Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya sehingga kelompok kami bisa
menulis makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam kami berikan kepada Nabi besar
kita Nabi Muhammad SAW semoga kita selalu mendapat syafa’at darinya.
Dengan menyelesaikan makalah ini, penulis berusaha untuk belajar akan pentingnya mengetahui
sejarah munculnya revolusi industri serta pengaruh Revolusi Industri di Indonesia guna untuk
menambah wawasan baik bagi penulis maupun bagi para pembaca. Selain itu dengan
menyelesaikan makalah ini kami juga dapat menambah wawasan tentang tantangan serta strategi
yang dapat dilakukan bagi kaum milenial di era Revolusi Industri 4.0
Dengan selesainya makalah ini diharapkan teman-teman mahasiswa bisa lebih mengetahui
Revolusi Industri. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh sebab itu sumbangan pemikiran yang bersifat koreksi untuk penyempurnaan sangat di
harapkan. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menunjang
pelaksanaan perkuliahan yang sedang kita laksanakan bersama.

Medan, 07 Mei 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 3
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Masalah 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Revolusi Industri 5
a. Sejarah dan pemahaman Revolusi Industri 5
b. Munculnya Era Derupsi pada era Revolusi Industri 4.0 7
2.2 Tantangan Revolusi Industri 4.0 8
2.3 Strategi tepat untuk era Revolusi Industri 4.0 9

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan 11
3.2. Saran 12

Daftar Pustaka 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya
perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan
teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di
dunia. Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa
Barat, Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia.
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, dimana terjadinya peralihan dalam
penggunaan tenaga kerja yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang
kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai
dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi
dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan
dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api. Adanya peralihan dari perekonomian
yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya
perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan
membengkaknya populasi di kota-kota besar.
Revolusi industri telah dirasakan oleh seluruh umat manusia di Dunia termasuk Negara
Indonesia. Indonesia yang dikenal dengan negara agraris, sebelum hadirnya industri, Indonesia
yang dulu mata pencahariannya sangat bergantung dengan alam misalnya pertanian, perkebunan.
Setelah terjadinya revolusi Industri,muncul pergeseran mata pencaharian seperti pembagunan
pabrik, yang memproduksi barang metah menjadi barang siap pakai, sehingga banyak
menyerapkan tenaga kerja. Oleh karena itu, mata pencaharian di Indonesia sudah bervariasi yaitu
tidak hanya bergantug pada bercocok tanam saja.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah munculnya revolusi industri?


2. Apa saja yang menjadi tantangan bagi para milenial dalam revolusi industri 4.0 ?
3. Bagaimana startegi agar tetap dapat bersaing dalam era revolusi industri 4.0 ?

3
1.3 Tujuan Masalah
Dari perumusan masalah diatas, maka dapat diidentifikasi tujuan dari masalah Revolusi
Industri sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah Revolusi Industri.
2. Untuk mengetahui tantangan bagi kaum milenial dalam Revolusi Indutri 4.0
3. Untuk mengetahui strategi yang tepat agar mampu bersaing dalam Revolusi Industri
4.0

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 merupakan fase ke-4 dari perjalanan sejarah revolusi industri
yang dimulai pada abad ke -18. Revolusi industri 4.0 mengintegrasikan antara dunia online
serta internet dengan lini produksi pada suatu industri. Sejak tahun 2011 dunia
internasional dianggap telah memasuki Industri 4.0, yang ditandai dengan meningkatnya
interaksi, konektivitas, dan batas antara manusia, mesin, serta sumber daya lainnya yang
kian konvergen via komunikasi dan teknologi informasi.

a. Sejarah dan Pemahaman Revolusi Industri 4.0

Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan kepada publik pada tahun 2011 sebagai
“Industrie 4.0” oleh sekelompok perwakilan dari berbagai bidang (seperti bisnis, politik,
dan akademisi) di bawah inisiatif guna meningkatkan kekuatan daya saing Jerman di
industri manufaktur. Definisi singkat dari Industri 4.0 adalah transformasi intensif
informasi dari manufaktur dalam lingkungan yang terhubung dari data, orang, proses,
layanan, sistem dan aset produksi, pengungkit dan pemanfaatan informasi yang dapat
ditindaklanjuti sebagai cara dan sarana untuk mewujudkan pabrik dan ekosistem
manufaktur baru. Industry 4.0 juga disebut ‘industri pintar’ (smart industry), ‘industri
cerdas’ (intelligent industry), ‘pabrik pintar’ (smart factory), atau ‘manufaktur cerdas’
(smart manufacturing).

Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk mendukung mesin
produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang semula bergantung pada
tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga mesin uap. Dampaknya,
produksi dapat dilipatgandakan dan didistribusikan ke berbagai wilayah secara lebih masif.
Namun demikian, revolusi industri ini juga menimbulkan dampak negatif dalam bentuk
pengangguran masal.

Revolusi Industri 2.0 ditandai dengan ditemukannya enerji listrik dan konsep
pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad
19. Energi listrik mendorong para ilmuwan untuk menemukan berbagai teknologi lainnya
seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi ban berjalan. Puncaknya, diperoleh efesiensi
produksi hingga 300 persen.
Lalu Revolusi Industri 3.0 ditandai dengana adanya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 yang telah melahirkan teknologi
informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi

5
dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller
(PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi menjadi
semakin murah. Teknologi informasi juga semakin maju diantaranya teknologi kamera
yang terintegrasi dengan mobile phone dan semakin berkembangnya industri kreatif di
dunia musik dengan ditemukannya musik digital

Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini yaitu Revolusi Industri 4.0 dengan
lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia.
Revolusi industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam
semua proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya
menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi
transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Munculnya bisnis transportasi online
seperti Gojek, Uber dan Grab menunjukkan integrasi aktivitas manusia dengan teknologi
informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat. Berkembangnya teknologi
autonomous vehicle (mobil tanpa supir), drone, aplikasi media sosial, bioteknologi dan
nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah
secara fundamental.

6
b. Revolusi Industri menciptakan Era Disrupsi Baru

Seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, Revolusi Industri 4.0 telah
mendorong inovasi - inovasi teknologi yang memberikan dampak disrupsi atau perubahan
fundamental terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan tak terduga menjadi
fenomena yang akan sering muncul pada era revolusi indutsri 4.0. Kita menyaksikan
pertarungan antara taksi konvensional versus taksi online atau ojek pangkalan vs ojek
online. Publik tidak pernah menduga sebelumnya bahwa ojek/taksi yang populer
dimanfaatkan masyarakat untuk kepentingan mobilitas manusia berhasil ditingkatkan
kemanfaatannya dengan sistem aplikasi berbasis internet. Dampaknya, publik menjadi
lebih mudah untuk mendapatkan layanan transportasi dan bahkan dengan harga yang
sangat terjangkau.

Yang lebih tidak terduga, layanan ojek online tidak sebatas sebagai alat transportasi
alternatif tetapi juga merambah hingga bisnis layanan antar (onlinedelivery order). Dengan
kata lain, teknologi online telah membawa perubahan yang besar terhadap peradaban
manusia dan ekonomi. Menurut Prof Rhenald Kasali (2017), disrupsi tidak hanya
bermakna fenomena perubahan hari ini (today change) tetapi juga mencerminkan makna
fenomena perubahan hari esok (the future change). Prof Clayton M. Christensen, ahli
administrasi bisnis dari Harvard Business School, menjelaskan bahwa era disrupsi telah
mengganggu atau merusak pasar-pasar yang telah ada sebelumnya tetapi juga mendorong
pengembangan produk atau layanan yang tidak terduga pasar sebelunya, menciptakan
konsumen yang beragam dan berdampak terhadap harga yang semakin murah. Dengan
demikian, era disrupsi akan terus melahirkan perubahan-perubahan yang signifikan untuk
merespon tuntutan dan kebutuhan konsumen di masa yang akan datang.

Perubahan di era disrupsi menurut Prof Kasali, pada hakikatnya tidak hanya berada
pada perubahan cara atau strategi tetapi juga pada pada aspek fundamental bisnis. Domain
era disrupsi merambah dari mulai struktur biaya, budaya hingga pada ideologi industri.
Implikasinya, pengelolaan bisnis tidak lagi berpusat pada kepemilikan individual, tetapi
menjadi pembagian peran atau kolaborasi atau gotong royong. Di dalam dunia perguruan
tinggi, fenomena disrupsi ini dapat kita lihat dari berkembangnya riset-riset kolaborasi
antar peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan perguruan tinggi. Riset tidak lagi berorientasi
pada penyelesaian masalah (problem solving) tetapi didorong untuk menemukan potensi
masalah maupun potensi nilai ekonomi yang dapat membantu masyarakat untuk
mengantisipasi berbagai masalah sosial ekonomi dan politik di masa depan.

7
2.2 Tantangan Revolusi Industri 4.0
Tantangan dari Revolusi Industri 4.0 kini tidak hanya pada menyediakan peluang, tetapi
juga tantangan bagi generasi milineal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
pemicu revolusi indutri juga diikuti dengan implikasi lain seperti pengangguran, kompetisi
manusia vs mesin, dan tuntutan kompetensi yang semakin tinggi. Menurut Prof Dwikorita
Karnawati (2017), revolusi industri 4.0 dalam lima tahun mendatang akan menghapus 35
persen jenis pekerjaan. Dan bahkan pada 10 tahun yang akan datang jenis pekerjaan yang akan
hilang bertambah menjadi 75 persen.
Hal ini disebabkan pekerjaan yang diperankan oleh manusia setahap demi setahap
digantikan dengan teknologi digitalisasi program. Dampaknya, proses produksi menjadi lebih
cepat dikerjakan dan lebih mudah didistribusikan secara masif dengan keterlibatan manusia
yang minim. Di Amerika Serikat, misalnya, dengan berkembangnya sistem online perbankan
telah memudahkan proses transaksi layanan perbankan. Akibatnya, 48.000 teller bank harus
menghadapi pemutusan hubungan kerja karena alasan efisiensi.
Namun demikian, bidang pekerjaan yang berkaitan dengan keahlian Komputer,
Matematika, Arsitektur dan Teknik akan semakin banyak dibutuhkan. Bidang-bidang keahlian
ini diproyeksikan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mengandalkan teknologi digital.
Situasi pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan bentuk tantangan yang
perlu direspon oleh pendidik. Tantangan ini perlu dijawab dengan peningkatan kompetensi
pendidik maupun anak didik terutama penguasaan teknologi komputer, keterampilan
berkomunikasi, kemampuan bekerjasama secara kolaboratif, dan kemampuan untuk terus
belajar dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Karena menghadapi berjalannya Revolusi Industri 4.0 tersebut maka dunia pendidikan juga
harus mengantisipasi dan mulai lebih awal dengan pendidikan 4.0 sebagai sebuah langkah
kecil untuk memenuhi tujuan tersebut. Pendidikan tidak terbatas pada kelas, pendidikan 4.0
berkembang pada premis dasar serta kini ruang kelas online telah memfasilitasi pembelajaran
dengan lebih banyak cara daripada yang pernah kita bayangkan. Pendidikan sekarang
dipandang lebih sebagai proses seumur hidup daripada ritual yang berorientasi pada kelas atau
dalam hal ini hanya sekedar batu loncatan ke dunia profesional. Peserta didik dan pendidik
sekarang akan mencari cara untuk mendefinisikan kembali cara-cara di mana pembelajaran
selalu mempengaruhi kehidupan mereka.
Pendidikan 4.0 membicarakan tentang bagaimana sekolah menyiapkan untuk memasuki
babak baru dunia pendidikan yang berubah begitu cepat. Jika mengacu pendapat Martadi
Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, Era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang
tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh
yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri.

8
Pendidikan setidaknya harus mampu menyiapkan anak didiknya menghadapi tiga hal:
a. menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada.
b. menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum
muncul.
c. menyiapkan anak untuk bisa menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya
belum ditemukan.
Serta adanya syarat penting yang harus dipenuhi adalah bagaimana menyiapkan kualifikasi
dan kompetensi guru yang berkualitas. Pasalnya, di era revolusi industri 4.0 profesi guru makin
kompetitif. Karena, dimasa depan masalah anak bukan pada kesulitan memahami materi ajar,
tapi lebih terkait masalah psikologis, stres akibat tekanan keadaan yang makin komplek dan
berat. Setidaknya terdapat lima kualifikasi dan kompetensi guru yang dibutuhkan di era
Pendidikan 4.0. Kelimanya meliputi:
1. Educational competence, kompetensi mendidik/pembelajaran berbasis internet of thing
sebagai basic skill di era ini.
2. Competence for technological commercialization, punya kompetensi membawa siswa
memiliki sikap entrepreneurship (kewirausahaan) dengan teknologi atas hasil karya
inovasi siswa
3. Competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai budaya,
kompetensi hybrid, yaitu global competence dan keunggulan memecahkan problem
nasional
4. Competence in future strategies, dunia mudah berubah dan berjalan cepat, sehingga
punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan
strateginya, dengan cara joint-lecture, joint-research, joint-resources, staff mobility dan
rotasi, paham arah SDG’s, dan lain sebagainya.
5. Conselor competence, mengingat ke depan masalah anak bukan pada kesulitan
memahami materi ajar, tapi lebih terkait masalah psikologis, stres akibat tekanan
keadaan yang makin komplek dan berat.

2.3 Strategi yang Tepat dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Dalam era revolusi industry 4.0 ini, maka diperlukan strategi yang baik pula untuk dapat
bersaing dalam era tersebut. Beberapa strategi ini digunakan agar mampu memiliki pendekatan
dan kemampuan yang baru diperlukan untuk membangun sistem produksi yang inovatif dan
berkelanjutan. Ada empat kiat yang sangat diperlukan dalam mampu bersaing di era revolusi
industry 4.0 yaitu:
1. Mampu memiliki keterampilan informasi, media, dan teknologi. Dengan istilah lain,
kita harus terbuka pada teknologi. Yang dimaksud dengan keterampilan informasi,
media, dan teknologi meliputi literasi media, keaksaraan visual, literasi multikultural,
kesadaran global, dan literasi teknologi

9
2. Keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi kreativitas dan keingintahuan,
pemecah masalah (problem solving), dan pengambil risiko (risk taker).
3. Mampu terampil dalam hidup dan belajar seperti memiliki jiwa kepemimpinan dan
bertanggung jawab, memiliki nilai etis dan moral, produktivitas dan akuntabilitas,
fleksibilitas dan adaptasi, sosial dan lintas budaya, inisiatif dan mengarahkan diri.
4. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif seperti mampu bekerja dalam
tim dan berkolaborasi, memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial, dalam
berkomunikasi harus interaktif, memiliki orientasi nasional dan global.

10
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Revolusi industri 4.0 merupakan fase ke-4 dari perjalanan sejarah revolusi industry
yang dimulai pada abad ke -18. Revolusi industri 4.0 mengintegrasikan antara dunia online
serta internet dengan lini produksi pada suatu industri. Sejak tahun 2011 dunia
internasional dianggap telah memasuki Industri 4.0, yang ditandai dengan meningkatnya
interaksi, konektivitas, dan batas antara manusia, mesin, serta sumber daya lainnya yang
kian konvergen via komunikasi dan teknologi informasi.
Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk mendukung mesin
produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang semula bergantung pada
tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga mesin uap.
Revolusi Industri 2.0 ditandai dengan ditemukannya enerji listrik dan konsep
pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar.
Revolusi Industri 3.0 ditandai dengana adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 yang telah melahirkan teknologi
informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis.
Revolusi Industri 4.0 mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses aktivitas.
Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di
seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi
secara online.
Tantangan Revolusi Industri 4.0 tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga
tantangan bagi generasi milineal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
pemicu revolusi indutri juga diikuti dengan implikasi lain seperti pengangguran, kompetisi
manusia vs mesin, dan tuntutan kompetensi yang semakin tinggi

Ada empat kiat yang sangat diperlukan dalam mampu bersaing di era revolusi industry 4.0
yaitu:

1. Mampu memiliki keterampilan informasi, media, dan teknologi.


2. Keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi kreativitas dan
keingintahuan, pemecah masalah (problem solving), dan pengambil risiko (risk
taker).
3. Mampu terampil dalam hidup dan belajar seperti memiliki jiwa kepemimpinan
dan bertanggung jawab, memiliki nilai etis dan moral, produktivitas dan
akuntabilitas, fleksibilitas dan adaptasi, sosial dan lintas budaya, inisiatif dan
mengarahkan diri.

11
4. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif seperti mampu
bekerja dalam tim dan berkolaborasi, memiliki tanggung jawab pribadi dan
sosial, dalam berkomunikasi harus interaktif, memiliki orientasi nasional dan
global.

3.2 Saran
Saran kelompok kami, bagi pemerintahan maupun masyarakat milenial yang
berada di era revolusi industri 4.0 dalam hal bisnis, pemerintah mampu mengotomatisasi
untuk jenis pekerjaan yang berat dan melelahkan secara fisik dan pikiran. Lembaga
pelatihan juga harus memiliki standar yang sama satu sama lain, dengan dukungan kerja
sama industri. Materi pelatihannya pun harus disusun dengan melibatkan industri dan tidak
hanya berbasis hard skill tapi juga soft skill. Serta perlu adanya sinkronisasi aturan
terutama tentang persyaratan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan, sertifikasi, dan
pemagangan serta adanya pelatihan dan pendidikan untuk digitalisasi juga harus dilakukan
bersama.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/08/193201826/6-saran-dari-peneliti-lipi-
untuk-songsong-era-industri-40
2. https://www.kaskus.co.id/thread/5ad82c41a09a391d488b457f/empat-kiat-agar-mampu-
bersaing-di-era-industri-40/
3. file:///C:/Users/acer/Downloads/Revolusi%20Industri%204.0.webp
4. http://repository.unpas.ac.id/36486/4/10.%20BAB%20I%20%281%29.pdf
5. https://www.academia.edu/12016909/Makalah_Revolusi_Industri

13

Anda mungkin juga menyukai