PENDAHULUAN
disebabkan oleh bermacam- macam reaksi patologis dan fisiologis. Anemia ringan
hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif, namun dapat berlanjut
prevalensi anemia pada anak usia kurang dari 4 tahun diperkirakan terdapat 43%.
Survei Nasional di Indonesia (1992) mendapatkan bahwa 56% anak di bawah umur
5 tahun menderita anemia, pada survey tahun 1995 ditemukan 41% anak di bawah
5 tahun dan 24- 35% dari anak sekolah menderita anemia.Gejala yang samar pada
adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi yang dibutuhkan untuk
sintesis hemoglobin. Anemia defisiensi adalah anemia akibat kekurangan zat besi
rata-rata
dari umur dan jenis kelamin yang sama. Hemoglobin adalah metaloprotein
(protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan
hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju
paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh.
yang dilakukan biasanya dengan mengukur Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht).
Hasil pemeriksaan tersebut hati-hati dikelirukan pada pasien dehidrasi dan masa
kehamilan.
Dalam keadaan normal jumlah sel darah merah pada rata-rata orang dewasa
kira-kira 5 juta permilimeter kubik. Eritropoesis pada orang dewasa terutama terjadi
di dalam sumsum tulang melalui stadium pematangan. Sel eritrosit berinti berasal
dari sel induk multipotensial yang kemudian berdiferensiasi menjadi sel induk
deoxyribonucleic acid (DNA) yang diperlukan untuk tiga sampai dengan empat kali
fase mitosis. Dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk 16 eritrosit. Sel-sel yang
sedang berada dalam fase diferensiasi dari pronormoblas sampai dengan eritrosit
indeksnya. Pada klasifikasi ini mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung
• Perdarahan akut
• Penyakit kronik
• Anemia hemolitik
• Anemia aplastik
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah lebih besar dari normal tetapi
MCV meningkat dan MCHC normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau
terhentinya sintesa asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12
Mikrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih kecil dari normal dan
• Talasemia
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan distribusi kapiler
mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang
dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut serta
defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B12. Dalam referat ini dibahas lebih lanjut
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron
menunjukkan cadangan besi kosong. Menurut WHO dikatakan anemia bila :Pada
kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 gram. Kira-
2.2 Epidemiologi
(ankilostomiasis). Gejala yang timbul biasanya ada kemerahan dan gatal (ground
itch) pada kulit tempat larva menembus. Migrasi larva yang banyak melalui paru-
ulu hati, anoreksia, diare dan penurunan berat badan. Infeksi yang kronis dapat
• Hemoglobinuria
2.3 Metabolisme Fe
Terdapatnya zat besi (Fe) dalam darah baru diketahui setelah penelitian oleh
bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam bentuk organik, yaitu
sebagai ikatan nonion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu sebagai ikatan
ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi. Kira-kira 70% dari Fe yang
terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30% merupakan
dehidrogenase dan zantin oksidase sebanyak 0,5%, dan Transferin 0,1%. Fe non
esensial terdapat pada cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin sebanyak
25% pada parenkim jaringan kira-kira 5%. Cadangan Fe Pada wanita hanya 200-
ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorpsi dalam
bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif.
Ion fero yang sudah diabsorpsi akan diubah menjadi ion feri dalam sel mukosa.
Selanjutnya ion feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin, atau
Secara umum :
- Bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah
- Bila cadangan dalam tubuh rendah atau kebutuhan akan zat besii meningkat
maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut dari sell mukosa ke
Eritropoesis dapat meningkat sampai lebih dari 5 kali pada anemia berat atau
hipoksia. Jumlah Fe yang diabsorpsi sangat tergantung dari bentuk dan jumlah
• Inosin
• Metionin
• Vitamin C
• HCISuksinat
Asam akan mereduksi ion feri menjadi fero dan menghambat terbentuknya
kompleks Fe makanan yang tidak larut. Sebaliknya absorpsi Fe akan menurun bila
- kalsium karbonat
- aluminium hidroksida
- magnesium hidroksida
Besi yang terdapat pada makanan hewani umumnya diabsorpsi rata-rata dua
kali lebih banyak dibandingkan dengan makanan nabati. Kadar Fe dalam plasma
berperan dalam mengatur absorpsi Fe. Absorpsi ini meningkat pada keadaan
Defisiensi Fe, Berkurangnya depot Fe, dan Meningkatnya eritropoesis. Selain itu,
bila Fe diberikan sebagai obat, bentuk sediaan, dosis dan jumlah serta jenis
terutama ke sumsum tulang dan depot Fe. Jelas bahwa kapasitas pengikatan total
Fe dalam plasma sebanding dengan jumlah total transferin plasma, tetapi jumlah Fe
dalam plasma tidak selalu menggambarkan kapasitas pengikatan total Fe ini. Selain
transferin, sel-sel retikulum dapat pula mengangkut Fe, yaitu untuk keperluan
cadangan, dalam bentuk terikat sebagai feritin. Feritin terutama terdapat dalam sel-
sel retikuloendotelial (di hati, limpa, dan sumsum tulang). Cadangan ini tersedia
untuk digunakan oleh sumsum tulang dalam proses eritropoesis; 10% diantaranya
terdapat dalam labile pool yang cepat dapat dikerahkan untuk proses ini, sedangkan
sisanya baru digunakan bila labile pool telah kosong. Besi yang terdapat di dalam
Bila Fe diberikan IV, cepat sekali diikat oleh apoferitin (protein yang
pemberi per oral terutama akan disimpan di limpa dan sumsum tulang. Fe yang
berasal dari pemecahan eritrosit akan masuk ke dalam hati dan limpa.
absorpsi yang berlebihan pula. Jumlah Fe yang dieksresi setiap hari sedikit
Keringat
Urin
Feses
Kuku dan rambut yang dipotong
diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat
menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar
simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan
Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,
diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum.
Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb
(Gutrie, 186:303) Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan
kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan
anemia gizi bila kadar feritin serumnya <12 ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan
Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining dengan cara
mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV), konsentrasi
Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah 95% acuan.
1. Dalam kadar tinggi (lebih dari 5 mg/100 g) adalah hati, jantung, kuning telur,
3. Dalam jumlah rendah (kurang dari 1 mg/100 g), antara lain susu dan
• cepat lelah
• jantung berdebar-debar
• takikardi
• sakit kepala
• mata berkunang-kunang
• letih
• lesu
• pucat
• perdarahan dan eksudat pada retina bisa terlihat pada anemia berat (Hb 5
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
b. Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak
2. Pemeriksaan fisis
jantung
3. Pemeriksaan penunjang
c. Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
d. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
Pada defisiensi besi dini apusan biasanya normal. Sulit untuk mencari
perubahan dini yang samar-samar dalam ukuran sel pada defisiensi besi dini dan
pada stadium ini nilai MCV lebih mendorong daripada apusan darah tepi. Pada
anemia defisiensi besi berat terjadi poikilositasis yang nyata dan hipokrom tanpa
noda berupa titik-titik. Umum terdapat sel-sel elips (berbentuk sigaret). Beberapa
sel muda yang terlihat pada sediaan apus seringkali muncul sebagai sel-sel target
polikromatofilik.
Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan pemeriksaan kadar Hb agar hasil
lebih tepat untuk menentukan anemia gizi besi. Untuk menentukan anemia gizi besi
yaitu :
Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar SF <
Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum merupakan
salah satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi, kadar besi
menurun dan meningkat, rasionya yang disebut dengan TS. TS < dari 16 % maka
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah
meningkat. Kadar
normal FEB 35-50 mg/dl RBC. Secara ringkas untuk menentukan keadaan
beberapa bentuk melalui oral, parenteral maupun tranfusi darah dengan keuntungan
makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat
Tabel 3. Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet FE yang lazim
digunakan
hemoglobin.
Efek samping dari pemberian besi feroral tergantung dosis yang diberikan
dan dapat diatasi dengan mengurangi dosis dan meminum tablet segera setelah
• konsipasi (+ 10%)
• diare (+ 5%)
• kolik
Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis
atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini absorpsi dapat
kepada penderita.
Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan terjadi
pada anak akibat menelan terlalu banyak table FeSO4 yang mirip gula-gula.
Kelainan utama terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai
terjadi nekrosis.
• Mual
• Muntah
• Diare
• Hematemesis
parut berlebihan di kemudian hari. Gejala keracunan tersebut di atas dapat timbul
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan
untuk meningkatkan kualitas pangan . Kesulitan untuk fortifikasi zat besi adalah
sifat zat besi yang reaktif dan cenderung mengubah penampilanm bahan yang di
fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak mengubah rasa, warna, penampakan
dan daya simpan bahan pangan. Selain itu pangan yang difortifikasi adalah yang
Penyakt infeksi dan parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi besi.
Riboflavin (vitamin B2) dalam bentuk flavin mononukleotida (FMN) dan falavin-
dimana ternyata faktor derisiensi Fe dan penyakit infeksi memegang peranan pula.
• Piridoksin
pertumbuhan heme.
jumlah Fe non hemoglobin yang banyak dalam prekursor eritrosit, dan pada
• Kobal
meningkatkan
hemoglobin dan eritrosit pada beberapa penderita dengan anemia refrakter, seperti
yang terdapat pada penderita talasemia, infeksi kronik atau penyakit ginjal, tetapi
yang berguna untuk meningkatkan ambilan Fe oleh sumsum tulang, tetapi ternyata
Kobal sering terdapat dalam campuran sediaan Fe, karena ternyata kobal dapat
Akan tetapi, harus diingat bahwa kobal dapat menimbulkan efek toksik
berupa :
- erupsi kulit
- struma
- angina
- tinnitus
- tuli
- payah jantung
- sianosis
- koma
- malaise
- anoreksia
- mual
- muntah
Tembaga Seperti telah diketahui kedua unsur ini terdapat dalam sitokrom
oksidase, maka ada sangkut paut metabolisme tembaga (Cu) dan Fe. Hingga
dalam makanan ataupun sebagai obat, dan defisiensi Cu pada manusia sangat jarang
hipokupremia dengan sediaan Fe, bersama atau tanpa Cu, memberikan hasil yang
sama.
defisiensi Fe) diperlukan kedua unsur tersebut karena pada hewan dengan defisiensi
c.Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan
gastrointestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati, nyeri abdomen
dan mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat sementara.
Tumbuh Kembang
c. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan
d. Aktifitas motorik
BAB III
PENUTUP
umumnya seperti lemah, lesu, lelah, pusing, sakit kepala, sulit tidur, gelisah, kurang
konsentrasi dan ada riwayat perdarahan, trauma atau penyakit kronik. Pada
didapat nilai Hb dan Ht yang kurang dari normal. Pemeriksaan penunjang dapat
membantu kita untuk membedakan jenis anemia. Gambaran darah tepi pada anemia
Terapi anemia sebaiknya dilakukan dengan cepat dan tepat. Secara umum kita
mengobati penyebab anemianya. Tetapi pada keadaan tertentu kita harus mengobati
anemianya walapun
karena bahaya tranfusi cukup banyak. Tetapi pada pasien-pasien yang terancam
5. Stoltzfus RJ. Defining iron deficiency anemia in public health terms: a time
for reflection. J Nutr. 2001;131:565S-7