Puji syukur kehadirat Alla SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman, sehingga kami dapat menyelasikan makalah
ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini dan dapat mengetahui tentang sejarah kesehatan dunia dan Indonesia. Makalah
ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Manado, 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat.
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Disamping itu,
pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kehidupan fisik, mental
maupun sosial ekonomi yang dalam perkembangannya telah terjadi perubahan
orientasi baik tatanilai maupun pemikiran terutama upaya pemecahan masalah
kesehatan.
Tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung
dengan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang
dimilikinya.Tenaga keperawatan juga memiliki karakteristik yang khas dengan
adanya pembenaran hukum yaitu diperkenannya melakukan intervensi
keperawatan terhadap tubuh manusia dan lingkungannya dimana apabila hal itu
dilakukan oleh tenaga lain dapat digolongkan sebagai tindakan pidana.
Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari
model medikal yang menitik beratkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan
gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996), maka
perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang
oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg & Swansburg, 1999) dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di 2 rumah sakit
maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Global, turut pula menandatangani
kesepakatan di antara 10 negara ASEAN khususnya di bidang pelayanan
kesehatan yang dikenal dengan MRA (Mutual Recognition Agreement), dimana
Konsil Keperawatan sebagai Badan yang independen diperlukan untuk mengatur
sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi bagi praktik perawat. Dalam kancah 3
global, keperawatan di Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara-
negara di Asia terutama dalam hal lemahnya regulasi tentang praktik keperawatan.
Di antara 10 negara di Asia tenggara, 7 negara telah memiliki undang-undang
yang mengatur tentang praktik keperawatan, sedangkan 3 negara yang belum
memiliki undang-undang praktik keperawatan adalah Indonesia, Laos dan
Vietnam. Adanya undang-undang praktik keperawatan (Regulatory Body)
merupakan salah satu prasyarat mutlak untuk ikut berperan dalam kancah global,
apalagi Indonesia telah memproduk tenaga keparawatan dalam jumlah yang besar.
Dengan adanya undang-undang praktik keperawatan merupakan jaminan terhadap
mutu dan standard praktik disamping sebagai perlindungan hukum bagi pemberi
dan penerima jasa pelayanan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas bagaimanakah masa depan profesi
keperawatan di indonesia apabila tidak ada perundang-undangan yang berlaku
dam praktik keperawata.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui gambaran penyelenggaraan praktik keperawatan
2. Mengetahui sejarah perkembangan profesi keperawatan
3. Mengetahui masalah-masalah dalam praktik keperawatan
5. Mengetahui alasan perlunya pengaturan perundang-undangan keperawatan
6. Mengetahui legislasi keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
B. Legislasi Keperawatan
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu
dan kiat dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).
Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
1. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
2. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system
keperawatan.
3. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
4. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
Lisensi
Lisensi berupa kewenangan kepada seorang perawat yang sudah
teregristasi untuk melaksanakan pelayanan praktik keperawatan.Lisensi
merupakan suatu kehormatan bukan suatu hak .Semua perawat
seyogyanya mengamankan hak ini dengan mengetahui standar pelayanan
yang dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktik keperawatan.
Tujuan lisensi :
1. Memberi kejelasan batas kewenangan tiap katagori tenaga
keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan.
2. Mengesahkan atau member bukti untuk melekukan praktek
keperawatan professional.
Mekanisme Legislasi
Persyaratan legislasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi) yang
diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat.
Registasi meliputi dua hal kegiatan berikut.
1. Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri yang
dilakukan setiap tahun, berlaku untuk perawat professional dan
vokasional.
2. Registrasi kompetensi; adalah registrasi yang dilakukan setiap 5 tahun
untuk memperoleh pengakuan, mendapatkan kewenangan dalam
melakukan praktik keperawatan, berlaku bagi perawat profesional.
3. Perawat yang tidak teregristrasi, secara hukum tidak memiliki
kewenangan dan hak tersebut. Regristrasi berlaku untuk semua
perawat profesional yang bermaksud melakukan praktik keperawatan
di wilayah Negara Republik Indonesia, termasuk perawat berijazah
luar negeri. Mekanisme regristasi terdiri dari mekanisme registrasi
administratif dan mekanisme registrasi kompetensi yang dilakukan
melalui 2 jalur yaitu :
a. Ujian registrasi nasional
b. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Mekanisme Sertifikasi
1. Perawat teregistrasi mengikuti kursus lanjutan di area khusus praktik
keperawatan yang ddiselenggarakan oleh institusi yang memenuhi
syarat.
2. Mengajukan aplikasi disertai dengan kelengkapan dokumen untuk
ditentukan kelayakan diberikan sertifikat.
3. Mengikuti proses sertifikasi yang dilakukan oleh konsil keperawatan.
4. Perawat register yang memenuhi persyaratan, diberikan serifikasi oleh
konsil keperawatan untuk melakuakan praktik keperawatan lanjut.
Mekanisme Lisensi
Perawat yang telah memenuhi proses registrasi mengajukan permohonan
kepada pemerintah untuk memperoleh perizinan / lisensi resmi dari
pemerintah. Perawat yang telah teregistrasi dan sudah memiliki lisensi
disebut perawat register, dan dapat bekerja di tatanan pelayanan kesehatan
dan institusi pendidikan keperawatan.
B. Saran
Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan
partisipatif semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran
Praktik Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.
Perlu adnya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang
diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap
mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah dipahami dan
dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut.
Materi naskah akademis praktik keperawatan perlu dinormatifkan dalam
bahasa hukum dan dituangkan dalam praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA