LEUKOREA

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

CASE BASED DISCUSSION

LEUKOREA

Pembimbing :

dr. Fx. Sunarto, Sp.OG

Disusun oleh :
Ilham Prayoga Bakhri
01.211.6414

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2016

A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Nn.VN
2. Umur : 23 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No. RM : 121.92.97
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Karyawan Swasta
8. Status : Belum Menikah
9. Alamat : Rendeng, Kudus
10. Tanggal Masuk : 2 Agustus 2016
11. Masuk Jam : 9.00 WIB
12. Ruang : Poli
13. Kelas : Non PBI

B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Agustus 2016 pukul 9.00 WIB.

1. Keluhan Utama :
Pasien 23 tahun datang dengan keluhan keputihan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien♀, 23 tahun datang ke poli Obsgyn RSISA dengan keluhan keputihan berwarna
putih. Keluhan dirasakan sejak ±2 bulan yang lalu. Cairan yang keluar dari vagina jumlah
cairan tersebut cukup, tidak berbau, gatal dan kental seperti susu. Flek disangkal dan
tidak ditemukan nyeri perut bagian bawah, pasien menyangkal nyeri ketika BAK.
Sebelumnya pasien belum pernah berobat.. Pasien sering menggunakan celana yang
ketat. Pasien menyangkal menggunakan sabun yang berlebihan, stress disangkal,
penggunaan alat mandi secara bersamaan disangkal. Riwayat berganti ganti pasangan
disangkal.
3. Riwayat Haid
- Menarche : Umur 12 tahun
- HPHT : 23-7-2016
- Siklus haid : 28 hari, teratur
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
4. Riwayat KB
Disangkal

5. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Penyakit Reproduksi : disangkal
- Riwayat Pencernaan : disangkal
7. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal

8. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorangkaryawati swasta,. Biaya pengobatan ditanggung sendiri.


C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit TB : 152 cm

RR : 22 x/menit BB : 55 Kg

Suhu : 36,50C

b. Status Internus

1. Mata : tidak dilakukan.


2. Mulut : tidak dilakukan.
3. Tenggorokan : tidak dilakukan.
4. Leher : tidak dilakukan.
5. Kulit : tidak dilakukan.
6. Mamae : tidak dilakukan.
7. PF Paru :
 Inspeksi : tidak dilakukan.
 Palpasi : tidak dilakukan.
 Perkusi : tidak dilakukan.
 Auskultasi : tidak dilakukan.

8. PF Jantung :
 Inspeksi : tidak dilakukan.
 Palpasi : tidak dilakukan.
 Perkusi : tidak dilakukan.
 Auskultasi : tidak dilakukan.
9. PF Abdomen :
 Inspeksi : Datar, pembesaran uterus tidak terlihat, striae gravidarum
(-), linea nigra (+), bekas operasi (+).
 Auskultasi : bising usus (+), DJJ (-)
 Perkusi : Timpani (+)
 Palpasi : Nyeri tekan perut bawah (-),

10. Status Ginekologis


 Inspeksi Eksterna : Darah segar (-), flek-flek (-), Eritem (+)
 Interna
 Tidak dilakukan
11. Extremitas :
Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan pH vagina 5
2. Whiff test (-)

E. RESUME
Pasien♀, 23 tahun datang ke poli Obsgyn RSISA dengan keluhan keputihan berwarna putih.
Keluhan dirasakan sejak ±2 bulan yang lalu. Cairan yang keluar dari vagina jumlah cairan
tersebut cukup, tidak berbau, gatal dan kental seperti susu. Flek disangkal dan tidak
ditemukan nyeri perut bagian bawah, pasien menyangkal nyeri ketika BAK. Sebelumnya
pasien belum pernah berobat.. Pasien sering menggunakan celana yang ketat. Pasien
menyangkal menggunakan sabun yang berlebihan, stress disangkal, penggunaan alat mandi
secara bersamaan disangkal. Riwayat berganti ganti pasangan disangkal.
Riwayat Kehamilan

HPHT : 23-7-2016

HPL :-

Umur Kehamilan :-

Tanggal kedatangan ke Poli : 2-08-2016

Status Present dan ginekologi:

Didapatkan tanda-tanda tidak pasti hamil, tidak terdapat TFU.

Genitalia
 Terdapat duh tubuh berwarna putih susu, kental, tidak berbau, gatal di sekitar
genital, terdapat eritem.

F. DIAGNOSA
Vaginovulvitis e.c Susp. Candidiasis

G. PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis
1. Pemeriksaan Mikroskopis (Untuk menemukan spora, hifa, dll)
Rencana Terapi
• Sistemik
– Flukonazol 150 mg, dosis tunggal
– Itrakonazol 100 mg, 2 tab pagi 2 tab malam
– Ketokonazol 200 mg, 2 kali sehari 5-7 hari
• Topikal (tablet vagina atau krim)
– Golongan azol
– Nistatin

Rencana Edukasi
1. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
2. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah
bakteri berkembang biak.
3. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
4. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
5. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
6. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset
di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya
pasangan dibawa dalam pengobatan.

H. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam


DASAR TEORI

A. LEUKORRHEA
I. DEFINISI
 Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah. Keputihan
bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua
penyakit kandungan (Manuaba, 2005).

 Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ
reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang
tidak normal (Blankast, 2008).

 Keputihan adalah semacam Slim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu
kental dan agak kekuning-kuningan. Jika Slim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak
menjadi persoalan.(Handayani, 2008)

 Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang di keluarkan dari alat–
alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono, 2005)

 Keputihan di definisikan sebagai cairan dari kelamin perempuan (vagina) yang


berlebihan selain air kencing atau darah. Sifatnya bisa normal atau tidak normal
(Indriatmi, 2007)

 Keputihan (leukorrhea atau flour albus) adalah cairan yang keluar dari vagina. Dalam
keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu bersifat patologis
(Mansjoer, dkk., 2001)

II. PATOFISIOLOGI
A. Sumber Cairan
a. Vulva
Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina akan tetapi penderita mengeluh
keputihan karena tidak mengetahui asal cairan tersebut. Cairan ini dapat berasal dari kelenjar
Bartholin yang mempunyai peranan penting dalam pelumasan introitus dan mukosa vulva yakni
berupa lendir yang meningkat pada aktifitas seksual. Lendir juga berasal dari daerah periurethral
tempat bermuaranya saluran Skene.

b. Vagina
Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat keluar dari permukaan secara
transudasi. Cairan bersifat asam karena adanya asam laktat yang diproduksi oleh
mikroorganisme terutama bakteri Doderlein.

c. Serviks
Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir jernih, basah, jumlah dan
kekentalannya bervariasi bergantung dari fase siklus menstruasi. Jumlah terbanyak ialah saat
ovulasi, hal ini terjadi akibat pengaruh hormonal, yakni oleh hormon esterogen.

d. Uterus
Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif pada fase post ovulasi dan sedikit
dari cairan ini dapat turun ke vagina, jumlahnya kecil sekali kecuali bila terjadi kelainan dalam
hal vaskularisasi, adanya kelainan faktor endokrin, maupun neoplasma atau infeksi.

e. Oviduk (Saluran Telur)


Walau jarang tetapi mungkin terjadi dalam keadaan tertentu misal salpingitis yang kemudian
cairannya masuk uterus dan selanjutnya turun ke vagina.

B. Komponen Sekret Vagina yang Normal


Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit, mikroorganisme, sel-
sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-
komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel
epitel berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang normal
terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel. Leukosit,
meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan
dalam jumlah kecil.

C. Pengaruh Hormon Seks


Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon- hormon seks. Peningkatan volume
dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah ovulasi, dalam hal ini hormon progesteron
memegang peranan. Estrogen meningkatkan kadar glukosa dalam cairan vagina, namun tidak
diketahui secara jelas apakah estrogen meningkatkan pergantian glikogen atau kandungan
glikogen sel-sel epitel, yang kemudian dapat mempengaruhi jenis organisme yang
mengkolonisasi epitel, hal ini menyebabkan wanita premenarche dan pasca menopause lebih
banyak mempunyai bakteri anaerob daripada wanita menstruasi.

D. Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina


Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat dalam flora vagina adalah pH
dan kadar glukosa dalam sekret vagina. Kandungan glikogen epitel vagina pasti meningkat pada
wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa
reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam (kurang
dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan
glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen
sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina yang juga menggunakan glikogen
sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti
laktobasilus. Terdapatnya laktobasilus mungkin menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri
lainnya. Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain
melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan
glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang
menghambat pertumbuhan bakteri anaerob dan dengan menggunakan glukosa tersebut
memusnahkan organisme lain karena substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan. Di
antara wanita pasca menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena pengurangan kadar
estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan pH vagina. Pada lingkungan pH
yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan demikian
organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan berproliferasi.
E. Mikro-Ekosistem Epitel Vagina
Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan kemampuan bakteri tertentu untuk
menempati tempat tersebut berbeda-beda di antara pasien yang satu dengan lainnya. Beberapa
wanita sangat rentan terhadap infeksi karena selnya mengandung tempat yang mudah dilekati
bakteri. Flora normal yang menempel pada sel-sel epitel vagina dan merupakan mikro-ekosistem
epitel vagina akan menghambat pertumbuhan organisme patologik yang berlebihan dengan
paling sedikit dua mekanisme.
Pertama, flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi substrat yaitu glukosa dan glikogen.
Kedua, dengan menghasilkan produk metabolik yang menghambat penempelan dan proliferasi
organisme yang berpotensi patogen. Analog dengan mikro flora oral, vagina mungkin
mengandung banyak ekosistem mikroba tersendiri, yang bervariasi dalam jarak beberapa
milimeter di dalam epitel vagina.

F. Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal


Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi setinggi 10 satuan pembentuk-
koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob biasanya kira-kira 5 kali konsentrasi
organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme ditemukan dari vagina, meskipun pengambilan bahan
contoh ulangan dapat menemukan lebih banyak bakteri. Organisme fakultatif yang paling
menonjol adalah spesies Lactobacillus spp., Corynebacteria spp., Streptokokus sp., Stafilokokus
epidermis dan Gardnerella vaginalis. Sebenarnya semua wanita paling sedikit mempunyai satu
organisme fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini dapat ditemukan pada 40-80%
wanita. E coli, merupakan organisme koliformis virulen yang tersering ditemukan, dapat
ditemukan dari hanya kira-kira 20% wanita dan pada wanita ini pun hanya terdapat secara
sepintas. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah Peptostreptococcus, Peptococcus,
Lactobacillus anaerob, Eubacteria, Bacteroides sp., yang ditemukan secara keseluruhan atau
sendiri-sendiri pada 20 - 60% wanita. Candida albicans, organisme jamur tersering ditemukan,
terdapat 5-10% wanita. Mycoplasma hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma
urealyticum terdapat pada 50-70% wanita asimtomatik yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit
sekali menentukan kapan keadaan disebut patologis bila hanya berdasarkan ditemukannya suatu
jenis kuman tertentu.

G. Mekanisme Infeksi Vagina


Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka organisme yang berpotensi
patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya C. albicans pada kasus monilia serta G.
vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis nonspesifik, berproloferasi sampai suatu
konsentrasi yang berhubungan dengan gejala.
Pada mekanisme infeksi lainnya, organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual dan
bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae
dapat menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradangan
terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepas prostaglandin dan
komponen respon peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari
respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis dan C. albicans. Organisme tertentu
yang menarik leukosit termasuk T. vaginalis, menghasilkan sekret purulen. Di antara wanita
dengan vaginitis nonspesifik, baunya disebabkan oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai
hasil metabolisme bakteri anaerob. Amina tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat
berbau busuk. Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh karena efek
vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan pada wanita dengan non spesifik
vaginitis seperti propionat dan butirat dapat merusak sel-sel epitel dengan cara yang sama seperti
infeksi ginggiva.
Eksudat serviks purulenta tersering disebabkan oleh N. gonorrhoeae, C. trachomatis atau
Herpesvirus hominis, karena organisme penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat
menimbulkan endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke dalam
vagina melalui serviks.

III. KLASIFIKASI
Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis, diantaranya :
a. Leukorrhea Normal (fisiologis)
Leukorrhea fisiologis terjadi dan dihasilkan sebagai bentuk mekanisme pertahanan. Mekanisme
ini merupakan salah satu pertahanan khusus vagina untuk menjaga keseimbangan kimiawi
vagina itu sendiri. Vaginal discharge yang berwarna kekuningan ini juga membantu menjaga
fleksibilitas jaringan vagina. Leukorrhea dirilis oleh vagina sebagai akibat dari stimulasi
estrogen. Dalam keadaan normal, leukorrhea diproduksi selama tahap-tahap kehamilan yang
berbeda. Pelepasan debit ini menyebabkan aliran darah ke vagina meningkat. Fenomena ini
terjadi sebagai akibat peningkatan kadar estrogen.
Keputihan fisiologis seringnya terjadi pada masa sebelum dan sesudah haid, hal ini juga terjadi
pada rangsangan seksual. Umumnya sedikit, berwarna jernih atau putih keruh dan menjadi
kekuningan bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi, encer, tidak berbau
dan tidak disertai keluhan lain. Secara mikroskopik terdiri dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi
serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama Lactobacillus doderlein. Memiliki pH <
4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh lactobacillus dan metabolisme glikogen pada
sel epitel vagina. Leukorrhea fisiologis berasal dari transudat vagina, lendir serviks dan lendir
kelenjar Bartholin dan Skene dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain :
 Premenarche
 Saat atau sekitar ovulasi
 Saat sebelum dan sesudah haid
 Rangsangan seksual pada wanita dewasa
 Kehamilan
 Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen
di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi
 Faktor psikis
 Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan,
kegemukan, usia tua > 45 tahun.

b. Leukorrhea Abnormal (Patologis)


Leukorrhea dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume, terdapat bau yang khas,
perubahan konsistensi maupun perubahan warna, selain itu biasanya disertai keluhan tambahan
lain seperti rasa gatal maupun rasa panas (terbakar) di atau sekitar alat kelamin. Beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan leukorrhea patologis diantaranya yaitu :
 Infeksi
 Keganasan pada alat kelamin
 Adanya benda asing dalam vagina

IV. FAKTOR PENYEBAB LEUKORRHEA


1. Infeksi vagina oleh jamur (Candida albicans) atau parasit (Tricomonasvaginalis)
Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni, bacterial vaginosis, trikomonasis dan kandidiasis.
Bakterial vaginosis merupakan gangguan vagina yang sering terjadi ditandai dengan keputihan
dan bau tak sedap. Hal ini di sebabkan oleh lactobacillus menurun, bakteri patogen (penyebab
infeksi) meningkat dan pH vagina meningkat.

2. Faktor hygiene yang jelek


Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini terjadi
karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri patogen penyebab infeksi mudah
menyebar.

3. Pemakaian obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, dan pil KB) dalam waktu lama.
Karena pemakaian obat- obatan khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat menimbulkan
sistem imunitas dalam tubuh. Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi keseimbangan
hormonal wanita. Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik timbul keputihan.
4. Stres
Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak mengalami stress maka
hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan
timbulnya keputihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwantyastuti (2004) yang mengatakan
bahwa wanita bisa mengalami gangguan siklus menstruasi / keputihan yang disebabkan oleh
stres.
Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau
tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan,
benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti tusukan,
benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama. Karena keputihan, seorang ibu bahkan bisa
kehilangan bayinya. (Suryana, 2009)
V. ETIOLOGI
Penyebab laukorrhea sangat bervariasi mulai dari keluarnya cairan yang berlebihan (hiper
sekresi), infeksi sampai adanya keganasan pada alat reproduksi/alat kelamin. Beberapa penyebab
yang dapat menyebabkan gejala keputihan di antaranya :
1. Infeksi
Infeksi pada organ/saluran reproduksi dapat disebabkan oleh bermacam-macam mikroorganisme,
diantaranya yaitu :
a) Bakteri (Gnococcus, Chlamydia trachomatis, Gardnella vaginalis)
b) Jamur (Candida albicans)
c) Parasit (Trichomonas vaginalis)
d) Virus (Virus Herpes Simplex tipe-2 dan Human Papilloma Virus)

2. Benda asing dalam vagina


Benda asing dalam vagina akan merangsang produksi cairan yang berlebihan, pada anak-anak,
benda asing dalam vagina dapat berupa biji-bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada
perempuan dewasa benda asing bisa berupa tampon, kondom yang tertinggal di dalam akibat
lepas saat melakukan hubungan, cincin pesarium yang dipasang pada penderita hernia organ
kandungan (prolaps uteri) atau adanya IUD pada perempuan yang KB.
3. Penyakit pada organ kandungan
Contoh penyakit pada organ kandungan diantaranya peradangan, tumor ataupun kanker. Pada
kanker sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah terjadi kerusakan sel. Pada
karsinoma servik terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya
proses pembusukan dari sel yang rusak dan seringkali disertai darah yang tidak segar akibat
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel
kanker tersebut.

4. Gangguan keseimbangan hormon


Sekresi sekret vagina dipengaruhi oleh stimulasi esterogen. Hormon esterogen diperlukan untuk
menjaga keasaman vagina, kehidupan bakteri Doderlein dan ketebalan sel epitel skuamosa
vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barrier terhadap invasi bakteri. Dengan
demikian tidak mudah terkena infeksi. Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang
terjadi dapat dikarenakan adanya perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau
karena pengaruh dari luar misalnya karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita
sedang dalam pengobatan hormonal.

5. Fistel di vagina
Fistel (saluran ptologis) yang menghubungkan vagina dengan kandung kencing atau usus, bisa
terjadi akibat cacat bawaan, cedera, persalinan, kanker atau akibat penyinaran kanker serviks.
Kelainan ini akan menimbulkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur feses atau air
kencing, biasanya mudah dikenali karena bau dan warna.

6. Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang menyebabkan
kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina. Naiknya pH akan
menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi berkurang, tetapi sebaliknya
pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri patogen di vagina. Kurangnya estrogen
akan menyebabkan penipisan mukosa vagina sehingga mudah terluka dan terinfeksi.

VI. TANDA
Tanda yang timbul pada keputihan bisa bermacam-macam tergantung penyebabnya. Cairan yang
keluar bisa sedikit atau sedemikian banyaknya sehingga memerlukan ganti pakaian dalam
berulang kali atau bahkan memerlukan pembalut. Warna cairan bisa kehijauan, kekuningan,
keabu-abuan atau jernih tanpa warna. Kekentalannya pun bervariasi, bisa encer, kental, berbuih
atau bergumpal kecil menyerupai kepala susu.
Keputihan juga bisa tanpa bau namun bisa berbau busuk atau anyir yang menyebabkan
penderitanya menjadi stress dan rendah diri. Keputihan juga bisa disertai dengan keluhan gatal di
kemaluan dan dilipat paha, rasa panas di bibir kemaluan, rasa pedih sewaktu kencing atau rasa
sakit saat senggama. Gatal bisa terasa kadang-kadang atau malam hari saja, namun bisa terasa
terus menerus, bila cairan yang keluar cukup banyak, maka keadaan basah disekitar lipat paha
akan menimbulkan kelembaban yang tinggi sehingga kulit lecet (ekskoriasi). Akibat rasa gatal
maka garukan dialat kelamin dan sekitarnya akan menambah peradangan dan lecet-lecet yang
menimbulkan rasa pedih saat buang air kecil dan tersiram air.

VII. DIAGNOSIS
Penyebab keputihan dapat didiagnosis dengan memperhatikan umur, keluhan yang timbul,
hubungan dengan menstruasi, kehamilan, kelainan setempat dan ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium sederhana seperti sediaan basah, sediaan apus dari cairan vagina dan serviks.
Pemeriksaan pada wanita dengan keluhan keputihan tertuju pada 3 penetapan, yaitu :
1) Menentukan jenis penyakit sebagai penyebab
2) Lokalisasi saluran kelamin yang terkena penyakit disertai beratnya kerusakan jaringan
terkena
3) Pengaruh penyakit pada jaringan sekitarnya, keadan umum dan perincian keluhan
subyektif wanita tersebut
Penetapan diagnosis penyebab leukorrhea dapat dicari dengan langkah :
i) Anamnesis
Dengan anamnesis harus terungkap apakah leukorrhea ini termasuk fisiologis atau patologis.
Dicari kemungkinan dan karakteristik sekret vagina berdasar keterangan pasien untuk
menentukan penyebab, seperti infeksi, kemungkinan adanya benda asing atau neoplasma pada
organ reproduksi

ii) Pemeriksaan klinis


Pada pemeriksaan spekulum harus diperhatikan sifat cairannya seperti kekentalan, warna, bau
serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma (kelompok khusus). Pemeriksaan
dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium

iii) Pemeriksaan laboratorium


Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk kandidiasid,
pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada
kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah gonore tetapi hasil
pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila kecurigaan ke arah klamidia.

VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan
 Menghilangkan gejala
 Memberantas penyebabnya
 Mencegah terjadinya infeksi ulang
 Pasangan diikutkan dalam pengobatan

A. KONSERVATIF (NON-MEDIKAMENTOSA)
 Menjaga agar daerah genitalia senantiasa bersih serta memperhatikan sabun yang
digunakan sebaiknya sabun yang tidak berparfum
 Hindari mandi dengan berendam
 Menggunakan celana dalam dari bahan katun dan tidak ketat
 Menghindari beraktivitas yang terlalu lelah, panas dan keringat yang berlebih
 Manajemen stress

B. MEDIKAMENTOSA
Pengobatan keputihan tergantung penyebabnya. Bila keputihan timbul pada waktu sebelum haid,
saat ovulasi, sewaktu hamil atau ketika sedang minum pil KB, pengobatan cukup dengan
memberikan penerangan dan sugesti, namun bila penyebabnya infeksi harus ditentukan apakah
disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit atau virus. Pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan organisme penyebab infeksi tersebut, seperti :
 Asiklovir bila penyebabnya adalah virus herpes
 Ketoconazol atau flukonazol bila penyebabnya Candida albicans
 Metronidazole bila penyebabnya adalah T. vaginalis, Gardnerella
 Hormon esterogen diberikan pada wanita yang sudah manopause yang mempunyai
banyak keluhan
 Operasi kecil, bila penyebabnya tumor jinak. Pembedahan penyinaran bila
penyebabnya Ca. Cervix atau kanker kandungan lainnya tergantung pada
stadiumnya.

IX. PENCEGAHAN
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner
pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan
cairan pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

X. KOMPLIKASI

B. INFEKSI PADA ORGAN REPRODUKSI


Infeksi merupakan penyebab utama dari leukorrhea patologis, dapat berupa infeksi vagina
(vaginitis) dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari infeksi adalah hubungan seksual.
Leukorrhea karena PMS bersifat abnormal dalam warna, bau atau jumlahnya, dapat disertai
gatal, pembengkakan, disuria, nyeri perut atau pinggang. Sebab lain masuknya kuman bisa pada
waktu pemeriksaan dalam, pertolongan persalinan atau abortus dan pemasangan AKDR.
Perubahan flora dapat terjadi karena pencucian vagina yang kurang bersih maupun akibat
pengobatan yang berlebihan. Pada anak-anak sering karena higienis yang kurang baik.

Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah :


1) Infeksi Bakteri
 Neisseria gonorrhoeae gonorrhoe
 Chlamydia trachomatis  infeksi Chlamydial
 Gardnerella vaginalis  vaginosis
 Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum Mycoplasmosis

2) Infeksi Virus
 Herpes virus : Herpes simplex, Herpes zoster, varicella
 Poxvirus : Moluscum contagiosum
 Papopavirus : Condyloma
3) Infeksi Jamur
o Candida albicans  kandidiasis

4) Infeksi Protozoa
 Trichomonas vaginalis  trikomoniasis
 Entamoeba histolytica  amoebiasis vaginae

5) Infestasi Cacing
 Enterobius vermicularis

i. INFEKSI PADA VAGINA [VAGINITIS]


Hasil pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat ditemukan batang gram positif, yaitu
Lactobacillus acidophillus. Bakteri ini dapat mempertahankan ekosistem vagina dengan 3 cara :
a. Memproduksi asam laktat yang mempertahankan pH vagina normal, yaitu 4 (rata-rata
3,8-4,2) , sehingga dapat menghambat patogen
b. Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora anaerob
c. Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel vagina, sehingga
menghalangi penempelan patogen

a) Infeksi Jamur
Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida spp terutama
Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah mengalami kandidiosis
vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya. Jamur ini hidup dalam suasana asam yang
mengandung glikogen. Keadaan-keadaan yang mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan,
pemakaian pil kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.

Gejala klinis Kandidiosis Vulvovaginal (KV) adalah :


 Duh tubuh vagina disertai gatal pada vulva
 Disuria eksternal dan dispareunia superfisial
 Pada pemeriksaan tampak vulva eritem, edem dan lecet

Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang bervariasi,
konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah.

Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada penderita.
Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina tampak gumpalan
putih seperti keju.

b) Infeksi Protozoa
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa yaitu T.
vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T. vaginalis paling sering
menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan
kelenjar Skene.

Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung


(kondom) dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat juga ditularkan melalui
perlengkapan mandi (handuk).

Gambar 2.5. Gambaran mikroskopis Trichomonas vaginalis

Gejala klinis :
 Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis
 Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50% penderita
mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan dispareunia.
 Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva dan vagina.
Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum terasa nyeri, dan
dinding vagina tampak eritem
 Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis, yaitu berwarna
kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak
 Pemeriksaan pH vagina > 4,5

c) Infeksi Bakteri
Vaginosis Bakterial (VB)
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat pergeseran
lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh bakteri lain, seperti
Gardnerella vaginalis, Prevotella spp., Mobilancus spp., Mycoplasma spp. dan Bacteroides spp.
Vaginosis bakterial merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita
yang masih aktif secara seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui
hubungan seksual.

Gejala klinis :
 Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
 Bila ada keluhan umumnya berupa cairan yang berbau amis seperti ikan terutama setelah
melakukan hubungan seksual
 Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna putih,
keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina
 Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi
 Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium bau
amis (whiff test)
 Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemukan sel epitel
vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells)

ii. INFEKSI PADA SERVIKS [SERVISITIS]


a. Servisitis Gonore
Gonore merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh N. gonnorrheae pada traktus genitalis dan
organ tubuh lainnyaseperti konjungtiva, faring, rektum, kulit, persendian, serta organdalam.
Ditularkan melalui hubungan seksual. Pada wanita, N. gonnorrhoeae pertama kali mengenai
kanalis servikalis. Selainitu dapat mengenai uretra, kelenjar skene, dan kelenjarbartholini. Masa
inkubasi bervariasi, umumnya 10 hari.

Gejala klinis :
 Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore
 Bila ada keluhan umumnya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau
perdarahan intermenstrual
 Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh serviks yang
mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat
pengambilan bahan pemeriksaan
b. Servisitis yang disebabkan Chlamidia trachomatis
Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar serupa dengan gonore.
Pada wanita, traktusgenitalis yang paling sering terinfeksi oleh C. trachomatis
adalahendoserviks. Pada 60 % penderita biasanya asimtomatik (silent sexually transmitted
disease).

Gejala klinis :
 Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa dengan
keluhan servisitis gonore, yaitu adanya duh tubuh vagina
 Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai duh tubuh serviks yang
mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat
pengambilan bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks

DIAGNOSIS
Diagnosis penyebab infeksi:
1. Trikomoniasis
Anamnesis :
 Sering tidak menunjukkan keluhan, kalau ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang
banyak dan berbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan perdarahan
intermestrual.
 Jumlah leukorrhea banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal, warna sekret putih,
kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy).

Pemeriksaan Fisik :
 Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5%,
tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.
Laboratorium :
 Laboratorium: pH > 4,5 dan Sniff test (+)
 Mikroskopik : pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat
pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan
mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)

2. Kandidosis vulvovaginal
Anamnesis :
 Keluhan panas atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau. Rasa
gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa banyak,
putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah. Pada
dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses).

Pemeriksaan Fisik :
 Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi,
psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular.
Laboratorium :
 Laboratorium: pH vagina < 4,5 dan Whiff test (-)
 Mikroskopik : pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan
gram ditemukan blastospora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang-kadang
hifa asli bersepta

3. Vaginosis bakterial
Anamnesis :
 Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan
seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik.
 Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai
banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. Tidak
ada tanda-tanda inflamasi.

Laboratorium :
 Laboratorium: pH > 4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
 Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosit

4. Servisitis Gonore
Anamnesis :
 Gejala subjektif jarang ditemukan. Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah
ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau
pemeriksaan keluarga berencana. Duh tubuh serviks yang mukopurulen.

Pemeriksaan Fisik :
 Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan
bahan pemeriksaan.

Laboratorium :
 Laboratorium : kultur
 Mikroskopik : Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan
diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler

5. Klamidiasis
Anamnesis :
 Gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan.

Pemeriksaan Fisik :
 Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)

Laboratorium :
 Laboratorium : pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA
 Mikroskopik : dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan
badan retikulat

TERAPI
1. Trikomoniasis
Pilihan utama :
Metronidazole 3 x 250 mg/hari, per oral selama 7 hari. Jangan diberikan pada wanita hamil,
terutama trimester I.

Pilihan lain :
Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari. Dapat diberikan pada wanita hamil. Partner
seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus genitourinarius dan pengobatan
dengan metronidazole 2 gr peroral dosis tunggal.

2. Kandidiasis
Pilihan utama :
Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari.
Nistatin 100.000-200.000 unit/hari intra vagina selama 14 hari.

Pilihan lain :
Tiokonazol 300 mg per oral, dosis tunggal atau 100 mg/hari selama 3 hari
Mikonazol 100mg/hari intravagina selama 7 hari

3. Vaginosis bakteri
Pilihan utama :
Metronidazol 3 x 250mg/hari, per oral selama 7 hari

Pilihan lain :
Ampisilin 4 x 500mg/hari per oral selama 7 hari

4. Gonore
Pilihan utama :
Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari

Pilihan lain :
Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari
Penisilin prokain 4,8 juta U i.m. + Probenesid 1 gr per oral
Ampisilin 3,5 gr + Probenesid 1 gr per oral
Amoksisilin 3 gr + Probenesid 1 gr per oral

5. Klamidiasis
Pilihan utama :
Doksisiklin 2x 100 mg/hari oral selama 7 hari

Pilihan lain :
Tetrasiklin 4x500mg/hari oral selama 7 hari
Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari atau 4x250 mg/hari per os selama 14 hari

DAFTAR PUSTAKA

1. Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta


2. Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis pada
akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.

3. Berek, Jonathan S., et all. 1996. Novak’s Gynaecology. Twelfth Edition. Baltimore: Williams
&Wilkins

4. Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

5. De Charney Alan H,M.D. 2003. Current Obstetric dan Gynaecology Diagnosis and
Treatment. New York:McGraw-Hill

6. Freedberg, Irwin M., et all. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Sixth
Edition. New York:McGraw Hill

7. Ginekologi. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran


Universitas Padjadjaran

8. Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and Gynaecology A


Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University Press : Oxford

9. Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas RSUP
dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang

10. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In. Kapita


Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta
11. Natakusumah, Rustama. 1992. Penatalaksanaan Umum Keputihan (Leukorrhea). Dalam
Kumpulan MakalahSimposium Pengelolaan Keputihan dan Masalah Terkaitdalam Rangka
Lustrum VII FKUP & HUT RSHS ke-69.Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
FKUP/RSUPDr. Hasan Sadikin
12. Plourd, David M. 1997. Normal Vaginal Ecosystem Physiology. in Medscape General
Medicine in.www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005

13. Plourd, David M. 1997. Practice Guide to Diagnosing and Treating Vaginitis . in Medscape
GeneralMedicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember2005

14. Shaw, Robert W., W. Patrick Soutter, Stuart L. Stanton. 2003. Gynaecology. Third Edition.
London: Churchill Livingstone

15. Wijayanegara, Hidayat, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi Judistiani. 1997.
Pedoman Diagnosis danTerapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Edisi ke
II. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin

16. Wiknjosastro, H., Saifuddin, B., Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain
pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai