Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Makassar sebagai kota metropolitan yang juga merupakan

ibukota Provinsi Sulawesi Selatan semakin tumbuh pesat perekonomiannya

pada setiap sektor didukung dengan lokasinya yang strategis mengakibatkan

mobilitas usaha yang tinggi sehingga iklim bisnis mudah tercipta.

Munculnya perusahaan-perusahaan di Kota Makassar menjadi

gambaran betapa pesatnya pertumbuhan bisnis di Kota Makassar baik itu

perusahaan luar yang memperluas jangkauan bisnisnya atau perusahaan-

perusahaan yang didirikan oleh para pengusaha lokal asal makassar sendiri.

Pertumbuhan bisnis yang begitu pesat memberikan dampak yang positif

terhadap pembangunan ataupun pertumbuhan ekonomi tidak hanya didaerah

namun juga nasional. Dampak postif yang paling terasa bagi masyarakat

adalah seperti tersedianya banyak lapangan kerja.

Namun walaupun demikian tetap saja sektor industri atau korporasi

mempunyai dampak yang negatif, misalnya saja dampak lingkungan dari

aktivitas sebuah perusahaan yang melakukan eksploitasi sumber daya alam,

polusi udara yang disebabkan oleh asap hasil pembakaran yang dihasilkan

oleh mesin pabrik, pencemaran air yang disebabkan limbah cair pabrik, polusi

suara yang dihasilkan oleh aktivitas penambangan dan suara mesin pabrik,
2

radiasi gelombang elektronik dari menara listrik ataupun menara pemancar

telekomunikasi.

Dampak negatif menimbulkan banyak polemik ataupun masalah-

masalah sosial, yang mana akan berpengaruh secara langsung pada

masyarakat terutama masyarakat yang berada disekitar pabrik tempat

perusahaan melakukan kegiatan industrialnya ataupun lokasi penambangan

pada perusahaan tambang.

Adanya berbagai macam dampak negatif yang ditimbulkan oleh

aktivitas perusahaan, akan membuat masyarakat yang merasa terganggu dan

tidak nyaman dengan keberadaan aktivitas perusahaan yang berada disekitar

mereka akan menuntut perusahaan tersebut memberikan kompensasi sebagai

bentuk ganti rugi terhadap dampak yang harus mereka terima. Masyarakat

beranggapan perusahaan seharusnya jangan hanya mengejar peningkatan

profit saja, tapi perlu juga memperhatikan lingkungan dan kesejahteraan

masyarakat sekitar yang telah menerima dampak buruk/negatif dari kegiatan

perusahaan.

Sehubungan dengan banyaknya masalah-masalah yang ditimbulkan

dari adanya ketimpangan antara keberlanjutan perusahaan yang terus

mendapatkan keuntungan dan masyarakat yang kian terpuruk dengan segala

dampak dari segala kegiatan perusahaan maka diperlukan solusi yang konkrit

untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Salah satu caranya ialah dengan

melakukan kegiatan sosial ataupun kegiatan peduli lingkungan, hal ini banyak
3

dilakukan perusahaan karena dianggap dapat memberikan manfaat secara

langsung kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kepedulian sosial dan lingkungan hidup di sekitar perusahaan sekarang

ini lebih dikenal dengan istilah Corporate Sosial Responsibility (CSR) ,

Corporate Social Responsibility (selanjutnya akan disingkat CSR) adalah

suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan

adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan,

pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional

perusahaan. CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di

mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan

aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan

faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus

berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk

jangka panjang. http//www.wikipedia.co.id

Tanggung jawab sosial perusahaan juga telah diatur Undang-undang.

Adapun Peraturan yang mengatur tentang tanggung jawab sosial perusahaan,

adalah : Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan, (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan

dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan


4

dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) perseroan yang tidak

melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) ketentuan lebih

lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b)

menyatakan bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan

tanggung jawab sosial perusahaan.”

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang

Kesejahteraan Sosial, pasal 36 ayat 1 huruf d : dana yang disisihkan dari

badan usaha sebagai kewajiban dan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Dalam pasal tersebut mengatur salah satu sumber pendanaan untuk

kesejahteraan sosial bersumber dari badan usaha.

Selain untuk memperlihatkan tanggung jawab perusahaan,

implementasi CSR sebetulnya dapat dimanfaatkan untuk memebentuk citra

yang positif. Dalam perkembangannya praktek CSR yang terjadi sekarang ini

berindikasi lebih kepada praktek public relation belaka sehingga terkesan

imagesentris dan mendahulukan program-program yang bisa dilihat oleh

publik (sebagai strategi komunikasi). Oleh karena itu untuk membentuk citra

yang positif melalui program CSR bisa saja terjadi, karena melalui

pelaksanaan kegiatan CSR inilah perusahaan-perusahaan memperlihatkan


5

itikad dan perilaku yang baik namun semua ini tentunya harus dilaksanakan

melalui strategi komunikasi yang tepat pula.

Citra sangatlah penting bagi sebuah perusahaan, citra itu sendiri

merupakan cara pandang khalayak terhadap perusahaan. Citra dikatakan

penting karena dapat berpengaruh terhadap penjualan produk suatu

perusahaan, hal ini erat kaitannya dengan kepercayaan konsumen terhadap

perusahaan.

Sebagai Perusahaan yang besar Bosowa Corporation menyadari akan

pentingnya kesadaran akan tanggung jawab sosialnya, hal ini sejalan dengan

Misi Perusahaan yakni “Menjadi Berkah Bagi Masyarakat Dengan

Membangun Kepoloporan Ekonomi Nasional”. Bosowa mendirikan suatu

lembaga berkekuatan hukum yakni Bosowa Foundation yang mana melalui

lembaga inilah segala kegiatan sosial dalam hal ini Corporate Sosial

Responsibilty (CSR) dilaksanakan.

Segala kegiatan CSR ini diharapkan mampu mewujudkan Misi

perusahaan. Sejalan dengan itu CSR mampu membuat masyarakat

mempunyai pandangan yang positif terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan

sehingga dapat membentuk citra yang positif pula. Pembentukan citra positif

perusahaan itu sendiri merupakan bagian strategi jangka panjang Bosowa

Corporation.

Bosowa Corporation memegang teguh prinsip “doing well‟ dimana

Perusahaan dengan slogannya “memberi kembali” kepada masyarakat.


6

Bosowa Corporation telah lama menjalankan program bantuan pendidikan,

kesehatan, bantuan bencana alam, pemberdayaan usaha kecil dan

pembangunan infrastruktur di daerah dimana unit-unit usahanya beroperasi.

Total anggaran yang telah dikeluarkan Bosowa Corporation dalam

melaksanakan program Bosowa Foundation dari tahun 2008 sampai Agustus

2010 sejumlah Rp. 8.489.621.728 (Sumber: Hasil Laporan Keuangan

Bosowa Foundation yang Teraudit Tahun. 2009 & Laporan Keuangan Bulan

Agustus 2010) .

2010
No Jenis/Area 2008 2009
(per Agustus)
1 Pendidikan 860.489.635 684.692.645 417.973.715
2 Kesehatan &
69.425.535 62.146.000
Lingkungan
3 Sosial &
2.368.314.029 2.096.469.306 1.499.944.505
Keagamaan
4 Tanggap Darurat 122.102.340 308.064.000
Tabel 1.1 : Alokasi anggaran untuk setiap jenis kegiatan Bosowa
Foundation.

Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh bosowa foundation,

dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (Bosowa Foundation), maka

dianggap perlu untuk melakukan proses penyebaran informasi dan

mengkomunikasikan program dan kegiatan Bosowa Foundation. Penyebaran

informasi dan komunikasi ini ditujukan kepada stakeholder. Tujuan utamanya

ialah agar stakeholder mengetahui bahwa perusuhaan dalam hal ini bosowa
7

telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya sesuai apa yang diamanatkan

undang-undang.

Penyebaran informasi dan proses komunikasi sebagai bentuk pelaporan

implementasi CSR ini harus disusun secara terencana dan terarah. Hal ini

tentunya dapat diwujudkan melalui perancangan atau pembuatan strategi

komunikasi yang tepat pula. Diharapkan dengan strategi komunikasi yang

tepat, selain membuat membuat khalayak menjadi tahu tetapi juga mampu

membuat khalayak paham.

Berdasarkan kliping berbagai surat kabar lokal Sulawesi Selatan dari

tahun 2009 sampai tahun 2011 yang dimiliki oleh Corporate Secretary

Bosowa corporation terhadap pemberitaan yang berkaitan dengan Bosowa

Corporation, penulis melihat sangat sedikit artikel atau pemberitaan yang

sifatnya negatif terhadap Bosowa Corporation yang menjadi indikasi bahwa

citranya cenderung positif. Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh

kemampuan manajemen perusahaan dalam mengkomunikasikan setiap

kebijakan ataupun program perusahaan dengan baik sehingga citra positif

perusahaan tetap terjaga. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mencari tahu

bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan oleh bosowa corporation

dalam melaksanakan program perusahaan terutama pada program Bosowa

Foundation.

Berdasarkan latar belakang seperti yang digambarkan diatas, penulis

mencoba mengambil penelitian dengan judul:


8

“Strategi Komunikasi Program Corporate Social Responsibility

(Bosowa Foundation) Sebagai Upaya Menjaga Citra Positif Bosowa

Corporation”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka selanjutnya dapat

dituangkan dalam beberapa rumusan masalah yaitu:

a. Bagaimanakah strategi komunikasi yang diterapkan Bosowa Corporation

dalam melaksanakan kegiatan Bosowa Foundation?

b. Bagaimana citra yang dihasilkan oleh program Bosowa Foundation?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang diterapkan Bosowa

Corporation dalam melaksanakan kegiatan Bosowa Foundation.

b. Untuk mengetahui citra yang dihasilkan oleh Bosowa Corporation

dalam pelaksanaaan strategi komunikasi kegiatan Bosowa Foundation.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Secara Teoritis:

1. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi.

Dimana penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

sumbangan karya ilmiah terhadap mahasiswa ilmu komunikasi,


9

dosen ilmu komunikasi dan praktisi serta pemerhati kajian ilmu

komunikasi.

2. Merangsang munculnya penelitian-penelitian baru dalam kajian

Corporate Sosial Responsibilty (CSR), sehingga selalu dapat

menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan.

b. Secara Praktis:

1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan dan titik tolak bagi

peneliti yang ingin mengembangkan strategi komunikasi untuk

program Corporate Sosial Responsibilty (CSR).

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat strategi-strategi

komunikasi yang telah diterapkan sebelumnya oleh Bosowa

Corporation dalam rangka menjaga citra postif serta menjadi bahan

kajian bagi perusahaan lain dalam menentukan strategi komunikasi

bagi program CSR perusahaannya.

D. Kerangka Konseptual

Setiap perusahaan mempunyai berbagai cara dalam mengkomunikasikan

berbagai macam hal yang dianggap penting untuk diketahui oleh

khalayaknya. Komunikasi yang dilakukan perusahaan diharapkan bukan

hanya sekedar membuat komunikan dalam hal ini khalayak menjadi sekedar

tahu namun juga dapat mengubah perilaku ataupun presepsi sesuai dengan isi

pesan dari proses komunikasi. Oleh karena itu, untuk mencapai hal tersebut
10

diperlukan sebuah strategi komunikasi yang tepat dan efektif agar sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

Strategi komunikasi bagi suatu perusahaan merupakan hal yang penting

untuk dilaksanakan karena dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengubah,

menjaga, dan meningkatkan citra perusahaan. Berbagai macam kegiatan

sosial dilakukan perusahaan sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab

sosial kepada masyarakat dan lingkungan. Kegiatan sosial yang dilaksanakan

merupakan betuk implementasi dari program Corporate Social Responsibility

(CSR) yang saat ini sedang berkembang dan banyak dilaksanakan oleh

perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pelaksanaan kegiatan CSR sebagai

program perusahaan juga tentunya membutuhkan strategi komunikasi yang

tepat.

Menurut Effendy (2003:301) tentang strategi komunikasi:

“Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan


komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa
pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi
dan kondisi”.

Berbicara tentang strategi komunikasi pasti tidak akan lepas dari aktivitas

komunikasi. Aktivitas komunikasi itu sendiri merupakan proses untuk

menuju pencapaian terhadap tujuan perusahaan. Menurut R. Wayne Pace,

Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett dalam Ruslan (2007:37) tujuan

strategi komunikasi terdiri atas empat tujuan, yaitu:


11

1. To secure understanding, untuk memastikan bahwa terjadi suatu


pengertian dalam berkomunikasi.
2. To establish acceptance, bagaimana cara penerimaan itu terus dibina
dengan baik.
3. To motivate action, penggiatan untuk memotivasinya.
4. The goals which the communicator sought to achieve, bagaimana
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari
proses komunikasi tersebut.

Pada berbagai perusahaan umumnya proses kegiatan strategi komunikasi

banyak diserahkan kepada Public Relations (Selanjutnya disingkat PR) yang

mana pada Bosowa Corporation fungsi dan tugas PR dilaksanakan oleh

Corporate Communication. PR dijadikan sebagai penghubung antara

manajemen dengan khalayaknya guna terlaksananya komunikasi dua arah

sehingga apa yang ingin dicapai perusahaan dan khalayak dapat tersampaikan

serta dimengerti satu sama lain. Seperti fungsi PR yang dikemukakan

menurut oleh Roesady Ruslan (2007:9) :

1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.


2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal
dan eksternal.
3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari
organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada
organisasi.
4. Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi
kepentingan umum.
5. Operasionalisasi dan organisasi public relations adalah bagaimana
membina hubungan harmonis organisasi dengan publiknya, untuk
mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari
pihak organisasi maupun dari pihak publiknya.

Guna terlaksananya fungsi dari PR itu sendiri pasti dibutuhkan perincian

terhadap hal-hal yang harus dilakukan seorang PR officer, rincian inilah yang
12

menjadi tugas dari seorang PR officer. Menurut Assumpta (2002:39) ada lima

pokok tugas PR sehari-hari, yaitu:

1. Menyampaikan dan bertanggung jawab secara lisan, tertulis, melalui


gambar (Visual) kepada publik, supaya publik mempunyai pengertian
yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan
yang dilakukan.
2. Memonitor, merekam, dan mengevalusi tanggapan serta pendapat
umum dari masyarakat.
3. Memperbaiki citra organisasi.
4. Tanggung jawab sosial.
5. Komunikasi.

Berdasarkan fungsi dan tugas PR yang telah dijabarkan sebelumnya dapat

dilihat bahwa CSR bisa digolongkan sebagai tugas PR. Kegiatan CSR

menjadi bentuk implementasi terhadap tugas PR untuk melaksanakan tugas

tanggung jawab sosial perusahaan. Melalui pengimplementasian CSR pula

citra perusahaan dapat terbentuk dan terjaga, karena tidak hanya

menampilkan niat baik sebuah perusahaan tapi juga dapat memberikan kesan

baik terhadap perusahaan.

Citra itu sendiri terbagi dalam beberapa jenis seperti apa yang disebutkan

Jefkins (2003:23), yakni:

1. Citra bayangan (mirror image), citra ini melekat pada orang dalam atau

anggota-anggota organisasi biasanya adalah pemimpinnya mengenai

anggota pihak luar tentang organisasinya.

2. Citra yang berlaku (current image), adalah suatu citra atau pandangan

yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.


13

3. Citra yang diharapkan (wish image), adalah suatu citra yang

diinginkan oleh pihak manajemen.

4. Citra perusahaan (corporate image), adalah citra dari organisasi secara

keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannnya.

5. Citra majemuk (multiple image), banyaknya jumlah pegawai

(individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau

organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama

dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.

Pencitraan itu sendiri merupakan salah satu dari bentuk tugas PR, citra

yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi, publikasi, dan

seterusnya, tetapi terletak pada bagaimana organisasi bisa mencerminkan

organisasi yang bisa dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan

perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol,

dievaluasi. Dapat dikatan bahwa citra tersebut merupakan gambaran

komponen yang kompleks.

Dalam membuat suatu strategi komunikasi program CSR secara otomatis

PR akan terlibat didalamnya mulai dari proses fact finding, planning,

communicating, sampai pada evalauting. Proses ini banyak dipakai oleh PR

perusahaan dalam melakukan tugasnya, karena tahapan ini dianggap

representatif dan mampu mengarahkan tim penyusun strategi untuk mencapai

tujuan yang dicapai perusahaan. Hal ini didukung Cutlip dan Center
14

(2006:320) yang menggambarkan bagaimana proses manajerial yang biasa

dilakukan oleh perusahaan dalam melaksanakan aktivitas program CSR.

LANGKAH PROSES PUBLIC RELATIONS

Gambar 1.1 Sumber: M. Cutlip Scott, H. Center Allen, & M. Broom Glen
dalam Effective Public Relations.

Proses tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. Fact Finding/Defining the Problem atau Pengumpulan Fakta, Tahap ini

mencakup kegiatan mengumpulkan fakta, opini, sikap dan perilaku dari

pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan perusahaan. PR diarahkan


15

untuk meneliti masalah atau fakta-fakta yang menyangkut social

responsibility yang timbul di masyarakat.

2. Planning and Programming atau Perencanaan, Tahap ini merupakan tahap

membuat keputusan tentang penetapan strategi komunikasi untuk program

CSR akan dilakukan. Dimana didalam strategi tediri tersebut terdiri atas

berapa tahapan yakni pengenalan khalayak, penyusunan pesan,

menetapkan metode, seleksi penggunaan media.

3. Taking Action and Communicating (Tindakan dan Mengkomunikasikan),

Tahap yang ketiga ini merupakan kegiatan yang mengarah pada penerapan

dan mengkomunikasikan program CSR kepada publik secara sistematis,

sehingga persepsi publik dapat terbentuk dengan baik.

4. Evaluating the Program (Mengevaluasi Program), Pada tahapan yang

terakhir ini, kegiatan komunikasi dalam PR difokuskan pada usaha untuk

melakukan penilaian atas persiapan, implementasi dan hasil dari program

CSR yang sudah dilakukan.

Dengan mengacu pada berbagai pendapat yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka berdasarkan penerapan kerangka teori pada penelitian ini

dapat disusun sebuah bagan kerangka konseptual dibawah ini.


16

KERANGKA KONSEPTUAL
Gambar 1.2

BOSOWA CORPORATION

STRATEGI KOMUNIKASI

FACT FINDING

CITRA
PLANNING BOSOWA CORPORATION

TAKING ACTION AND COMMUNICATING

EVALUATING THE PROGRAM

E. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari masing-masing variable sebagai berikut:

1. Strategi Komunikasi adalah rencana yang menyeluruh dan pengerahan

kegiatan atau tindakan komunikasi yang dilakukan oleh Bosowa

Corporation dalam mencapai tujuan aktivitas komunikai.

2. Bosowa Foundation adalah lembaga yang didirikan Bosowa Corporation

untuk menjalankan kegiatan CSR.


17

3. Corporate Sosial Responsibility adalah kegiatan atau program yang

dilaksanakan Bosowa Foundation dalam memenuhi tanggung jawab sosial

Bosowa Corporation.

4. Citra positif, merupakan salah satu hasil akhir yang ingin dicapai dalam

proses pelaksanaan strategi komunikasi sehingga medapatkan kesan baik

dari khalayak.

F. Metode Penelitian

1. Waktu dan Lokasi penelitian

Penelitian direncanakan berlangsung sekitar dua bulan, dari bulan Juni

hingga September 2011. Lokasi penelitian bertempat di Menara Bosowa

Makassar Jl. Jendral Sudirman No.3 Makassar.

2. Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, yaitu tipe penelitian mendeskripsikan secara sistematis, faktual,

dan akurat mengenai data dan fakta yang diperoleh.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sebagai penunjang dalam tulisan ini, maka penulis

melakukan pengumpulan data sebagai berikut;

a. Data Primer

Metode yang dipergunakan terdiri dari dua cara yaitu.

 Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung di lokasi penelitian

terhadap objek, untuk mengumpulkan informasi atau data sebanyak

mungkin yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.


18

 Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara secara

langsung dan mendalam dengan beberapa narasumber informan

yang dianggap kapabel serta relevan dengan penelitian ini.

b. Data Sekunder

Studi Pustaka (library search) yaitu penelitian yang dilakukan dengan

mengkaji beberapa literatur yang erat hubungannya dengan

permasalahan yang dibahas baik dalam bentuk searching internet

ataupun kepustakaan.

4. Informan

Dalam hal ini penulis menghubungi beberapa informan kunci (Key

informan) mereka melakukan perencanaan dan pelaksanaan strategi

komunikasi dari Bosowa Foundation, mereka adalah:

 Corporate Communication Manager Bosowa : Satu orang

 Corporate Event & Promotion Officer Bosowa : Satu orang

 Corporate Foundation Officer : Satu orang

Selain informan yang berasal dari pihak Bosowa, juga terdapat

beberapa informan yang merupakan perwakilan dari stakeholder. Masing-

masing sebagai berikut:

 M. Takbir (Mahasiswa Institut Pertanian Bogor/ Penerima

Beasiswa Bosowa Foundation)

 Baso Temanenga (Direktur Eksekutif Esensi Foundation)


19

 Iswandi Mahendra (Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulawesi

Selatan)

 Ir. Affandy Agusman Arif (Anggota Komisi D DPRD Provinsi

Sulawesi Selatan/ Ketua Kaukus Lingkungan Hidup DPRD

Provinsi Sulawesi Selatan)

 Sulfaedar (Wartawan Koran Tempo Makassar)

5. Teknik Analisis Data

Data dari hasil penelitian akan daianalisa dengan menggunakan teori

strategi komunikasi dan disajikan dengan teknik deskriptif kualitatif yang

mana akan menekankan pada penelitian sumber, yaitu teknik yang

menggambarkan, memaparkan, dan menginterprestasikan objek yang

diteliti dengan menggunakan kata-kata secara sistematis dan faktual.

Maka, akan diperoleh gambaran jelas tentang strategi apa saja yang

dilakukan, dan capaian pencitraan yang dihasilkan dari penerapan strategi

dari kegiatan CSR perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai