Anda di halaman 1dari 12

36

ASPEK HUKUM SEWA RAHIM (SURROGATE MOTHER)


DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA
DAN HUKUM PIDANA

Oleh :
Aditya Wiguna Sanjaya, S.H., M.H.

Abstract
Technological developments in the field of medicine, have found a new method that is
artificial insemination, known as in vitro fertilization or IVF. Surrogate mother has
become another alternative for some couples who do not or can not have children through
IVF methods namely lease uterus of a woman who was not his wife. Surrogate mother is a
woman who is willing to rent her womb, with an agreement to pregnancy, childbirth in
exchange for some material and then handed back the baby to couples who can not have
children because the wife could not contain, however, in its development it raises ethical
issues and legal which is pretty much the previously unthinkable.
Keywords : Surrogate mother, Civil law perspective, Criminal law perspective

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


37

I. PENDAHULUAN ayat 1 Undang-Undang No. 39 tahun


1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
A. Latar Belakang
Namun pada kenyataannya tidak semua
Seiring dengan berkembangnya pasangan suami isteri dapat memiliki
zaman sejalan dengan berkembang pula anak dengan cara alami, salah satu
teknologi, penelitian demi penelitian alternatif yang menjadi pilihan adalah
telah dilakukan, temuan-temuan baru program bayi tabung.
telah muncul kepermukaan mewarnai
Teknologi kedokteran terkait
pembaharuan sejarah peradaban manusia
program bayi tabung ini ditemukan pada
yang kesemuanya tersebut bertujuan
tahun 1970-an yang dikembangkan
untuk memudahkan, bahkan
dengan tujuan untuk mengatasi masalah
memecahkan permasalahan-permasaah
bagi pasangan suami istri yang tidak bisa
yang di hadapi oleh umat manusia, salah
mendapatkan keturunan (mandul).
satu contohnya adalah Perkembangan
Sejalan dengan pembuahan in virto
teknologi di bidang kedokteran, telah
fertilization (IVF) yang seamakin pesat,
menemukan metode baru yaitu
muncul ide surrogate mother (ibu
inseminasi buatan yang dikenal dengan
pengganti/ sewarahim/ gestational
sebutan in vitro fertilization (program
agreement) yaitu wanita yang bersedia
bayi tabung).
disewa rahimnya, dengan suatu
Anak merupakan anugerah bagi perjanjian untuk mengandung,
setiap pasangan suami isteri dan dambaan melahirkan dengan imbalan sejumlah
bagi setiap keluarga1, dan melanjutkan materi kemudian menyerahkan kembali
keturunan adalah salah satu hak asasi bayinya kepada pasangan suami istri
manusia yang dilindungi oleh undang- yang tidak bisa mempunyai keturunan

undang sebagaimana tersebut di dalam karena istri tersebut tidak bisa


pasal 28 B ayat 1 Undang-Undang Dasar mengandung, Namun dalam
Negara Republik Indonesia yang perkembangannya hal tersebut
berbunyi “Setiap orang berhak memunculkan isu etik dan legal yang
membentuk keluarga dan melanjutkan cukup banyak yang sebelumnya tidak
keturunan melalui perkawinan yang sah” terpikirkan.2
kemudian ditegaskan lagi dalam pasal 10
1
Husni Thamrin, Aspek Hukum Bayi Tabung Dan
Sewa Rahim, Aswaja Pressindo, Yogyakarta,
2
2014, Hlm 47 Ibid, Hlm. 2

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


38

B. Rumusan Masalah Perdata. Pengertian perjanjian pada pasal


Berdasarkan uraian diatas, yang 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa
akan menjadi rumusan permasalahan “Suatu perbuatan dengan mana satu
dalam penulisan ini akan dirumuskan atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
sebagai berikut : satu orang lain atau lebih“4. . Sedangkan
1. Bagaimanakah aspek hukum sewa dalam Pasal 1548 KUH Perdata
rahim (surrogate mother) dalam menyatakan bahwa :“Sewa menyewa
perspektif hukum perdata? ialah suatu persetujuan dengan mana
2. Bagaimanakah aspek hukum sewa pihak yang satu mengikatkan dirinya
rahim (surrogate mother) dalam kepada pihak lainnya kenikmatan suatu
perspektif hukum pidana? barang, selam waktu tertentu dan dengan
pembayaran suatu harga, dan pihak yang
II. PEMBAHASAN tersebut belakangan disanggupi
pembayarannya”.5
A. Aspek Hukum Sewa Rahim
Dalam bentuknya, perjanjian itu
(Surrogate Mother) Dalam
Perspektif Hukum Perdata berupa suatu rangkaian perkataan yang
mengandung janji-janji atau kesanggupan
Ibu pengganti (Surrogate mother)
yang diucapkan atau ditulis.6 Atau bisa
telah menjadi alternatif lain bagi
disebut suatu kesepakatan, sebagai salah
beberapa pasangan yang belum atau tidak
satu syarat sahnya perjanjian kesepakatan
dapat memiliki keturunan melalui metode
memegang peranan penting dalam proses
bayi tabung yaitu sewa rahim wanita lain
terbentuknya suatu perjanjian,
yang bukan istrinya.
maksudnya adalah para pihak yang
Kontrak sewa rahim sendiri adalah
terlibat dalam perjanjian harus sepakat
perjanjian seorang wanita yang
atau setuju mengenai hal-hal pokok dari
mengaitkan dirinya dengan pihak lain
perjanjian tersebut.7
(suami istri) untuk menjadi hamil dan
Pasal 1321 KUH Perdata
setelah melahirkan menyerahkan anak
menentukan bahwa kata sepakat tidak sah
atau bayi tersebut.3 Sewa Rahim juga
apabila diberikan karena kekhilafan atau
merupakan sebuah perjanjian sehingga
segalasesuatunya diatur dalam KUH 4
Husni Thamrin, Op.Cit, Hlm. 50
5
Ibid. Hlm. 70
6
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa,
3
Fajar Bayu Setiawan,dkk, Kedudukan Kontrak Jakarta, 1990, Hlm. 1
7
Sewa Rahimdalam Kedudukan Hukum Positif P.N.H. Simanjuntak, Pokok – Pokok Hukum
Indonesia, Jurnal Private Law Edisi 01 Maret Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2009,
– Juni 2013 Hlm. 334

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


39

diperoleh dengan paksaan atau dengan dari terikatnya seseorang terhadap suatu
penipuan,8 Ada beberapa teori yang perjanjian adalah apa yang dinyatakan
berusaha menjelaskan hal tersebut, yaitu: oleh orang tersebut.12 Lebih lanjut
teori kehendak, teori pernyataan, dan menurut teori ini jika terdapat
teori kepercayaan.9 ketidaksesuaian antara kehendakdan
a. Teori Kehendak(Wilstheorie) pernyataan, maka hal ini tidak akan
Menurut Teori kehendak, faktor yang menghalangi terbentuknya perjanjian,13
menentukan adanya perjanjian adalah c. Teori
kehendak, meskipun demikian terdapat Kepercayaan(Vertrouwenstheorie)
hubungan yang tidak terpisahkan antara Teori kepercayaan berusaha untuk
kehendak dan pernyataan. Oleh karena mengatasi kelemahan dari teori
itu suatu kehendak harus dinyatakan, pernyataan, Oleh karena itu teori ini juga
Namun apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dikatakan sebagai teori pernyataan
anatara kehendak dan pernyataan, maka yang diperlunak.14 Menurut Teori ini
tidak terbentuk suatu perjanjian.10 tidak semua pernyataan melahirkan
b. Teori Pernyataan(Verklaringstheorie) perjanjian, Suatu pernyataan hanya akan
Menurut Teori pernyataan Pembentukan melahirkan perjanjian apabila pernyataan
pernyataan terjadi dalam ranah kejiwaan tersebut menurut kebiasaan yang berlaku
seseorang, sehingga pihak lawan tidak dalam masyrakat menimbulkan
mungkin mengetahui apa yang kepercayaan bahwa hal yang dinyatakan
sebenarnya terdapat di dalam benak memang benar dikehendaki, atau dengan
seseorang, dengan demikian suatu kata lain hanya pernyataan yang
kehendak yang tidak dapat dikenali oleh disampaikan sesuai dengan tertentu
pihak lain tidak mungkin menjadi dasar (normal) yang menimbulkan perjanjian.15
terbentuknya suatu perjanjian.11 Agar Lebih lanjut menurut teori ini
suatu kehendak dapat menjadi suatu terbentuknya perjanjianbergantung pada
perjanjian, maka kehendak tersebut harus kepercayaan atau pengharapan yang
dinyatakan, sehingga yang menjadi dasar muncul dari pihak lawan sebagai akibat
dari pernyataan yang diungkapkan.16
8
http://www.jurnalhukum.com/syarat-syarat-
sahnya-perjanjian/ diakses pada tanggal
2Februari 2017 pada jam 19.00 wib
9
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum
12
Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Ibid
13
Kenotariatan,Citra Aditya, Bandung, 2010, Ibid, Hlm. 18
14
Hlm.76 Ibid, Hlm. 78
10 15
Ibid, Hlm. 76 - 77 Ibid, Hlm. 80
11 16
Ibid, Hlm. 77 Ibid, Hlm.79

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


40

Kembali pada pokok permasalahan Setelah pasangan yang bermaksud


yakni terkait dengan sewa rahim, bila melakukan sewa rahim menyatakan
perjanjian sewa rahim dianalisis dalam maksud dan kehendaknya terhadap
perspektif ketiga teori diatas yaitu : wanita yang bersedia disewa
a. Perspekstif Teori Kehendak rahimnya, maka disini ada 2 (dua)
(Wilstheorie) kemungkinan, bisa jadi pernyataan
Perjanjian sewa rahim pasti terjadi tersebut menjadi sebuah perjanjian
karena di dahului oleh adanya atau bisa juga tidak berujung pada
kehendak pasangan suami istri yang sebuah perjanjian, tergantung
tidak bisa memiliki anak secara terhadap pidak lawan / pihak kedua,
alami sehingga menggunakan apabila wanita yang bersedia disewa
alternatif bayi tabung, selanjutnya rahimnya sebagai pihak lawan /
yang akan berkembang ke arah sewa pihak kedua percaya terhadap apa
rahim kepada wanita lain / ibu yang telah dinyatakan oleh pihak
pengganti (Surrogate Mother) pertama, maka pernyataan yang telah
apabila sang istri tidak bisa di utarakan oleh pihak pertama bisa
mengandung ataupun karena alasan berlanjut ke sebuah perjanjian,
lain. Namun apabila pihak kedua tidak
b. Perspektif Teori mempercayai apa yang telah
Pernyataan(Verklaringstheorie) dinyatakan oleh pihak pertama
Setelah timbul kehendak atau karena suatu sebab, maka pernyataan
maksud akan melakukan program apa yang telah di utarakan oleh pihak
alternatif bayi tabung dengan pertama tidak akan berujung kepada
melakukan sewa rahim terhadap sebuah perjanjian.
rahim wanita lain, maka pasangan
Ketiga teori tersebut di atas adalah
suami istri yang akan melakukan
teori untuk menganalisa terjadinya
sewa rahim tersebut akan
sebuah kesepakatan sebagai salah satu
menyatakan maksud dan
syarat sahnya perjanjian sebagaimana
kehendaknya kepada wanita yang
dimaksud dalam Pasal 1320 KUH
bersedia di sewa rahimnya untuk
Perdata yang menyatakan bahwa supaya
mengandung anak mereka.
terjadi persetujuan yang sah, perlu
c. Perspektif Teori Kepercayaan
dipenuhi empat syarat :
(Vertrouwenstheorie)

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


41

1) Kesepakatan mereka yang Kesehatan pada pasal 127 menyatakan


mengikatkan dirinya bahwa :
2) Kecakapan untuk membuat suatu 1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah
perikatan hanya dapat dilakukan oleh pasangan
3) Suatu pokok persoalan tertentu suami istri yang sah dengan ketentuan:
4) Suatu sebab yang tidak terlarang a. Hasil pembuahan sperma dan ovum
Syarat pertama dan kedua adalah syarat dari suami istri yang bersangkutan
subyektif, sedangkan syarat ketiga dan ditanamkan dalam rahim istri
keempat merupakan syarat obyektif. darimana ovum berasal
Berbicara sewa rahim dari unsur b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan
subyektif sahnya perjanjian yakni berupa yang mempunyai keahlian dan
kesepakatan yang mengikat, perjanjian kewenangan untuk itu, dan
sewa rahim tersebut dianggap memenuhi c. Pada fasilitas pelayanan kesehatan
syarat kesepakatan, Namun dalam pasal tertentu
1320 KUH Perdata tersebut disebutkan
2) Ketentuan mengenai persyaratan
syarat obyektif “suatu sebab yang tidak
kehamilan di luar cara alamiah
dilarang” yang mana kemudian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan Pasal 1337 KUH Perdata
diatur dengan Peraturan Pemerintah.18
dijelaskan bahwa “suatu sebab adalah
terlarang, apabila dilarang oleh undang- Berdasarkan bunyi pasal 127
undang, atau apabila berlawanan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
dengan kesusilaan baik atau ketertiban seperti tersebut di atas maka telah secara
umum” Kedua pasal ini saling tegas melarang prktik sewa rahim di
berkontemplasi menjelaskan maksud dan Indonesia, dengan demikian syarat
bentuk dari sebab yang tidak obyektif suatu perjanjian “suatu sebab
bertentangan dan dilarang oleh undang- yang tidak dilarang” sesuai dengan pasal
undang, kesusilaan dan ketertiban 1320 KUH Perdata tidak dapat terpenuhi,
17
umum. dengan demikian perjanjian sewa rahim
Sewa rahim ( Surrogate Mother) di Indonesia tidak sah, atau batal demi
secara tegas dilarang dalam Undang- hukum (null and void).19
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Tidak terpenuhinya syarat
subyektif akan mengakibatkan suatu
18
Ibid, Hlm. 53-54
17 19
Husni Thamrin, Op, Cit. Hlm. 52-53 Ibid. Hlm. 70

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


42

perjanijan menjadi dapat dibatalkan 2) Ketentuan mengenai persyaratan


maksudnya ialah perjainjian tersebut kehamilan di luar cara alamiah
menjadi batal apabila ada yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memohonkan pembatalan. Sedangkan diatur dengan Peraturan Pemerintah
tidak dipenuhinya syarat obyektif akan Namun belum ada Undang-Undang yang
mengakibatkan perjanjian tersebut secara tegas dan jelas yang bersifat
menjadi batal demi hukum .Artinya sejak khusus mengatur ketentuan pidana bagi
semula dianggap tidak pernah dilahirkan para pelaku sewa rahim (Surrogate
suatu perjanjian dan tidak pernah ada Mother). Dalam bab ini penulis akan
20
suatu perikatan. menganalisa permasalahan terkait sewa
rahim (Surrogate Mother) dalam
B. Aspek Hukum Sewa Rahim perspektif teori hukum alam. Menurut
(Surrogate Mother) Dalam penganut hukum alam (Natural Law) , isi
Perspektif Hukum Pidana
atau substansi hukum adalah moral.
Di Indonesia praktik sewa rahim Hukum tidak semata-mata sebagai suatu
(Surrogate Mother) secara tegas telah di peraturan tentang tindakan-tindakan
larang di dalam Undang Nomor 36 melainkan juga berisi nilai-nilai, hukum
Tahun 2009 Tentang kesehatan pada itu adalah indikasi mengenai hal baik dan
Pasal 127 menyatakan bahwa : buruk.Selanjutnya hal baik dan buruk
1) Upaya kehamilan diluar cara alamiah itulah digunakan sebagai syarat-syarat
hanya dapat dilakukan oleh pasangan dari kewajiban hukum.Sehingga
suami istri yang sah dengan ketentuan: anggapannya bahwa hukum tidak
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum semata-mata merupakan perintah tetapi
dari suami istri yang bersangkutan juga sperangkat nilai-nilai tertentu.21
ditanamkan dalam rahim istri Penganut Hukum Alam ( Natural
darimana ovum berasal Law) percaya kepada nilai-nilai yang
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan absolute dan mereka berpendapat hukum
yang mempunyai keahlian dan adalah alat untuk mencapai nilai-nilai
kewenangan untuk itu, dan tersebut. Thomas Aquinas mengatakan
c. Pada fasilitas pelayanan kesehatan Hukum Alam (Natural Law) adalah
tertentu mengerjakan yang baik dan
menghindarkan yang buruk. Grotius
20
Komariah, Hukum Perdata , Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang, 2002, Hlm.
21
175 - 177 Husni Thamrin, Op.Cit Hlm. 54- 55

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


43

menyatakan bahwa hukum dari alam (the Penegakkan hukum dalam aspek
law of nature) menunjukkan alas an- hukum pidana terhadap pelaku sewa
alasan yang baik dan tindakan-tindakan rahim belum terdapat undang-undang
di dalamnya memiliki kualitas moral. khusus yang mengaturnya. Berbagai
Adalah jelas, dari sudut praktis, untuk pandangan dari pakar hukum telah
menetapkan kebutuhan yang rasional memberikan terhadap hukum pidana
adanya ketertiban hukum dalam setiap yang tujuannya tidak lain hanya semata-
masyarakat, salah satu contoh adalah “ mata sebagai pedoman dan atau standar
Rule of Law “.22 dalam menentukan perbuatan mana yang
Menurut Prof. Sunarjati Hartono, dapat dikenakan sanksi. Simons
mengutip pendapat yang digunakan menyatakan bahwa hukum pidana adalah
Friedman bahwa kata “Rule of Law” semua tindakan keharusan (gebod) dan
dapat dipakai dalam arti formil (in the larangan (verbod) yang di buat oleh
formal sense) dan dalam arti materiil Negara atau penguasa umum lainnya
(ideological sense). Dalam arti formil ini, yang diancam dengan derita khusus,
maka the rule of law adalah“organized yaitu pidana.24
public power ” atau kekuasaan umum Dalam kaitan dengan Surrogate
yang terorganisir.Sedangkan dalam arti Mother rumusan delik yang menurut
materil, the rule of law adalah berbicara pandangan penulis mempunyai relevansi
tentang just law (hukum yang yaitu pandangan yang dikemukakan
23
mengandung keadilan). Simons,dimana dikatakan bahwa
Atas penjelasan tersebut di atas strafbaar feit ialah kelakuan yang
konsep di atas dapat ditarik kesimpulan diancam dengan pidana, yang bersifat
bahwa teori hukum alam mengandung melawan hukum yang berhubungan
konsep “rule of law” sedangkan “ Rule dengan kesalahan dan dilakukan oleh
of Law” dapat hanya dapat dicapai orang yang mampu bertanggungjawab.25
dengan Penegakkan Hukum (Law Berdasarkan rumusan tersebut,
Enforcement) singkatnya salah satu unsur-unsur dari delik meliputi:
wujud konkret dari Teori Hukum Alam (1) diancam dengan pidana oleh hukum;
adalah Penegakkan Hukum (Law
24
Erdianto Efendi,Hukum Pidana Suatu
Enforcement). Pengantar, Refika Aditama,Bandung, 2011,
Hlm. 6-7
25
22
Ibid, Hlm. 55 Andi Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana, Edisi
23
http://www.academia.edu/6501453/Kewarganeg Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2008,Hlm. 88
araan-_Rule_of_Law diakses pada tanggal
2Februari 2017 pada jam 20.00 Wib

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


44

(2) bertentangan dengan hukum; yakni “Setiap orang berhak membentuk


(3) dilakukan oleh orang yang bersalah; suatu keluarga dan melanjutkan
(4) orang itu dipandang mampu keturunan melalui perkawinan yang sah“
bertanggungjawab atas perbuatannya. yang mengandung arti bahwa upaya
Rumusan delik di atas melanjutkan keturunan diharuskan
menunjukkan bahwa surrogate mother melalui perkawinan yang sah.
merupakan suatu perbuatan yang dapat Berbagai ketentuan perundang-
dikenakan sanksi, karena perbuatan undangan di atas telah menjelaskan
tersebut bertentangan dengan ketentuan bahwa tindakan medik surrogate mother
perundang-undangan yang berlaku di secara normative tidak boleh dilakukan
Indonesia, sebagaimana tercantum dalam sepanjang tidak di ikat suatu perkawinan
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang yang sah. Konsepsi ini menjelaskan
kesehatan pada Pasal 127 menyatakan bahwa suatu tindakan di luar yang
bahwa : dibenarkan oleh suatu aturan undang-
1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah undang, apabila dilakukan merupakan
hanya dapat dilakukan oleh pasangan suatu pelanggaran hukum yang dapat
suami istri yang sah dengan ketentuan: dikenakan suatu sanksi, baik berupa
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum sanksi baik administratif maupun sanksi
dari suami istri yang bersangkutan pidana jika perbuatan tersebut memenuhi
ditanamkan dalam rahim istri unsur-unsur delik.
darimana ovum berasal Surrogate mother merupakan salah
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan satu contoh konkret dari permasalahan
yang mempunyai keahlian dan hukum, dalam hal ini hukum pidana,
kewenangan untuk itu, dan dimana pengaturannya secara limitative
c. Pada fasilitas pelayanan kesehatan belum ada sampai sekarang. Oleh karena
tertentu itu, untuk mengatasi dan memberi
2) Ketentuan mengenai persyaratan jawaban atas permasalahan ini diperlukan
kehamilan di luar cara alamiah suatu penemuan hukum melalui
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penggunaan penafsiran; seperti yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah. dikatakan oleh Sudikno Mertokusumo
yang intinya bahwa oleh karena undang-
Hal ini juga dipertegas di dalam
undang tidak lengkap atau tidak jelas,
pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 39
maka hakim harus mencari hukumnya,
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
harus menemukan hukumnya. Selain itu,

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


45

hakim harus mampu melakukan penemua dapat dikatakan memenuhi unsure, maka
hukum.26 salah satunya adalah hubungan yang
Apabila dikonstruksikan melalui dilakukan salah satunya dan atau kedua-
penafsiran ekstensif perbuatan menanam duanya harus terikat oleh ketentuan pasal
sperma seorang laki-laki kedalam rahim 27 KUH Perdata, dalam arti bahwa telah
seorang perempuan yang tidak diikat terikat oleh suatu hubungan perkawinan
dengan suatu perkawinan yang sah, yang sah.
dalam arti bukan istri dari laki-laki Penggunaan konstruksi hukum
tersebut adalahsama dengan perbuatan dalam kaitan dengan tindakan medic
overspel sebagaimana yang diatur surrogate mother yaitu untuk
menurut ketentuan pasal 284 KUHP, memperjelas secara yuridis bahwa
penggunaan penafsiran ekstensif tindakan tersebut merupakan bagian dari
tujuannya tidak semata-mata memberi suatu perbuatan perzinahan,dimana
legalisasi boleh tidaknya dilakukan pengertian zina adalah memasukkan
tindakan medic surrogate mother, tetapi alatkelamin laki-laki kedalam alat
yang lebih penting memberi kepastian kelamin perempuan yang tidak diikat
bahwa secara normative pasal 284 KUHP oleh hubungan perkawinan yang sah, bila
dapat dipergunakan sebagai instrument dikonstruksikan memasukkan
untuk melakukan proses penegakan alatkelamin pria ke dalam alat kelamin
hukum (law enforcement) terhadap wanita yang bukan istrinya (tidak terikat
pelaku tindakan Surrogate Mother di perkawinan yang sah) secara mutatis
Indonesia. mutandis dengan memasukkan alat
Ketentuan Pasal 127 Undang- kelamin laki-laki kedalam alat kelamin
Undang Nomor 36 Tahun 2009 jo Pasal wanita yang bukan istrinya yang sah
10 (1) Undang – Undang No. 39 Tahun merupakan suatu perbuatan yang dapat
1999, dimana pada intinya melarang dikualifisir sebagai perzinahan.
tindakan medic Surrogate Mother yang Sebab hakekat dari perbuatan zina
dilakukan tanpa diikat suatu hubungan bukan memasukkan alat kelamin dan
perkawinan yang sah. Ketentuan ini alat, tetapi terdapatnya sperma laki-laki
memberi jalan bagi Pasal 284 KUHP, dalam rahim seorang wanita yang tidak
karena substansi dari ketentuan Pasal 284 diikat dengan suatu perkawinan yang sah,
KUHP tersebut adalah bahwa untuk sehingga ruang lingkup yuridis
perzinahan yang termaktub di dalam
26
Erdianto Efendi, Op.Cit , Hlm. 86-87 Pasal 284 KUHP yaitu suatu hubungan

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


46

antara seorang laki-laki dan perempuan ruang lingkup yuridis perzinahan


yang salah satunya atau kedua-duanya yang termaktub di dalam Pasal 284
telah terikat suatu perkawinan. Oleh KUHP yaitu suatu hubungan antara
karena itu, perbuatan Surrogate Mother seorang laki-laki dan perempuan
merupakan suatu perbuatan yang yang salah satunya atau kedua-
menurut pendapat penulis dapat duanya telah terikat suatu
dikenakan dan atau dituntut berdasarkan perkawinan.
Pasal 284 KUHP.
B. Saran
1. Hendaknya pemerintah segera
III. PENUTUP
merumuskan regulasi perundang-
A. Kesimpulan
undangan yang secara khusus
1. Dengan berdasar kepada Pasal 1548
mengatur tentang problematika
KUH Perdata dan Pasal 1320 KUH
bayi tabung khususnya terkait
Perdata, maka segala bentuk
praktik surrogate mother, baik
perjanjian Surrogate Mother di
yang bersifat pidana maupun dalam
Indonesia batal demi hukum, karena
aspek keperdataan.
bertentangan dengan perundang-
2. Hendaknya pemerintah lebih
undangan yang ada yakni Undang-
intensif memberikan penyuluhan-
Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang
penyuluhan baik terhadap
Kesehatan, sehingga syarat obyektif
masyarakat umum maupun petugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal
kesehatan yang membidangi/
1320 KUH Perdata “ sebab yang
menyediakan pelayanan program
halal / tidak dilarang“ tidak dapat
bayi tabung terkait masalah-
terpenuhi.
masalah yang akan timbul apabila
2. Melalui Penafsiran hukum ekstensif,
praktik surrogate mother
tindakan medik Surrogate Mother
dilakukan.
dapat dijerat dengan Pasal 284
KUHP yakni tentang perzinahan,
Sebab hakekat dari perbuatan zina
bukan memasukkan alat kelamin dan
alat, tetapi terdapatnya sperma laki-
laki dalam rahim seorang wanita
yang tidak diikat dengan suatu
perkawinan yang sah, sehingga

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016


47

DAFTAR PUSTAKA Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
BUKU – BUKU Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
Andi Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana, Tentang Kesehatan
Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta,
Undang-Undang No. 39 Tahun 2009
2008
Tentang HAM
Erdianto Efendi, Hukum Pidana Suatu
Pengantar, Refika Aditama,Bandung,
2011 INTERNET
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum http://www.jurnalhukum.com/syarat-
Perjanjian dan Penerapannya di
syarat-sahnya-perjanjian/
Bidang Kenotariatan,Citra Aditya,
Bandung, 2010 http://www.academia.edu/6501453/Kewa
rganegaraan-_Rule_of_Law
Husni Thamrin, Aspek Hukum Bayi
Tabung Dan Sewa Rahim, Aswaja
Pressindo, Yogyakarta, 2014

Komariah, Hukum Perdata , Universitas


Muhammadiyah Malang, Malang, 2002
BIODATA SINGKAT PENULIS
P.N.H. Simanjuntak, Pokok – Pokok
Hukum Perdata Indonesia, Aditya Wiguna Sanjaya, S.H., M.H.
Djambatan, Jakarta, 2009 adalah Dosen Fakultas Hukum
Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Universitas 17 Agustus 1945
Intermasa, Jakarta, 1990 Banyuwangi. Menyelesaikan pendidikan
Magister Hukum pada Program Magister
Ilmu Hukum Fakultas Hukum
JURNAL
Universitas Jember.
Fajar Bayu Setiawan, dkk, Kedudukan
Kontrak Sewa Rahim dalam
Kedudukan Hukum Positif Indonesia,
Jurnal Private Law Edisi 01 Maret –
Juni 2013

UNDANG – UNDANG
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

JURNAL RECHTENS, Vol. 5, No. 2, Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai