Anda di halaman 1dari 59

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA

PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL,


PATI, JAWA TENGAH

SITI ASIYAH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Antropometri


Petani Pria dan Aplikasinya pada Desain Cangkul di Kecamatan Trangkil, Pati,
Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari Dr Ir Sam Herodian,
MS dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Siti Asiyah
NIM F14100124
ABSTRAK

SITI ASIYAH. Studi Antropometri Petani Pria dan Aplikasinya pada Desain
Cangkul di Kecamatan Trangkil, Pati, Jawa Tengah. Dibimbing oleh SAM
HERODIAN.

Sebagian besar petani di kecamatan Trangkil menggunakan cangkul sebagai


alat pengolah tanah yang masih bersifat tradisional. Hal ini menyebabkan
banyaknya keluhan dari petani jika mencangkul dalam waktu yang lama. Tujuan
dari penelitian ini untuk menganalisis kesesuaian desain cangkul dari sisi
ergonomikanya khususnya pengukuran antropometri. Statistik deskriptif
memberikan rata-rata, standar deviasi, dan nilai-nilai persentil dari masing-masing
kelompok populasi. Terdapat perbedaan yang signifikan pada berat badan, tinggi
badan, dan dimensi tubuh lainnya antar responden. Sudut pada lengan tangan
manusia sangat berpengaruh terhadap momen gaya yang dihasilkan, begitu juga
dengan titik berat benda. Semakin jauh jarak titik berat benda dari titik dasar maka
semakin besar stabilitas ke arah badan atau benda bergerak dan semakin dekat
jarak titik berat benda dari titik dasar maka semakin kecil stabilitasnya ke arah
badan atau benda bergerak. Berdasarkan data antropometri, rekomendasi desain
cangkul yang cocok untuk petani di kecamatan Trangkil adalah panjang pisau
cangkul yaitu 28 cm (rata-rata), lebar pisau cangkul sebesar 18 cm (rata-rata),
tebal pisau cangkul yaitu 0.3 cm (rata-rata), panjang tangkai cangkul 71 cm
(persentil 50), diameter tangkai cangkul sebesar 3 cm (persentil 5).
Kata kunci : antropometri, cangkul, ergonomika, momen, titik berat

ABSTRACT

SITI ASIYAH. Anthropometry of Male Farmer and Its Application in Hoes


Design in Trangkil District, Pati, Central Java. Supervised by SAM HERODIAN.

Most farmers in Trangkil district are using the conventional hoe as tilling
tools. This led to many complaints from farmers when tilling a long time. The
main purpose of this research is to analyze the suitability of the safety hoe design
especially using anthropometric measurements. The descriptive statistics shows an
average, standard deviation, and the percentile values of each population group.
There are significant differences in body weight, height, and other body
dimensions among respondents. The angle on the human arm is very influential
on the force generated moment, as well as the weight of the object point. The
farther distance of the center of gravity (cog) of the object base point, the greater
stability towards the body or moving objects and the closer the center of gravity of
the object, the smaller the base point stability direction the body or moving
objects. Based on the anthropometric data, the recommended hoe design that
suitable for farmers in the Trangkil district is a hoe blade length of 28 cm
(average), the width of a hoe blade of 18 cm (average), hoe blade thickness of 0.3
cm (average), hoe steam length of 71 cm (percentile 50), diameter hoe of 3 cm
(percentile 5).
Keywords : anthropometry, hoes, ergonomics, moment, center of gravity
STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA
PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL,
PATI, JAWA TENGAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya


sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul Studi
Antropometri Petani Pria dan Aplikasinya pada Desain Cangkul di Kecamatan
Trangkil, Pati, Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli–
Desember 2014. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Kaseh dan Ibu Istianah sebagai orang tua yang selalu hadir dan tidak
pernah lelah dalam memberikan motivasi dan doa bagi kelancaran studi dan
skripsi penulis.
2. Dr Ir Sam Herodian, MS selaku pembimbing yang senantiasa memberikan
arahan, bimbingan, dan motivasinya kepada penulis.
3. Dr Lenny Saulia, STP, MSi yang memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
4. Dr Ir Desrial, MEng dan Dr Ir M Faiz Syu’aib, MAgr sebagai dosen penguji
pada skripsi ini yang telah banyak memberikan saran kepada penulis.
5. Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementerian Agama RI yang telah
memberikan kepercayaan beasiswa selama penulis belajar di IPB.
6. Prof Dr Ir Kudang Boro Seminar, MSc, Dr Ir Mohamad Solahudin, MSi, Dr
Liyantono, STP, MAgr, Supriyanto, STP, Mkom, Dr Slamet Widodo, MSc,
yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis.
7. Seluruh dosen dan staf departemen TMB IPB yang telah banyak memberi
saran dan masukan.
8. Kepala Desa dan petani se-kecamatan Trangkil yang telah membantu saya
dalam pencarian responden dan pengumpulan data.
9. Keluarga besar Kementerian Agama RI, BUD CSS 47, CSS MoRA IPB, TMB
IPB 47, HIMATETA IPB, KMNU IPB, IKMP IPB, Ikamaru Jabodetabek dan
keluarga besar Pondok Pesantren Al-Ihya Dramaga yang telah memberikan
inspirasi, semangat, dan bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2015

Siti Asiyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODE 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Alat dan Bahan Penelitian 3
Prosedur Penelitian 4
Pelaksanaan Penelitian 4
Penelitian Pendahuluan 4
Pengambilan Data 6
Pengolahan Data 8
Analisis Kesesuaian Desain 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Data Antropometri Petani Pria Pengguna Cangkul di Kecamatan Trangkil 11
Analisis Korelasi Antarparameter 12
Analisis Gerakan Mencangkul 13
Pengaruh Perbedaan Berat Cangkul 16
Analisis Diameter Tangkai Cangkul 20
Analisis Panjang Tangkai Cangkul 21
Analisis Momen Pencangkulan 23
Analisis Titik Berat (Center of Gravity) pada Cangkul 28
SIMPULAN DAN SARAN 29
Simpulan 29
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 29
RIWAYAT HIDUP 47
DAFTAR TABEL
1 Distribusi jumlah sampel minimal subyek antropometri berdasarkan
distribusi populasi petani di lokasi penelitian 6
2 Parameter pengukuran antropometri statis 7
3 Parameter pengukuran antropometri saat posisi membungkuk 8
4 Parameter pengukuran dimensi cangkul 8
5 Nilai koefisien korelasi Pearson yang dapat diandalkan 0.9 ≤ r ≤ 1.0 12
6 Selang gerakan berdasarkan zona gerakan 14
7 Parameter pengukuran yang terkait dengan desain tangkai cangkul 20
8 Parameter yang terkait desain tangkai cangkul 23
9 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil pada saat posisi
berdiri 31
10 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil pada saat posisi
duduk 32
11 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil pada saat
membungkuk (satuan dalam (º)) 33
12 Data dimensi cangkul 110 petani di kecamatan Trangkil 33

DAFTAR GAMBAR
1 Bagian-bagian cangkul 2
2 Diagram alur penelitian 4
3 Grafik keluhan petani pengguna cangkul 13
4 Selang alami gerakan pada tubuh manusia 15
5 Proses kegiatan pencangkulan 16
6 Ilustrasi berat maksimal tanah yang dapat diambil dengan
memperhatikan luas permukaan cangkul dan sudut bilah cangkul 17
7 Grafik hubungan antara panjang pisau cangkul dan berat maksimal
tanah yang dapat diangkat 18
8 Grafik hubungan antara lebar pisau cangkul dengan berat maksimal
tanah yang bisa diangkat 19
9 Grafik hubungan antara sudut pisau dan tangkai cangkul dan berat
maksimal tanah yang dapat diangkat 19
10 Genggaman tangan manusia 21
11 Ilustrasi kegiatan mencangkul 21
12 Ilustrasi mencari panjang tangkai cangkul 22
13 Diagram gaya pada tangan saat mengangkat cangkul kosong 24
14 Diagram gaya pada tangan saat mengangkat cangkul berisi tanah 25
15 Diagram gaya pada tangan saat membuang tanah hasil cangkulan 26
16 Grafik hubungan antara sudut dan keseimbangan momen gaya saat
memasukkan cangkul ke dalam tanah 27
17 Grafik hubungan antara sudut dan momen gaya pada saat
mengangkat cangkul berisi tanah 27
18 Grafik hubungan antara sudut dan momen gaya pada saat membuang
tanah hasil cangkulan 28
19 Pengukuran antropometri pada posisi berdiri dan duduk 42
DAFTAR LAMPIRAN

1 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil, Pati, Jawa


Tengah (nilai rata-rata, simpangan baku, dan persentil) 31
2 Contoh perhitungan secara manual 34
3 Gambar pengukuran antropometri pada posisi berdiri dan duduk 42
4 Gambar teknik cangkul rekomendasi 43
47

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kecamatan Trangkil sebagai daerah tempat lahir penulis merupakan salah


satu kecamatan di kabupaten Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Trangkil
memiliki potensi besar di bidang pertanian khususnya tanaman pangan dan
hortikultura. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Pati 2013, kecamatan
Trangkil terdiri dari 16 desa yang memiliki lahan sawah seluas 1035 ha dan lahan
kering seluas 3249 ha. Sebagian besar wilayah kecamatan Trangkil merupakan
daerah agraris yang sebagian penduduknya hidup dari pertanian. Sebagian besar
petani di kecamatan tersebut masih menggunakan cangkul sebagai alat pengolah
tanah yang masih bersifat tradisional.
Cangkul merupakan salah satu alat pertanian untuk mengolah tanah yang
digunakan oleh masyarakat Indonesia sampai saat ini. Penggunaan cangkul sangat
luas di bidang pertanian. Pada umumnya cangkul digunakan untuk membalik,
memecah dan meratakan tanah pada petakan lahan yang sempit dimana tidak
memungkinkan dilakukan pembajakan (Kurniadi 1990). Cangkul dapat digunakan
pada lahan kering maupun lahan basah. Penggunaan cangkul pada lahan basah
biasanya dipakai untuk mengolah tanah pada budidaya padi sawah, sedangkan
pada lahan kering digunakan untuk mengolah tanah pada budidaya ketela maupun
tebu, serta membuat guludan pada budidaya semangka dan bawang merah.
Cangkul secara umum terdiri atas empat bagian, yaitu pisau cangkul, tangkai
pacul, bawak, dan mata cangkul yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pisau cangkul
terbuat dari baja sedangkan tangkai cangkul biasanya terbuat dari kayu jati atau
kayu waru.

3
2

Keterangan :
1. Tangkai cangkul
2. Pisau cangkul
2

3. Bawak
4. Mata cangkul

Gambar 1 Bagian-bagian cangkul

Dimensi cangkul di setiap daerah juga beraneka ragam dikarenakan


perbedaan jenis tanah, keadaan topografi dan kebiasaan masyarakat setempat.
Menurut Kurniadi (1990), tersedianya beraneka ragam cangkul di pasaran yang
penggunaannya berhubungan dengan gerakan tangan serta dalam sikap-sikap
tubuh, cara-cara kerja, bentuk, dan berat bilah serta tangkai yang secara
ergonomis dapat diperbaiki untuk meningkatkan produktivitas kerja, kesehatan,
keselamatan, dan kenyamanan dalam bekerja.
Penggunaan cangkul di kalangan petani lokal di Indonesia sangat banyak
dan meluas, akan tetapi penelitian dari segi ergonomikanya masih belum banyak
dilakukan terutama dalam hal antropometri. Hal ini dapat dilihat dari penelitian
terdahulu tentang cangkul seperti yang dilakukan oleh Rahmawan (2011) yang
bertujuan untuk mengetahui antropometri petani pria di kecamatan Dramaga,
menganalisa serta mendesain tangkai cangkul dengan data yang telah diperoleh
dari lapangan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa desain tangkai cangkul
optimal yang direkomendasikan untuk wilayah Dramaga adalah panjang tangkai
cangkul 106.80 cm (persentil ke-50), diameter genggaman tangkai cangkul bagian
tengah yaitu 3.94 cm (persentil ke-5), diameter genggaman tangkai cangkul
bagian ujung (grip) sebesar 3.54 cm (persentil ke-5) serta panjang gagang
genggaman tangan bagian ujung (grip) sebesar 10.59 cm. Widanarti et al. (2013)
juga melakukan penelitian di Merauke yang bertujuan mencari sebuah persamaan
untuk menentukan panjang tangkai cangkul dengan pendekatan ergonomika
sehingga membuat petani wanita merasa nyaman menggunakan cangkul. Hasil
dari penelitian tersebut menyatakan bahwa mencangkul dengan membungkuk
dalam waktu yang lama akan menurunkan daya tahan tubuh pengguna. Oleh
karena itu, solusi yang digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah
menggunakan nomor Fibonacci, yaitu formula yang dikembangkan untuk
menentukan panjang ergonomis tangkai cangkul. Berbeda lagi dengan Vanderwal
et al. (2011) yang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi
penggunaan cangkul bergagang pendek dan cangkul bergagang panjang pada
persiapan lahan yang digunakan untuk mengolah sayuran di Afrika. Metode yang
digunakan dengan melakukan pengukuran dimensi cangkul dan denyut jantung
manusia serta melakukan wawancara pada responden. Hasil dari penelitian
tersebut meyatakan bahwa cangkul bergagang panjang lebih baik dalam uji coba
pada penelitian ini akan tetapi responden lebih menyukai cangkul bergagang
pendek. Oleh karena itu responden harus mengetahui manfaat cangkul bergagang
panjang dari segi ergonomikanya.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang cangkul, penulis tertarik
untuk melanjutkan penelitian tersebut dan bermaksud untuk mengangkat topik
tentang ergonomika yaitu melakukan studi antropometri petani pria pengguna
cangkul dengan mendesain ulang cangkul baik tangkai maupun bilah cangkul
yang ada di pasaran (kecamatan Trangkil). Hal ini dikarenakan banyaknya
keluhan dari petani yang merasa kelelahan saat mencangkul dalam jangka waktu
yang lama.
3

Hal-hal yang dibutuhkan dalam mendesain ulang cangkul adalah


mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada penggunaan cangkul yaitu
menentukan posisi tubuh yang paling baik saat penggunaan cangkul, mengetahui
bagian-bagian tubuh yang berisiko cidera, serta menentukan karakteristik cangkul
yang baik dengan memperhatikan momen serta titik berat pada kegiatan
pencangkulan. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi rekomendasi
desain cangkul yang ergonomis sesuai dengan antropometri petani lokal Indonesia
serta dapat memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan di
Indonesia.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis


data antropometri petani pria, menganalisis momen serta titik berat pada proses
pencangkulan serta membuat rekomendasi desain dimensional cangkul yang
ergonomis.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya untuk


desainer dan produsen peralatan dan mesin pertanian baik alat pertanian modern
maupun alat pertanian tradisional terutama pada cangkul dengan database
antropometri yang telah didapatkan penulis, petani pengguna cangkul terutama di
kecamatan Trangkil, serta pihak-pihak yang membutuhkan data antropometri
lokal petani Indonesia.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data yang
dilakukan di 16 desa di kecamatan Trangkil, kabupaten Pati, Jawa Tengah selama
2 bulan terhitung dari bulan Juli-Agustus 2014 dan analisis data beserta
penyusunan skripsi yang dilaksanakan di Bogor selama 4 bulan terhitung dari
bulan September-Desember 2014.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian adalah sebagai berikut:
antropolometer, goniometer, timbangan berat badan, kursi, kamera digital, laptop
beserta software analisis hasil penelitian, diantaranya spread-sheet, video
converter to jpeg, Statistical Program for Social Science (SPSS) 22, software
Solid Work 2011. Subyek penelitian yaitu petani pengguna cangkul dan obyek
penelitian berupa cangkul yang digunakan oleh petani di kecamatan Trangkil,
kabupaten Pati, Jawa Tengah.
4

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu penelitian pendahuluan,


pengambilan data, dan pengolahan data.
Pelaksanaan Penelitian
Alur pelaksanaan penelitian disajikan pada Gambar 2 berupa diagram alur
penelitian.

Mulai

Tahapan pendahuluan : pemilihan lokasi, pemilihan


subyek dan obyek, metode pengambilan data

Data antropometri statis Pengambilan video Data dimensi cangkul


responden petani pria pencangkulan petani pria responden petani pria

Analisis mean, standar Analisis titik berat dan


deviasi, persentil 5, 50, Analisis gerakan momen pada lengan
dan 95, coefficient of mencangkul saat melakukan
variation kegiatan pencangkulan

Analisis kesesuaian desain

Rekomendasi desain

Selesai

Gambar 2 Diagram alur penelitian

Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan pengambilan subjek di lokasi
penelitian untuk diukur dimensi tubuhnya. Pengambilan subjek dilakukan penulis
secara acak dikarenakan penulis tidak mengetahui penduduk kecamatan Trangkil
5

yang berprofesi sebagai petani, letak tempat tinggal mereka, umur dari petani di
setiap daerah. Pengambilan subjek dilakukan dengan:
1. Mengunjungi petani secara langsung ketika di sawah maupun di ladang tanpa
mengetahui tempat tinggal mereka.
2. Mengunjungi ketua Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani), serta teman penulis yang bertempat tinggal di
daerah tersebut untuk pengambilan data subjek. Hal ini untuk menghindari
penilaian subjektif penulis saat melakukan penelitian.
Menurut Hu (2007), pengambilan subjek penelitian berdasarkan persamaan
yang tersedia pada gabungan ISO 15535 : 2003 “Persyaratan umum dalam
membangun database antropometri” dengan selang kepercayaan 95% untuk
persentil ke-5, ke-50, dan ke-95 yang disajikan pada persamaan 1 dan 2.

(1)
Keterangan :
CV = Coefficient of variation
α = Percentage of Relative Accuracy Desired
n = Ukuran sampel
di mana,
(2)
Keterangan :
CV = Coefficient of variation
= Simpangan baku (standar deviasi)
µ = Nilai rata-rata

Pengukuran data antropometri untuk kabupaten Pati belum pernah


dilakukan sebelumnya, oleh karena itu penulis melakukan pengambilan data di
salah satu kecamatan yang terdapat pada kabupaten tersebut. Penulis hanya
memilih kecamatan Trangkil dalam pengambilan data sebagai sampel pada
penelitian ini.
Parameter berat badan pada penelitian ini dipilih karena setelah dilakukan
perhitungan subjek minimum diambil yang terbesar ada pada parameter tersebut
yaitu 108 subjek, agar data yang diperoleh lebih baik maka dalam penelitian ini
diambil 110 subjek dengan rasio pengambilan sampel yang berbeda pada setiap
daerahnya yang akan disajikan pada Tabel 1. Perhitungan subjek diacu dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hanani (2011) dengan memakai nilai
CV= 17.27, α = 0.05, sehingga diperoleh pengambilan subjek 108. Perhitungan
pengambilan subjek dapat dilihat pada Lampiran 2. Menurut penulis rasio
pengambilan sampel tiap daerah kurang proporsional akan tetapi hal tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan dikarenakan masih dalam satu ras yaitu ras Jawa.
6

Tabel 1 Distribusi jumlah sampel minimal subyek antropometri berdasarkan


distribusi populasi petani di lokasi penelitian

Rasio Subjek
Jumlah Populasi
No Nama desa sampel tiap berdasarkan
penduduk petani
daerah (%) penelitian
1 Kajar 4 257 379 4.55 5
2 Trangkil 11 080 586 5.45 6
3 Pasucen 9 398 427 5.45 6
4 Tegalharjo 5 704 1 301 14.55 16
5 Mojoagung 5 182 955 10.91 12
6 Ketanen 2 152 466 4.55 5
7 Karanglegi 3 544 305 4.55 5
8 Karangwage 2 985 498 6.36 7
9 Krandan 1 049 122 3.64 4
10 Rejoagung 3 352 292 4.55 5
11 Kadilangu 1 964 391 5.45 6
12 Tlutup 2 446 503 6.36 7
13 Guyangan 4 004 405 5.45 6
14 Kertomulyo 2 463 354 4.55 5
15 Sambilawang 2 609 533 6.36 7
16 Asempapan 2 667 576 7.27 8
Jumlah 64 856 8 093 100 110
Sumber : BPS Kecamatan Trangkil 2013

Selain proses penentuan subjek, penentuan objek penelitian juga dilakukan


dengan melakukan survei terlebih dahulu. Cangkul dipilih sebagai objek alat di
sini dikarenakan banyak sekali petani di kecamatan Trangkil yang masih
menggunakan cangkul pada pengolahan tanah baik pengolahan tanah primer
maupun sekunder.

Pengambilan Data
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan pengukuran antropometri
petani meliputi 31 parameter pengukuran posisi berdiri, 14 parameter pengukuran
posisi duduk, 8 parameter pengukuran posisi membungkuk, dan 8 parameter
pengukuran dimensi cangkul. Penulis mengunjungi petani ke rumahnya masing-
masing yang diambil secara acak di 16 desa di kecamatan Trangkil, Pati.
Penentuan subjek-subjek petani yang akan diambil datanya berdasarkan ukuran
subjek petani di masing-masing desa yang telah ditetapkan. Selain itu penulis juga
melakukan pengambilan video pencangkulan. Berikut terdapat beberapa
parameter pengukuran terkait antropometri statis yang akan disajikan pada Tabel
2, antropometri petani saat membungkuk yang akan disajikan pada Tabel 3 dan
pengukuran dimensi cangkul yang akan disajikan pada Tabel 4. Gambar
pengukuran antropometri dapat dilihat pada Lampiran 3.
7

Tabel 2 Parameter pengukuran antropometri statis


(satuan dalam cm kecuali berat badan dalam kg)

Data yang diukur dalam posisi berdiri Data yang diukur dalam posisi duduk
No Keterangan No Keterangan
1 Berat badan 32 Tinggi dudukan
2 Tinggi badan 33 Tinggi pinggul
3 Tinggi mata 34 Tinggi bahu
4 Tinggi bahu 35 Tinggi mata
5 Tinggi siku tangan 36 Tinggi duduk
6 Tinggi pinggang 37 Tebal badan
7 Tinggi pinggul 38 Lebar pantat
8 Tinggi lutut 39 Panjang siku ke ujung jari
Panjang siku ke pergelangan
9 Tinggi mata kaki 40
tangan
10 Tinggi genggaman tangan 41 Tinggi siku tangan
Panjang kedudukan hingga siku
11 Tinggi ujung tangan 42
kaki
Jangkauan tangan ke atas
12 43 Panjang kedudukan hingga lutut
menggenggam
13 Jangkauan tangan ke atas terbuka 44 Panjang pergelangan tangan
Jangkauan tangan ke depan
14 45 Lebar bahu
terbuka
Jangkauan tangan ke depan
15
menggenggam
Jengkal dua tangan ke samping
16
terbuka
Jengkal dua tangan ke samping
17
menggenggam
18 Jengkal dua siku
19 Panjang telapak kaki
20 Lebar telapak kaki
21 Lebar telapak tangan
22 Diameter genggaman tangan
Panjang telapak tangan sampai
23
jari
24 Keliling genggaman tangan
25 Panjang ibu jari
26 Panjang jari telunjuk
27 Panjang jari tengah
28 Panjang jari manis
29 Panjang jari kelingking
30 Panjang jengkal tangan
Panjang siku ke genggaman
31
tangan
8

Tabel 3 Parameter pengukuran antropometri saat posisi membungkuk

No Parameter pengukuran (º)


1 Posisi punggung sudut lurus
2 Posisi punggung serong kiri
3 Posisi punggung serong kanan
4 Posisi tangan nyaman
5 Posisi tangan maksimal
6 Posisi jangkauan tangan kanan maksimal serong
7 Posisi jangkauan tangan kiri maksimal serong
8 Posisi bukaan kaki

Tabel 4 Parameter pengukuran dimensi cangkul

No Parameter pengukuran
1 Panjang pacul (cm)
2 Lebar pacul (cm)
3 Panjang tangkai pacul (cm)
4 Sudut pisau cangkul dan tangkai cangkul (°)
5 Diameter tangkai cangkul (cm)
6 Berat cangkul (kg)
7 Jenis kayu cangkul
8 Tebal cangkul (cm)

Pengolahan Data
Pengolahan data ini meliputi pengolahan data antropometri, pengolahan data
video dan pengolahan data untuk rekomendasi desain.
a. Pengolahan data antropometri
Software yang digunakan pada pengolahan data antropometri adalah spread-
sheet. Berikut data-data yang akan dianalisis serta penjelasan pengolahan data
baik secara manual maupun menggunakan formula di salah satu spread-sheet,
yaitu Microsoft Excel 2010 dan SPSS statistik 22.
1. Rata-rata (Mean)
Mean atau nilai rata-rata dapat diperoleh dengan persamaan 3:
∑ (3)
Keterangan :
mean = Rata-rata
n = Jumlah data
xi = Data ke-i
Fomula di dalam Microsoft Excel 2010 adalah AVERAGE

2. Simpangan baku atau standar deviasi


Simpangan baku dapat diperoleh dari persamaan 4:


√ (4)
9

Keterangan :
S = Simpangan baku
n = Jumlah data
xi = Data ke-i
m = Nilai rata-rata
Formula dalam Microsoft Office Excel 2010 adalah STDEV

3. Persentil ke-5, ke-50, ke-95


Persentil dapat diperoleh dengan persamaan 5:

(5)

Keterangan :
Pn = Persentil yang dicari S = Simpangan baku
m = Nilai rata-rata z = Z-score
Formula dalam Microsoft Excel 2010 adalah PERCENTILE

4. CV (Coefficient of Variation)
CV adalah gambaran tentang seberapa jauh keragaman yang didapat dalam
suatu populasi dalam suatu percobaan. Sedangkan nilai CV itu sendiri dapat
diperoleh dengan rumus pada persamaan 6 :

(6)

Keterangan :
CV = Koefisien keragaman (dalam %)
s = Simpangan baku
m = Nilai rata-rata

5. Koefisien korelasi
Menurut Walpole (1992), koefisien korelasi adalah hubungan linier antara
dua peubah X dan Y diduga dengan koefisien korelasi contoh r yang
disajikan pada persamaan 7, yaitu :

∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
(7)

Keterangan :
n = Jumlah data
Xi = Nilai peubah Xi
Yi = Nilai peubah Yi

Menurut Reksoatmodjo (2009), koefisien korelasi adalah sebuah bilangan


yang menunujukkan tingkat kedekatan hubungan antara dua variabel dan
menggambarkan sejauh mana variansi pada suatu variabel berdampak atas
variansi variabel yang lain. Jika dihubungkan hanya berarti dua peubah yang
terhubung artinya bahwa salah satu dari dua peubah adalah penyebab dari
peubah lain. Korelasi memberi tahu bahwa jika suatu peubah berubah, maka
10

peubah lain tampak berubah dengan suatu teknik peramalan. Koefisien korelasi
dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1.
Jika variabel-variabel keduanya memiliki hubungan linier sempurna, koefisien
korelasi itu akan bernilai 1 atau -1. Berikut adalah hubungan variabel menurut
koefisien korelasi :
1. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r=0), berarti hubungan
kedua variabel yang diuji tidak ada
2. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r= +1), artinya kenaikan variabel
yang satu diikuti variabel yang lain dan kedua variabel memiliki hubungan
positif
3. Koefisien korelasi yang bernilai negatif (r = -1), artinya kedua variabel
negatif dan menunjukkan meningkatnya variabel yang satu diikuti
menurunnya variabel yang lain.
Suatu koefisien korelasi yang nilainya lebih besar (mendekati 1)
menunjukkan hubungan yang lebih kuat sedangkan korelasi yang nilainya lebih
kecil (mendekati 0.00) menunjukkan hubungan yang lebih lemah. Nilai
koefisien korelasi sebesar 0.00 berarti tidak ada hubungan sedangkan nilai
koefisien korelasi 1 berarti hubungan erat atau sempurna.
b. Pengolahan data video pencangkulan
Data video proses pencangkulan diperoleh dari rekaman video di sawah saat
petani pengguna cangkul mengolah lahan. Video proses pencangkulan yang
digunakan dibatasi menjadi 3 kondisi yaitu pada saat petani mengangkat
cangkul dalam keadaan kosong, pada saat petani mengangkat cangkul dalam
keadaan terisi tanah pada permukaan cangkul, dan pada saat petani membuang
tanah yang menjadi beban cangkul tersebut. Hasil video rekaman yang telah
dipilih akan dilakukan konversi dari format video menjadi format foto (.jpeg)
kemudian hasil pengukuran penulis yang dilakukan secara statis terkait posisi
sudut petani dimasukkan ke dalam gambar.
c. Pengolahan data analisis dimensi cangkul untuk rekomendasi desain
Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam menganalisis desain
cangkul, antara lain:
a. Mengambil data antropometri petani pria sebanyak 110 sampel dan data
dimensi cangkul yang digunakan oleh petani pria di kecamatan Trangkil,
Pati, Jawa Tengah.
b. Menentukan data antropometri apa saja yang terkait dengan desain cangkul.
c. Menghitung nilai rata-rata, standar deviasi, koefisien korelasi, persentil ke-5,
persentil ke-50, serta persentil ke-95 dari data antropometri yang telah
diambil.
d. Menganalisis desain cangkul berdasarkan nilai momen dan titik berat.
e. Menganalisa apakah desain cangkul yang digunakan petani sesuai dengan
data antropometri atau tidak.
f. Mendesain cangkul baru yang sesuai dengan data antropometri petani pria di
kecamatan Trangkil, Pati, Jawa Tengah.

Analisis Kesesuaian Desain


Analisis kesesuaian dimensi cangkul dengan subjek penelitian diketahui
dengan melakukan pengukuran terhadap petani pengguna cangkul, dimensi
cangkul yang digunakan serta wawancara dengan petani secara langsung pada saat
11

melakukan pengukuran. Analisis kesesuaian desain ini penting dilakukan untuk


mendapatkan cangkul yang sesuai dengan antropometri tubuh petani sehingga
aman dan nyaman pada saat digunakan. Pada penelitian ini, penulis juga
mengamati dua model cangkul yang digunakan petani di kecamatan Trangkil
yaitu model cangkul dengan pisau model kotak dan pisau model bulat. Penulis
melakukan analisis titik berat pada cangkul dan analisis momen pada kegiatan
pencangkulan sehingga didapatkan cangkul yang ergonomis bagi petani di
kecamatan Trangkil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Antropometri Petani Pria Pengguna Cangkul di Kecamatan Trangkil

Menurut Sanders dan Mc Cormick (1987), Pheasant (1988), dan Pulat


(1992), antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik
tubuh lainnya yang relevan dengan desain yang dipakai orang pada umumnya.
Tujuan utama pengukuran antropometri pada penelitian ini dipakai untuk
mendesain cangkul yang ergonomis di kecamatan Trangkil, Pati. Produk dapat
dikatakan berhasil ketika seseorang dapat menggunakannya dengan baik. Hal ini
sesuai dengan prinsip ergonomi yang disesuaikan dengan manusia (Kroemer dan
Grandjean 1997 yang diacu dalam Chuan 2010).
Hasil pengolahan data antropometri akan disajikan dalam Lampiran 1.
Masing-masing pengukuran antropometri petani akan dicari nilai rata-rata,
simpangan baku, sebaran persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 serta
coefficient of variation untuk digunakan dalam analisis kesesuaian desain.
Menurut Walpole (1992), persentil adalah nilai-nilai yang membagi segugus
pengamatan menjadi 100 bagian yang sama. Nilai-nilai itu dilambangkan dengan
P1-P99. Nilai persentil yang digunakan dalam perencanaan desain cangkul yang
ergonomis adalah persentil 5 yang mewakili penggguna cangkul yang dimensi
tubuhnya kecil, persentil 50 yang mewakili pengguna cangkul dengan dimensi
tubuh rata-rata serta persentil ke-95 yang mewakili pengguna cangkul yang
dimensi tubuhnya besar. Nilai persentil ke-50 digunakan penulis untuk
merencanakan desain cangkul dikarenakan dapat mewakili pengguna cangkul
sesuai rataan (tidak memperhatikan dimensi tubuh yang besar dan kecil).
Simpangan baku biasanya digunakan untuk melihat penyimpangan nilai
yang terdapat dalam suatu kumpulan data. Apabila simpangan baku nilainya lebih
besar berarti dimensi tubuh petani lebih bervariasi dan kurang seragam.
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa nilai simpangan baku terbesar
(SD > 10%) terdapat pada pengukuran antropometri tinggi bahu baik pada posisi
berdiri maupun posisi duduk. Hal ini membuktikan bahwa tinggi bahu petani lebih
bervariasi dibandingkan pengukuran dimensi tubuh lainnya. Berdasarkan hasil
perhitungan CV, dapat dilihat bahwa nilai CV terbesar (CV> 10%) terdapat pada
pengukuran antropometri posisi berdiri, antara lain berat badan, tinggi lutut,
panjang ibu jari, panjang jengkal tangan, serta pada posisi duduk, antara lain
tinggi dudukan, tinggi lutut, tinggi pinggul, tinggi bahu, tebal badan, lebar pantat,
12

panjang siku ke pergelangan tangan, panjang kedudukan hingga lutut, panjang


kedudukan hingga siku kaki.

Analisis Korelasi Antarparameter

Koefisien korelasi menunjukkan seberapa dekat hubungan suatu variabel


dengan variabel lain. Koefisien korelasi antarparameter dalam pengukuran ini
diperoleh dari pengolahan data antropometri di SPSS 22. Nilai koefisien korelasi
-1.00 s/d 1.00. Apabila diperoleh data koefisien korelasi yang nilainya lebih besar
dari koefisien korelasi antarparameter lain berarti korelasi antarparameter tersebut
memiliki hubungan yang lebih erat dari korelasi antar parameter lain.
Berdasarkan hasil analisis data pada 45 parameter pengukuran pada saat
posisi berdiri dan posisi duduk terdapat 8 parameter pengukuran yang mempunyai
korelasi sangat tinggi atau dapat diandalkan (nilai koefisien korelasi 0.9≤r≤1.0),
yaitu parameter saat posisi berdiri antara lain parameter tinggi badan dengan
tinggi mata, parameter tinggi pinggang dan tinggi pinggul, parameter jangkauan
tangan ke atas terbuka dengan jangkauan tangan ke atas menggenggam, serta
parameter tinggi bahu dan tinggi mata saat posisi duduk).

Tabel 5 Nilai koefisien korelasi Pearson yang dapat diandalkan 0.9 ≤ r ≤ 1.0

Tinggi Tinggi Jangkauan tangan Tinggi


Parameter pengukuran
badan pinggang ke atas terbuka bahu
Tinggi mata 0.900** 0.651** 0.815** 0.846**
Tinggi pinggul 0.459** 0.901** 0.467** 0.758**
Jangkauan tangan ke atas
0.856** 0.586** 0.951** 0.803**
menggenggam
Tinggi mata saat posisi
0.205* 0.286** 0.16 0.913**
duduk
*Signifikansi pada alfa 0.05 **Signifikansi pada alfa 0.01

Hasil analisis korelasi yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa


nilai koefisisen korelasi antarparameter antropometri diatas memiliki keeratan
hubungan antarparameter, antara lain :
1. Parameter tinggi badan berkorelasi sangat kuat dengan parameter tinggi mata
dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
keseragaman panjang wajah responden pengguna cangkul.
2. Parameter tinggi pinggang berkorelasi sangat kuat dengan parameter tinggi
pinggul dengan tingkat kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan bahwa bagian
atas tubuh dan bagian bawah tubuh memiliki rasio keseragaman.
3. Parameter jangkauan tangan ke atas terbuka berkorelasi sangat kuat dengan
jangkauan tangan ke atas menggenggam dengan tingkat kepercayaan 99%. Hal
ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki rasio yang seragam.
4. Parameter tinggi bahu berkorelasi sangat kuat dengan tinggi mata saat posisi
duduk dengan tingkat kepercayaan 99%. Hal ini dikarenakan adanya
keseragaman antara ukuran panjang wajah dengan panjang leher.
13

Analisis Gerakan Mencangkul

Kegiatan mencangkul yang dilakukan di kecamatan Trangkil sebagian besar


dilakukan di lahan sawah. Gerakan-gerakan mencangkul di 16 daerah memiliki
karakteristik yang hampir sama yang terdiri dari kegiatan mengangkat cangkul
dalam kondisi kosong, memasukkan cangkul ke dalam tanah sehingga dapat
mengambil tanah sesuai kemampuan petani tersebut, serta membuang tanah hasil
cangkulan tersebut.
Gerakan mencangkul yang dilakukan subjek umumnya belum
memperlihatkan kenyamanan dalam bekerja. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan penulis, sebagian besar petani pria melakukan kegiatan pencangkulan di
sawah pada pagi hari dimulai pada pukul 05.30-12.00 WIB tergantung luasan
lahan yang digarap petani pada waktu itu. Umumnya lahan dengan luas 160
membutuhkan 2 petani pria untuk mengolah lahan. Proses wawancara
dilakukan di rumah petani dan di sawah berdasarkan persepsi subjektif dari
masing-masing petani. Petani tersebut mengaku sering mengalami nyeri otot di
daerah lengan, bahu, pinggang, dan punggung apabila mencangkul dalam waktu
yang lama (4-5 jam). Sebagian besar dari petani tersebut mencangkul selama satu
jam kemudian istirahat selama 10 menit baru melakukan kegiatan mencangkul
kembali. Keluhan yang ditanyakan kepada petani terdiri dari 6 pertanyaaan, yaitu
keluhan pada daerah leher, punggung, bahu, pinggang, betis atau kaki, dan tangan
atau lengan. Petani diperbolehkan untuk menjawab lebih dari satu keluhan.
Berdasarkan hasil pengolahan data keluhan petani pria pada segmen tubuh
tertentu di kecamatan Trangkil didapatkan grafik seperti disajikan pada Gambar 3.
Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa seluruh petani menjadi subjek pada
penelitian ini mengeluhkan sakit didaerah lengan dan yang kedua di daerah
punggung sebesar 99.09% dari populasi petani dan pinggang sebesar 90.91% dari
populasi petani di daerah tersebut.

120 99.09 100.00


90.91
Prosentase (%)

100 81.82 77.27


80
60
40 17.27
20
Keluhan Petani Pria
0

Parameter

Gambar 3 Grafik keluhan petani pengguna cangkul


Selama melakukan gerakan pencangkulan, pengguna cangkul harus
menghindari gerakan berulang-ulang (repetitive) dalam waktu yang lama.
Menurut Openshaw (2006) terdapat empat zona yang dihadapi manusia ketika
duduk dan berdiri (Gambar 4), yaitu : Zona 0 (zona hijau/ green zone), yaitu
merupakan zona yang dianjurkan untuk melakukan sebagian besar gerakan. Pada
14

zona ini terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. Zona 1 (zona kuning/
yellow zone), yaitu merupakan zona yang dianjurkan untuk melakukan sebagian
besar gerakan. Pada zona ini terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. Zona
2 (zona merah/ red zone), yaitu zona dimana terdapat banyak posisi tubuh yang
ekstrim. Pada zona ini terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi. Zona 3
(melewati zona merah), yaitu zona dimana terdapat sangat banyak posisi tubuh
yang ekstrim, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika
mengangkat beban berat atau kegiatan yang dilakukan berulang-ulang.
Zona-zona tersebut merupakan zona dimana anggota tubuh dapat bergerak
secara bebas. Pada zona 0 dan 1 terdapat pergerakan sendi yang kecil, sedangkan
zona 2 dan 3 menunjukkan posisi yang ekstrim. Zona 0 dan 1 merupakan zona
dimana pergerakan banyak terjadi, sedangkan zona 2 dan 3 seharusnya dihindari
khususnya untuk pekerjaan barat dan berulang. Gerakan dalam zona 2 dan 3 akan
menempatkan ketegangan otot dan tendon yang berlebih sehingga menyebabkan
gangguan pada muskoskeletal. Tabel 6 dan Gambar 4 menunjukkan selang dari
zona gerakan (º) berdasarkan Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam
Openshaw (2006).

Tabel 6 Selang gerakan berdasarkan zona gerakan


Selang dari zona gerakan (dalam °)
Gerakan
Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3
Fleksi (Flexion) 0 – 10 11 – 25 26 – 50 51+
Pergelangan Ekstensi (Extension) 0–9 10 – 23 24 – 45 46+
tangan Deviasi Radial (Radial Deviation) 0–3 4–7 8 – 14 15+
Deviasi Ulnar (Ulnar Deviation) 0–5 6 – 12 13 – 24 25+
Fleksi (Flexion) 0 – 19 20 – 47 48 – 94 95+
Ekstensi (Extension) 0–6 7 – 15 16 – 31 32+
Bahu
Aduksi (Adduction) 0–5 6 – 12 13 – 24 25+
Abduksi (Abduction) 0 – 13 14 – 34 35 – 67 68+
Fleksi (Flexion) 0 – 10 11 – 25 26 – 45 46+
Ekstensi (Extension) 0–5 6 – 10 11 – 20 21+
Punggung Berputar (Rotation) 0 – 10 11 – 25 26 – 45 46+
Membengkok ke samping (Lateral
0–5 6 – 10 11 – 20 21+
bend)
Fleksi (Flexion) 0–9 10 – 22 23 – 45 46+
Ekstensi (Extension) 0–6 7 – 15 16 – 30 31+
Leher Berputar (Rotation) 0–8 9 – 20 21 – 40 41+
Membengkok ke samping (Lateral
0–5 6 – 12 13 – 24 25+
bend)
Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006)
15

Gambar 4 Selang alami gerakan pada tubuh manusia


Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006)
16

63º

60º

Gambar 5 Proses kegiatan pencangkulan


Gambar 5 memperlihatkan bahwa pada saat memasukkan cangkul ke dalam
tanah untuk memotong tanah, mengangkat tanah, dan membuang tanah hasil
cangkulan. Rata-rata posisi punggung pada saat lurus berada pada sudut 70.04º
dan berdasarkan pengamatan (Tabel 6) itu masuk ke dalam zona 3 (posisi ekstrim)
sebaiknya dihindari karena memungkinkan terjadinya cidera jika dilakukan secara
berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang lama. Begitu juga dengan rat-rata
posisi punggung pada saat serong kiri dan serong kanan yang masuk pada zona 3
yaitu zona ekstrim dalam SAG. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa
gerakan seluruh subjek belum menunjukkan gerakan yang aman. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa gerakan mereka sebagian besar masuk ke dalam zona 3 yang
termasuk dalam kategori ekstrim dan mengakibatkan cidera apabila dilakukan
dalam waktu yang lama.

Pengaruh Perbedaan Berat Cangkul

Menurut Kurniadi (1990), cangkul merupakan salah satu alat pengolah tanah
tradisional yang murah dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Cangkul juga termasuk alat pertanian yang mudah dalam penggunaannya bagi
semua kalangan baik remaja maupun lanjut usia. Penggunaan cangkul sangat luas
17

baik di bidang pertanian maupun bidang lainnya. Oleh karena itu cangkul masih
menjadi perhatian petani sampai saat ini.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, ukuran dan berat cangkul di
kecamatan Trangkil sangat beraneka ragam dikarenakan keadaan lahan serta mata
pencaharian penduduk di kecamatan tersebut yang beraneka ragam pula. Misalnya
cangkul orang daerah pesisir umumnya mempunyai ukuran tangkai cangkul lebih
pendek daripada cangkul orang daerah pegunungan, akan tetapi pada dasarnya
fungsi cangkul itu sama yaitu untuk mengolah tanah. Menurut Suma’mur (1987)
dalam Kurniadi (1990) menyatakan bila dilihat dari fungsinya, cangkul dapat
melipatgandakan kemampuan daya tahan tangan manusia sebagai sumber tenaga
dalam memecah, menarik, mengaduk, dan mengangkat tanah atau barang lain
yang sedang dikerjakan. Pelipatgandaan ini mungkin puluhan atau lebih dari
seratus kali hasil kerja tangan manusia dan tergantung dari sifat tanah serta faktor
bentuk, berat serta ukuran cangkul.
Beraneka ragamnya cangkul di daerah menyebabkan perbedaan dalam
gerakan tangan serta cara kerja penggunanya yang akan berdampak pada
produktivitas kerja, keselamatan serta kenyamanan dalam bekerja. Bentuk
cangkul yang digunakan masyarakat pada umumnya bervariasi baik berat maupun
dimensinya.
Berat maksimal hasil cangkulan petani pengguna cangkul dapat dihitung
dengan pendekatan dibawah ini :

c α1
α2
b
a

Keterangan :
k = Panjang tangkai cangkul (cm)
a = Panjang pisau cangkul (cm)
b = Kedalaman pencangkulan ( asumsi 10-20 cm)
c = Permukaan tanah
α = Sudut kemiringan antara tangkai cangkul dan pisau cangkul (º)
α1 = Sudut antara tangkai cangkul dan permukaan tanah (º)
α2 = Sudut antara permukaan tanah dan pisau cangkul (º)

Gambar 6 Ilustrasi berat maksimal tanah yang dapat diambil dengan


memperhatikan luas permukaan cangkul dan sudut bilah cangkul
18

Berat maksimal tanah yang dapat diangkut oleh cangkul seperti ditunjukkan
ilustrasi pada Gambar 6 dapat dihitung dengan pendekatan persamaan 8 dibawah
ini :
m=ρxV (8)
Untuk mendapatkan besarnya sudut α2 dapat dicari dengan persamaan
trigonometri seperti ditunjukkan dengan persamaan 9 :
Arc sin (9)
Massa tanah didapat dari massa jenis tanah dibagi dengan volume. Massa
jenis tanah yang digunakan pada penelitian ini menggunakan 2700 kg/m3. Volume
tanah dapat dicari dari persamaan 10 :

Volume = Luas alas x tinggi (lebar pisau cangkul)


Luas alas = ½ × (P sin α2) × (P cos α2) (10)

Berdasarkan analisis data dimensi cangkul yang diambil dari 110 responden
diperoleh bahwa berat hasil cangkulan dipengaruhi oleh panjang dan lebar pisau
cangkul. Semakin panjang dan lebar pisau cangkul maka semakin banyak tanah
yang bisa diambil, semakin dalam pisau cangkul masuk dalam tanah maka
semakin banyak tanah yang terambil, dan semakin besar sudut antara permukaan
tanah dengan pisau cangkul maka semakin banyak tanah yang dapat diangkat oleh
petani. Hasil analisis ini dapat dilihat pada grafik yang disajikan pada Gambar 7, 8
dan 9.

14000
Berat maksimal tanah yang diangkat (g)

12000

10000

8000

6000 Panjang cangkul

4000

2000

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Panjang pisau cangkul (cm)

Gambar 7 Grafik hubungan antara panjang pisau cangkul dan berat


maksimal tanah yang dapat diangkat
19

14000

Berat maksimal tanah yang dapat diambil (g)


12000

10000

8000

6000 Lebar pisau cangkul

4000

2000

0
0 5 10 15 20 25
Lebar pisau cangkul (cm)

Gambar 8 Grafik hubungan antara lebar pisau cangkul dengan berat


maksimal tanah yang bisa diangkat

14000

12000
Berat maksimal tanah yang diangkat (g)

10000

8000

6000 sudut antara pisau cangkul


dengan tangkai cangkul

4000

2000

0
0 20 40 60 80
Sudut antara pisau cangkul dan tangkai cangkul (º)

Gambar 9 Grafik hubungan antara sudut pisau dan tangkai cangkul dan
berat maksimal tanah yang dapat diangkat
20

Analisis Diameter Tangkai Cangkul

Menurut Pheasant (2003), ahli anatomi telah membuat sejumlah upaya


untuk mengklasifikasikan secara bebas jenis-jenis gerakan yang mampu dilakukan
oleh tangan manusia. Tangan manusia memiliki kemampuan untuk melakukan
berbagai aktivitas mulai dari aktivitas yang membutuhkan kontrol penuh maupun
yang membutuhkan tenaga besar. Secara garis besar ada 3 tipe kebutuhan
penggunaan tangan yaitu ketepatan, perpindahan, dan kekuatan.
Penentuan diameter tangkai cangkul dapat dilihat dari parameter diameter
genggaman tangan, keliling genggaman tangan, dan lebar telapak tangan.
Diameter tangkai cangkul sebaiknya menggunakan persentil ke-5 supaya rata-rata
dan sebagian besar dari populasi dapat menggenggam tangkai cangkul tersebut.
Hasil analisis antropometri yang terkait dengan diameter tangkai cangkul dapat
dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Parameter pengukuran yang terkait dengan desain tangkai cangkul

Parameter pengukuran (cm) Persentil 5 Persentil 50 Persentil 95


Diameter genggaman tangan 5.0 5.3 6
Lebar telapak tangan 5 jari 10.0 10.5 12
Keliling genggaman tangan 14.0 16.3 17.5

Pada saat menggenggam tangkai cangkul biasanya petani melakukannya


pada dua bagian yaitu bagian ujung tangkai cangkul dan bagian tengah tangkai
cangkul. Menurut Napier (1956) yang diacu dalam Pheasant (2003), gerakan
menggenggam dibagi menjadi dua kategori utama:
1. Genggaman kekuatan (power grip), dimana jari-jari (dan kadang-kadang ibu
jari) digunakan untuk menjepit objek berlawanan dengan telapak tangan
(Gambar 10).
2. Genggaman keakuratan (precision grip), dimana objek digerakkan atau
dimainkan diantara ujung-ujung (alas/bantalan/sisi-sisinya) dan jari-jari dan ibu
jari.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis mengamati genggaman petani saat
melakukan kegiatan pencangkulan termasuk tipe power grip dimana jari-jari
(kadang-kadang ibu jari) digunakan untuk menjepit objek berlawanan dengan
telapak tangan. Hal ini dikarenakan gerakan mencangkul yang dilakukan oleh
petani itu membutuhkan kekuatan untuk menggenggam kuat tangkai cangkul
dalam menekan pisau cangkul supaya masuk ke dalam tanah untuk memotong
tanah yang sedang diolah. Berdasarkan pengamatan penulis, pada saat petani
menggenggam tangkai cangkul bagian tengah yaitu genggaman antara ibu jari dan
jari tengah, posisi ibu jari tidak berada tepat pada jari tengah melainkan terjadi
overlap sebesar 1 ruas jari (Gambar 10). Jika diasumsikan overlap 1 ruas jari
bernilai 2 cm, maka data diameter genggaman tangan tersebut adalah 3 cm
(persentil ke 5), 3.3 cm (persentil ke-50), dan 4 cm (persentil ke-95). Penulis
menggunakan persentil ke-5 yaitu 3 cm untuk rekomendasi desain diameter
tangkai cangkul.
21

Sumber : Pheasant (2003)

Gambar 10 Genggaman tangan manusia

Analisis Panjang Tangkai Cangkul

Analisis panjang tangkai cangkul penting untuk dilakukan supaya


mendapatkan cangkul yang sesuai dengan antropometri tubuh petani sehingga
petani tersebut dapat mencangkul dengan aman dan nyaman. Pada umumnya
petani di kecamatan Trangkil hanya membeli pisau cangkulnya saja, sedangkan
untuk panjang tangkai serta diameter tangkai cangkul disesuaikan dengan
memperhatikan kenyamanan masing-masing pengguna. Hal inilah yang membuat
penulis melakukan studi kasus mengenai desain cangkul yang ergonomis untuk
petani tanpa harus memisahkan antara pisau cangkul dan tangkai cangkul.
Setelah mendapatkan data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil
dan mengetahui beberapa gerakan petani berdasarkan SAG ternyata masuk pada
zona 3 (zona ekstrim) maka diperlukannya perbaikan desain tangkai cangkul yang
sesuai untuk petani di kecamatan Trangkil. Ilustrasi kegiatan orang mencangkul
dapat ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11 Ilustrasi kegiatan mencangkul


Berdasarkan Rahmawan (2011) menyatakan bahwa panjang tangkai cangkul
merupakan panjang dari perpanjangan dari titik B menuju titik A hingga ke bawah
tanah dikurangi panjang BA. Untuk mendapatkan nilai panjang cangkul dapat
diperoleh dari trigonometri sudut ABC dan telah diketahui besar sudutnya yaitu
70.04º namun belum diketahui panjang dari titik B menuju titik C ke bawah tanah,
22

untuk itu diperlukan tinggi titik B. Tinggi titik B bisa didapatkan dari tinggi titik
D dikurangi panjang DB. Secara umum dapat dirumuskan pada persamaan 11 dan
12 sebagai berikut :

(11)

(12)

Tinggi titik D ditentukan dari trigonometri sudut DEF, maka didapatkan rumus
seperti pada Gambar 12 dan persamaan 13 dibawah ini :

Gambar 12 Ilustrasi mencari panjang tangkai cangkul

(13)

Berdasarkan hasil analisis terdapat beberapa parameter yang terkait dengan desain
tangkai cangkul beserta perhitungannya, antara lain seperti ditunjukkan pada
Tabel 8.
23

Tabel 8 Parameter yang terkait desain tangkai cangkul

Persentil ke-
No Parameter pengukuran (cm)
5 50 95
Sudut membungkuk rata-
1. rata petani dengan pinggang
sebagai porosnya (70.04º)
Sudut membengkok lengan
2.
bawah terhadap lengan atas 29.00 34.00 48.00
rata-rata petani (º)
Sudut membengkok bahu
3. terhadap lengan rata-rata
(64°)
4. Parameter tinggi lutut 36.00 44.50 52.55
5. Parameter tinggi pinggang 84.00 92.35 100.00
6. Parameter tinggi bahu 121.45 130.00 139.55
7. Parameter tinggi badan 150.00 158.55 170.00
8. Parameter panjang lengan 61.00 69.00 76.27
Parameter panjang lengan 37.00 42.00 46.50
9.
atas
Parameter panjang telapak 16.00 18.00 19.11
10.
tangan (sampai jari)
11. Panjang tangkai cangkul 40.21 53.00 77.50

Berdasarkan Tabel 8, panjang tangkai cangkul yang sesuai dengan


antropometri petani di kecamatan Trangkil adalah 40.21 cm (persentil ke-5), 53.00
cm (persentil ke-50), serta 77.50 cm (persentil ke-95). Panjang tangkai cangkul ini
dihitung dari genggaman tangan ditengah tangkai cangkul sampai tangkai cangkul
bagian bawah dikarenakan rata-rata petani disana memegang tangkai cangkulnya
dari tengah bukan dari ujung tangkai cangkul. Panjang tangkai cangkul dari
tengah ke ujung diasumsikan rata-rata adalah 18.00 cm. Jadi panjang tangkai
cangkul yang direkomendasikan adalah 58.21 cm (persentil ke-5), 71.00 cm
(persentil ke-50), dan 95.50 cm (persentil ke-95). Panjang tangkai cangkul yang
dipakai pada penelitian ini adalah 71.00 cm (persentil ke-50). Hal ini
dimaksudkan supaya subjek baik yang punya lengan pendek ataupun lengan
panjang dapat menggunakan cangkul tersebut. Gambar teknik cangkul
rekomendasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Analisis Momen Pencangkulan

Secara umum biomekanika dapat diartikan ilmu yang menggunakan konsep


fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada bagian tubuh dan gaya pada
manusia yang melakukan aktivitas sehari-hari. Pencangkulan merupakan salah
satu aktivitas petani yang dilakukan secara repetitive (berulang-ulang) pada saat
mengolah tanah, oleh karena itu untuk meminimumkan kelelahan dan risiko
24

terhadap rusaknya tulang dan otot maka dalam penggunaan cangkulnya harus
seergonomis mungkin sehingga dalam mengoperasikan alat tersebut dalam
keadaan yang paling efisien. Setelah melakukan perhitungan diameter dan
panjang tangkai cangkul maka selanjutnya adalah menentukan momen yang
terjadi pada kegiatan pencangkulan. Perhitungan momen ini dimaksudkan untuk
menghindari cidera pada saat mengangkat beban secara berulang-ulang dalam
waktu yang relatif lama. Beberapa elemen kerja yang akan dihitung terdiri dari
kegiatan memasukkan cangkul ke dalam tanah untuk memotong tanah,
mengangkat hasil cangkulan, serta membuang tanah hasil cangkulan tersebut.
Pada kegiatan memasukkan cangkul ke dalam tanah hanya memperhatikan berat
cangkulnya saja (Wo), sedangkan untuk mengangkat cangkul beserta tanah hasil
cangkulan memperhatikan 2 faktor yang mempengaruhi yaitu berat cangkul dan
berat maksimal tanah yang diangkat (We). Berikut adalah diagram gaya pada
tangan saat memasukkan cangkul ke dalam tanah (Gambar 13), mengangkat
cangkul dengan tanah (Gambar 14) serta membuang hasil cangkulan (Gambar 15).

Gambar 13 Diagram gaya pada tangan saat mengangkat cangkul kosong


Persamaan untuk menghitung gaya dan momen yang terjadi pada tangan
saat mengangkat cangkul kosong dapat disajikan pada persamaan 14 :

∑ (14)

Keterangan :
Wo = Gaya berat benda (cangkul kosong) (N)
Fye = Resultan gaya (y) pada tangan (N)
Fxe = Resultan gaya (x) pada tangan (N)
ab = Lengan atas (m)
bc = Lengan bawah (m)
SL = Panjang lengan (m)
25

Gambar 14 Diagram gaya pada tangan saat mengangkat cangkul berisi tanah
Persamaan untuk menghitung gaya dan momen yang terjadi pada tangan saat
mengangkat cangkul berisi tanah dapat disajikan pada persamaan 15 :

∑ (15)

Keterangan :
We = Gaya berat benda (cangkul berisi tanah) (N)
Fye = Resultan gaya (y) pada tangan (N)
Fxe = Resultan gaya (x) pada tangan (N)
ab = Lengan atas (m)
bc = Lengan bawah (m)
SL = Panjang lengan (m)
26

Gambar 15 Diagram gaya pada tangan saat membuang tanah hasil cangkulan
Persamaan untuk menghitung gaya dan momen yang terjadi pada tangan
saat membuang tanah hasil cangkulan dapat disajikan pada persamaan 16 :

∑ (16)

Keterangan :
We = Gaya berat benda (cangkul berisi tanah) (N)
Fye = Resultan gaya (y) pada tangan (N)
Fxe = Resultan gaya (x) pada tangan (N)
ab = Lengan atas (m)
bc = Lengan bawah (m)
SL = Panjang lengan (m)

Berdasarkan hasil perhitungan momen pada 3 fase yaitu pada saat


memasukkan cangkul ke dalam tanah untuk memotong tanah, mengangkat tanah
hasil cangkulan, serta membuang tanah hasil cangkulan diperoleh nilai
keseimbangan momen gaya terbesar terjadi pada saat membuang tanah hasil
cangkulan. Hal ini dikarenakan pada saat membuang tanah hasil cangkulan lengan
tangan petani tersebut membentuk sudut yang lebih besar dibandingkan pada saat
memasukkan cangkul ke dalam tanah dan mengangkat cangkul yang berisi tanah.
Hubungan antara sudut dan momen gaya saat melakukan beberapa elemen kerja
yaitu memukulkan cangkul ke dalam tanah dapat dilihat pada Gambar 16,
mengangkat cangkul beserta tanah dapat dilihat pada Gambar 17, serta membuang
tanah hasil cangkulan dapat dilihat pada Gambar 18. Contoh hasil perhitungan
analisis momen dilakukan secara manual terdapat pada Lampiran 2.
27

15

10

5
Momen gaya (Nm)

Hubungan antara sudut dan


0 momen gaya saat
0 50 100 150 memasukkan cangkul ke
dalam tanah
-5

-10

-15
Sudut (º)

Gambar 16 Grafik hubungan antara sudut dan keseimbangan momen gaya


saat memasukkan cangkul ke dalam tanah

80

60

40
Momen gaya (Nm)

20
hubungan antara sudut dan
0 momen gaya saat
0 50 100 150 200 250 mengangkat cangkul yang
-20 berisi tanah

-40

-60

-80
Sudut (º)

Gambar 17 Grafik hubungan antara sudut dan momen gaya pada saat
mengangkat cangkul berisi tanah
28

100

80

60
Momen gaya (Nm)

40

20
hubungan antara sudut dan
0 momen gaya saat membuang
0 100 200 300 tanah hasil cangkulan
-20

-40

-60

-80
Sudut (º)

Gambar 18 Grafik hubungan antara sudut dan momen gaya pada saat
membuang tanah hasil cangkulan

Analisis Titik Berat (Center of Gravity) pada Cangkul

Berdasarkan bentuk cangkul dari pengamatan yang dilakukan pada 110


cangkul yang ada di kecamatan Trangkil, terdapat dua model pisau cangkul yaitu
cangkul pisau kotak dan cangkul pisau bulat. Berdasarkan data dimensi yang
diperoleh diambil 2 contoh yang terdiri dari 1 cangkul pisau kotak dan cangkul
pisau bulat untuk dianalisis titik berat pada cangkul tersebut. Titik berat benda
disebut juga titik kesetimbangan benda atau titik dimana benda akan seimbang
tanpa ada kecenderungan untuk berputar. Hasil perhitungan analisis titik berat
dilakukan secara manual terdapat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil analisis
titik berat bila dilihat tampak depan diperoleh bahwa cangkul pisau kotak terdapat
pada koordinat (65.5 mm, 419 mm), untuk cangkul pisau bulat terdapat pada
koordinat (63.6 mm, 319.67 mm), sedangkan untuk cangkul rekomendasi terdapat
pada koordinat (98.3 mm, 397.4). Maka letak center of gravity (COG) pada
cangkul pada saat dilihat tampak depan adalah di dalam benda tersebut, akan
tetapi letak COG dari cangkul rekomendasi lebih jauh dari titik dasarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin jauh jarak titik berat benda dari titik dasar maka
semakin besar stabilitas ke arah badan atau benda bergerak dan semakin dekat
jarak titik berat benda dari titik dasar maka semakin kecil stabilitasnya ke arah
badan atau benda bergerak.
29

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Desain tangkai cangkul yang digunakan petani di kecamatan Trangkil belum


sesuai dengan antropometri petani di daerah tersebut. Terdapat 8 parameter
pengukuran yang mempunyai korelasi sangat tinggi atau dapat diandalkan
(nilai koefisien korelasi 0.9≤ r ≤1.0), yaitu parameter saat posisi berdiri antara
lain parameter tinggi badan dengan tinggi mata, parameter tinggi pinggang dan
tinggi pinggul, parameter jangkauan tangan ke atas terbuka dengan jangkauan
tangan ke atas menggenggam, serta parameter tinggi bahu dan tinggi mata saat
posisi duduk. Sedangkan parameter yang terkait desain cangkul adalah tinggi
badan, tinggi pinggang, tinggi lutut, panjang telapak tangan sampai jari,
panjang lengan, lebar telapak tangan, diameter genggaman tangan, dan keliling
genggaman tangan.
2. Sudut pada lengan tangan manusia sangat berpengaruh terhadap momen gaya
yang dihasilkan. Selain itu titik berat benda juga sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan gaya pada saat kegiatan pencangkulan. Semakin jauh jarak titik
berat benda dari titik dasar maka semakin besar stabilitas ke arah badan atau
benda bergerak dan semakin dekat jarak titik berat benda dari titik dasar maka
semakin kecil stabilitasnya ke arah badan atau benda bergerak.
3. Desain optimal cangkul yang direkomendasikan bagi petani di kecamatan
Trangkil adalah panjang pisau cangkul yaitu 28 cm (rata-rata), lebar pisau
cangkul sebesar 18 cm (rata-rata), tebal pisau cangkul yaitu 0.3 cm (rata-rata),
panjang tangkai cangkul 71 cm (persentil 50), diameter tangkai cangkul
sebesar 3 cm (persentil 5).

Saran

1. Studi antropometri di kecamatan atau kabupaten lain sangat dibutuhkan


sehingga dapat terkumpul data antropometri seluruh Indonesia.
2. Studi tentang desain cangkul dapat dilakukan lebih lanjut dengan
memperhitungkan parameter gaya yang terjadi di setiap elemen kerja dan
kebutuhan energi pengguna cangkul, bahan yang cocok dalam pembuatan
cangkul serta pengaruh antara perbedaan model pisau cangkul yang digunakan
sehingga dihasilkan desain cangkul yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
petani.

DAFTAR PUSTAKA

Astamar Z. 1984. Mekanika Teknik. Jakarta (ID): Erlangga.


[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Hasil Sensus Pertanian. Pati (ID):
Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Trangkil dalam Angka. Pati (ID):
Badan Pusat Statistik.
30

Bridger RS. 2003. Introductions to Ergonomics. 2nd Edition. London (US):


Taylor & Francis Inc.
Chuan T, Hartono M, Kumar N. 2010. Anthropometry of the Singaporean and
Indonesian populations. International Journal of Industrial Ergonomics. 40
(2010) :757-766.
Granet I. 1991. Statics and Strenght Materials. New York (US):CBS College
Publishing.
Hanani I. 2011. Studi antropometri petani dan aplikasinya pada penggunaan
knapsack sprayer di kecamatan Wedung kabupaten Demak Jawa Tengah
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Herodian S, Syuaib MF, Saulia L, Yamin M. 2007. Materi Hibah Pengembangan
Course Content Program Hibah Kompetisi Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Bogor (ID) : Bagian Ergonomika dan Elektronika Pertanian IPB
Hu H, Li Z, Yan J, Wang X, Xiao H, Duan J, Zheng L. Anthropometric
measurement of Chinese elderly living in Beijing area. Industrial Ergonomics.
37 (2007): 303-311.
Kurniadi D. 1990. Mempelajari pengaruh berat cangkul yang berbeda terhadap
pengeluaran energi tubuh, kapasitas, dan efisiensi kerja pencangkulan [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Openshaw S, Erin T. 2006. Ergonomics and Design A Reference Guide. [e-book]
Allsteel inc. http://www.allsteeloffice.com/ergo. [22 Des 2015].
Pheasant S. 2003. Bodyspace (Antropometry, Ergonomics and the Design of
Work). Philadelphia (US) : Taylor and Francis Inc.
Pulat M. 1992. Fundamental of Industrial Ergonomics. London (US): Prentice
Hall.
Rahmawan D. 2011. Antropometri petani pria dan aplikasinya pada desain tangkai
cangkul (studi kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Reksoatmodjo TN. 2009. Statistika Teknik. Bandung (ID): Reflika Aditama.
Sanders MS, McCormick EJ. 1992. Human Factors in Engineering and Design.
New York (US) : McGrawHill.
Walpole R. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta (ID) : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Widanarti I et al. 2013. Modifying the size of hoe handle for women farmers of
Marind Anim ethnic by ergonomic approach. International Journal of
Scientific and Technology Research. 2 (2013): 134-141.
Vanderwal L, Rautiainen R, Kuye R, Peek-Asa C, Cook T, Ramirez M, Culp K,
Donham K. 2011. Evaluation of long-and short handled hand hoes for land
preparation, developed in a paticipatory manner among women vegetable
farmers in the Gambia. Applied Ergonomics. 42 (2011): 749-756.
31

Lampiran 1 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil, Pati, Jawa


Tengah (nilai rata-rata, simpangan baku, dan persentil)
Tabel 9 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil pada saat posisi
berdiri

Persentil ke-
Dimensi Tubuh (cm) Mean SD CV(%)
5 50 95
Berat badan (kg) 56.43 9.78 17.32 43.45 55.00 75.00
Tinggi badan 158.96 6.22 3.91 150.00 158.55 170.00
Tinggi mata 147.71 5.61 3.80 138.00 147.40 156.77
Tinggi bahu 128.86 11.17 4.13 121.45 130.00 139.55
Tinggi siku tangan 101.86 5.95 5.84 93.00 101.00 111.00
Tinggi pinggang 92.41 4.87 5.27 84.00 92.35 100.00
Tinggi pinggul 86.48 5.27 6.10 77.00 86.00 93.27
Tinggi genggaman tangan 67.55 4.24 6.28 61.00 67.00 74.00
Tinggi ujung tangan 59.55 4.27 7.18 53.72 59.50 66.32
Tinggi lutut 43.88 5.19 11.84 36.00 44.50 52.55
Jangkauan tangan ke atas
200.46 8.94 4.46 186.72 200.00 215.00
terbuka
Jangkauan tangan ke atas
8.71 4.56 177.00 191.45 205.00
menggenggam 191.26
Jangkauan tangan ke depan
68.45 4.56 6.66 61.00 69.00 76.27
terbuka
Jangkauan tangan ke depan
60.61 3.79 6.26 145.45 162.00 176.00
menggenggam
Jengkal dua tangan ke
162.15 8.78 5.41 134.00 147.00 161.19
samping terbuka
Jengkal dua tangan ke
147.40 8.09 5.49 64.00 73.00 86.55
samping mengenggam
Jengkal dua siku 73.94 7.38 9.98 22.00 23.50 26.00
Panjang telapak kaki 23.87 1.45 6.05 9.50 11.00 12.00
Lebar telapak kaki 10.73 0.84 7.82 10.00 10.50 12.00
Lebar telapak tangan 5 jari 10.70 0.80 7.45 5.20 5.90 6.70
Diameter genggaman tangan 5.90 0.45 7.63 16.00 18.00 19.11
Panjang telapak tangan
17.59 1.05 5.97 14.00 16.30 17.50
sampai jari
Panjang ibu jari 6.48 0.65 10.07 5.50 6.50 7.50
Panjang jari telunjuk 7.20 0.54 7.43 6.50 7.00 8.00
Panjang jari tengah 7.83 0.60 7.67 6.94 7.95 8.80
Panjang jari manis 7.23 0.52 7.18 6.50 7.20 8.05
Panjang jari kelingking 5.73 0.57 9.97 5.00 5.80 6.65
Panjang jengkal tangan 20.28 2.26 11.13 17.00 20.15 23.00
Tinggi mata kaki 7.68 0.72 9.41 7.00 8.00 8.77
Panjang siku ke genggaman
35.21 2.13 6.04 32.00 35.00 39.55
tangan
32

Lampiran 1 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil, Pati, Jawa


Tengah (nilai rata-rata, simpangan baku, dan persentil (lanjutan)
Tabel 10 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil pada saat posisi
duduk

Persentil ke-
Dimensi Tubuh (cm) Mean SD CV(%)
5 50 95
Tinggi dudukan 41.14 4.72 11.48 35.00 41.00 49.77
Tinggi lutut 48.59 5.53 11.39 41.00 48.25 57.10
Tinggi pinggul 54.76 6.06 11.06 45.72 55.00 62.55
Tinggi bahu 93.37 10.20 10.92 82.45 94.00 106.55
Tinggi mata 111.16 7.35 6.61 100.00 112.00 121.00
Tinggi duduk 121.74 7.08 5.82 110.00 122.00 131.77
Tebal badan 19.26 2.74 14.21 15.13 18.65 23.22
Lebar pantat 27.19 4.02 14.77 21.00 27.20 34.00
Lebar bahu 36.17 2.79 7.70 32.00 36.00 40.55
Panjang siku ke ujung
41.09 3.53 8.60 35.00 42.00 47.00
jari
Panjang siku ke
24.56 3.06 12.44 20.00 24.00 28.00
pergelangan tangan
Tinggi siku tangan 59.98 5.67 9.46 52.45 60.00 67.55
Tinggi kedudukan
46.46 6.93 14.91 35.00 47.00 56.00
hingga siku kaki
Panjang kedudukan
54.82 6.24 11.38 45.45 55.00 63.00
hingga lutut
Panjang pergelangan
16.97 0.85 4.99 16.00 17.00 18.20
tangan
33

Lampiran 1 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil, Pati, Jawa


Tengah (Nilai rata-rata, simpangan baku, dan persentil) (lanjutan)
Tabel 11 Data antropometri petani pria di kecamatan Trangkil pada saat
membungkuk (satuan dalam (º))

Persentil ke-
Dimensi Tubuh Mean SD CV(%)
5 50 95
Posisi punggung lurus 70.05 10.69 15.26 52.00 70.00 86.55
Posisi punggung serong
63.59 11.85 18.64 44.8 64.5 80.00
kiri
Posisi punggung serong
64.05 10.64 16.61 47.45 64.5 80.00
kanan
Posisi tangan nyaman 64.75 10.96 16.93 50.00 63.00 85.00
Posisi tangan maksimal 115.36 5.97 5.17 106.00 115.50 127.00
Posisi jangkauan tangan
125.59 6.14 4.88 119.00 124.00 138.00
kanan maksimal serong
Posisi jangkauan tangan
76.97 7.37 9.58 65.45 76 90
kiri maksimal serong
Posisi bukaan kaki 49.99 6.58 13.17 40.90 50.00 63.10

Tabel 12 Data dimensi cangkul 110 petani di kecamatan Trangkil

Parameter pengukuran (cm) Mean SD CV (%)


Panjang pisau cangkul 27.00 0.02000 8.40
Lebar pisau cangkul 18.00 0.02000 9.81
Panjang tangkai cangkul 57.00 0.05000 8.74
Sudut antara pisau cangkul dan tangkai
59.88 2.78000 4.65
cangkul (º)
Diameter tangkai cangkul 5.00 0.01000 23.12
Berat cangkul (kg) 1.97 0.13000 6.44
Tebal cangkul 0.32 0.00038 0.12
34

Lampiran 2 Contoh perhitungan secara manual

 Contoh perhitungan pengambilan sampel penelitian berdasarkan Hu (2007)


Diketahui :
CV = 17.27 (diambil dari penelitian Hanani 2011)
α = 0.05
maka nilai n (sampel) yang diambil adalah

Jadi, pengambilan sampel di kecamatan Trangkil dari jumlah populasi 8093


petani pengguna cangkul adalah 108, akan tetapi penulis bulatkan jadi 110
supaya datanya bagus.

 Contoh perhitungan berat maksimum hasil cangkulan

c α1
α2
b
a

 Contoh perhitungan berat hasil cangkulan berdasarkan kriteria cangkul yang


dipilih

Diketahui :

ρ = 2.7 g/
a = 28 cm
l = 16 cm
b = 15 cm (asumsi)
α = 60º
35

α2 = arc sin = arc sin = arc sin 0.53= 32.3º

α1 = α- α2 = 60º - 32.3º = 27.7º


Untuk mendapatkan massa tanah yang bisa diangkut oleh cangkul adalah :

 Perhitungan panjang tangkai cangkul menggunakan persentil 50.

Tinggi D = tinggi D’ – [D’E – (DE x Cos DEK)]


= 130 – [37- ( 37 x 0.34)]
= 105.58 cm
Tinggi B = Tinggi D – panjang DB
= 105.58 – 26
= 79.58
Panjang tangkai cangkul = ( )

=(

= 53.87 cm
Panjang tangkai cangkul yang direkomendasikan adalah 71 cm
36

 Contoh perhitungan mencari momen gaya pada lengan manusia


a. Saat memasukkan cangkul ke dalam tanah

Diketahui :
Wo = 1.8 kg = 17.658 N
= 31º
= 124º
= 59º
= 65º
ab = 22 cm = 0.22 m
bc = 42 cm = 0.42 m

Jawab :

= 1.8 x 9.81
= 17.658 N

= 0.42 sin 59º


= 0.36 m

= 0.22 sin 65º


= 0.199 m

= 0.36 + 0.199
= 0.559 m

= 17.65 × 0.559
= 9.86 Nm
37

b. Momen gaya saat mengangkat tanah

Diketahui :
We = 7.31 kg = 71.71 N
= 49º
= 90º
= 173º
= 34º
= 56º
ab = 22 cm = 0.22 m
bc = 42 cm = 0.42 m

Jawab :

= 7.31 × 9.81
= 71.71 N

= 0.42 cos 56º


= 0.23 m

= 0.22 sin 49º


= 0.166 m

= 0.23 + 0.166
= 0.396 m

= 71.71 × 0.396
= 28.39 Nm
38

c. Momen keseimbangan gaya saat membuang hasil tanah cangkulan

Diketahui :
We = 7.31 kg = 71.71 N
= 49º
= 56º
= 195º
= 90º
= 41º
ab = 22 cm = 0.22 m
bc = 42 cm = 0.42 m

Jawab :

= 7.31 × 9.81
= 71.71 N

= 0.42 cos 49º


= 0.27 m

= 0.22 sin 56º


= 0.182 m

= 0.27 + 0.182
= 0.452 m

= 71.71 × 0.452
= 32.41 Nm
39

 Contoh perhitungan analisis titik berat

a) Cangkul pisau kotak

640

170

 Diketahui :
Lebar pisau cangkul (x1) = 170 mm
Tebal pisau cangkul (y1) = 3 mm
Panjang tangkai cangkul (y2) = 643 mm
Diameter tangkai cangkul (x2) = 50 mm, (x2 = 110)
Massa pisau cangkul (m1) = 700 gram
Massa tangkai cangkul (m2) = 1300 gram

Penyelesaian:

= 85 mm

= 1.5 mm

= 55 mm

= 321.5 mm

̅
=
= 65.5 mm

= 419 mm
Koordinat cangkul kotak adalah = (65.5 mm, 419 mm)
40

b) Cangkul pisau bulat

570

160
 Diketahui :
Lebar pisau cangkul (x1) = 160 mm
Tebal pisau cangkul (y1) = 3 mm
Panjang tangkai cangkul (y2) = 573 mm
Diameter tangkai cangkul (x2) = 42 mm, (x2) = 101
Massa pisau cangkul (m1) = 800 gram
Massa tangkai cangkul (m2) = 1000 gram

Penyelesaian:

= 80 mm

= 1.5 mm

= 50.5 mm

= 286.5 mm

̅
=
= 63.6 mm

= 319.67 mm
Koordinat cangkul pisau bulat tampak depan adalah = (63.6 mm, 319.67 mm)
41

c) Cangkul rekomendasi

710

180
 Diketahui :
Lebar pisau cangkul (x1) = 180 mm
Tebal pisau cangkul (y1) = 3 mm
Panjang tangkai cangkul (y2) = 713 mm
Diameter tangkai cangkul (x2) = 30 mm, (x2) = 105 mm
Massa pisau cangkul (m1) = 800 gram
Massa tangkai cangkul (m2) = 1000 gram

Penyelesaian:

= 90 mm

= 1.5 mm

= 52.5 mm

= 356.5 mm

̅
=
= 98.3 mm

= 397.4 mm
Koordinat cangkul rekomendasi adalah = (98.3 mm, 397.4 mm)
42

Lampiran 3 Gambar pengukuran antropometri pada posisi berdiri dan duduk

Gambar 19 Pengukuran antropometri pada posisi berdiri dan duduk


Sumber : Karl H.E Kroemer, yang merujuk pada Engineering Physiology. Bases of Human
Factors/Ergonomics, 3rd ed., Van Nodtraud Reinhold, John Wiley & Sons (1997) (telah
dimodifikasi)
47
43

Lampiran 4 Gambar teknik cangkul rekomendasi


43
44 44
45 45
46
46
47

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Juli 1991 di Pati, Jawa Tengah dari
pasangan Bapak Kaseh dan Ibu Istianah. Penulis merupakan anak keempat dari
empat bersaudara. Pada tahun 2010 penulis lulus dari Pondok Pesantren
Raudlatul Ulum Guyangan dan diterima IPB melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan
Daerah) dengan mengikuti tes seleksi PBSB (Penerima Beasiswa Santri
Berprestasi) dari Kementerian Agama RI di Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Teknik
Mesin Budidaya Pertanian dan Ergonomika pada tahun ajaran 2013/2014. Selain
itu penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi diantaranya
HIMATETA IPB sebagai Bendahara II dan Badan Pengawas, Community of
Santri Scholars of Ministry of Religious Affair (CSS MoRA IPB) 2 periode
kepengurusan sebagai staff divisi Sosial dan Lingkungan sejak tahun 2011-2013,
kepanitiaan RAMP IPB 2014, Ikatan Santri Mahasiswa Al-Ihya (ISMA) sebagai
staf sarana dan wahana pondok pesantren Al-Ihya pada tahun 2013/2014, serta
Ikatan Keluarga Mahasiswa Pati (IKMP) IPB sampai sekarang. Penulis juga telah
melakukan kegiatan praktik lapang di PT. Dua Kelinci Pati dengan mengangkat
judul “Mempelajari Aspek Ergonomika Pada Pengolahan Kacang Garing di PT
Dua Kelinci Pati, Jawa Tengah” di bawah bimbingan Bapak Fanny Hadisusanto
dan Ibu Lenny Saulia. Penulis juga pernah dibiayai dalam Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh DIKTI diantaranya adalah PKM-M, PKM-
K, dan PKM-T.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Studi Antropometri Petani Pria dan Aplikasinya pada
Desain Cangkul di Kecamatan Trangkil, Pati, Jawa Tengah” di bawah bimbingan
Dr Ir Sam Herodian,MS.

Anda mungkin juga menyukai