Anda di halaman 1dari 23

c.

Metode
1. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
a) Kajian teori
Menurut Grant and Massey dan Marquis & Huston, jenis
metode pemberian asuhan keperawatan telah dijabarkan sebagai
berikut:

1) Metode Kasus (Total care Method)


Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana
seorang klien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam
perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani
seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shif dan
tidak ada jaminan bahawa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perrawat dan hal ini
umumnya dilaksanankan untuk perawat Privat atau untuk
keperawatan khusus seperti di Ruang rawat intensif.
 Kelebihan dari metode ini adalah:
a) Sederhana dan langsung
b) Garis pertanggung jawaban jelas
c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d) Memudahkan perencanaan tugas
 Kekurangan dari metode ini adalah:
a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
c) Tak dapat dilakukan oleh perawatt baru atau kurang
pengalaman
d) Mahal, perawat professional termasuk melakukan tugas
non professional
2) Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien.
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda
dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan
tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya
fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode
ini merupakan manajemen klasik yang menekankan pada
efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai
sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan
tugas manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan klien
diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara
fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien
terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan.
Seecara kerja yang diawasi membosankan perawat karena
berorientasi pada tugas dan sisitem ini baik dan berguna
untuk situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional
dan tidak berdasar pada masalah klien.
 Keuntugan dari metode ini adalah:
1) Lebih sedikit membutuhkan perawat
2) Efisien
3) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
4) Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
5) Tunggu cepat selesai
 Kerugian dari metode ini adalah:
1) Tidak efektif
2) Fragmentasi pelayanan
3) Membosankan
4) Komunikasi minimal
5) Tidak holistic
6) Tidak profesional
7) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
3) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuahan keperawatan
terhadap sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab
membuat perencanaan dan evaluasi asuahan keperawatan
untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab
timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan
kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh
ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah
staff yang tersedia.
 Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Berikan kepuasan bagi perawat dan klien
b) Kemampuan anggota tim dikenal dan di manfaatkan
secara optimal
c) Komperehensip dan holitik
d) Produktif,kerjasama,komunikasi,dan moral
 Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b) Membutuhkan banyak kerja sama dan komunikasi
c) Membingungkan bila komposisi tim sering di ubah
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat
non professional
4) Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja
terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff
keperawatan yang professional. Pada metode ini setiap
perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan mulai dari pasien masuk sampe keluar dari
rumah sakit, mendorong peraktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Penangung jawab dilaksanakan oleh perawat primer
(Primary/Nurse/PN). Setiap PN merawat 4-6 klien dan
bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari klien
masuk sampe dengan pulang.
 Kelebihan dari modal primer ini adalah:
a) Model ini bersipat kontinu dan komprehensif dalam
melakukan proses keperawatan kepada klien
b) Perawat primer mendapat akutabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
c) Pasien merasa di manusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu.
d) Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercpai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi.
 Kelemahan dari modal ini adalah model ini hanya dapat
dilaksankan oleh perawat yang dimiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria:
a) Asertif
b) Mampu mengatur diri sendiri
c) Kempuan pengambilan keputusan yang tepat
d) Penguasaan klinik
e) Akuntabel dan mampu berkomunikasi dan berkolaborasi
dengan berbagai disiplin
b) Observasi dan Wawancara
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Kepala
Ruangan IRNA I A RSUD Kota Mataram, Metode yang digunakan
adalah metode MPKP modular yaitu perpaduan antara Tim dan
primer. Di ruang IRNA I A RSUD Kota Mataram menerapkan 2
tim dimana dalam 1 tim terdiri dari 1 perawat primer (katim)
dan 9 Perawat Asosiatif (perawat pelaksana), 1 penanggung
jawab shift dan 2 perawat asosiatif (perawat pelaksana) pada
shift sore dan 1 penanggung jawab shift dan 2 perawat
asosiatif (perawat pelaksana) pada shift malam.

c) Masalah
Dari hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa
model pelaksanaan asuhan keperawatan Diruang IRNA I A sudah
cukup optimal walaupun masih ada beberapa hal yang perlu
ditingkatkan lagi, terutama dalam segi kerja sama dan
komunikasi, baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan pasien/keluarga pasien, maunpun perawat dengan tenaga
kesehatan lain, sehingga dapat terlaksana pemberian asuhan
keperawatan yang optimal sesuai standar model praktek
keperawatan professional yang berlaku.

2. Standar Operasional Prosedur


a) Kajian Teori

Menurut Purnamasari,dkk,2015 SOP adalah Prosedur kerja

yang dibuat secara detail dan terperinci bagi semua

kariyawan untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya

dengan Visi Misi dan tujuan suatu lembaga dan Instansi

b) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU Di ruangan IA RSUD

Kota Mataram didapatkan hasil wawancara seputar SOP yang di

sediakan di Ruangan adalah 12 SOP, tapi yang sering di

gunakan hanya 10 SOP dikarenakan tindakan yang paling sering

dilakukan perawat IA hanya seputar 10 SOP tersebut.

c) Observasi

Berdasarkan hasil observasi oleh mahasisawa Profesi Ners

Stikes Mataram di ruangan IA terkait SOP yang sering di

gunakan hanya 10 SOP dari 12 SOP yang di sediakan oleh

ruangan

d) Masalah

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, pada data SOP

diruangan IA Tidak ditemukan adanya masalah

3. Struktur organisasi

KARU

WAKIL KARU

KATIM I KATIM II

PA 1
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU Di
ruangan IA RSUD Kota Mataram diketahui Struktur
Organisasi di Ruangan IA dipimpin oleh karu
selanjutnya di bawahi oleh wakil karu, katim, kemudian
perawat pelaksana.
b) Observasi
Dari observasi diketahui bahwa papan struktur
organisasi Diruang IA belum ada, hal ini disebabkan
karena ruangan yang masih baru dan struktur organisasi
masih berubah-ubah.

c) Masalah
Dari hasil wawancara dan observasi terkait
pengorganisasian diruang IA diketahui bahwa struktur
organisasi sudah ada, tapi papan struktur organisasi
belum terlihat diruangan.

4. Timbang Terima
a. Kajian teori
Timbang terima sering disebut dengan operan atau over
hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum
dan perkembangan saat itu Informasi yang disampaikan harus
akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna.
 Tujuan Umum: Mengkomunikasikan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang penting.
 Tujuan Khusus:
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
2) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
3) Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti
oleh perawat dinas berikutnya
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
 Manfaat bagi perawat :
1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan
bertanggungjawab antar perawat
3) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara
paripurna
4) Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima
pasien
5) Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan
keperawatan
6) Menimbulkan rasa aman
7) Meningkatkan percaya diri/bangga
 Manfaat bagi pasien:
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap
 Manfaat bagi Rumah sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara
komprehensi.

Alur Operan
PASIEN

Diagnosis medis Diagnosa keperawatan


masalah kolaboratif
(didukung data)

tindakan

Telah dilakukan Belum dilakukan

Tindakan

Masalah
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru

(Nursalam, 2012)

 Standar timbang terima:


1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
pasien (PP/Katim).
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat ini
serta menjaga kerahasiaan pasien.
5) Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien
6) Pada saat overran di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
lansung didekat klien
7) Sesuatu yang diangggap membuat klien terkejut dan syok
sebaiknya dibicarakan di Nurse Station.
 Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Operan memiliki 3 tahapan yaitu :

1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan


melimpahkan tanggung jawab. Meliputi factor informasi
yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan dating melakukan pertukaran informasi. Waktu
terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang mungkin adanya komunikasi dua arah anatar
perawat yang shift sebelumnya epada perawat shift yang
dating.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang dating
tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.
Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untu melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien lansung.

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan


pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam.
2002):

a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap


b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan.
c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tidak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d) Penyampain operan di atas (point c) harus dilakukan secara
jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift
bersama-sama secara lansung melihat keadaan klien.
Efek Shift Kerja atau Operan

Shift kerja atau operan memiliki efek-efek yang sangat


mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi pelayanan
kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan :

a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif
tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu
istirahat umtuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan
mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu
aktivitas kelompok dalam masyarat. Saksonno (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang
atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atai tidur, sehinggga tidak
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat.
c) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikologis.
Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental
menurun yang berpengaruh terhadap perilau kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kendali pemantauan.
d) Efek terhadap kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal,
masalah ini cendrung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift
kerja juga dapat menjadi maalah terhadap keseimbangan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
e) Efek terhadap keselamatan kerja
Survey pengaruh shift erja terhadap kesehatan dan
keselamatan krja yang dilakukan Smith et. Al (dalam
Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan
paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kcelakaan 0,69% pertenaga
kerja. Tetapi tidak semua penilaian menyebutkan bahwa
kenaikan tingkat kecelakaan industry terjadi pada shift
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cendrung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi
pada shift malam.

Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan

Operan memiliki 3 tahapanyaitu:

a) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan


tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan
disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu
terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkin adanya komunikasi dua arah antara
perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang
datang.
c) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan
aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk melakukan
pengecekan data informasi pada medical record atau pada
pasien langsung.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan
pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam,
2002):

a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap


b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan
c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d) Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan
secara jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift
bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien.
b. Wawancara dan Observasi
Berdasarkan hasil wawancara dan dengan beberapa perawat
diruang Irna IA RSUD Kota Mataram prosedur timbang terima
selama ini di lakukan pada setiap pergantian shift dengan
model SOAP. Pada saat observasi selama 2 hari di ruang Irna
IA diadakan timbang terima sudah berjalan sesuai tahapan
timbang terima dilakukan seefektif mungkin dengan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum
dan perkembangan pasien saat itu.
c. Analisa data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
selama 2 hari pengkajian tentang timbang terima di Ruang
IRNA IA RSUD Kota Mataram sudah cukup optimal, karena pada
saat timbang terima perawat sudah melakukan sesuai prosedur
mulai dari awal sampai akhir, diskusi selama timbang terima
juga berlangsung dengan cukup hidup.
5. Discharge Planning
a. Kajian teori
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan
komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang
diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk
perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat
tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse)

Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk


mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planning
yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan di
saat keadaan yang penuh dengan stress. Rencana pulang yang
dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara
periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera
dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang terdekat telah
mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang
penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan
di rumah. Tanda dan gejala yang menunjukkan perlunya kontak
yang terus-menerus dengan pelayanan kesehatan perlu
ditinjau.

Manfaat dilakukan discharge planning :

a) Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah


sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak
perlu kecuali untuk beberapa diagnosa.
b) Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah
perawatan dan biaya pengobatan.
c) Bahan pendokumentasian keperawatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yakni meskipun pasien
telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga
mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka
dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien.
Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh
perawat praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke
dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam
catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan
dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan
kebutuhan yang berubah (Doenges & Moorhouse: 126).Discharge
Planning harus disesuaikan dengan: Kebutuhan klien,
tersedianya tim kesehatan, Dimulai sejak awal masuk rumah
sakit,Disusun oleh tim.

Persiapan Discharge Planning: Mengidentifikasi kebutuhan


pemulangan pasien, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, antara lain:
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit; kebutuhan
psikologis; bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan
kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum,
eliminasi, dan lain-lain; sumber dan sistem yang ada di
masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di rumah;
kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta
disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.

b. Wawancara
Discharge planning telah dilaksanakan namun perlu
ditingkatkan. Pelaksanaan Discharge planning di ruang IA masih
dilakukan secara lisan, flipshart yang ada di ruangan sudah
ada tetapi penggunaannya sebagai media untuk persiapan pasien
pulang belum digunakan secara maksimal serta belum ada media
gambar / lembar balik maupun leaflet yang dapat dibawa pulang
oleh pasien atau keluarga pasien sebagai media untuk perawatan
pasien secara mandiri di rumah (perawatan lanjutan).
c. observasi/Analisa data
Pelaksanaan discharge planning sudah terlaksana namun
metode yang digunakan masih belum optimal yaitu masih berupa
lisan tanpa adanya media sebagai alat bantu. Media penyampaian
informasi berkaitan dengan perawatan seperti lembar balik/
gambar dan leaflet untuk membantu pemahaman pasien terhadap
penyampaian informasi yang telah diberikan bidan maupun
perawat terhadap perawatan yang harus dilakukan saat pasien
sudah berada di rumah.
d. Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan
kesenjangan antara teori dan pengaplikasian diruangan yaitu
Pelaksanaan discharge planning sudah terlaksana namun metode
yang digunakan masih belum optimal yaitu masih berupa lisan
tanpa adanya media sebagai alat bantu atau bukti
pendokumentasian.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Nursalam,2013
terkait cara melakukan discharge pleaning yaitu menggunakan
form discharge pleaning seperti:

Format Discharge Planning

PASIEN PULANG

DISCHARGE PLANNING

No. Reg. :

Tanggal MRS :

Bagian :

Dipulangkan dari RS Y dengan keadaan

Sembuh

Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan
Lari

Pindah ke RS lain

Meninggal

A. Kontrol:

a. Waktu:

b. Tempat:

Nama :

Jenis Kelamin :

Tanggal KRS :

Bagian :
B. Lanjutan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan,
dan lain-lain)

C. Aturan diet/nutirisi:

D. Obat-Obat yang masih diminum dan jumlahnya:

E. Aktivitas dan istirahat:

Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya):

Lain-lain:

Surabaya, …………………….

Pasien/Keluarga Ners

( ) ( )

6. Program Sentralisasi Obat


a. Kajian teori
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh
obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan
pengelolahan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002).

Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan obat secara


bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.Hal-hal berikut
ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat
perlu disentralisasikan:
a) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
b) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat
standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin
memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
c) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya
untuk mencoba”
d) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang
diperlukan
e) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya,
dan yang akan membuang atau lupa untuk minum
f) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa
g) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat
menjadi tidak efektif
h) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya
atau panas
i) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu
banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau
dicuri
(Mc. Mahon, 1990).

Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi)


Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.

a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan


yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf
yang ditunjuk
b) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta menggontrol
penggunaan obat
c) Penerimaan obat
d) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan
obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat dengan menerima lembar obat.
e) Perawat menuliskan nama pasien, register jenis obat,
jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan
diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau pasien
dalam buku masuk obat. Keluar pasien selanjutnya
mendapatkan penjelasan kapan atau bila obat tersebut akan
habis, serta penjelasan tentang 5 T (Jenis, dosis, waktu
,pasien dan cara pemberian).
f) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat
yang harus diminum beserta kartu sediaan obat
g) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kontak obat.

b. Observasi dan Wawancara


Berdasarkan observasi dan wawancara alur sentralisasi
obat yang terdapat di Ruang IRNA IA RSUD Kota Mataram
berawal dari dokter, kemudian diberikan kepada keluarga
apabila siang, malam, dan hari libur, yaitu berupa surat
persetujuan obat (resep) kemudian obat diambil ke bagian
farmasi setelah obat yang telah didapatkan kemudian
diserahkan ke tenaga kesehatan(perawat) diruangan, perawat
ruangan menerima obat dan disimpan dilemari obat (loker),
kecuali obat oral langsung diberikan ke keluarga pasien
oleh bagian farmasi (apoteker) dan telah dijelaskan dosis,
kegunaan, dan efek dari obat. Sedangkan untuk pagi hari
alur sentralisasi obat melalui petugas apotek yang ada
diruangan.

Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter

Kordinasi dengan
Farmasi/apotik perawat

Pasien/keluarga

- Surat perstujuan
setralisasi obat dari
perawat
- Lembar serah terima
obat
- Buku serah
PP/Perawat yang menerima

Pengaturan & pengelolaan


obat oleh perawat

Obat Minum/Oral Obat Injeksi

Pasien/keluarga Perawat

Pembagian Obat

a) Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku


daftar pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan aluryang tercantum dalam buku
daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu dicocokan
dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan kartu obat
yang ada pada pasien
c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan
tempat atau wadah obat kembali ke perawat setelah obat
dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi
oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk kepada dokter
penanggung jawab pasien.
Penambahan Obat Baru

a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis


atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu
saja)
Obat Khusus

a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga,


yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup,
besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu
saja.
b) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus
obat dilaksanakan oleh perawat ketua tim
c) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama
obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping,
penanggung jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya
diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah
pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat
pemberian obat.
Menyimpan Persediaan Obat

a. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah


obat dan menulis etiket dan alamat pasien pasien.
Penyimpanan stok (pesediaan) yang teratur dengan baik
merupakan bagian penting dari manejemen obat. Obat yang
diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam
kartu persediaan.
b. Sistem kartu persediaan.
Sebuah kartu pesediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan
untuk menggantikan buku besar persediaan.Kartu ini
berfungsi seperti seperti buku besar persediaan, yakni
neraca dikeseirnbangkan dengan menambahkan barang yang
diterima dan mengurangi dengan jumlah barang ditempatkan
pada, halaman yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu
persediaan, msing-msing barang dituliskan dalam kartu yang
terpisah.
c. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat
serta lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan
antara, obat untuk penggunaan oral (untuk diminum) dan obat
luar (pedoman,1990). Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi
dengan manajemen farmasi yang sistematis karena obat
sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit
tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan
tertentu.Obat harus ada, dalam persediaan setiap rumah
sakit sebagi bahan utama dalam rangka mencapai misi
utamanya sebagai health provider.Menejemen farmasi rumah
sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan
di bidang farmasi sebagi salah satu penunjang untuk
tercapainya tujuan. Upaya dan kegiatan ini meliputi:
penetapan standart obat, perencanaan, pengadaan obat,
penyimpanan, pendistribusian/saran/informasi tentang obat,
monitoring efek camping obat. Faktor kunci yang perlu
diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien meliputi:
pelayanan yang cepat, ramah yang baik (yoga, 2003). Obat
akan memberi manfaat kepada para pengguna dan juga
bermanfaat dalam pengendalian biaya runah sakit. Persediaan
obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus selalu
mencukupi kebutuhan tanpa ada efek samping seperti
kadaluarsa dan rusak, tujuan obat adalah penggunaan obat
yang tepat untuk pasien yang memerlukan penggobatan. Obat-
obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang terkunci
atau dari lemari penyimpanan, oleh orang bertugas menangani
persediaan obat kepada bagian yang menggunakan. Obat
digunakan secara teratur dan dalam jumlah yang diketahui:
hal ini memungkinkan pemantauan (observasi) dan pengawasan
penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi
pengeluaran obat akan memungkinkan perawat mengetahui kapan
melakukan pemesanan ulang, mencocokan pemakaian obat dengan
pengobatan pasien, segera sadar akan ketidakcocokan dalam
pemberian obat, memeriksa perubahan pemakaian obat.
c. Analisa data
Berdasarkan observasi didapatkan bahwa alur sentralisasi
obat sudah dilakukan secara optimal. Serta obat oral pun telah
sesuai dengan alur sentralisasi obat, dimana obat oral
langsung diserahkan oleh apoteker kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai