Anda di halaman 1dari 20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
nyata tentang pengaruh pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar IPS kelas
IV SDIT PERSIS 99 Rancabango. Untuk itu diperlukan data-data berupa
skor perolehan hasil belajar IPS setelah penelitian dilakukan.
Sesuai dengan tujuan di atas, maka metode yang digunakan untuk
menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode eksperimen menurut Sugiyono (2012, hlm. 107)
menyatakan bahwa “Metode eksperimen merupakan metode yang menjadi
bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu
dengan adanya kelompok kontrolnya”. Metode eksperimen yang dipilih
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan jenis
ekperimen semu (Quasi-Eksperimen). Menurut Sugiyono (2012, hlm. 114)
“Quasi Eksperimen adalah desain yang digunakan karena pada
kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian”. Dalam penelitian ini, peneliti ikut serta dalam penelitian yaitu
dengan cara mengajar di sekolah.
Sehubungan dengan masalah yang ingin penulis ungkapkan tentang
memperoleh gambaran nyata tentang hasil belajar IPS dengan
menggunakan model pembelajaran make a match, maka dalam penelitian
ini penulis ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
make a match terhadap hasil belajar siswa kelas IV

2. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian dibutuhkan desain penelitian. Desain
penelitian memudahkan kita dalam melakukan penelitian secara sistematik
dan teratur. Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah
Nonequivalent Control Group Design. Menurut Creswell (2015)
menyatakan bahwa dalam rancangan ini, kelas eksperimen dan kelas
kontrol diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random
assignment). Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre- test
and post-test. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sedangkan
kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional. Tes yang diberikan ditujukan untuk
mengetahui hasil belajar IPS siswa pada aspek kognitif. Desain penelitian
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelas Pretest Variabel Terikat Posttest

(E) Eksperimen 1 Y1 X1 Y2

(K) Kontrol 1 Y1 - Y2

Keterangan:
E = Kelas eksperimen
K = Kelas kontrol
Y1 = Pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X1 = Perlakuan pada kelas eksperimen mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match
Y2 = Posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

B. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian menurut Arikunto (2016, hlm. 26)
memberikan batasan mengenai subjek penelitian sebagai benda, hal atau
orang, tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang di
permasalahkan. Dalam penelitian subjek penelitian mempunyai peran yang
sangat strategis karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel
akan diteliti oleh peneliti. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV
A dan IV B angkatan 2017-2018 di SDIT PERSIS 99 Rancabango
sebanyak 40 siswa.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian
dengan seksama apabila peneliti ingin menyimpulkan suatu hasil yang
dapat dipercaya dan tepat. Creswell (2015, hlm. 287) menyatakan bahwa
“Populasi adalah sekelompok individu yang memiliki ciri-ciri khusus
yang sama”. Sementara Sugiyono (2015, hlm. 117) mengemukakan
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dari penelitian ini adalah seluruh siswa SDIT PERSIS 99 Rancabango
sebanyak 234 siswa.
2. Sampel
“Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki
oleh populasi” (Sugiyono, 2015, hlm. 118). Sampel penelitian adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling yaitu
teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau
strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus
pada tujuan tertentu (Arikunto, 2010)
Sampel dalam penelitian ini adalah IV (A,B) SDIT PERSIS 99
Rancabango sejumlah 40 siswa, kelas A terdiri dari 20 siswa, kelas B
terdiri dari 20 siswa. Kelas IVA sebagai kelas eksperimen yang
mendapatkan perlakuan menggunakan model kooperatif tipe make a
match sedangkan kelas IVB sebagai kelas kontrol yang mendapat
perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Kedua kelas IV (A, B) memiliki guru kelas yang berbeda-beda, akan
tetapi jenjang pendidikan atau kompentensi akademik guru sama yaitu
sama-sama lulusan S1 meskipun lama mengajarnya berbeda. Pengalaman
mengajar yang berbeda tidak menimbulkan perbedaan pada cara mengajar
di kelas. Cara mengajar guru kelas IV (A, B) pada pembelajaran IPS
biasanya menggunakan model pembelajaran yang tidak menarik, karena
pertimbangan materi IPS yang cukup banyak maka guru memilih model-
model konvensional.

D. Instrumen Penelitian
1. Alat Pengumpul Data
a. Studi literatur
Studi literatur merupakan proses mengumpulkan referensi yang
relevan dengan perumusan masalah. Studi literatur dapat bersumber
dari buku, buku digital, media, pakar, atau dari hasil penelitian orang
lain yang bertujuan menyusun dasar teori yang digunakan dalam
melakukan penelitian. Pada penelitian ini peneliti akan mengumpulkan
beberapa literatur berupa jurnal penelitian yang identik dengan tema
penelitian yang sedang diteliti.
b. Dokumentasi
Teknik ini digunakan dalam penelitian untuk mengetahui hasil
nilai belajar siswa dan memperoleh foto peristiwa dalam kegiatan
pembelajaran. Teknik ini adalah proses mengumpulkan data atau
dokumen dengan cara mendokumentasikannya melalui foto.
c. Teknik Tes
Tes digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar
IPS dalam ranah kognitif, aspek kognitif yang akan diukur meliputi
aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis
(C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Instrumen penelitian yang
digunakan adalah berupa tes obyektif dalam bentuk pilihan ganda yang
terdiri dari empat opsi. Uji yang digunakan sadalah tes awal (pretest)
dan tes akhir (posttest). Berikut penjelasan instrumen-instrumen
tersebut:
1) Pretest
Pretest diberikan sebelum pengajaran dimulai dan bertujuan
untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap
bahan pengajaran yang akan diajarkan.
2) Posttest
Posttest diberikan pada akhir program pengajaran dan
bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa
terhadap bahan pengajaran setelah mengalami suatu kegiatan
belajar.
Adapun kisi-kisi untuk tes adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi tes
Judul Variabel Indikator Item Soal No
Soal
Efektivitas Hasil Pengetahuan Mengidentifikasi 3
model Belajar (Knowledge) jenis pekerjaan 6
pembelajaran Memilih manfaat 1
kooperatif pekerjaan bagi 2
tipe make a manusia
match Pemahaman Mencontohkan jenis 11
terhadap hasil dan hasil kegiatan 12
belajar siswa (Comprehension)
ekonomi 13
pada mata 14
pelajaran IPS 22
kelas IV Penerapan Mengklasifikasikan 4
jenis pekerjaan dan
(Application) 15
kegiatan ekonomi
Menentukan faktor 7
penyebab
keragaman
pekerjaan
Menentukan 10
kegiatan ekonomi 16
yang menghasilkan 17
barang dan jasa
Menentukan tempat 23
terjadinya kegiatan
ekonomi
Analisis Mengkorelasikan 5
jenis pekerjaan dan
(Analysis)
kegiatan ekonomi
dengan keadaan
geografis negara
Indonesia
8
Menciptakan, Mengkategorikan 9
jenis-jenis kegiatan 18
Membangun
ekonomi 19
(Synthesis) Mengkategorikan 24
jenis-jenis
pekerjaan
Evaluasi Menimbang cara 20
pemanfaatan
(Evaluation)
sumber daya untuk
kegiatan ekonomi
Menyimpulkan 21
contoh hasil 25
produksi dan jenis
pekerjaan

2. Validasi Data
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu
dilakukan uji coba kepada responden di luar kelas eksperimen dan
kontrol.
Instrumen tes ini harus memiliki empat kriteria, yakni validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk memenuhi
pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian ini harus melalui pengujian dan perhitungan.
Instrumen tes uji coba ini dipelajari kualitasnya dari segi validitas,
tingkat reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Berikut ini adalah tahap pengujian dan hasil analisis berkaitan dengan
kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian:
a. Validitas Instrumen Tes
Validitas menurut Arikunto (dalam Sundayana, 2015, hlm. 60)
adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Validitas adalah derajat ketepatan suatu
alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur.
Validitasi butir soal dapat ditentukan dengan:
a ) Menggunakan teknik korelasi Product Moment , dengan rumus sebagai
berikut:
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√ ((𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ))((𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 ))

(Sundayana, 2015)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = Jumlah responden
X = Skor butir soal
Y = Jumlah skor total tiap soal
Kriteria validitas instrumentdapat dilihat pada tabel 3. 2

Tabel 3.2 Kriteria Interpretasi Validitas Instrumen


Interval Koefisien Kriteria Validitas
0,8 – 1,00 Sangat Tinggi
0,6 – 0,80 Tinggi
0,4 – 0,60 Sedang
0,2 – 0,40 Rendah
0,0 – 0,20 Sangat Rendah (Tidak Valid)
(Sundayana, 2015, hlm. 60)
b) Melakukan perhitungan dengan uji t, dengan rumus sebagai berikut:
𝑟√𝑛 − 2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√1 − 𝑟 2
r = Koefisien korelasi hasil r hitung
n = Jumlah responden
c) Mencari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡𝑎 (𝑑𝑘 = 𝑛 − 2)
d) Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti valid, atau
Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti tidak valid
Berikut ini adalah rekapitulasi hasil perhitungan pengujian
validitas butir soal instrumen tes ujicoba
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Uji coba
Keterangan Butir Soal
Jumlah Responden 20
Jumlah Soal 25
Nomor Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13,
15, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25.
Nomor Soal Unvalid 8, 14, 16, 17, 23
Jumlah Soal Valid 20
Jumlah Soal Unvalid 5
Persentase 80%
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen tes dapat diketahui
bahwa jumlah butir soal yang valid ada 20 soal.

b. Reliabilitas Instrumen Tes


Reliabilitas diartikan sebagai konsistensi dari suatu tes. Sebuah
tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik, apabila tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap. Suatu alat evaluasi disebut reliabel
jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek
yang sama (Arikunto, 2011). Reliabilitas instrumen hasil belajar IPS
pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan program
ANATES versi 4.0.2. Selain itu untuk mengetahui reliabilitas suatu tes
dapat dilakukan dengan menggunakan split-half method karena
instrumen yang akan digunakan berupa soal pilihan ganda.
𝑛(∑ 𝑥1 𝑥2 ) − (∑ 𝑥1 )(∑ 𝑥2 )
𝑟11 =
22 √[(𝑛 ∑ 𝑥12 ) − (∑ 𝑥1 )2 ][(𝑛 ∑ 𝑥22 ) − (∑ 𝑥2 )2 ]
Keterangan:
n = banyaknya responden
𝑥1 = Kelompok data pertama
𝑥2 = Kelompok data kedua
Untuk menghitung koefisien reliabilitas satu perangkat digunakan
rumus:
2. 𝑟11
22
𝑟11 =
1 + 𝑟11
22
Koefisien yang dihasilkan selanjutnya akan diinterpretasikan
dengan kriteria yang dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen
Koefisien Reliabilitas (r) Interpretasi
0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 ≤ r ≤ 0,60 Sedang
0,20 ≤ r ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah (Tidak reliabel)
(Sundayana, 2015, hlm. 70)
Adapun hasil pengujian reliabilitas soal instrumen tes uji
coba yang dilakukan melalui program ANATES 4.0.2 adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.5 Hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Uji Coba
Reliabilitas Kategori
0,97 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen tes dapat


diketahui bahwa jumlah butir soal yang valid ada 20 soal dan diperoleh
hasil uji reliabilitas tes sebesar 0.97 yang berarti reliabilitas sangat
tinggi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa instrumen ini layak untuk
digunakan dalam penelitian
c. Daya Pembeda
Menurut Sundayana (2015, hlm. 76) “Daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah)”. Daya pembeda instrumen hasil belajar IPS
pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan program
ANATES versi 4.0.2.

𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
𝐽𝑆𝐴
Keterangan:
DP = Daya Pembeda
𝐽𝐵𝐴 = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
𝐽𝐵𝐵 = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
𝐽𝑠𝐴 = Jumlah siswa kelompok atas
Adapun, kriteria untuk menginterpretasikan derajat daya
pembeda instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda Klasifikasi
DP ≤ 0,00 Sangat Buruk
0,00 < D ≤ 0,20 Buruk

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik

(Sundayana, 2015, hlm. 77)


Adapun hasil pengujian daya pembeda soal instrumen tes uji
coba yang dilakukan melalui program ANATES 4.0.2 adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Uji coba
Klasifikasi Nomor soal Jumlah
Sangat baik 1, 4, 5, 12, 13, 15, 18, 19, 23, 24 10
Baik 7, 20, 25 3
Cukup 2, 3, 9, 10, 11, 14 6
Buruk 6, 8, 16, 17, 21, 22 6
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 10 butir soal
yang terklasifikasi memiliki daya pembeda sangat baik, 3 butir soal
yang terklasifikasi baik, 6 butir soal yang terklasifikasi cukup, dan 6
butir soal yang terklasifikasi memiliki daya pembeda buruk
d. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Menurut Sundayana (2015, hlm. 76) tingkat
kesukaran adalah keberadaan suatu butir soal apakah dipandang sukar,
sedang, atau mudah dalam mengerjakannya. Tingkat kesukaran
instrumen hasil belajar IPS pada penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Tingkat kesukaran dapat
dinyatakan dengan rumus:
𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝑇𝐾 =
2. 𝐽𝑆𝐴
Keterangan :
Tk = Tingkat kesukaran
𝐽𝐵𝐴 = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
𝐽𝐵𝐵 = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
𝐽𝑠𝐴 = Jumlah siswa kelompok atas
Sukar dan mudahnya suatu soal dapat dilihat dalam klasifikasi
tingkat kesukaran yang akan ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 3.8 Kriteria Indeks Kesukaran
Koefisien Tingkat Kesukaran Interpretasi
TK = 0,00 Sangat Jelek
0,00 < TK ≤ 0,30 Jelek

0,30 < TK ≤ 0,70 Cukup

0,70 < TK ≤ 1,00 Baik

TK = 1,00 Sangat Baik

(Sundayana, 2015, hlm. 77)


Adapun hasil pengujian tingkat kesukaran soal instrumen tes uji
coba yang dilakukan melalui program ANATES 4.0.2 adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Uji coba
Kriteria Nomor Soal Jumlah
Sangat mudah 2, 3, 6, 10, 16, 21, 22 7
Mudah 4, 8, 14, 20, 23 5
Sedang 1, 5, 7, 9, 11, 12, 13, 13
15, 17, 18, 19, 24, 25

Sukar - 0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 7 soal sangat
mudah, 5 soal mudah, 13 soal sedang, dan tidak ada soal yang sukar
soal sukar.

E. Prosedur Penelitian
1. Alur Penelitian
a) Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan sebagai
berikut :
1) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
2) Menentukan subjek penelitian berupa populasi dan sampel
penelitian
3) Menetapkan materi pelajaran dan membuat perangkat pembelajaran
yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS).
4) Membuat instrumen penelitian.
b) Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Melakukan pretest pada kelas eksperimen 1 dan 2
2) Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun, dalam tahap ini peneliti
memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match dan kelas kontrol dengan
model pembelajaran konvensional.
3) Melakukan posttest
c) Tahap pengumpulan data
d) Tahap analisis data
e) Penyusunan hasil penelitian berupa menarik kesimpulan sebagai hasil
akhir dari penelitian
Untuk lebih jelasnya alur penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut:

Observasi

Populasi

Sampel

Menetapkan dan menyusun


Instrumen

Pelaksanaan Pelaksanaan
Pretest

Menggunakan model Menggunakan model


pembelajaran kooperatif pembelajaran
tipe make a match konvensional

Pengumpulan
data

Posttest

Analisis

Kesimpulan
Gambar 3.1
Alur Penelitian

2. Operasionalisasi Variabel Penelitian


a) Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi yang akan dijadikan obyek
pengamatan yang kemunculannya berbeda-beda pada setiap subyek.
Pengertian operasional variabel adalah melekatkan arti pada suatu
variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu
untuk mengukur variabel itu.
Pengertian operasional variabel penelitian ini kemudian diuraikan
menjadi Indikator Empiris (IE) yang meliputi: (Sugiyono, 2013)
1) Variabel bebas/Proses: Variabel proses adalah variabel tindakan yang
diyakini dapat mempengaruhi atau menyebabkan perubahan dalam
variabel output (dalam penelitian formal akademik biasanya disebut
variabel bebas atau indenpendent variable).
2) Variabel terikat/output: Variabel output adalah variabel yang
perubahannya disebabkan karena pemberian tindakan pada variabel
proses (dalam penelitian formal akademik biasanya disebut variabel
terikat atau dependent variable).
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1) Variabel bebas/Proses : Model pembelajaran make a match
2) Variabel terikat/Output : Hasil belajar IPS
b) Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional adalah definisi yang memiliki arti tunggal yang
menjelaskan tentang rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk
memperoleh data atau indikator yang menunjukan konsep tersebut.
Definisi operasional adalah semacam petunjuk kepada kita tentang
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional
merupakan informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama.
Berikut ini akan diberikan definisi oprasional variabel penelitian sebagai
berikut:
1) Hasil belajar (Y)
Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi
pada siswa menuju lebih baik. Hasil yang dicapai siswa dapat dilihat
pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah proses
pembelajaran, yang menggambarkan penguasaan siswa pada bidang
pengetahuan dan pemahaman tentang materi pembelajaran.
Suprijono (2012, hlm. 5) mengemukakan “Hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, dan keterampilan”. Sementara Kunandar (2013, hlm. 62)
menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kompetensi atau
kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik
yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar” . Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar tidak hanya
dalam pengetahuan atau kognitif, tetapi juga afektif maupun
psikomotorik.
2) Model kooperatif tipe make a match
Rusman (2014, hlm. 223) menjelaskan bahwa “make a match
merupakan salah satu jenis metode dalam pembelajaran kooperatif,
keunggulan dari model ini adalah siswa mncari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang
menyenangkan”. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match
adalah salah satu model yang dapat meningkatkan aktivitas,
konsentrasi dan kecepatan siswa dan terhindar dari suasana
pembelajaran yang monoton. Cara mengajar model pembelajaran
kooperatif tipe make a match ini yakni dengan menyediakan kartu
yang berisi jawaban juga soal yang berkaitan dengan mata pelajaran.
Indikator dalam model pembelajaran kooperatif tipe make a match
ini yaitu: meningkatkan konsentrasi siswa, meningkatnya motivasi
dan hasil belajar siswa, meningkatkan kecepatan berpikir siswa,
meningkatkan kreatifitas siswa, menumbuhkan rasa tanggung jawab
dan dapat bekerja sama dalam kelompok. Kriteria untuk pemberian
skor pada setiap butir soal dalam tes dengan cara memberikan bobot
(skor) 1 untuk jawaban benar dan bobot (skor) 0 untuk jawaban
salah.
F. Teknik Analis Data
Setelah melakukan pengujian instrumen, langkah selanjutnya ialah
melakukan penelitian. Data yang diperoleh dari sampel dengan menggunakan
instrumen yang telah memenuhi kriteria kelayakan akan dianalisis untuk
menjawab permasalahan dan menguji hipotesis yang telah diajukan dalam
penelitian.
Untuk mengolah data hasil dari tes, maka langkah selanjutnya data
tersebut diolah, dan kemudian dianalisis dengan mempergunakan teknik
statistik. Statistik memegang peranan yang penting dalam penelitian, baik
dalam penyusunan model, perumusan hipotesa, pengembangan alat dan dalam
analisa data. Maka data yang diperoleh dari hasil pengukuran diolah
menggunakan rumus statistik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh
penulis adalah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas dengan uji liliefors
Uji normalitas dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung rata-rata dan simpangan baku
- Mencari nilai rata-rata dengan rumus:

X 
 Xi
n
Keterangan : X = skor rata-rata yang dicari
 Xi = jumlah skor
n = jumlah sampel
- Mencari simpangan baku / standar deviasi, dengan rumus:

 Xi  X 
2

Sd 
n 1
Arti dari tanda-tanda tersebut diatas adalah :
Sd = Simpangan baku yang dicari
∑ = Jumlah dari
X = Rata- rata nilai X
Xi = Nilai kuantitatif sampel
n = Jumlah sampel
2) Menyusun data dari yang terkecil sampai data terbesar
3) Mengubah nilai x pada nilai z dengan rumus:

𝑋𝑖 – X
Zi =
𝑆
Arti dari tanda-tanda rumus diatas adalah:
Zi = Nilai pengamatan yang dicari
Xi = Nilai kuantitatif sampel
X = Rata – rata hitung
S = Standar deviasi
4) Menghitung luas z dengan menggunakan tabel z
5) Menentukan nilai proporsi data yang lebih kecil atau sama dengan
data tersebut
6) Menghitung selisih luas z dengan nilai proporsi
7) Menentuan luas maksimum (𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 )
8) Menentukan luas tabel Liliefors (𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 )
𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐿𝑎 (𝑛 − 1)
9) Membandingkan Lhitung dan Ltabel, serta membuat kesimpulan:
Jika 𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Dua Varian


Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua data
mempunyai varians yang sama (homogen) atau tidak. Dalam penelitian
ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Uji Fisher, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung varian, dengan rumus:
Vb
F
Vk
Keterangan : F = varian yang dicari
Vb = varian terbesar
vk = varian terkecil
2) Menentukan derajat kebebasan, dengan rumus:
db1 = n1 – 1
db2 = n2 – 1
Keterangan: db1 = derajat kebebasan pembilang
db2 = derajat kebebasan penyebut
n1 = ukuran sampel yang variannya besar
n2 = ukuran sampel yang variannya kecil
3) Untuk mencari nilai F diperoleh dari tabel
4) Menentukan homogenitas
Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan
taraf nyata () = 0,01 dan derajat kebebasan (dk) = n1 – 1, apabila F
hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel, ( F < F ½  ( v1 – v2 ),
maka data tes itu homogen, untuk nilai F lainnya ditolak.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilaksanakan untuk menganalisis data hasil
penelitian setelah uji normalitas dan homogenitas terpenuhi, maka
dilaksanakan uji hipotesis. Uji hipotesis yang dilakukan jika data terdeteksi
normal dan homogen maka uji hipotesis yang digunakan uji–t dan jika
terdapat data yang tidak normal atau homogen maka digunakan uji non
parametik uji mann-whitney.
a. Uji Signifikansi (Peningkatan) dengan Menggunakan Tes t
Untuk menguji signifikansi (peningkatan) digunakan rumus sebagai
berikut:

t
B
: B 
B i

SB n
n
Keterangan : t = nilai skor yang dicari
B = nilai rata-rata beda
SB = simpangan baku beda
N = jumlah sampel
Kriteria pengujian : tolak H0 , jika t hitung > t tabel (1-α): dk n-1 atau
terima H0 , jika t hitung < t tabel (1-α): dk n-1
3. Uji N-Gain
Gain adalah selisih antara nilai pretest dan postest. Gain memberikan
gambaran umum peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan
kemampuan pemecahan masalah sebelm dan susah pelajaran. Untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik digunakan rumus gain
ternormalisasi (normalized gain) menurut Hake sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
Gain ternormalisasi (g) =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠

Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi


-1,00 ≤ g ≤ 0,00 Terjadi penurunan
g = 0,00 Tidak terjadi peningkatan
0,00 ≤ g ≤ 0,30 Rendah
0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang
0,70 ≤ g ≤ 1,00 Tinggi

4. Effect Size
Effect size merupakan ukuran besarnya efek suatu variabel pada
variabel lain. Variabel yang sering tekait biasanya variabel independen dan
variabel dependen. Uji pengaruh (effect size) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar efektifnya model pembelajaran Make a Match terhadap
hasil belajar peserta didik. Effect size dapat dihitung dengan formulasi
Cohen, dan kemudian dijabarkan lebih rinci oleh Hake:

d= [ ]

Referensi :
Suprijono, Agus. (2012). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta

Sundayana, Rostina. (2015). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Creswell, John. (2015). Riset Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama

Rusman. (2014). Model-Model Pembelajaran. Depok: PT RajaGrafindo Persada

______ . (2016). Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: PT RajaGrafindo

Bungin, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group
Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Raja Grafindo Persada

Arikunto, Suharsimi. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai