LEUKOREA
LEUKOREA
LEUKOREA
LEUKOREA
Pembimbing :
Disusun oleh :
Ilham Prayoga Bakhri
01.211.6414
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2016
A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Nn.VN
2. Umur : 23 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No. RM : 121.92.97
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Karyawan Swasta
8. Status : Belum Menikah
9. Alamat : Rendeng, Kudus
10. Tanggal Masuk : 2 Agustus 2016
11. Masuk Jam : 9.00 WIB
12. Ruang : Poli
13. Kelas : Non PBI
B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Agustus 2016 pukul 9.00 WIB.
1. Keluhan Utama :
Pasien 23 tahun datang dengan keluhan keputihan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien♀, 23 tahun datang ke poli Obsgyn RSISA dengan keluhan keputihan berwarna
putih. Keluhan dirasakan sejak ±2 bulan yang lalu. Cairan yang keluar dari vagina jumlah
cairan tersebut cukup, tidak berbau, gatal dan kental seperti susu. Flek disangkal dan
tidak ditemukan nyeri perut bagian bawah, pasien menyangkal nyeri ketika BAK.
Sebelumnya pasien belum pernah berobat.. Pasien sering menggunakan celana yang
ketat. Pasien menyangkal menggunakan sabun yang berlebihan, stress disangkal,
penggunaan alat mandi secara bersamaan disangkal. Riwayat berganti ganti pasangan
disangkal.
3. Riwayat Haid
- Menarche : Umur 12 tahun
- HPHT : 23-7-2016
- Siklus haid : 28 hari, teratur
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
4. Riwayat KB
Disangkal
5. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Penyakit Reproduksi : disangkal
- Riwayat Pencernaan : disangkal
7. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign :
TD : 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit BB : 55 Kg
Suhu : 36,50C
b. Status Internus
8. PF Jantung :
Inspeksi : tidak dilakukan.
Palpasi : tidak dilakukan.
Perkusi : tidak dilakukan.
Auskultasi : tidak dilakukan.
9. PF Abdomen :
Inspeksi : Datar, pembesaran uterus tidak terlihat, striae gravidarum
(-), linea nigra (+), bekas operasi (+).
Auskultasi : bising usus (+), DJJ (-)
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan perut bawah (-),
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan pH vagina 5
2. Whiff test (-)
E. RESUME
Pasien♀, 23 tahun datang ke poli Obsgyn RSISA dengan keluhan keputihan berwarna putih.
Keluhan dirasakan sejak ±2 bulan yang lalu. Cairan yang keluar dari vagina jumlah cairan
tersebut cukup, tidak berbau, gatal dan kental seperti susu. Flek disangkal dan tidak
ditemukan nyeri perut bagian bawah, pasien menyangkal nyeri ketika BAK. Sebelumnya
pasien belum pernah berobat.. Pasien sering menggunakan celana yang ketat. Pasien
menyangkal menggunakan sabun yang berlebihan, stress disangkal, penggunaan alat mandi
secara bersamaan disangkal. Riwayat berganti ganti pasangan disangkal.
Riwayat Kehamilan
HPHT : 23-7-2016
HPL :-
Umur Kehamilan :-
Genitalia
Terdapat duh tubuh berwarna putih susu, kental, tidak berbau, gatal di sekitar
genital, terdapat eritem.
F. DIAGNOSA
Vaginovulvitis e.c Susp. Candidiasis
G. PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis
1. Pemeriksaan Mikroskopis (Untuk menemukan spora, hifa, dll)
Rencana Terapi
• Sistemik
– Flukonazol 150 mg, dosis tunggal
– Itrakonazol 100 mg, 2 tab pagi 2 tab malam
– Ketokonazol 200 mg, 2 kali sehari 5-7 hari
• Topikal (tablet vagina atau krim)
– Golongan azol
– Nistatin
Rencana Edukasi
1. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
2. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah
bakteri berkembang biak.
3. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
4. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
5. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
6. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset
di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya
pasangan dibawa dalam pengobatan.
H. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
A. LEUKORRHEA
I. DEFINISI
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah. Keputihan
bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua
penyakit kandungan (Manuaba, 2005).
Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ
reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang
tidak normal (Blankast, 2008).
Keputihan adalah semacam Slim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu
kental dan agak kekuning-kuningan. Jika Slim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak
menjadi persoalan.(Handayani, 2008)
Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang di keluarkan dari alat–
alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono, 2005)
Keputihan (leukorrhea atau flour albus) adalah cairan yang keluar dari vagina. Dalam
keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu bersifat patologis
(Mansjoer, dkk., 2001)
II. PATOFISIOLOGI
A. Sumber Cairan
a. Vulva
Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina akan tetapi penderita mengeluh
keputihan karena tidak mengetahui asal cairan tersebut. Cairan ini dapat berasal dari kelenjar
Bartholin yang mempunyai peranan penting dalam pelumasan introitus dan mukosa vulva yakni
berupa lendir yang meningkat pada aktifitas seksual. Lendir juga berasal dari daerah periurethral
tempat bermuaranya saluran Skene.
b. Vagina
Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat keluar dari permukaan secara
transudasi. Cairan bersifat asam karena adanya asam laktat yang diproduksi oleh
mikroorganisme terutama bakteri Doderlein.
c. Serviks
Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir jernih, basah, jumlah dan
kekentalannya bervariasi bergantung dari fase siklus menstruasi. Jumlah terbanyak ialah saat
ovulasi, hal ini terjadi akibat pengaruh hormonal, yakni oleh hormon esterogen.
d. Uterus
Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif pada fase post ovulasi dan sedikit
dari cairan ini dapat turun ke vagina, jumlahnya kecil sekali kecuali bila terjadi kelainan dalam
hal vaskularisasi, adanya kelainan faktor endokrin, maupun neoplasma atau infeksi.
III. KLASIFIKASI
Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis, diantaranya :
a. Leukorrhea Normal (fisiologis)
Leukorrhea fisiologis terjadi dan dihasilkan sebagai bentuk mekanisme pertahanan. Mekanisme
ini merupakan salah satu pertahanan khusus vagina untuk menjaga keseimbangan kimiawi
vagina itu sendiri. Vaginal discharge yang berwarna kekuningan ini juga membantu menjaga
fleksibilitas jaringan vagina. Leukorrhea dirilis oleh vagina sebagai akibat dari stimulasi
estrogen. Dalam keadaan normal, leukorrhea diproduksi selama tahap-tahap kehamilan yang
berbeda. Pelepasan debit ini menyebabkan aliran darah ke vagina meningkat. Fenomena ini
terjadi sebagai akibat peningkatan kadar estrogen.
Keputihan fisiologis seringnya terjadi pada masa sebelum dan sesudah haid, hal ini juga terjadi
pada rangsangan seksual. Umumnya sedikit, berwarna jernih atau putih keruh dan menjadi
kekuningan bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi, encer, tidak berbau
dan tidak disertai keluhan lain. Secara mikroskopik terdiri dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi
serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama Lactobacillus doderlein. Memiliki pH <
4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh lactobacillus dan metabolisme glikogen pada
sel epitel vagina. Leukorrhea fisiologis berasal dari transudat vagina, lendir serviks dan lendir
kelenjar Bartholin dan Skene dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain :
Premenarche
Saat atau sekitar ovulasi
Saat sebelum dan sesudah haid
Rangsangan seksual pada wanita dewasa
Kehamilan
Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen
di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi
Faktor psikis
Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan,
kegemukan, usia tua > 45 tahun.
3. Pemakaian obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, dan pil KB) dalam waktu lama.
Karena pemakaian obat- obatan khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat menimbulkan
sistem imunitas dalam tubuh. Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi keseimbangan
hormonal wanita. Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik timbul keputihan.
4. Stres
Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak mengalami stress maka
hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan
timbulnya keputihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwantyastuti (2004) yang mengatakan
bahwa wanita bisa mengalami gangguan siklus menstruasi / keputihan yang disebabkan oleh
stres.
Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau
tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan,
benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti tusukan,
benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama. Karena keputihan, seorang ibu bahkan bisa
kehilangan bayinya. (Suryana, 2009)
V. ETIOLOGI
Penyebab laukorrhea sangat bervariasi mulai dari keluarnya cairan yang berlebihan (hiper
sekresi), infeksi sampai adanya keganasan pada alat reproduksi/alat kelamin. Beberapa penyebab
yang dapat menyebabkan gejala keputihan di antaranya :
1. Infeksi
Infeksi pada organ/saluran reproduksi dapat disebabkan oleh bermacam-macam mikroorganisme,
diantaranya yaitu :
a) Bakteri (Gnococcus, Chlamydia trachomatis, Gardnella vaginalis)
b) Jamur (Candida albicans)
c) Parasit (Trichomonas vaginalis)
d) Virus (Virus Herpes Simplex tipe-2 dan Human Papilloma Virus)
5. Fistel di vagina
Fistel (saluran ptologis) yang menghubungkan vagina dengan kandung kencing atau usus, bisa
terjadi akibat cacat bawaan, cedera, persalinan, kanker atau akibat penyinaran kanker serviks.
Kelainan ini akan menimbulkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur feses atau air
kencing, biasanya mudah dikenali karena bau dan warna.
6. Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang menyebabkan
kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina. Naiknya pH akan
menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi berkurang, tetapi sebaliknya
pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri patogen di vagina. Kurangnya estrogen
akan menyebabkan penipisan mukosa vagina sehingga mudah terluka dan terinfeksi.
VI. TANDA
Tanda yang timbul pada keputihan bisa bermacam-macam tergantung penyebabnya. Cairan yang
keluar bisa sedikit atau sedemikian banyaknya sehingga memerlukan ganti pakaian dalam
berulang kali atau bahkan memerlukan pembalut. Warna cairan bisa kehijauan, kekuningan,
keabu-abuan atau jernih tanpa warna. Kekentalannya pun bervariasi, bisa encer, kental, berbuih
atau bergumpal kecil menyerupai kepala susu.
Keputihan juga bisa tanpa bau namun bisa berbau busuk atau anyir yang menyebabkan
penderitanya menjadi stress dan rendah diri. Keputihan juga bisa disertai dengan keluhan gatal di
kemaluan dan dilipat paha, rasa panas di bibir kemaluan, rasa pedih sewaktu kencing atau rasa
sakit saat senggama. Gatal bisa terasa kadang-kadang atau malam hari saja, namun bisa terasa
terus menerus, bila cairan yang keluar cukup banyak, maka keadaan basah disekitar lipat paha
akan menimbulkan kelembaban yang tinggi sehingga kulit lecet (ekskoriasi). Akibat rasa gatal
maka garukan dialat kelamin dan sekitarnya akan menambah peradangan dan lecet-lecet yang
menimbulkan rasa pedih saat buang air kecil dan tersiram air.
VII. DIAGNOSIS
Penyebab keputihan dapat didiagnosis dengan memperhatikan umur, keluhan yang timbul,
hubungan dengan menstruasi, kehamilan, kelainan setempat dan ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium sederhana seperti sediaan basah, sediaan apus dari cairan vagina dan serviks.
Pemeriksaan pada wanita dengan keluhan keputihan tertuju pada 3 penetapan, yaitu :
1) Menentukan jenis penyakit sebagai penyebab
2) Lokalisasi saluran kelamin yang terkena penyakit disertai beratnya kerusakan jaringan
terkena
3) Pengaruh penyakit pada jaringan sekitarnya, keadan umum dan perincian keluhan
subyektif wanita tersebut
Penetapan diagnosis penyebab leukorrhea dapat dicari dengan langkah :
i) Anamnesis
Dengan anamnesis harus terungkap apakah leukorrhea ini termasuk fisiologis atau patologis.
Dicari kemungkinan dan karakteristik sekret vagina berdasar keterangan pasien untuk
menentukan penyebab, seperti infeksi, kemungkinan adanya benda asing atau neoplasma pada
organ reproduksi
VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan
Menghilangkan gejala
Memberantas penyebabnya
Mencegah terjadinya infeksi ulang
Pasangan diikutkan dalam pengobatan
A. KONSERVATIF (NON-MEDIKAMENTOSA)
Menjaga agar daerah genitalia senantiasa bersih serta memperhatikan sabun yang
digunakan sebaiknya sabun yang tidak berparfum
Hindari mandi dengan berendam
Menggunakan celana dalam dari bahan katun dan tidak ketat
Menghindari beraktivitas yang terlalu lelah, panas dan keringat yang berlebih
Manajemen stress
B. MEDIKAMENTOSA
Pengobatan keputihan tergantung penyebabnya. Bila keputihan timbul pada waktu sebelum haid,
saat ovulasi, sewaktu hamil atau ketika sedang minum pil KB, pengobatan cukup dengan
memberikan penerangan dan sugesti, namun bila penyebabnya infeksi harus ditentukan apakah
disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit atau virus. Pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan organisme penyebab infeksi tersebut, seperti :
Asiklovir bila penyebabnya adalah virus herpes
Ketoconazol atau flukonazol bila penyebabnya Candida albicans
Metronidazole bila penyebabnya adalah T. vaginalis, Gardnerella
Hormon esterogen diberikan pada wanita yang sudah manopause yang mempunyai
banyak keluhan
Operasi kecil, bila penyebabnya tumor jinak. Pembedahan penyinaran bila
penyebabnya Ca. Cervix atau kanker kandungan lainnya tergantung pada
stadiumnya.
IX. PENCEGAHAN
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner
pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan
cairan pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
X. KOMPLIKASI
2) Infeksi Virus
Herpes virus : Herpes simplex, Herpes zoster, varicella
Poxvirus : Moluscum contagiosum
Papopavirus : Condyloma
3) Infeksi Jamur
o Candida albicans kandidiasis
4) Infeksi Protozoa
Trichomonas vaginalis trikomoniasis
Entamoeba histolytica amoebiasis vaginae
5) Infestasi Cacing
Enterobius vermicularis
a) Infeksi Jamur
Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida spp terutama
Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah mengalami kandidiosis
vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya. Jamur ini hidup dalam suasana asam yang
mengandung glikogen. Keadaan-keadaan yang mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan,
pemakaian pil kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.
Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang bervariasi,
konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah.
Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada penderita.
Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina tampak gumpalan
putih seperti keju.
b) Infeksi Protozoa
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa yaitu T.
vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T. vaginalis paling sering
menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan
kelenjar Skene.
Gejala klinis :
Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis
Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50% penderita
mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan dispareunia.
Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva dan vagina.
Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum terasa nyeri, dan
dinding vagina tampak eritem
Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis, yaitu berwarna
kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak
Pemeriksaan pH vagina > 4,5
c) Infeksi Bakteri
Vaginosis Bakterial (VB)
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat pergeseran
lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh bakteri lain, seperti
Gardnerella vaginalis, Prevotella spp., Mobilancus spp., Mycoplasma spp. dan Bacteroides spp.
Vaginosis bakterial merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita
yang masih aktif secara seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui
hubungan seksual.
Gejala klinis :
Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
Bila ada keluhan umumnya berupa cairan yang berbau amis seperti ikan terutama setelah
melakukan hubungan seksual
Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna putih,
keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina
Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi
Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium bau
amis (whiff test)
Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemukan sel epitel
vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells)
Gejala klinis :
Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore
Bila ada keluhan umumnya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau
perdarahan intermenstrual
Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh serviks yang
mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat
pengambilan bahan pemeriksaan
b. Servisitis yang disebabkan Chlamidia trachomatis
Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar serupa dengan gonore.
Pada wanita, traktusgenitalis yang paling sering terinfeksi oleh C. trachomatis
adalahendoserviks. Pada 60 % penderita biasanya asimtomatik (silent sexually transmitted
disease).
Gejala klinis :
Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa dengan
keluhan servisitis gonore, yaitu adanya duh tubuh vagina
Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai duh tubuh serviks yang
mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat
pengambilan bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks
DIAGNOSIS
Diagnosis penyebab infeksi:
1. Trikomoniasis
Anamnesis :
Sering tidak menunjukkan keluhan, kalau ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang
banyak dan berbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan perdarahan
intermestrual.
Jumlah leukorrhea banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal, warna sekret putih,
kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy).
Pemeriksaan Fisik :
Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5%,
tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.
Laboratorium :
Laboratorium: pH > 4,5 dan Sniff test (+)
Mikroskopik : pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat
pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan
mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)
2. Kandidosis vulvovaginal
Anamnesis :
Keluhan panas atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau. Rasa
gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa banyak,
putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah. Pada
dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses).
Pemeriksaan Fisik :
Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi,
psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular.
Laboratorium :
Laboratorium: pH vagina < 4,5 dan Whiff test (-)
Mikroskopik : pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan
gram ditemukan blastospora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang-kadang
hifa asli bersepta
3. Vaginosis bakterial
Anamnesis :
Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan
seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik.
Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai
banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. Tidak
ada tanda-tanda inflamasi.
Laboratorium :
Laboratorium: pH > 4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosit
4. Servisitis Gonore
Anamnesis :
Gejala subjektif jarang ditemukan. Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah
ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau
pemeriksaan keluarga berencana. Duh tubuh serviks yang mukopurulen.
Pemeriksaan Fisik :
Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan
bahan pemeriksaan.
Laboratorium :
Laboratorium : kultur
Mikroskopik : Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan
diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler
5. Klamidiasis
Anamnesis :
Gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan.
Pemeriksaan Fisik :
Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)
Laboratorium :
Laboratorium : pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA
Mikroskopik : dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan
badan retikulat
TERAPI
1. Trikomoniasis
Pilihan utama :
Metronidazole 3 x 250 mg/hari, per oral selama 7 hari. Jangan diberikan pada wanita hamil,
terutama trimester I.
Pilihan lain :
Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari. Dapat diberikan pada wanita hamil. Partner
seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus genitourinarius dan pengobatan
dengan metronidazole 2 gr peroral dosis tunggal.
2. Kandidiasis
Pilihan utama :
Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari.
Nistatin 100.000-200.000 unit/hari intra vagina selama 14 hari.
Pilihan lain :
Tiokonazol 300 mg per oral, dosis tunggal atau 100 mg/hari selama 3 hari
Mikonazol 100mg/hari intravagina selama 7 hari
3. Vaginosis bakteri
Pilihan utama :
Metronidazol 3 x 250mg/hari, per oral selama 7 hari
Pilihan lain :
Ampisilin 4 x 500mg/hari per oral selama 7 hari
4. Gonore
Pilihan utama :
Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari
Pilihan lain :
Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari
Penisilin prokain 4,8 juta U i.m. + Probenesid 1 gr per oral
Ampisilin 3,5 gr + Probenesid 1 gr per oral
Amoksisilin 3 gr + Probenesid 1 gr per oral
5. Klamidiasis
Pilihan utama :
Doksisiklin 2x 100 mg/hari oral selama 7 hari
Pilihan lain :
Tetrasiklin 4x500mg/hari oral selama 7 hari
Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari atau 4x250 mg/hari per os selama 14 hari
DAFTAR PUSTAKA
3. Berek, Jonathan S., et all. 1996. Novak’s Gynaecology. Twelfth Edition. Baltimore: Williams
&Wilkins
4. Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. De Charney Alan H,M.D. 2003. Current Obstetric dan Gynaecology Diagnosis and
Treatment. New York:McGraw-Hill
6. Freedberg, Irwin M., et all. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Sixth
Edition. New York:McGraw Hill
9. Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas RSUP
dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang
13. Plourd, David M. 1997. Practice Guide to Diagnosing and Treating Vaginitis . in Medscape
GeneralMedicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember2005
14. Shaw, Robert W., W. Patrick Soutter, Stuart L. Stanton. 2003. Gynaecology. Third Edition.
London: Churchill Livingstone
15. Wijayanegara, Hidayat, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi Judistiani. 1997.
Pedoman Diagnosis danTerapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Edisi ke
II. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin
16. Wiknjosastro, H., Saifuddin, B., Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain
pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta