Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alla SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman, sehingga kami dapat menyelasikan makalah
ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses pembelajaran


dan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan
doanya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini dan dapat mengetahui tentang sejarah kesehatan dunia dan Indonesia. Makalah
ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.

Manado, 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................


DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang .......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................
A. Sejarah Perkembangan Profesi Keperawatan ........................................
B. Legislasi Keperawatan .........................................................................
C. Pentingnya Sistem Regulasi /Pengaturan ..............................................
D. Upaya Yang Perlu Dilakukan Untuk Mempercepat Terwujudnya
Legislasi Di Indonesia ...........................................................................
BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................
A. Gambaran Penyelenggaraan Praktik Keperawatan................................
B. Masalah-Masalah Dalam Praktik Keperawatan ....................................
C. Alasan Perlunya Pengaturan Perundang-Undangan Keperawatan ........
D. Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Perawat ...................................
E. Dasar Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Perawat ........................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat.
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Disamping itu,
pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kehidupan fisik, mental
maupun sosial ekonomi yang dalam perkembangannya telah terjadi perubahan
orientasi baik tatanilai maupun pemikiran terutama upaya pemecahan masalah
kesehatan.
Tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung
dengan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang
dimilikinya.Tenaga keperawatan juga memiliki karakteristik yang khas dengan
adanya pembenaran hukum yaitu diperkenannya melakukan intervensi
keperawatan terhadap tubuh manusia dan lingkungannya dimana apabila hal itu
dilakukan oleh tenaga lain dapat digolongkan sebagai tindakan pidana.
Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari
model medikal yang menitik beratkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan
gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996), maka
perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang
oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg & Swansburg, 1999) dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di 2 rumah sakit
maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Global, turut pula menandatangani
kesepakatan di antara 10 negara ASEAN khususnya di bidang pelayanan
kesehatan yang dikenal dengan MRA (Mutual Recognition Agreement), dimana
Konsil Keperawatan sebagai Badan yang independen diperlukan untuk mengatur
sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi bagi praktik perawat. Dalam kancah 3
global, keperawatan di Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara-
negara di Asia terutama dalam hal lemahnya regulasi tentang praktik keperawatan.
Di antara 10 negara di Asia tenggara, 7 negara telah memiliki undang-undang
yang mengatur tentang praktik keperawatan, sedangkan 3 negara yang belum
memiliki undang-undang praktik keperawatan adalah Indonesia, Laos dan
Vietnam. Adanya undang-undang praktik keperawatan (Regulatory Body)
merupakan salah satu prasyarat mutlak untuk ikut berperan dalam kancah global,
apalagi Indonesia telah memproduk tenaga keparawatan dalam jumlah yang besar.
Dengan adanya undang-undang praktik keperawatan merupakan jaminan terhadap
mutu dan standard praktik disamping sebagai perlindungan hukum bagi pemberi
dan penerima jasa pelayanan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas bagaimanakah masa depan profesi
keperawatan di indonesia apabila tidak ada perundang-undangan yang berlaku
dam praktik keperawata.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui gambaran penyelenggaraan praktik keperawatan
2. Mengetahui sejarah perkembangan profesi keperawatan
3. Mengetahui masalah-masalah dalam praktik keperawatan
5. Mengetahui alasan perlunya pengaturan perundang-undangan keperawatan
6. Mengetahui legislasi keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Sejarah Perkembangan Profesi Keperawatan


Perkembangan keperawatan di Indonesia mungkin tidak terlepas dari
perkembangan keperawatan global. Karna dalam sejarah Islam pada zaman
Nabi Muhammad S.A.W, walaupun tidak banyak catatan telah dikenal
dengan nama Siti Rufaidah yang dianggap sebagai perawat pertama didunia
dan banyak terlibat dalam melayani orang sakit. Selain itu di Inggris juga
dikenal dengan nama Florence Nightingale yang terkenal dalam Perang
Kremlin dengan mengabdikan dirinya hanya untuk kepentingan orang sakit
khususnya para prajurit yang terluka.
Di Indonesia dalam suatu sejarah perkembangan tercatat telah lama ada
yaitu diberikan oleh orang yang telah di didik untuk merawat orang
sakit. Beberapa catatan mengemukakan sebelum kemerdekaaan tahun 1945
bahwa pendidikan perawat telah di mulai sejak tahun 1800-an di sebuah
rumah sakit di Batavia yang sekarang dikenal dengan Rumah Sakit PGI
Cikini Jakarta. Sejak saat itu dikembangkan berbagai pendidikan kekhususan
paramedis diantaranya pendidikan untuk menjadi mantra cacar, tenaga
perawat berijazah eropa, tenaga perawat berijazah Hindia Belanda dan
pendidikan mantri malaria. Pendidikan mantri cacar merupakan pendidikan
tertua sejak tahun 1820 dengan lama pendidikan 6-12 bulan, termasuk praktik
lapangan 6 bulan. Perawat berijazah eropa adalah dimulai dengan pendidikan
dasar MULO dan lama pendidikan 3 tahun dimana lulusannya mendapatkan
fasilitas dan penghargaan lebih tinggi dibanding tenaga lainnya. Sedangkan
perawat yang berijazah Hindia Belanda sering disebut dengan mantri
jururawat adalah perawat dengan lama pendidikan 4 tahun yang
menghasilkan dua jenis tenaga perawat yaitu perawat umum dan perawat
jiwa yang dimulai sejak tahun 1915. Adapun mantri malaria merupakan
tenaga perawat yang hanya berupa kursus selama satu setengah tahun, yang
hanya diadakan 2 kali yaitu tahun 1926 dan 1927.
Pada tahun 1972, di deklarasikan wadah Persatuan Perawat Nasional
Indonesia sebagai wadah organisasi profesi, dimana para perawat sudah
mulai menyadari bahwa pentingnya organisasi profesi bagi pengembangan
keperawatan. Pada tahun 1983 merupakan periode kebangkitan, dimana pada
Lokakarya Nasional Keperawatan disepakati bahwa keperawatan adalah
profesi dan pendidikan keperawatan berada pada pendidikan tinggi.
Pada tahun 1985 dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, yang merupakan pendidikan tinggi
keperawatan Strata satu pertama di Indonesia. Perkembangan ini diikuti pula
dengan dengan diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Undang-Undang
Kesehatan No.23 Tahun 1992. Periode ini menjadi penting setelah Peraturan
pemerintah no.32 tahun 1996 telah menjabarkan keberadaan profesi
keperawatan sebagai satu dari enam kelompok profesi kesehatan yang ada di
Indonesia. Kebijakan ini mendorong organisasi profesi menata katagori
tenaga keperawatan yang ada dengan hanya ada tiga katagori yaitu SPK,
D.III dan Sarjana Keperawatan (Ners).
Pada tahun 1996 Program Studi Ilmu Keperawatan (jenjang S1/Ners)
didirikan dibeberapa Perguruan Tinggi Negeri misalnya antara lain UGM
(Yogyakarta), UNDIP (Semarang), UNAIR (Surabaya), UNAND (Padang),
UNBRAW (Malang), USU (Medan), UNSYAH (Aceh) dan UNHAS
(Makasar) serta di beberapa universitas swasta. Pada periode ini perawat
yang telah melalui pendidikan profesi pada tingkat sarjana telah menyadari
bahwa profesionalisme keperawatan perlu ditumbuh kembangkan secara
terus menerus.

B. Legislasi Keperawatan
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu
dan kiat dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).
Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
1. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
2. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system
keperawatan.
3. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
4. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.

Fungsi legislasi keperawatan


1. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan yang diberikan.
2. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan
3. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga
keperawatan.
4. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
5. Memotivasi pengembangan profesi.
6. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.
7. Legislasi keperawatan mencakup 3 komponen yaitu registrasi,
sertifikasi, dan lisensi.
 Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain
pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat
yang telah terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk
dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan
dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin
praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun.
Tujuan registrasi :
1. Menjamin kemamapuan perawat untuk melakukan praktik
keperawatan sesuai dengan kewenangan dan kompetensinya.
2. Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif terhadap
kasus kelalaian tugas atau ketidak mampuan melaksanakan tugas
sesuai dengan standar kompetensi.
3. Mengidenttifikasi jumlah dan kualifikasi perawat professional dan
vokasional yang akan melakukan praktik keperawatan sesuai dengan
kewenangan dan kompetensi masing-masing.
Registrasi meliputi 2 kegiatan berikut :
1. Registrasi administrasi adalah kegiatan mendaftarkan diri yang
dilakukan setiap tahun, berlaku untulk perawat professional dan
vokasional.
2. Registrasi kompetensi adalah registrasi yang dilkakukan setiap 5 tahun
untuk memperoleh pengakuan ,mendapatkan kewenangan dalam
melakukan praktik keperawatan ,berlaku bagi perawat professional.
3. Perawat yang sudah teregistrasi mendapat Surat Izin Perawat(SIP) dan
nomer register.Perawat yang sudah melakukan registrasi akan
memperoleh kewenangan dan hak berikut :
a. Melakukan pengkajian
b. Melakukan terapi keperawatan.
c. Melakukan observasi.
d. Memberikan pendidikan dan konseling kesehatan.
e. Melakukan intervensi medis yang didelegasikan.
f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan.
Perawat yang tidak teregistrasi ,secara hukum tidak memiliki kewenangan
dan hak tersebut.Registrasi berlaku untuk semua perawat professional yang
bermaksud melakukan praktik keperawatan di wilayah Negara republic
Indonesia, termasuk perawat berijasah luar negeri.
Mekanisme registrasi terdiri dari mekanisme registrasi administrative dan
mekanisme registrasi kompetensi yang dilakukan melalui 2 jalur,yaitu :
a. Ujian registrasi nasional, dan
b. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Registrasi yang dilakukan perawat yang baru lulus disebut regustrasi awal
dan registrasi selanjutnya di sebut registrasi ulang.
 Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap peningkatan pengetahuan,
keterampilan ,dan perilaku (kompetensi) seorang perawat dengan
memeberikan ijasah atau sertifikat.
Tujuan sertifikasi :
1. Menyatakan pengetahuan ,keterampilan ,dan perilaku perawat sesuai
dengan pendidikan tambahan yang diikutinya.
2. Menetapkan klasifikasi ,tingkat dan lingkup praktik keperawatan
sesuai pendidikan tambahan yang dimilikinya.
3. Memenuhi persyaratan registrasi sesuai area praktik keperawatan.

 Lisensi
Lisensi berupa kewenangan kepada seorang perawat yang sudah
teregristasi untuk melaksanakan pelayanan praktik keperawatan.Lisensi
merupakan suatu kehormatan bukan suatu hak .Semua perawat
seyogyanya mengamankan hak ini dengan mengetahui standar pelayanan
yang dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktik keperawatan.
Tujuan lisensi :
1. Memberi kejelasan batas kewenangan tiap katagori tenaga
keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan.
2. Mengesahkan atau member bukti untuk melekukan praktek
keperawatan professional.
Mekanisme Legislasi
Persyaratan legislasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi) yang
diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat.
Registasi meliputi dua hal kegiatan berikut.
1. Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri yang
dilakukan setiap tahun, berlaku untuk perawat professional dan
vokasional.
2. Registrasi kompetensi; adalah registrasi yang dilakukan setiap 5 tahun
untuk memperoleh pengakuan, mendapatkan kewenangan dalam
melakukan praktik keperawatan, berlaku bagi perawat profesional.
3. Perawat yang tidak teregristrasi, secara hukum tidak memiliki
kewenangan dan hak tersebut. Regristrasi berlaku untuk semua
perawat profesional yang bermaksud melakukan praktik keperawatan
di wilayah Negara Republik Indonesia, termasuk perawat berijazah
luar negeri. Mekanisme regristasi terdiri dari mekanisme registrasi
administratif dan mekanisme registrasi kompetensi yang dilakukan
melalui 2 jalur yaitu :
a. Ujian registrasi nasional
b. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Mekanisme Sertifikasi
1. Perawat teregistrasi mengikuti kursus lanjutan di area khusus praktik
keperawatan yang ddiselenggarakan oleh institusi yang memenuhi
syarat.
2. Mengajukan aplikasi disertai dengan kelengkapan dokumen untuk
ditentukan kelayakan diberikan sertifikat.
3. Mengikuti proses sertifikasi yang dilakukan oleh konsil keperawatan.
4. Perawat register yang memenuhi persyaratan, diberikan serifikasi oleh
konsil keperawatan untuk melakuakan praktik keperawatan lanjut.
Mekanisme Lisensi
Perawat yang telah memenuhi proses registrasi mengajukan permohonan
kepada pemerintah untuk memperoleh perizinan / lisensi resmi dari
pemerintah. Perawat yang telah teregistrasi dan sudah memiliki lisensi
disebut perawat register, dan dapat bekerja di tatanan pelayanan kesehatan
dan institusi pendidikan keperawatan.

C. Pentingnya Sistem Regulasi /Pengaturan


Regulasi keperawatan (regristrasi & praktik keperawatan)adalah kebijakan
atau ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas
profesinya dan terkait dengan kewajiban dan hak.
 Tujuan Regulasi
Tujuan umum regulasi keperawatan adalah melindungi masyarakat dan
perawat,sedangkan tujuan khusus regulasi adalah:
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan;
2. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan;
3. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
4. Menapis IPTEK keperawatan
5. Menilai boleh tidaknya praktik;
6. Menilai kesalahan dan kelalaian.

Beberapa keadaan yang sering menuntut perlunya penerapan sistem regulasi


yang ketat adalah terjadinya hal-hal berikut.(Marquis & Huston,1998;Rocchiccioli
& Tilbury,1998)
1. Pelaksanaan tugas keperawatan diluar batas waktu yang ditentukan
2. Kegagalan memenuhi standar pelayanan keperawatan.
3. Mengabaikan bahaya yang mungkin timbul
4. Hubungan langsung antara kegagalan memenuhi standar pelayanan
keperawatan dengan terjadinya bahaya
5. Terjadi kecelakaan/kerusakan yang dialami oleh klien
Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk :
1. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan
pemberi jasa pelayanan keperawatan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh perawat.
3. Mendorong para pengambil kebijakan dan elemen-elemen yang
terkait lainnya untuk memberikan perhatian dan dukungan pada
model praktik keperawatan komunitas.
4. Mendorong pemerintah mengeluarkan regulasi yang dapat
memberikan jaminan pada penyelenggaraan praktik keperawatan
komunitas yang profesional.
5. Mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi yang efisien
dan efektif.
D. Upaya Yang Perlu Dilakukan Untuk Mempercepat Terwujudnya
Legislasi Di Indonesia
Leglasi keperawatan yang baku dan baik di Indonesia masih mereupakan
harapan di masa mendatang. Namun, ada beberapa upaya berikut ini yang
dapat mendukung teciptanya sistem regulasi keperawatan.
1. Menetapkan dasar pendidikan terendah untuk mendapatkan pekakuan
sebagai perawat tercatat, agar tenaga yang dituntut bertanggung jawab dan
tanggung gugatnya adalah tenaga keperawatan yang sebetulnya dariaspek
pendidikan mereka telah memahami tentang pelayanan keperawatan
profesianal dan telah memahami dampak hukumannya jika pelayanan ini
tidak memenuhi standar.
2. Memberikan berbagai pelatihan dasar tentang hukum dan perundang-
undangan bagi seluruh masyarakat keperawatan. Tujuannya untuk
meningkatkan pemahaman tentang dampak hukum yang dapat terjadi
apabila pelayanan keperawatan yang diberikan tidak memenuhi standar.
3. Mempercepat diwujudkannya praktik keperawatan professional diberbagai
jenjang tatana pelayanan kesehayan. Hal ini sebagai landasan
diterapkannya bentukpelayanan keperawatan profesional yang bukan
hanya memenuhi persyaratan dan standar profesional, tetapi juga
memenuhi persyaratan hukum keperawatan.
4. Menyoasialisasikan berbagai kegiatan persiapan diterapkannya sistem
legislasi keperawatan. Kegiatan ini beetujuan untuk menghindarkan
ketidakmengertian, kesalahan persepsi/kesalahan interprestasi ataupun
kesalahan komunikasi tentang hukumm keperawatan.
5. Menyepakati perkembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan di
Indonesia, sehingga berdasarkan kesepakatan dari seluruh masyarakat
keperawatan di Indonesia ini tidak akan memungkinkan pihak lain untuk
membentuk jenjang keperawatan lain yang dapat mengaburkan nilai-nilai
profesionalisme yang kemungkinan dapat terperangkap dalam sistem
ligislasi yang akan dibakukan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Penyelenggaraan Praktik Keperawatan


Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis,
sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien (pasien) karena
ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya yang sedang terganggu. Fokus keperawatan adalah
respons klien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan (Tomey, 1994).
Beberapa teori keperawatan sampai saat ini mewarnai dasar bentuk
pelayanan keperawatan, antara lain Teori Adaptasi (Roy), Self care (Orem),
Teori 14 kebutuhan dasar/model konseptual Komplementer atau
Suplementer (Henderson), Care-Cure and Core (Lydia Hall), Teori Sikap
dan Perilaku Caring (Jane Watson), Teori Sistem Perilaku (Johnson), Sistem
Sosial (King), Teori Lintas Budaya (Leininger), Perilaku Pencegahan dan
Peningkatan Kesehatan (Nola Pender) dan lain-lain.
Tujuan dari teori ini adalah untuk memperlihatkan kepada khalayak bahwa
fokus pelayanan keperawatan adalah klien dan keluarganya sebagai sistem
yang pada dasarnya memiliki potensi untuk berubah dan berkembang dalam
rangka pemulihan diri dari gangguan kesehatan, serta perlu untuk di bimbing
dalam rangka pemberdayaan dirinya. Inti dari semua teori ini adalah
hubungan perawat-klien terbina secara terapeutik dan menjadi landasan
terwujudnya kesetaraan professional diantara keduanya yang saling
membutuhkan. Teori-teori inilah yang menunjukkan bahwa pelayanan
keperawatan berbeda dengan profesi kesehatan lain (Nurrachmah, 2004).

B. Masalah-Masalah Dalam Praktik Keperawatan


Masalah kesehatan di masyarakat saat ini makin kompleks, dimana
penyakit degeneratif dan infeksi baik yang lama maupun yang baru (avian
flu, HIV/AIDS) muncul bersama-sama. Hal ini diperberat dengan terjadinya
berbagai bencana alam yang mendera Indonesia secara bertubi-tubi (gempa,
Tsunami, banjir, gunung meletus, luapan Lumpur panas dan beracun dsb).
Kondisi tersebut di atas diperberat dengan kesulitan bidang ekonomi yang
menimbulkan makin kompleksnya masalah kesehatan, misalnya gizi
kurang/buruk akibat daya beli masyarakat yang rendah sehingga
menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan memperlambat proses
penyembuhan, yang berdampak pada pemborosan sumber, termasuk
menimbulkan masalah-masalah dalam penyelenggaraan praktik keperawatan
baik karena adanya keterbatasan berbagai sumber keperawatan, baik itu
sumber biaya, fasilitas maupun tenaga keperawatan.
Jenis tenaga keperawatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 32
tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, maka rumpun Tenaga Keperawatan
terdiri dari perawat dan bidan. Namun dalam hal ini yang ditulis hanya
tentang perawat/ners. Dibandingkan dengan awal tahun 1970-an, maka jenis
dan jenjang tenaga keperawatan sudah lebih tertata, terutama setelah
disepakati secara nasional pada Januari 1983, bahwa keperawatan sebagai
profesi dan struktur dan system pendidikan tinggi keperawatan merupakan
pendidikan profesi.

C. Alasan Perlunya Pengaturan Perundang-Undangan Keperawatan


 Alasan Filosofis
Kesehatan sebagai hak asasi manusia sebagai tanggung jawab
Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat
melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau.
Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat
harus diselenggarakan secara bermutu, adil dan merata dengan
memberikan perhatian khusus kepada penduduk miskin, anak-anak,
remaja, para ibu dan para lanjut usia yang terlantar baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Prioritas diberikan pula kepada daerah terpencil,
pemukiman baru, wilayah perbatasan dan daerah kantong-kantong
keluarga miskin. Penyelesaian masalah yang memberi dampak pada
kesehatan masyarakat memerlukan keterlibatan pemerintah, organisasi
profesi dan pihak terkait lainnya.
 Alasan Yuridis
a. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 menyebutkan bahwa
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
b. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, tentang kesehatan, Bab VI
mengenai Sumber Daya Kesehatan yang terdiri dari: tenaga kesehatan,
sarana kesehatan, perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan,
pengelolaan kesehatan dan penelitaian dan pengembangan kesehatan.
Dalam Pasal 32 ayat (4) secara eksplisit menyebutkan bahwa:
 Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu.”
 Pada Pasal 53 ayat 1 juga menyebutkan bahwa: Tenaga kesehatan
berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
 Alasan Sosiologis
Undang-Undang menganut beberapa alasan sosiologis sebagai berikut:
a. Mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan dengan adanya pergeseran
paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medical
yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat
penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus
pelayanan (Cohen, 1996).
b. Sudah disepakati secara nasional pada tahun 1983 bahwa keperawatan
sebagai profesi dan struktur pendidikan tinggi keperawatan sebagai
pendidikan profesi sesuai dengan proyeksi kebutuhan jenis dan jenjang
tenaga perawat.
c. Mendekatkan keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan.
d. Meningkatkan kontribusi pelayanan keperawatan yang bermutu
sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan.
e. Memberikan kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan
pelayanan keperawatan Masyarakat terutama masyarakat Indonesia
berhak mendapakan pelayanan keperawatan yang berkualitas oleh
perawat yang kompeten tanpa diskriminatif menurut status social,
budaya, agama, ras dll.
 Alasan Tehnik Keperawatan
a. Citra keperawatan rendah terkait dengan Persepsi masyarakat terhadap
perawat.
b. Keperawatan masih dianggap bukan merupakan komponen penting
dalam pengambilan keputusan (kebijakan).
c. Variasi proporsi kualifikasi tenaga perawat Penyebaran tenaga yang
tidak merata.
d. Kepemimpinan dan manajemen yang tidak efektif.
e. Ketidaksesuaian kompetensi dengan tanggung jawab.
f. Peluang untuk Pelatihan kurang, jika ada kesempatan menggunakan
peluang sempit.
g. Kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting.
h. Kondisi kerja.

D. Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Perawat


Istilah perlindungan hukum, yakni Perlindungan hukum bisa berarti
perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda
dan tidak cederai oleh aparat penegak hukum dan juga bisa berarti
perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu. Hakekatnya
setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Dengan
demikian hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan
dari hukum. Oleh karena itu terdapat banyak macam perlindungan hukum.
Secara umum perlindungan hukum diberikan kepada subjek hukum ketika
subjek hukum yang bersangkutan bersinggungan dengan peristiwa hukum.
Jika demikian, lalu untuk apa lagi dibuat istilah perlindungan hukum?
Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum
untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang
diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang
bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk yang bersifat represif
(pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka
menegakkan peraturan hukum.
Menurut Hadjon seorang pakar Hukum Administrasi Negara UNAIR,
bahwa perlindungan hukum bagi rakyat atau seseorang meliputi dua hal,
yakni:
1. Pertama: Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan
hukum dimana kepada rakyat atau seseorang diberi kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan
pemerintah mendapat bentuk yang definitif;
2. Kedua: Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan
hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.
Berdasartkan dua kategori perlindungan hukum, maka pengertian
perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap
subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif
maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi
hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,
ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian serta kebahagian.

E. Dasar Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Perawat


1. Undang-Undang Dasar Negara RI 1945:
Secara konstitusional dalam Pasal 28D ayat (1) UUD NKRI 1945 yang
menyebutkan “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan
dan kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama di hadapan
hukum”.
Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
Pasal 28H ayat 1 menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
2. Undang–Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
pada Pasal 9 ayat 3 berbunyi “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat”
3. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 4
berbunyi “ Setiap orang berhak atas kesehatan”.
Pasal 27 Undang-Undang No 36 Tahun 2009
- Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
- Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.
- Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
4. Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 13
menyatakan
 Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di rumah sakit wajib
memiliki surat ijin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
 Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki izin
sesuai dengan ketentan peraturan perundang-undangan
 Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien
 Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana yang
di maksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Menurut Permenkes No.262/1979 yang dimaksud dengan tenaga medis
adalah lulusan Fakultas Kedokteran atau Kedokteran Gigi dan "Pascasarajna"
yang memberikan pelayanan medik dan penunjang medik. Sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 Tenaga Medik termasuk tenaga
kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan tersebut, yang dimaksud dengan tenaga
medis meliputi dokter dan dokter gigi. Tenaga medis adalah mereka yang
profesinya dalam bidang medis yaitu dokter, physician (dokter fisit) maupun
dentist ( dokter gigi ).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
penyelenggaraan praktik keperawatan saat ini didominasi oleh kebutuhan formil
dan kepentingan pemerintah, sedangkan peran profesi masih kurang apalagi bila
dibandingkan dengan perangkat hukum negara lain di Asia dan Eropa.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang keperawatan yang sangat
pesat harus diimabngi pula dengan perangkat hukum yang ada, sehingga dapat
memberikan perlindungan yang menyeluruh kepada tenaga keperawatan sebagai
pemberi pelayanan maupun di masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan.
Dalam melakukan perubahan atau dalam membentuk suatu undang-undang yang
diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat, maka keberadaan
naskah akademis menjadi sangat penting.

B. Saran
 Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan
partisipatif semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran
Praktik Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.
 Perlu adnya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang
diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap
mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah dipahami dan
dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut.
 Materi naskah akademis praktik keperawatan perlu dinormatifkan dalam
bahasa hukum dan dituangkan dalam praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber; A. Aziz Alimul Hidayat (2007),Pengantar Konsep Dasar


Keperawatan,Salemba Medika,Jakarta.
Priharjo Robert. Konsep dan Prespektif Praktik Keperawatan Profesional, Jakarta
EGC,2008
Kusnanto, Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional, EGC :
Jakarta.
http://pondokmerana.blogspot.com/2013/03/makalah-praktik-keperawatan.html
http://ekorudianta.blogspot.com/2015/03/makalah-peraturan-kebijakan-dan.html

Anda mungkin juga menyukai