Anda di halaman 1dari 5

DETEKSI DINI KANKER PARU

Amnanemis yang lengkap pemeriksaan fisik yang teliti, Merupakan


kunci terhadap diagnosis yang tepat. selain gejala klinis yang telah
disebutkan di atas, beberapa faktor perlu diperhatikan pada pasien
tersangka kanker paru, seperti: faktor umur, kebiasaan merokok, adanya
riwayat kanker dalam keluarga, terpapar zat karsinogen atau terpapar
jamur, dan infeksi yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.
Menemukan kanker paru pada stadium dini sangat sulit karena pada
stadium ini tidak ada keluhan atau gejala. Ukuran tumor pada stadium
dini relatif kecil (<1cm) dan tumor masih berada pada epitel brokus.
Foto rontgen dada juga tidak dapat mendeteksi kanker tersebut . keadaan
ini disebut sebagai tumor in situ (Tis). Untuk mendapatkan sel tumor
tersebut hanya bisa dengan pemekrisaan sitologi spuntum dengan bantuan
bronkoskopi. angka keberhasilan diagnosis pemeriksaan sitolgi spuntum
ini pada pasien tanpa kelainan klinis dan radiologis relatif kecil, dan bila
ditemukan maka juga sulit menentukan asal sel tumor tersebut dalam
traktus respiratorius. Untuk mempermudah penemuan dini ini dianjurkan
dilakukan pemeriksaan skrining dengan cara memeriksa sitologi spuntum
dan foto rontgen dada, secara berkala. NATIONAL CENTER INSTITUTE
(NCI ) di USA menganjurkan skrining dilakukan setiap 4 bulan dan
terutam ditujukan pada laki-laki >40 tahun, perokok. >1bungkus perhari
dan atau bekerja dilingkungan berpolusi yang mengmungkinkan terjadi
kanker paru (pabrik cat, plastik, abses dll). Penelitian yang dilakukan oleh
NCI pada tiga pusat riset kanker selama >20 thn terhadap >30000
sukarelawan laki-laki perokok berat, dimana setegahnya menjalani
skrining intensif dengan pemeriksaan sitologi spuntum tiap 4 bln dan foto
rontgen dada (PA dan lateral) tiap tahun dan setengah lainnya sebagai
kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukan angka positif tumor
stadium awal pada kelompok pertama 45% dan kelompok kontrol 15%.
Pasien dengan kanker paru tersebut memiliki angka 5 tahun survival
sebesar 35 % dibanding kelompok kontrol 13% dalam studi ini,
pemeriksaan sel ganas dengan pemeriksaan sitologi spuntum lebih muda
menentukan adenokarsinoma dari karsinoma sel skuamosa. Small cell
carcinoma jarang terdeteksi pada stadium dini. Keseluruhan studi
menyimpulkan bahwa terdapat nilai positif (manfaat) dalam deteksi dini
kanker paru
PROSEDUR DIAGNOSTIK

Foto rontgen dada secara posterior sampai anterior (PA) dan lateral.

Pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.


Studi mayo clinic USA, menemukan 61 % tumor paru terdeteksi dalam
pemekrisaan rutin dengan foto rontgen dada biasa, sedangkan
pemeriksaan sitologi spuntum hanya bisa mendeteksi 19%.

Pada kanker paru , pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan


juga untuk bisa menilai doubling timenya. Di laporan bahwa, kebanyakan
kanker paru mempunyai doubling time anatara 37-465 hari. Bila doubling
time > 18 bulan, berarti tumornya benigna. Tanda tanda tumor benigna
lainnya adalah lesi berbentuk bulat konsentris, solid dan adanya
klasifikasi yang tegas. Pemeriksaan foto rontgen dada dengan cara
tomografi lebih akurat menunjang kemungkinan adanya tumor paru, bila
denga cara poto dada biasa tidak dapat memastikan keberadaan tumor
pemeriksaan penunjang radiologis lain dan kadang kadang di perlukan
juga adalah brongkografi, fluoroskopi, superior vena cavografi
ventilation/perfusion scanning, ultrasound sonography.

Pemeriksaan Computed Tomography dan Magnetic Resonace


Imaging.

Pemerikasaan CT Scan pada torak, lebih sensitif dari pada


pemeriksaan foto dada biasa, karena bisa mendeteksi kelainan atau nodul
dengan diameter minimal 3 mm, walaupun positif palsu untuk kelainan
sebesar itu mencapai 25-60%. Bila fasilitas ini memungkinkan,
pemeriksaan CT Scan bisa sebagai pemeriksaan skrining kedua setelah
poto dada biasa. Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MR) tidak
rutin di kerjakan karena, iya hanya terbatas untuk menilai kelainan tumor
yang menginvasi kedalam vertebra, medula spinal, mediastinum, di
samping biaya cukup mahal.

Pemeriksaan MRI torak tidak lebih superior di bandingkan CT scan


torak. Saat ini sedang di kembangkan teknik imaging yang lebih akurat
yakni positron emission tomography (PET) yang dapat membedakan
tumor jenak dan ganas berdasarkan perbedaan. Biokimia dalam
metabolisme jat jat seperti glukosa oksigen, protein, asam nukleat.
Contoh jat yang di pakai: methionine 11c dan F-18 fluoro deoksi glucose
(FD6).

Tumor yang kurang <1cm, agak sulit dideteksi karena ukuran kecil
tersebut kurang di resolusi oleh PET scaner. Sensitifitas dan spesitifitas
cara PET ini di laporkan 83-93% sensitif dan 60-90%spesifik.

Beberapa positif palsu untuk tanda malikne di temukan juga pada


lesi inplamasi dan infeksi seperti aspergilosis dan tuberculosis.
Sungguhpun begitu dari beberapa studi di ketahui pemeriksan PET
mempunyai nilai akurasi lebih baik dari pada pemriksaan ct scan

Pemeriksaan bonescanning.

Pemeriksaan ini di perlukan bila di duga ada tanda tanda metastasis


ketulang. Insisiden tumor non small cell lung cancer (NSCLC) ketulang
di laporkan sebesar 15%

Pemeriksaan sitologi

Pemeriksaan sitologi spuntum rutin dikerjakan terutama bila pasie


ada keluha seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan
hasil positif karena ia tergantung dari:

1. Letak tumor terhadap bronkus


2. Jenis tumor
3. Teknik mengeluarkan sputum
4. Jumlah spuntum yang diperiksa. Di anjurkan pemeriksaan 3-5
5. Waktu pemeriksan sputum (sputum harus segar)

Pada kanker paru yang letaknya central, pemeriksaan sputum yang


baik dapat memberikan hasi positif sampai 67-85% pada carsinoma cell
skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan
rutin dari skrining untuk diagnosis dini kanker paru, dan saat ini sedang
dikembangkan diagnosis didni pemeriksaan sputum memakai immune
stainning dengan Mab dengan anti body 624H12 untuk antigen NSCLC
(non small cell lung cancer). Laporan National Cancer Institute USA
teknik ini memberikan hasil 91% sensitiv dan 80% spesifik.
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostik kanker paru dapat
dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal,
supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.

PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

Pemeriksaan histopatologi adalah standart emas diagnosis kanker


paru untuk mendapatkan spesimennya dapat dengan cara biopsi:

Bronkoskopi modifikasi dari bronkoskopi serta optik dapat


berupa :

 Trans bronchial lung biopsy (TBLB) dengan tuntunan


fluroskopi, ultrasanografi.
 Belakangan ini sedang dikembangkan pemeriksaan
fluorescence bronchoscopy dengan memakai fluorescence
exchancing agent sperti Hp D (hematopophyrin derivative)
memberikan konsentrat pluorensensi pada jaringan kanker.
Teknik yang lebih baru lagi adalah dengan auto fluorensence
brochoscopy hasil pemeriksaan ini menunjukan 50% lebih
sensitif dari pad white light bronchoscopy untuk deteksi
karsinoma in situ dan displasia berat.
 Ultrasound bronchoscopy, juga dikembangkan pada saat ini
untuk mendeteksi tumor perifer, tumor endobronkhial,
kelenjar getah bening mediastinum, dan lesi daerah hilus.
 Hasil positif dengan bronchoscopy dapat mencapai: 95%
untuk tumor yang letaknya central dan 70-80% untuk tumor
yang letaknya perifer trans-bronchial needle-aspiration
(TBNA). Dikerjakan terhadap nodul getah bening di hilus
atau mediastinum. Hail akan lebih baik bila dituntun dengan
CT scan.

Trans Torakal Biopsi (TTB).


Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya
perifer dengan ukuran >2 cm sentifitasnya mencapai 90-95
% komplikasi pnemotorak dapat mencapai 20-25% dan
hemoptisis sampai 20%. Dengan persiapan yang lebih baik,
komplikasi ini dapat diperkecil. Hasil pemeriksaan akan
lebih balk bila ada tuntunan CT Scan, USG tau Plorouscopy
Biopsy terhadap kelenjar getah bening yang teraba, dapat
dilkukan secara daniel biopsi yakni pada kelenjar-kelenjar
getah bening scalaneus supraklavikular.

Torakoskpi
Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih
baik dengan cara torakoskopi dari pada cara membuta
(blind). Untuk tumor yang letaknya di permukaan pleura
pisceralis biopsi dengan cara video asisted thorascoscopy
memiliki sensitifitas dan spesitifitas hingga 100% sedangkan
komplikasi yang terjadi amat kecil.

Mediastinoskopi
lebih dari 20% kanker paru bermetastasis ke mediastinum,
terutam small cell Ca dan large Ca. Untuk mendapatkan
tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat
dapat dilakukan dengan cara mendiastinoskopi dimana
mediastonoskopi dimasukan melalui insisi suprasternal.
Hasil biopsi memberikan nilai psitif 40%

Anda mungkin juga menyukai