Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembelajaran apresiasi sastra bagi siswa SMA kelas XII semester 1 meliputi mendengarkan

pembacaan penggalan novel, menjelaskan unsur-unsur intrinsik penggalan novel, menanggapi

pembacaan puisi lama, mengomentari pembacaan puisi baru, membaca puisi, membaca cerpen,

menulis resensi, dan menulis cerpen. Meskipun pembelajaran materi-materi tersebut tidak dalam

waktu bersamaan, namun siswa harus melaluinya dengan strandar kriterian ketuntasan minimum yang

telah ditentukan. Pembelajaran apresiasi sastra memberikan tekanan tersendiri bagi siswa, khususnya

siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman yang memiliki kemampuan membaca puisi rendah,

diketahui tingkat membaca puisi siswa rerata 69. Sehingga, hal tersebut harus mendapat perhatian

yang sungguh-sungguh dari dewan guru agar pembelajaran terlaksana dengan hasil yang memuaskan.

Pembelajaran materi membaca puisi, menuntut siswa untuk membacakan puisi dengan

beberapa ketentuan, antara lain kejelasan pelafalan, ketepatan intonasi, ketepatan penghayatan dan

ekspresi.Sehingga, siswa diharuskan mampu mempraktikkan, tidak hanya sebagai pembelajaran yang

berbentuk wacana. Dengan demikian, ketuntasan penilaiannya pun dapat berjalan sesuai dengan

silabus pembelajaran yang ada.

Dari hasil analisis, teridentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan kemampuan siswa

dalam membaca puisi. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut. 1) siswa belum mampu

menyampaikan isi puisi. 2) Siswa belum mampu membaca puisi secara tepat. 3) Siswa belum dapat

menentukan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi secara tepat sesuai isi puisi. Munculnya

permasalahan tersebut disebabkan oleh 1) siswa belum mampu menjiwai isi puisi, 2) siswa belum

mampu melafalkan puisi dengan jelas, 3) siswa belum mampu memberikan lagu kalimat pada tiap

larik puisi, 4) siswa belum mampu menghayati isi puisi, dan 5) siswa belum mampu mengekspresikan

isi puisi. Dari permasalahan pokok tersebut, menimbulkan dampak bagi siswa dalam membacakan

puisi dengan teknik yang benar.Sebagian besar siswa masih membaca puisi dengan intonasi yang salah
2

yakni dengan suara yang datar. Mereka juga tidak memperhatikan kesenyapan atau penjedaan yang

seharusnya diterapkan dalam membaca puisi. Siswa juga kurang mampu menghayati puisi yang

mereka baca. Ketika membaca puisi di depan kelas, mimik mereka tidak mengesankan isi puisi yang

mereka baca. Ekspresi atau gesture juga tidak muncul saat pembacaan puisi. Padahal, dengan ekspresi

dan mimik wajah yang tepat, akan sangat mempengaruhi isi puisi yang disampaikan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan penelitian tindakan kelas agar guru dapat

meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa. Adapun teknik pemecahan yang dipilih adalah

strategi “Pemodelan”. Dalam pelaksanaannya, siswa diminta untuk memperhatikan video pembacaan

puisi. Melalui hal ini, siswa dapat meniru pembacaan puisi tersebut, sehingga siswa mampu

membacakan puisi dengan kriteria yang telah ditentukan.

Dari pernyataan di atas, maka peneliti mengambil judul “Meningkatkan Kemampuan Membaca

Puisi dengan Teknik Pemodelan Berkelompok Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman

Semester 1 T.A. 2015/2016.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan guru pengampu bidang studi

Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kauman agar kemampuan membaca puisi siswa kelas XII IPS 1

SMA Negeri 1 Kauman dapat lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah dan Rencana Pemecahan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas membaca puisi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1

Kauman dengan teknik pemodelan berkelompok?

2. Bagaimana meningkatkan hasil membaca puisi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1

Kauman dengan teknik pemodelan berkelompok?

1.2.2. Rencana Pemecahan Masalah

Seperti telah dikemukakan dalam pendahuluan, problematika pembelajaran yang akan

dipecahkan dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca puisi siswa yang masih rendah.

Penyebab munculnya masalah tersebut adalah 1) siswa belum mampu menjiwai isi puisi,
3

2) siswa belum mampu melafalkan puisi dengan jelas, 3) siswa belum mampu memberikan

lagu kalimat pada tiap larik puisi, 4) siswa belum mampu menghayati isi puisi, dan 5) siswa

belum mampu mengekspresikan isi puisi.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas membaca puisi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1

Kauman dengan teknik pemodelan berkelompok.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil membaca pusi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1

Kauman dengan teknik pemodelan berkelompok.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini antara lain:

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan kompetensi siswa dalam kegiatan membaca puisi.

b. Memperoleh pengalaman baru yang menyenangkan dalam kegiatan membaca

puisi

c. Meningkatkan kreatifitas dalam kegiatan membaca puisi

d. Membantu daya imajinasi dan apresiasi siswa terhadap kegiatan membaca

puisi

e. Menumbuhkan minat untuk menyenangi kegiatan membaca puisi

2. Bagi guru

Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan:

a. Guru bertambah wawasannya dalam menggunakan strategi belajar, terutama mengetahui

langkah-langkah dalam usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi.

b. Sebagai bahan pertimbangan di dalam membuat rencana dan menentukan metode

pembelajaran di kelas pada pembelajaran membacakan puisi.


4

3. Bagi Sekolah

a. Sebagai sarana untuk evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.

b. Hasil penelitian ini secara langsung akan dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran di

sekolah, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan minat,

kesenangan, kreativitas, dan kemampuan siswa khususnya dalam mengekspresikan pikiran

dan perasaan ke dalam puisi.

1.5. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Penggunaan teknik pemodelan berkelompok dapat meningkatkan aktivitas membaca puisi

siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman Semester 1 T.A. 2015/2016

2. Penggunaan teknik pemodelan berkelompok dapat meningkatkan hasil membaca puisi siswa

kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman Semester 1 T.A. 2015/2016.


5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Membaca

Membaca memiliki arti yang bervariasi, bergantung pada sudut pandang yang kita lihat.

Menurut Tarigan (1985:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata

atau bahasa tulis. Sedangkan Moeliono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:113),

membaca yaitu melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau

tulisan).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diambil simpulan bahwa pengertian membaca

adalah menangkap pesan yang disampaikan lewat tulisan dan merupakan suatu kegiatan

memahami arti yang terkandung dalam bahasa tertulis.

2.2 Pengertian Puisi

Secara etimologi puisi berasal dari bahasa Yunani poima ‘membuat’ atau poesisi

‘pembuatan dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Beberapa pendapat tentang puisi

dikemukakan oleh para ahli tentang puisi, antara lain sebagai berikut.

Menurut Wirjosoedarmo (dalam Pradopo,2000:309), puisi adalah karangan yang terikat

pada banyak baris dalam tiap-tipa bait, banyak kata yang berbentuk baris, serta banyak suku kata

yang berbentuk larik. Selain itu puisi juga harus memiliki rima atau irama. Taylor (dalam

Pradopo,2000:6) berpendapat bahwa puisi adalah kata terindah dalam susunan terindah.

Sedangkan Hadson (dalam Aminudin,2000:134) menyatakan puisi adalah salah satu cabang sastra

yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi.

Dari pernyataan para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi adalah salah satu

cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media untuk menyampaikan ilusi dan

imajinasi, yang secara fisik terikat oleh jumlah baris, jumlah kata, dan jumlah bait.
6

2.3 Teknik Membaca Puisi

Aminudin (2000:19), mengartikan teknik membaca adalah membaca yang dilaksanakan

secara bersuara sesuai dengan aksentuasi, intonasi dan irama yang benar, selaras dengan gagasan

serta suasana penutur dalam teks yang dibaca. Muchlison membedakan teknik membaca menjadi

dua, yaitu pengajaran membaca dan pengajaran membacakan. Pengajaran membaca yang

dimaksud adalah aktivitas tersebut untuk keperluan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain,

misalnya guru atau teman lain. Sedangkan pengajaran yang tergolong membacakan, yaitu

pembaca melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan kepada orang lain. Pembaca

bertanggung jawab atas lagu atau intonasi kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan,

suara dan sebagainya.

Dalam kaitannya dengan membaca puisi, siswa tersebut dituntut untuk membaca puisi

sesuai dengan teknik pembacaan yang tepat dan ditujukan untuk dirinya sendiri dan orang lain tapi

dalam lingkup terbatas, misalnya pada guru dan siswa lain.

Menurut Junaedi (dalam Kurniawan, 2005: 13), beberapa teknik yang harus dikuasai siswa

dalam membacakan puisi, antara lain; teknik vocal, artikulasi, mimik/ ekspresi, gesture dan

penghayatan terhadap puisi.

2.4 Strategi Pemodelan

Pemodelan berasal dari kata Pemodelingan (Modeling), yang merupakan salah satu

komponen dari CTL (Cotextual Teaching And Learning). Pembelajaran kontekstual adalah konsep

belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang

terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk

memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2004:13).

Untuk dapat menerapkan pembelajaran kontekstual, maka harus melibatkan tujuh komponen
7

pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,

pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.

Pemodelan maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan

tertentu, ada model yang ditiru. Sebagian guru memberi contoh tentang cara kerja sesuatu,

sebelum siswa melaksanakan tugas. Secara sederhana kegiatan pemodelan artinya ada model yang

bisa ditiru, sebelum siswa berlatih membaca puisi. Model dapat dirancang dengan melibatkan

siswa. Jika kebetulan ada sisiwa yang pernah memenagkan lomba, maka siswa tersebut ditunjuk

untuk mendemonstrasikan membaca puisi di depan kelas. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan

sebagai model. Namun guru dapat menampilkan model pembacaan puisi tersebut secara audio-

visual melalui CD. Guru memutarkan video mengenai membaca puisi dari penyair, yang

kemudian cara membaca dari penyair tersebut ditiru oleh siswa.

2.5 Penerapan Strategi Pemodelan

Dalam penelitian ini guru memanfaatkan pemodelan secara audio-visual, yaitu melalui

tayangan video pembacaan puisi. Penerapan strategi pemodelan dalam membaca puisi dilakukan

sebagai berikut.

 Guru memutar video pembacaan puisi dari salah satu penyair.

 Siswa disuruh memperhatikan secara saksama dan memahaminya.

 Siswa disuruh mencoba membaca puisi dalam hati, dengan tujuan agar siswa mampu menjiwai

puisi, mampu memberikan nada, tekanan, dan penjedaan pada puisi tersebut.

 Siswa secara berkelompok membacakan puisi di depan kelas.

 Siswa lain dan guru memberikan tanggapan terhadap pembacaan puisi.


8

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas dengan materi pembelajaran membaca puisi ini dilaksanakan

di SMA Negeri 1 Kauman T.A. 2015/2016 yang beralamat di Jalan Kartini, Desa Carat, Kecamatan

Kauman, Kabupaten Ponorogo. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan September sampai

dengan Oktober 2015 sesuai dengan jadwal mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pelaksanaan

penelitian dilakukan dalam dua siklus, siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (2 x

45 menit), yaitu pada tanggal 19 September 2015. Siklus kedua satu kali pertemuan selama 2 x 45

menit pada tanggal 2 Oktober 2015.

3.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman semester I

tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian berjumlah 21 siswa yang terdiri atas 8 (delapan)

siswa laki-laki dan 14 (empat belas) siswa perempuan. Kriteria ketuntasan minimal (KKM)

Bahasa Indonesia adalah 75.

3.3. Desain Penelitian

Pada dasarnya penelitian tindakan ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas

yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi,

refleksi. Sesuai dengan penelitian ini keempat tahap tersebut diuraikan sebagai berikut.

3.3.1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah 1) menyusun RPP sesuai

dengan tindakan yang dipilih, 2) menyiapkan bahan ajar, 3) menyiapkan media

pembelajaran yang diperlukan, 4) menyusun dan menyiapkan instrument tes berupa tes

tindakan dan menyiapkan lembar kriteria penilaian tes, dan 5) menyusun dan menyiapkan
9

instrumen nontes yaitu lembar observasi, lembar catatan lapangan (jurnal), dan

dokumentasi.

3.3.2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah pengimplementasian kegiatan pembelajaran

sebagaimana yang termuat dalam perencanaan. Pembelajaran yang dimaksud adalah

pembelajaran dalam upaya membantu siswa agar terampil dalam menulis puisi.

Pelaksanaan tindakan ini tidaklah kaku, artinya dapat berubah tergantung pada situasi

pelaksanaan di lapangan. Pelaksanaan PTK didasarkan atas pertimbangan teoritik dan

empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja hasil program optimal.

3.3.3. Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati yang bertujuan untuk mendokumentasikan

sesuatu hal yang berkaitan dengan pemberian tindakan yang dilakuan dalam hal ini yang

diamati adalah kegiatan guru dan siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Pada umumnya observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori, seperti

yang dikemukakan oleh Karl Popper (Hopkins, 1993:77). Kegiatan Observasi atau

pengamatan dalam penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti dan kolaborator.

3.3.4. Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang penting dalam langkah proses penelitian

tindakan, disebabkan karena kegiatan refleksi akan memantapkan kegiatan atau tindakan

untuk mengatasi permasalahan dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai

dengan yang terjadi di lapangan. Refleksi berfungsi sebagai sarana untuk menyamakan

data, koreksi data, dan untuk validasi data (Suyata dkk, 1995) pada penelitian ini kegiatan

refleksi dilakukan pada tiga tahap yaitu : (1) Tahap penemuan masalah, (2) Tahap merancang

tindakan, (3) Tahap pelaksanaan.

Pada tahap penemuan dan identifikasi masalah peneliti mengidentifikasi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran atau yang dialami di kelas, dan

dirumuskan permasalahan tersebut secara operasional, dan merumuskan perbaikan yang


10

akan digunakan untuk perbaikan pembelajaran tersebut. Hasil refleksi awal ini , dituangkan

dalam perumusan masalah yang lebih operasional.

Pada tahap merancang tindakan, yaitu pembuatan rencana pembelajaran (RPP)

dengan menggunakan teknik pemodelan. Dari hasil refleksi pada tahap tindakan diikuti

dengan perbaikan rancangan tindakan yang dibuat dan dapat digunakan untuk pelaksanaan

tindakan selanjutnya.

Refleksi pada tahap pelaksanaan peneliti menyimpulkan data dan informasi yang

berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan desain pembelajaran membaca

puisi dengan teknik pemodelan, yang dirancang dan datanya dapat dipakai sebagai dasar

untuk melakukan perencanaan ulang.

Dalam bentuk gambar prosedur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

PERENCANAAN TINDAKAN /
OBSERVASI

PERENCANAAN ANALISIS / REFLEKSI


ULANG

TINDAKAN / ANALISIS / REFLEKSI


OBSERVASI

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tes,observasi,

kuisioner, dan catatan lapangan . Data penelitian tersebut dikumpulkan dengan cara :

a. Tes

Tes akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca puisi yang

dilaksanakan sesudah selesai satu siklus dalam penelitian tindakan kelas.


11

b. Observasi

Observasi dilaksanakan selama tatap muka berlangsung baik oleh guru maupun

kolaborator/observer.

c. Kuisioner

Kuisioner digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran

menulis yang dilakukan oleh guru.

d. Catatan lapangan (Jurnal)

Catatan lapangan digunakan untuk mengungkapkan secara deskriptif kondisi yang terjadi pada

saat proses pembelajaran membaca puisi berlangsung.

3.5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini guru mempersiapkan alat evaluasi yang memuat penilaian psikomotor

dan afektif. Adapun instrumen yang digunakan meliputi rubrik penilaian membaca puisi, lembar

observasi guru maupun kolaborator, lembar kuisioner siswa, dan lembar catatan lapangan.

Masing-masing instrumen tersebut dapat dipaparkan seperti berikut ini.

Tabel 1

Rubrik Penilaian Membaca Puisi

NO. Aspek yang Dinilai Rentang Skor


1. Ketepatan intonasi dengan isi puisi
 Sangat tepat 4
 Cukup tepat 3

 Kurang tepat 2

 Tidak tepat 1
2. Ketepatan pelafalan
 Sangat tepat 4
 Cukup tepat 3

 Kurang tepat 2

 Tidak tepat 1
3. Ketepatan penghayatan dengan isi puisi
12

 Sangat tepat 4
 Cukup tepat 3

 Kurang tepat 2

 Tidak tepat 1
4. Kesesuaian ekspresi dengan isi puisi
 Sangat sesuai 4
 Cukup sesuai 3

 Kurang sesuai 2

 Tidak sesuai 1

JUMLAH SKOR MAKSIMAL 16

Tabel 2

Lembar Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

No. Aspek yang diamati Kriteria


Baik Cukup Kurang
1 Siswa memberikan respon positif selama
pembelajaran berlangsung.
2 Siswa memperhatikan dan menyimak
penjelasan guru dengan baik.
3 Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan
apabila ada permasalahan
4 Siswa menyampaikan pendapat atau
tanggapan
5 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
guru dengan serius.
6 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
guru tepat waktu
7 Siswa mengikuti pembelajaran dari awal
sampai akhir dengan serius
13

Tabel 3

Lembar Observasi Kolaborator terhadap Guru

No. Aspek yang diamati Kriteria


Baik Cukup Kurang
1 Guru memberikan penjelasan materi aspek-
aspek pembacaan puisi puisi .
2 Guru menguasai materi pembelajaran membaca
puisi dengan baik.
3 Guru menggunakan media yang mendukung
untuk pembelajaran membaca puisi.
4 Guru menggunakan metode yang tepat dalam
pembelajaran membaca puisi.
5 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya terkait dengan materi yang
disampaikan.
6 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pendapat atau menanggapi
mengenai materi yang disampaikan.
7 Guru memberikan tugas sesuai dengan
materi pembelajaran yang disampaikan.
8 Guru memperhatikan kegiatan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung dan
membantu mengarahkan siswa jika menemui
kesulitan dalam mengerjakan tugas atau
latihan.

Tabel 4

Lembar Tanggapan Siswa tentang Pembelajaran Membaca dengan Teknik Pemodelan

Jawaban
No Pertanyaan
Selalu Kadang Tidak
1 Apakah kamu senang pembelajaran membaca
puisi dengan teknik pemodelan?
2 Apakah pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan membuat kamu lebih mudah
memahami materi?
3 Apakah pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan mempermudah kamu dalam
14

membaca puisi?
4 Apakah pembelajaran membaca puisi dengan
teknik pemodelan membuat kamu lebih rileks?
5 Apakah kamu berdiskusi dengan temanmu jika
mengalami kesulitan?
6 Apakah kamu mengerjakan tugas yang diberikan
gurumu?
7 Apakah kamu merasa jenuh jika pembelajaran
membaca puisi dengan teknik pemodelan
dilaksanakan terus menerus?

Tabel 5

Lembar Catatan lapangan (Jurnal)

NO
HARI, TANGGAL URAIAN PERISTIWA
.
15

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa dan respon siswa terhadap metode pembelajaran

menulis puisi yang digunakan oleh guru.

Data yang diperoleh selanjutnya dihitung dengan langkah-langkah:

1. Merekap nilai tes responden.

2. Memberi nilai masing-masing aspek dan menghitung rata-rata nilai.

3. Menghitung persentase nilai.

4. Menghitung ketuntasan klasikal

5. Menghitung nilai rata-rata kelas

Karena jumlah aspek yang dihitung lebih dari satu, maka nilai akhir dari masing-masing

responden diperoleh dengan menjumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua aspek lalu

dibagi dengan jumlah aspek yang telah ditentukan. Rumus yang penulis gunakan adalah:

Jumlah nilai semua aspek


Nilai Akhir =
Jumlah aspek

Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan klasikal dihitung dengan rumus:

Jumlah Siswa Tuntas


Ketuntasan Klasikal = x 100%
Jumlah Siswa dalam Kelas

Sementara nilai rata-rata kelas dihitung dengan mengggunakan rumus:

Jumlah Total Nilai Kelas


Rata-rata Kelas =
Jumlah Siswa dalam Kelas

Pedoman peningkatan diukur berdasarkan peningkatan nilai rata-rata dari siklus I dan

siklus II. Dikatakan meningkat jika jumlah nilai rata-rata siswa bertambah dari siklus I ke siklus II.
16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Siklus 1

4.1.1.1 Perencanaan Tindakan Siklus 1

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah:

1) Menyusun RPP sesuai tindakan yang dipilih

2) Menyiapkan materi dan bahan ajar

3) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan

4) Menyusun dan menyiapkan instrument tes, menyiapkan lembar kriteria penilaian tes

5) Menyusun dan menyiapkan instrument nontes yaitu lembar observasi, lembar catatan

lapangan(jurnal) dan dokumentasi.

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang pembacaan puisi yang pernah

dilakukan siswa.

2) Guru menjelaskan aspek-aspek yang harus diperhatikan saat membacakan puisi.

3) Siswa menyimak model pembacaan puisi yang ditayangkan.

4) Siswa membaca kembali puisi karya sendiri untuk memaknai isinya.

5) Siswa memberi tanda jeda pada puisinya.

6) Siswa secara berkelompok membacakan puisinya di depan kelas secara bergantian.

7) Siswa yang lain memaknai puisi karya teman dan mengomentarinya.

8) Setelah semua siswa membacakan puisi karyanya, guru menanyakan kepada siswa

kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pembelajaran membacakan puisi dengan teknik

pemodelan berkelompok.
17

Pada siklus I ini, pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan yang

telah disusun. Hasil prestasi belajar siklus 1, penulis kemukakan dalam tabel berikut ini.

Tabel 6

Hasil Prestasi Belajar Membacakan Puisi pada Siklus I

Tuntas = 15 x 100 = 71%


21

Nilai rata-rata = 1581 x 100 = 75


2100

Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa yang sudah tuntas mencapai 15 siswa,

sedangkan yang belum tuntas sebanyak 6 orang. Ketuntansan secara klasikal belum tercapai

karena masih 71% siswa yang mendapat nilai tuntas. Ketuntasan klasikal adalah 85%.

Sementara, nilai rata-rata kelas sudah sesuai KKM yakni 75.


18

4.1.1.3 Observasi Tindakan Siklus I

Tabel 7

Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Membaca Puisi Siklus I

Kriteria
No. Aspek yang diamati
Baik Cukup Kurang
1 Siswa memberikan respon positif selama 57% 33% 9,5%
pembelajaran berlangsung.
2 Siswa memperhatikan dan menyimak 62% 29% 14%
penjelasan guru dengan baik.
3 Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan 29% 48% 24%
apabila ada permasalahan
4 Siswa menyampaikan pendapat atau tanggapan 29% 58% 14%
5 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru 33% 33% 33%
dengan serius.
6 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru 33% 52% 14%
tepat waktu
7 Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai 62% 29% 14%
akhir dengan serius

Tabel 8

Lembar Tanggapan Siswa tentang Pembelajaran Membaca dengan Teknik Pemodelan

Jawaban
No Pertanyaan
Selalu Kadang Tidak
1 Apakah kamu senang pembelajaran membaca 86% 14%
puisi dengan teknik pemodelan?
2 Apakah pembelajaran membaca puisi dengan 43% 57%
teknik pemodelan membuat kamu lebih mudah
memahami materi?
3 Apakah pembelajaran membaca puisi dengan 52% 38% 9,5%
teknik pemodelan mempermudah kamu dalam
membaca puisi?
4 Apakah pembelajaran membaca puisi dengan 43% 52% 4,8%
teknik pemodelan membuat kamu lebih rileks?
5 Apakah kamu berdiskusi dengan temanmu jika 47% 43% 9,5%
mengalami kesulitan?
6 Apakah kamu mengerjakan tugas yang diberikan 62% 38%
gurumu?
19

7 Apakah kamu merasa jenuh jika pembelajaran 33% 66%


membaca puisi dengan teknik pemodelan
dilaksanakan terus menerus?

Tabel 9

Lembar Observasi Kolaborator terhadap Guru

Kriteria
No. Aspek yang diamati
Baik Cukup Kurang
1 Guru memberikan penjelasan materi aspek-aspek v
pembacaan puisi puisi .
2 Guru menguasai materi pembelajaran membaca v
puisi dengan baik.
3 Guru menggunakan media yang mendukung v
untuk pembelajaran membaca puisi.
4 Guru menggunakan metode yang tepat dalam v
pembelajaran membaca puisi.
5 Guru memberikan kesempatan kepada siswa v
untuk bertanya terkait dengan materi yang
disampaikan.
6 Guru memberikan kesempatan kepada siswa v
untuk mengajukan pendapat atau menanggapi
mengenai materi yang disampaikan.
7 Guru memberikan tugas sesuai dengan v
materi pembelajaran yang disampaikan.
8 Guru memperhatikan kegiatan siswa selama v
proses pembelajaran berlangsung dan membantu
mengarahkan siswa jika menemui kesulitan dalam
mengerjakan tugas atau latihan.

Hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran siklus I adalah sebagai

berikut.

1) Beberapa siswa masih kurang berani membacakan puisi seperti penyair dalam model, sehingga

siswa masih memerlukan penjelasan dan bimbingan dalam membacakan puisi karya sendiri.

2) Guru perlu memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam melaksanakan tugasnya.
20

3) Siswa kurang optimal dalam membacakan puisi sehingga masih belum menampakkan hasil

yang diharapkan yaitu membacakan puisi dengan intonasi, pelafalan, penghayatan,dan ekspresi

yang tepat.

4.1.1.4 Refleksi Siklus I

Pada kegiatan refleksi ini peneliti mendata permasalahan-permasalahan yang muncul di

lapangan kemudian dituangkan kembali ke dalam rancangan tindakan berikutnya. Berdasarkan

hasil refleksi yang dilakukan peneliti masih ada beberapa permasalahan yang muncul pada saat

proses pelaksanaan tindakan pada siklus I. Oleh karena itu, peneliti akan mengadakan

perbaikan pada pelaksanaan tindakan pada siklus II. Kegiatan tersebut meliputi:

1) Pemberian penjelasan mengenai aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membacakan

puisi karya sendiri dan diharapkan siswa lebih memahami dan menerapkannya sehingga

pembelajaran dapat berjalan efektif.

2) Pemberian model melalui video rekaman pembacaan puisi perlu dilakukan kembali untuk

memberikan contoh yang tepat.

3) Guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam membacakan puisi karya sendiri secara

berkelompok sehingga mampu membacakan puisi dengan intonasi, pelafalan, penghayatan,

dan ekspresi yang tepat.

4) Setiap tahap kegiatan diusahakan sesuai dengan waktu yang direncanakan supaya semua

berjalan dengan lancar.

4.1.2 Siklus 2

4.1.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus 2

Perencanaan tindakan pada siklus 2 dilakukan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Pada

siklus ini peneliti berupaya agar kekurangan yang ditemukan pada siklus I dapat ditekan

sehingga tidak muncul pada siklus II.


21

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai

berikut.

1) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang pembacaan puisi karya

sendiri dengan teknik pemodelan berkelompok yang dilakukan oleh siswa pada siklus I.

2) Guru memberikan penjelasan ulang langkah-langkah membacakan puisi dengan teknik

pemodelan berkelompok.

3) Siswa kembali mengamati video pembacaan puisi oleh model sebaya dan penyair.

4) Siswa berkelompok untuk berlatih membacakan puisi karya sendiri dengan memperhatikan

intonasi, pelafalan, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai dengan isi puisi di bawah

bimbingan guru.

5) Secara berkelompok siswa membacakan puisi karya sendiri di depan kelas dengan

memperhatikan intonasi, pelafalan, penghayatan, dan ekspresi.

6) Kelompok lain memberikan komentar tentang pembacaan puisi yang dilakukan temannya.

7) Setelah semua kelompok membacakan puisinya, guru menanyakan kesulitan-kesulitan yang

dialami siswa berkaitan dengan pembacaan puisi karya sendiri dengan teknik pemodelan

berkelompok.

8) Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang membacakan puisinya dengan tepat dan

memberi motivasi kepada siswa yang belum mampu membacakan puisinya dengan tepat.

Pada siklus II ini, pembelajaram sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan yang disusun.

Hasil prestasi belajar siklus II penulis kemukakan dalam tabel berikut.

Tabel 10

Hasil Prestasi Belajar Membacakan Puisi pada Siklus II


22

Tuntas = 21 x 100= 100%


21

Nilai rata-rata = 1713x100 = 82


2100

Hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa seluruh siswa sudah mencapai

ketuntasan. Sementara nilai rata-rata kelas sudah mengalami kenaikan menjadi 82. Namun,

masih ada siswa yang memperoleh nilai sebatas KKM.

4.1.2.3 Observasi Tindakan Siklus II

Tabel 11
23

Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Membaca Puisi

Siklus II

Kriteria
No. Aspek yang diamati
Baik Cukup Kurang
1 Siswa memberikan respon positif selama 62% 38%
pembelajaran berlangsung.
2 Siswa memperhatikan dan menyimak 71% 29%
penjelasan guru dengan baik.
3 Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan 48% 52%
apabila ada permasalahan
4 Siswa menyampaikan pendapat atau 43% 57%
tanggapan
5 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan 86% 14%
guru dengan serius.
6 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan 90% 9,5%
guru tepat waktu
7 Siswa mengikuti pembelajaran dari awal 86% 17%
sampai akhir dengan serius

Tabel 12

Lembar Tanggapan Siswa tentang Pembelajaran Membaca dengan Teknik Pemodelan

Jawaban
No Pertanyaan
Selalu Kadang Tidak
1 Apakah kamu senang pembelajaran membaca 76% 24%
puisi dengan teknik pemodelan?
2 Apakah pembelajaran membaca puisi dengan 52% 43% 4,8%
teknik pemodelan membuat kamu lebih mudah
memahami materi?
3 Apakah pembelajaran membaca puisi dengan 38% 62%
teknik pemodelan mempermudah kamu dalam
membaca puisi?
4 Apakah pembelajaran membaca puisi dengan 29% 52% 19%
teknik pemodelan membuat kamu lebih rileks?
5 Apakah kamu berdiskusi dengan temanmu jika 57% 52%
mengalami kesulitan?
6 Apakah kamu mengerjakan tugas yang 38% 62%
diberikan gurumu?
24

7 Apakah kamu merasa jenuh jika pembelajaran 14% 67% 19%


membaca puisi dengan teknik pemodelan
dilaksanakan terus menerus?
Tabel 13
Lembar Observasi Kolaborator terhadap Guru
Kriteria
No. Aspek yang diamati
Baik Cukup Kurang
1 Guru memberikan penjelasan materi aspek-aspek v
pembacaan puisi puisi .
2 Guru menguasai materi pembelajaran membaca puisi v
dengan baik.
3 Guru menggunakan media yang mendukung untuk v
pembelajaran membaca puisi.
4 Guru menggunakan metode yang tepat dalam v
pembelajaran membaca puisi.
5 Guru memberikan kesempatan kepada siswa v
untuk bertanya terkait dengan materi yang
disampaikan.
6 Guru memberikan kesempatan kepada siswa v
untuk mengajukan pendapat atau menanggapi
mengenai materi yang disampaikan.
7 Guru memberikan tugas sesuai dengan v
materi pembelajaran yang disampaikan.
8 Guru memperhatikan kegiatan siswa selama proses v
pembelajaran berlangsung dan membantu
mengarahkan siswa jika menemui kesulitan dalam
mengerjakan tugas atau latihan.

Hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran siklus II adalah sebagai

berikut.

1) Beberapa siswa masih perlu penjelasan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

membacakan puisi dengan teknik pemodelan.

2) Siswa lebih aktif dalam melaksanakan tugasnya.

3) Siswa lebih optimal dalam membacakan puisi, sehingga performansinya sudah lebih baik

daripada siklus I.

4.1.2.4 Refleksi Siklus II


25

Selama pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih aktif dan mulai tertarik

dengan teknik yang diterapkan dalam pembelajaran, terbukti kegiatan membacakan puisi

karya sendiri jauh lebih baik dari sebelumnya. Pada siklus ini hasil prestasi siswa telah

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

4.2 Pembahasan

Data hasil evaluasi belajar siswa menunjukkan bahwa setelah diadakan tindakan kelas nilai

rata-rata kelas membaca puisi siswa kelas XII IPS 1 pada siklus I adalah 75 . Sedangkan pada

siklus II nilai rata-rata kelas menjadi 82 berarti ada kenaikan 11%. Meskipun nilai rata-rata kelas

pada siklus I sudah mencapai KKM, namun ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.

Terbukti baru 71% dari keseluruhan siswa yang tuntas, berarti masih ada 6 siswa (29%) yang

memperoleh nilai di bawah KKM (belum tuntas). Sementara pada siklus II seluruh siswa sudah

mencapai ketuntasan, artinya ketuntasan belajar secara klasikal sudah terpenuhi. Namun demikian,

masih ada 3 siswa (14%) yang memperoleh nilai hanya sebatas KKM atau nilai 75. Sementara itu,

berdasarkan hasil observasi oleh guru dan kolaborator serta tanggapan siswa, menunjukkan bahwa

tidak semua siswa menyukai penggunaan teknik pemodelan berkelompok dalam membaca puisi

karya sendiri. Akan tetapi, aktivitas membaca puisi siswa meningkat karena mereka berani

mencoba memainkan intonasi, memperjelas pelafalan, lebih menghayati, dan mengekspresikan isi

puisinya setelah dibimbing oleh guru baik secara individu maupun kelompok. Selain itu, dengan

menggunakan teknik pemodelan berkelompok, sebagian besar siswa merasa tidak jenuh dan lebih

percaya diri, sehingga lebih mudah dalam membacakan puisi karya sendiri. Artinya pembelajaran

membaca puisi karya sendiri dengan menggunakan teknik pemodelan berkelompok dapat

meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam membaca puisi. Hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut.
Tabel 14

Keterangan Siklus I Siklus II


26

Ketuntasan Belajar 71 % 100 %

Nilai Rata-rata Kelas 75 82


Perbandingan Ketuntasan Belajar dan Nilai Rata-rata Kelas Membaca Puisi dengan Teknik

Pemodelan Berkelompok Setiap Siklus

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa:

1) Teknik pemodelan berkelompok meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca

puisi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman semester I tahun pelajaran 2015/2016.

2) Ada peningkatan kemampuan membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok siswa

kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman semester I tahun pelajaran 2015/2016.
27

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil prestasi belajar membaca puisi karya sendiri dan observasi selama

pelaksanaan penelitian tindakan kelas tentang upaya peningkatan kemampuan membaca puisi

dengan teknik pemodelan berkelompok kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman semester 1 tahun

pelajaran 2015/2016, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok dapat meningkatkan

aktivitas siswa dalam membaca puisi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman semester I

tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan hasil observasi terhadap

siswa maupun guru selama pembelajaran membaca puisi berlangsung serta tanggapan sebagian

besar siswa terhadap penggunaan teknik pemodelan berkelompok dalam membaca puisi.,

aktivitas pembelajaran meningkat.

2. Pembelajaran membaca puisi dengan teknik pemodelan berkelompok dapat meningkatkan

kemampuan membaca puisi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kauman semester I tahun

pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan prestasi hasil belajar membaca puisi

baik ketuntasan klasikal maupun nilai rata-rata kelas dalam tiap-tiap siklus penelitian.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1) Guru hendaknya memilih dan merancang teknik pembelajaran yang lebih tepat dan cocok

dengan materi yang akan dipelajari siswa untuk mendapatkan hasil yang terbaik, karena tidak

semua teknik pembelajaran dapat diterapkan pada setiap materi.

2) Teknik pemodelan berkelompok dapat dijadikan sebagai alternatif teknik pembelajaran

membaca puisi oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang lain karena dalam proses
28

pembelajaran melibatkan seluruh siswa untuk kerja sama membaca puisi tanpa membedakan

kemampuan siswa.

3) Guru diharapkan untuk selalu mengevaluasi diri terhadap kegiatan belajar mengajar yang telah

dilaksanakan sehingga dapat termotivasi untuk selalu mengembangkan teknik pembelajaran

yang tepat bagi siswa.


29

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai