tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada
tahapan perencanaan yang akan dilakukan.
e. Mempunyai tujuan : Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan
yang dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkandi sini biasanya
dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara garis
besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.
f. Bersifat mampu kelola : Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat
mampu kelola, dalam arti bersifat wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel
serta telah disesuaikan dengan sumber daya. Perencanaan yang disusun tidak
logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah
perencanaan yang baik.
3. Penciptaan dan Pengembangan Kebijakan Kesehatan
Kebijakan-kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan
merupakan produk pemerintah, walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan
secara swasta, dikontrakkan atau melalui suatu kemitraan, kebijakannya disiapkan
oleh pemerintah di mana keputusannya mempertimbangkan juga aspek politik (Buse,
May & Walt, 2005 dalam Roy G.A. Massie,2009). Jelasnya kebijakan kesehatan
adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung jawab pemerintah dan swasta.
Sedangkan tugas untuk menformulasi dan implementasi kebijakan kesehatan dalam
satu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan (WHO, 2000 dalam
Roy G.A. Massie,2009). Pengembangan kebijakan biasanya top-down di mana
4
Departemen Kesehatan memiliki kewenangan dalam penyiapan kebijakan.
Implementasi dan strateginya adalah bottom-up. Kebijakan seharusnya
dikembangkan dengan partisipasi oleh mereka yang terlibat dalam kebijakan itu. Hal
ini untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut realistik dan dapat mencapai sasaran.
Untuk itu perlu komitmen dari para pemegang dan pelaksana kebijakan.
4. Tujuan Kebijakan Kesehatan
Kebijakan kesehatan bertujuan untuk menyediakan pola pencegahan
(preventive), pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan (promotive),
pengobatan penyakit (curative), pemulihan kesehatan (rehabilitative), dan
perlindungan terhadap kaum yang rentan. Oleh sebab itu, kebijakan kesehatan yang
baik harus berpihak pada kelompok – kelompok masyarakat yang paling rentan
terhadap berbagai masalah kesehatan dan bertujuan jangka panjang (Rahmat Alyakin
Dachi, 2017)
5. Hakikat Kebijakan Kesehatan
a. Kebijakan kesehatan merupakan pernyataan dan tindakan yang mengarah pada
upaya peningkatan derajatd kesehatan dalam bentuk keputusan atau penetapan
pemerintah yang bersifat menetap.
b. Kebijakan kesehatan pada hakikatnya terdiri atas keputusan – keputusan dan
tindakan – tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan.
c. Kebijakan kesehatan ditujukan untuk kepentingan seluruh masyarakat dengan
prioritas pada kelompok rentan.
6. Kebijakan Kesehatan di Indonesia
Kebijakan pemerintah dalam hal kesehatan terdiri atas visi, misi, strategi dan
program kesehatan. Masing-masing memiliki peran untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang sehat. Kebijakan pemerintah tersebut antara lain:
a. Pemantapan kerjasama lintas sektor.
b. Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat, dan kemitraan swasta.
c. Peningkatan kesehatan lingkungan.
d. Peningkatan upaya kesehatan.
e. Peningkatan sumber daya kesehatan.
f. Peningkatan kebijakan dan menejemen pembangunan kesehatan.
g. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penggunaan obat,
makanan dan alat kesehatan yang illegal.
h. Peningkatan IPTEK kesehatan.
5
7. Dasar-Dasar Kebijakan kesehatan di Indonesia
Amandemen UUD 1945 dan TAP No. VII / MPR / 2001 merupakan visi
Indonesia untuk bertanggung jawab dalam hal kesehatan warga negaranya, menjaga
hak asasi manusia dalam kesehatan, dan menjadikannya sebagai jaminan sosial.
Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena tidak ada kegiatan
yang dapat dilaksanakan secara maksimal yang dapat dilakukan oleh orang sakit.
Oleh karena itu cerminan negara sejahtera diukur dalam bentuk HDI (Human
Development Indeks) atau pembangunan manusia yang mencakup kesehatan,
pendidikan, ekonomi. Jika HDI tinggi maka ketiga cakupan tadi akan berada pada
tingkat yang tinggi pula. Yang diukur dalam kesehatan salah satunya adalah usia
harapan hidup. Usia harapan hidup berbanding lurus dengan pendidikan dan
ekonomi. Maksudnya adalah jika ekonomi dan pendididkan seseorang tinggi maka
harapan hidupnya pun akan tinggi pula. Seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan
sendiri harapan hidup warganya masih kalah dengan provinsi tetangganya yakni
Kalimantan Tengah. Menurut perkiraan angka harapan hidup yang rendah ini
disebabkan karena masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.
8. Kebijakan Kesehatan sebagai Tanggung Jawab Pemerintah
Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut UU
Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 5 disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak
yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan. Menurut UU Kesehatan No.36
tahun 2009 pasal 14 disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
C. Proses Pembuatan Kebijakan
1. Segitiga Kebijakan Kesehatan
Untuk membuat sebuah kebijakan kesehatan, perlu memperhatikan segitiga
kebijakan yang terdiri dari aktor, konten, konteks dan proses. Pada kenyataannya,
aktor baik individu, kelompok, atau organisasi dipengaruhi oleh konteks, lingkungan
di mana aktor hidup dan bekerja. Konteks dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
politik, ideologi, sejarah, budaya, ekonomi, dan sosial baik yang terjadi pada skala
nasional maupun internasional yang memengaruhi kebijakan kesehatan. Proses
pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh aktor yaitu posisi dalam struktur kekuasaan,
6
nilai, pendapat dan harapan pribadi. Konten kebijakan mencerminkan dimensi
tersebut. Konten merupakan substansi dari kebijakan yang secara detail
menggambarkan bagian pokok dari kebijakan tersebut. Aktor merupakan pusat dari
kerangka kebijakan kesehatan. Aktor merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut suatu individu, kelompok dan organisasi yang memengaruhi suatu
kebijakan. Aktor pada dasarnya memang memengaruhi kebijakan namun seberapa
luas dan mendalam dalam memengaruhi kebijakan tergantung dari kekuasaannya.
Kekuasaan merupakan campuran dari kekayaan individu, tingkat pengetahuan, dan
otoritas yang tinggi. (Buse, 2005)

Konteks

Aktor
 Individu
 Kelompok
 Organisasi
Proses Konten

Gambar 1 Segitiga Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Kesehatan (Walt, 1994)

Terdapat 4 komponen Kebijakan Kesehatan yaitu konten, proses, konteks, dan


aktor (Roy G.A. Massie,2009)
a. Konten
Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh aspek
teknis adalah penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek insitusi
adalah organisasi publik dan swasta. Konten kebijakan memiliki empat tingkat
dalam pengoperasiannya yaitu:
 Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan dan prinsip-prinsip
diputuskan.
 Programatik adalah prioritas-prioritas yang berupa perangkat untuk
mengintervensi dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan untuk
pelayanan kesehatan.

7
 Organisasi di mana difokuskan kepada struktur dari institusi yang
bertanggung jawab terhadap implementasi kebijakan.
 Instrumen yang menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi
meningkatkan fungsi dari sistem kesehatan.
b. Proses
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses
rancang dan implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan oleh analis
kebijakan antara lain:
 Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang
mengformulasikan kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi yang
benar.
 Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara
pelan dan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang berminat untuk
menyeleksi kebijakan yang diprioritaskan.
 Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan
mengambil langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu
negosiasi dengan kelompok-kelompok yang memprioritaskan model
kebijakan.
 Model puncuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang
menjadi pokok perhatian utama dari penentu kebijakan. Masing-masing
model di atas memilah proses kebijakan ke dalam komponen untuk
mengfasilitasi analisis. Meskipun pada kenyataannya, proses kebijakan itu
memiliki karakteristik tersendiri yang merujuk kepada model-model tersebut.
c. Konteks
Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu
dibuat dan diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996).
Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain politik, ekonomi, sosial dan
kultur di mana hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari proses
kebijakan (Walt, 1994). Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke dalam
konteks kebijakan yaitu peran tingkat pusat yang dominan, dukungan birokrasi
dan pengaruh aktor-aktor international juga turut berperan.
d. Aktor

8
Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan.
Aktor-aktor ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari jaringan, kadang-kadang disebut
juga mitra untuk mengkonsultasi dan memutuskan kebijakan pada setiap tingkat
tersebut (Walt, 1994). Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaannya)
sebagai pengambil keputusan adalah sangat tergantung kepada kompromi politik,
daripada dengan hal-hal dalam debat-debat kebijakan yang masuk diakal (Buse,
Walt and Gilson, 1994).
2. Proses Pembuatan Kebijakan Kesehatan
Proses mengacu pada cara bagaimana kebijakan dimulai, dikembangkan atau
disusun, dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan dan dievaluasi. Pendekatan
yang paling sering digunakan untuk memahami proses kebijakan adalah dengan
menggunakan apa yang disebut heuristics. Yang dimaksud disini adalah membagi
proses kebijakan menjadi serangkaian tahapan sebagai alat teoritis, suatu model dan
tidak selalu menunjukkan apa yang terjadi di dunia nyata. Namun serangkaian tahapa
ini membantu untuk memahami penyusunan kebijakna dalam tahapan-tahapan yang
berbeda (Sabatier, 1993):
a. Identifikasi masalah dan isu , menemukan bagaimana isu-isu yang ada dapat
masalah dapat masuk kedalam agenda kebijakan, mengapa isu-isu yang lain
justru tidak pernah dibicarakan.
b. Perumusan kebijakan, menemukan siapa saja yang terlibat dalam perumusan
kebijakan, bagaimana kebijakan dihasilkan, disetujui dan dikomunikasikan.
c. Pelaksanaan kebijakan, tahap ini yang paling sering diacuhkan dan sering
dianggap sebagai bagian yang terpisah dari kedua tahap yang pertama. Namun
tahap ini yang diperdebatan sebagia tahap yang paling penting dalam penyusunan
kebijakan sebab bila kebijakan tidak dilaksanakan atau dirubah selama dalam
pelaksanaan, sesuatu yang salah mungkin terjadi dan hasil kebijakan tidak akan
seperti yang diharapkan.
d. Evaluasi kebijakan, temukan apa yang tejadi pada saat kebijakan bagaimana
pengawasannya, apakah tujuannya tercapai dan apakah terjadi akibat yang tidak
diharapkan. Tahapan ini mrupakan saat dimana kebijakan dapat diubah atau
dibatalkan serta kebijakan yag baru ditetapan.
Ada sejumlah peringatan dalam penggunaan kerangka yang berguna dan
sederhana ini. Pertama, proses kebijakan akan telihat sebagai proses yang linier,
9
dengan kata lain proses ini berjalan dengan mulus dari suatu tahap ke tahap yang
lain, dari penemuan masalah hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Namun sebenarnya
jarang terlihat jelas sebagai suatu proses. Mungkin pada tahap pelaksanaan masalah
baru ditemukan atau kebijakan mungkin diformulasikan tetapi tidak pernah mencapai
tahap pelaksanaan. Dengan kata lain penyusunan kebijakan karang menjadi suatu
proses yang rasionaliteratif dan dipengaruhi oleh kepentingan sepihak. Banyak yang
sependapat dengan Lindblom (1959) bahwa proses kebijakan adalah sesuatu yang
dicampur aduk oleh para penyusun kebijakan (Lindblom, 1959).
3. Tahap dalam Penyusunan Kebijakan Menurut Tahap Heuristic
Pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengerti suatu proses kebijakan
adalah yang disebut stage heuristic, yaitu memilah proses kebijakan tersebut kedalam
suatu rangkaian tingkatan dengan menggunakan teori dan model serta tidak mewakili
apa yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Identifikasi masalah dan pengenalan akan hal-hal yang baru termasuk besar
persoalan-persoalannya. Pada langkah ini dieksplorasi bagaimana hal-hal yang
menjadi perhatian masuk kedalam agenda
b. Formulasi kebijakan yang mengeksplorasi siapa saja yang terlibat dalam
perumusan kebijakan, bagaimana kebijakan tersebut disepakati dan bagaimana
akan dikomunikasikan.
c. Implementasi kebijakan. Tahap ini seringkali diabaikan namun demikian
merupakan fase yang snagat penting dalam membuat suatu kebijakan , karena
apabila kebijakan tidak diimplenmentasikan maka dapat dianggap keliru.
d. Evaluasi kebijakan dimana diidentifikasi apa saja yang termausk hal-hal yang
muncul dan tidak diharapkan dari suatu kebijakan (Pollard 2005).
Agenda-agenda dari kebijakan kesehatan didominasi oleh hal-hal yang spesifik
yang berhubungan dengan kebutuhan yang dirasakan dalam kontes system kesehata
utntuk menjawab persoalan kesehatan masyarakat, penyebab penyakit-peyaki atau
hal-hal yang berhubungan dengan organisasi dan manajemen kesehatan. Contohnya,
obat-obatan, peralatan, akses terhadap fasilitas kesehatan dan lain sebagainya (Leppo,
2001).

10
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang
bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai
baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi
atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan kesehatan adalah suatu hal yang
peduli terhadap pengguna pelayanan kesehatan termasuk manajer dan pekerja kesehatan.
Untuk membuat sebuah kebijakan kesehatan, perlu memperhatikan segitiga kebijakan
yang terdiri dari aktor, konten, konteks dan proses. Kerangka segitiga kebijakan
kesehatan yang digunakan ini pun untuk memahami pentingnya mempertimbangkan isi
kebijakan, proses penyusunan kebijakan dan bagaimana kekuatan yang digunakan dalam
kebijakan kesehatan.
B. Saran
Dalam proses pembuatan kebijakan hendaknya para pembuat kebijakan mengetahui
dan melaksanakan proses pembuatan keputusan sesuai dengan prosedur atau sistematika
yang telah ada. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu kritikan dan saran dari pembaca sangat membantu penulis dalam pembuatan
makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z.S., 2002. Kebijakan Publik, Edisi Revisi, Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.
AKK, 2010. Pedoman Ringkas Mata Kuliah Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Semester
I S2 FKM USU, Medan.
Bumi, Sari. Uraian Materi: Pokok Bahasan 2: Kebijakan Kesehatan. Dikutip dari
https://www.academia.edu (diakses pada 26 April 2019)
Departemen Kesehatan RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.
Dachi, Rahmat Alyakin. 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Sleman: Penerbit
Deepublish
Finansi, Gusti Kanzania. 2016. Makalah Kekuasaan dan Proses Kebijakan Kesehatan.
Dikutip dari https://www.academia.edu (diakses pada 26 April 2019)
Massie, Roy G.A. 2009. Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis dan
Penelitian. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4 Oktober 2009: 409–
417
Siyoto, Sandu dan Supriyanto. 2015. Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit ANDI
Yunianto, Purwo. 2017. Evaluasi implementasi kebijakan pelayanan kesehatan peduli remaja
puskesmas di kabupaten gunungkidul. Studi manajemen rumah sakit. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Yuningsih, Rahmi. 2014. Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan
Undang-Undang Tenaga Kesehatan. Dikutip dari https://jurnal.dpr.go.id (diakses pada
26 April 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai