Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan. Hasil dari


pengkajian adalah terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat penting dalam akurasi
data yang dikumpulkan. Data yang terkumpulkan meliputi : Riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Sistem saraf manusia mempunyai struktur
yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Satu
fungsi saraf terganggu secara fisiologi akan berpengaruh terhadap fungsi tubuh yang lain.

Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh
lebih cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk
terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik yang
menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls
tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan
melanjutkan impuls-impuls menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Saraf Kranial
2. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Reflex

C. Tujuan Penulisan
1. Mampu Memhami Teknik Pemeriksaan Saraf Kranial
2. Mampu Memhami Teknik Pemeriksaan Reflex

1
BAB II

PEMBAHASA

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pemeriksaan syaraf kranial


Pemeriksaan saraf kranial perlu dilakukan karena saraf-saraf ini secara langsung
mempunyai tugas yang nyata pada setiap organ, sehingga dapat terindentifikasi kelainan
yang mungkin terjadi

Saraf Kranial Fungsi Prosedur


N. Olfaktorius (I) Penciuman, Kemampuan mengidentifikasi bau
penghidu yang umum, satu hidung ditutup,
mata pasien ditutup.
N. Optikus (II) Tajam Test tajam penglihatan dengan
penglihatan dan snellen test, optalmoscope, lapang
lapang pandang pandang dengan konfrontasi
N. Okulomotorius, N. Keadaan pupil, Inspeksi kelopak mata, inspeksi
Trokhearis, N. Abdusen ( pergerakan bola pupil dengan senter, gerakan bola
III, IV, VI) mata dan mata.
kelopak mata
N. Trigeminus (V) Sensasi wajah, Goreskan dengan, pada bagian dahi,
kornea, rasa pada pipi dan dagu. Refleks kornea,
lidah bagian palpasi otot wajah pada saat
belakang, mengatup gigi
kekuatan otot
maseter
N. Fasialis (VII) Ekspresi wajah, Lihat kesimetrisan wajah, anjurkan
otot wajah, pasien untuk memejamkan mata, test
sensasi lidah kekuatan kelopak mata, pasien
pada 2/3 bagian bersiul, tersenyum, mengeryitkan
belakang dahi, mengidentifikasi rasa manis
dan asin pada lidah
N. Vestibulokoklearis Pendengaran dan Test berbisik, test weber, test rinne

2
(VIII) keseimbangan
N. Glosofaringeus (IX) Kemampuan Test gag reflex dan kemampuan
menelan, menelan
pergerakan lidah
dan gag reflek
N. Vagus (X) Sensasi faring, Inspeksi palatum dan uvula simetris
laring dam atau tidak, observasi kemampuan
kemampuan menelan
menelan
N. Assesorius (XI) Pergerakan Test kekuatan otot bahu dan test
kepala, otot leher kekuatan otot leher
dan bahu
N. Hipoglosus (XII) Kekuatan lidah Inspeksi lidah apakah simetris,
tremor atau atropi. Inspeksi
pergerakan lidah dan tes kekuatan
lidah

B. Pemeriksaan reflex
Reflek adalah reaksi dari rangsangan timbul akibat regangan otot. Reflex terbagi:
1. Reflex normal
2. Reflex tendon
3. reflex superfisia

Refleks Teknik Pemeriksaan Respon

Refleks Tendon
Refleks Bisep Lengan pasien disemifleksikan, Fleksi lengan bawah
ketok tendon bisep
Refleks radius Lengan bawah difleksikan dan Fleksi lengan bawah dan
pada prosesus stiloideus dari ulna pronasi
Refleks trisep Lengan bawah disemifleksikan, Ekstensi lengan bawah
ketok tendon trisep

3
Refleks patella Tungkai difleksikan dan Ekstensi tungkai bawah
digantung, ketok pada tendon
muskulus kuadriseps femoris, di
bawah atau di atas patella
Refleks achiles Tungkai bawah di fleksikan Plantar fleksi pada kaki
sedikit, ketok tendon achiles
Refleks Superfisial
Refleks kornea Kornea mata disentuh dengan Mata dipejamkan
sepotong kapas yang ujungnya
dibuat runcing
Refleks palatal Sentuh bagian palatal dan faring Elepasi palate
dan faringeal

Refleks dinding Gores dinding perut dengan Otot perut akan berkontraksi
perut benda yang agak runcing

Refleks kremaster Goreskan atau sentuh pada Skrotum berkontraksi


bagian medial pangkal paha
Refleks anus Kulit sekitar anus di gores Otot sfingter eksternus
berkontraksi

1. Reflex patologis
Reflex babinsky, brudzinki, kernig, kaku kuduk, test lasugue dan klonus
a. Refleks Babinski
Refleks Babinski dapat diperiksa dengan cara pasien berbaring dengan
tungkai diluruskan. Goreskan benda yang agak runcing pada bagian lateral dari
tumit menuju pangkal jari. Reaksi positif jika terdapat gerakan gerakan dorso
fleksi ibu jari dengan jari-jari lainnya mekar

b. Tanda Brudzinski I

Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya rangsangan meningeal.


Pasien baring telentang, gerakan anterorefleksi leher sampai dengan dagu
menyentuh sternum akan disusul fleksi involunter pada kedua tungkai

4
c. Tanda brudzinski II

Tanda brudzinski II tungkai kontra lateral. Pasien baring telentang,


lakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (+) bila terjadi fleksi involunter
sendi pangul dan lutut kontralateral

d. Tanda kaku kuduk

Pasien berbaring tanpa bantal, dilakukan anterofleksi leher. Bila (+)


adanya kekakuan dan tahanan disertai rasa nyeri dan spasme otot, dagu tidak
dapat disentuh ke dada

e. Tanda kernig

Pasien berbaring telentang, paha diangkat dan fleksi pada sendi panggul
kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa
nyeri (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135˚ disertai nyeri.

f. Tanda laseque

Pasien baring terlentang, dilakukan fleksi pada sendi panggul pada waktu
tungkai dalam sikap lurus (+) bila timbul nyeri di lekuk iskhiadikus atau tahanan
pada waktu fleksi < 60˚

g. Klonus

Merupakan kontraksi otot secara ritmit atau dianggap sebagai rentetan


reflex regangan otot

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawat perlu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klein yang
mengalami gangguan sistem persyarafan sehingga masalah kesehatan klien dapat teratasi
dengan baik dalam rangka meningkatkan status kesehatan klien. Langkah awal dalam
memberikan asuhan keperawatan yaitu pengkajian keperawatan. Dengan demikian setiap
mahasiswa keperawatan harus mampu memahami konsep dan teori tentang pengkajian
pada klien dengan gangguan system persyarafan sehingga diharapkan nantinya dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkwalitas pada klien yang mengalami gangguan
system persyarafan tersebut dengan cara melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/69250074-Pemeriksaan-fisik-neurologi.html

https://www.academia.edu/19714655/Pemeriksaan_Fisik_Sistem_Persyarafan

https://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_kranial

Anda mungkin juga menyukai