midwifery14
5 years ago
Advertisements
PEMBAHASAN
Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu memberikan nutrisi
seimbang melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang. Air Susu
Ibu (ASI) yang merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi
terutama pada 6 bulan pertama (ASI Eksklusif).
c) Bermain, aktivitas fisik, tidur : anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik
dan tidur karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan,
merangsang metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein merangsang
pertumbuhan otot dan tulang merangsang perkembangan.
Pola asuh orangtua terhadap perilaku anak memiliki beberapa kriteria yaitu
(Syamsul, 2005):
Pola asuh Authoritarian — Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua yang
rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik dan bersikap
komando.
Pola asuh Permissive — Pola asuh orangtua, dimana sikap orangtua meningkat
namun kontrolnya rendah, memberikan kebebasan terhadap anak untuk
mengatakan dorongan keinginannya.
Pola asuh Authoritative — Pola asuh oragtua, dimana sikap yang meninggat dan
kontrolnya meningkat, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong
anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan penjelasan
tentang dampak perbuatan yang baik atau buruk.
Pola asuh Dominan — Pola asuh orangtua yang mendominasi dalam segala hal
yang menyangkut remaja dalam tindakan sehari-hari.
Pola asuh Submission — Orangtua cenderung senantiasa memberikan sesuatu
yang diminta anak berperilaku semaunya dirumah.
Pola asuh Overdisplin — Orangtua senantiasa mudah memberikan hukuman,
menanamkan kedisiplinan secara keras.
B. Kebutuhan kasih sayang dan emosi (ASIH):
Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan usia 6 bulan dan
belum ada hubungan antar sel-sel otak (sinaps)orang tua perlu merangsang
hubungan antar sel-sel otak bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-
hubungan baru (sinaps).
Semakin sering di rangsang akan makin kuat hubungan antar sel-sel otak
semakin banyak variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin kompleks/luas
merangsang otak kiri dan kanan secara seimbang untuk mengembangkan
multipel inteligen dan kecerdasan yang lebih luas dan tinggi.- stimulasi mental
secara dini akan mengembangkan mental-psikososial anak seperti: kecerdasan,
budi luhur, moral, agama dan etika, kepribadian, ketrampilan berbahasa,
kemandirian, kreativitas, produktifitas, dst
Orang tua perlu menganut pola asuh demokratik, mengembangkan kecerdasan
emosional, kemandirian, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan dan moral-
spiritual anak. Selain distimulasi, anak juga perlu mendapatkan kegiatan SDIDTK
lain yaitu deteksi dini (skrining) adanya kelainan/penyimpangan tumbuh
kembang, intervensi dini dan rujukan dini bila diperlukan.
PENCEGAHAN INFEKSI
Menurut laporan kelompok kerja WHO pada bulan april 1994, dari 8,1
jutakematian bayi di dunia, 48% diantaranya adalah kematian neonatal. Sekitar
60% diantarnya merupakan kematian bayi berumur kurang dari 7 hari serta
kematian bayi berumur lebih dari 7 hari akibat gangguan prinatal. Sekitar 42%
kematian neonatal disebabkan oleh infeksi seperti tetanus neonatrum, sepsis,
meningitis, pneumonia dandiare. Pada kematian neonatal disebabkan oleh
karena infeksi, dua pertiganya dengan proses persalinan.
Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus di berikan
pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosisi pertama tetesan polio di
anjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud
pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan
awal. Imunisai Hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun
pelaksanaanya di lakukan secara bertahap. Pada daerah resiko tinggi, pemberian
imunisai Hepatitis B di anjurkan pada bayi segera setelah lahir.
RAWAT GABUNG
Rawat gabung kontinu, yaitu bayi berada disamping ibu terus menerus.
Rawat gabung intermitten, yaitu bayi hanya sewaktu waktu saja bersama ibu,
misalnya pada saat akan menetek saja.
Tujuan rawat gabung secara umum
Dari ibu:
Kardiorespirasi tidak normal ( ibu ibu dengan Compensatio cordis tingkat III tidak
dianjurkann menyusui)
Pascaeklamsi kesadaran belum baik.
Infeksi akut(tuberkulosis aktif), Hepatitis, HIV/AIDS, citomegalovirus (CMV),
herpes, kanker payudara, dan psikosis.
Dari bayi:
Aspek fisik
Mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain atau petugas.
Dengan menyusui dini kolostrum dapat memberikan kekebalan.
Ibu dengan mudah dapat mengetahui perubahan perubahan yang terjadi pada
bayinya karena setiap saat dapat melihat bayinya.
Aspek Fisiologis
Terjalin proses lekat akibat sentuhan badaniah antar ibu dan bayinya
Bayi merasa terlindungi
Aspek edukatif
Ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga mampu
menyusui serta merawat bayinya.
Aspek ekonomi
Penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu buatan.
Aspek medis
Menurunkan terjadinya infeksi nosokominal juga menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas(Muslihatun, 2010).
Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini dinyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar,
dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau
informal.
Tujuan PAUD
Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan
berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai
sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa
dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun pendampingan.
Fungsi PAUD
Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Mulai bermain, anak diajak
untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpilan
mengenai benda di sekitarnya. Dengan bermain anak berusaha memahami
karakter teman-temannya, termasuk karakteristik orang dewasa disekitarnya.
Bermain dan permainan bagi anak menjadi semacam air kehidupan yang begitu
penting bagi kehidupan anak.
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau
bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik atau guru. Renik-renik
disekitar kita bisa dijadikan bahan ajar yang begitu mempesona anak-anak didik.
Hal ini karena renik-renik tersebut juga dekat dengan dunia anak, sehingga anak
akan menikmati sumber belajar itu.
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap dimulai
dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai
dengan baik hendaknya disajikan secara berulang. Kebertahapan dalam
pendidikan membuat anak bisa menangkap makna atas apa yang diberikan.
Pengulangan yang dilakukan membuat anak kianmelakukan kristalisasi atas
pelajaran dan transfer ilmu serta nilai yang dilakukan.
KONSEP BERMAIN
PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anka dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa. Sebagai
suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemapuan keterampilan,
kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat
bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana
kebtuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kaebuthan rasa aman, kebutuhan
kasih sayang dan lain-lain. Sebagai kebutuhan sebaiknya juga perlu diperhatikan
secara cermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu
luang. Perhatian selama proses bermain pada anak-anak sangat penting
mengingat dalam proses bermain dapat ditemukan kekurangan dari kebutuhan
bermain seperti kreativitas anak, perkembangan mental dan emosi yang harus
diarahkan agar sesuai dengan proses kematangan perkembangan.
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain ,
anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dgn ling, melakukan apa
yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara .(Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadarinya .(Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan.(Foster, 1989).
Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena
bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan
stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak.
FUNGSI BERMAIN
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di
lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan
membedakan objek. Pada saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan
masalah.
3. Perkembangan sosial.
4. Perkembangan kreatifitas
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang tua
dan guru. Anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai
sehingga dapat diterima di lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan yang ada dikelompoknya. Anak belajar bertanggung jawab atas segala
tindakan yang akan dilakukan.
7. Terapi
Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri, sehingga
anak –anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya dalam bentuk permainan.
TUJUAN BERMAIN
d) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan di rawat di
RS.
Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk
setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jenis kelamin
Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin laki-laki
atau perempuan.
Ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat
mengenal identitas dirinya.
Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.
KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut isinya
Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa
ada inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan(EX : Congklak).
Solitary play : anak tampak berada dalam kelompok permaianan, tetapi anak
bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya.
Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu
anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak
satu dengann lainya tidak ada sosialisasi.
Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan
permaianan tidak jelas (EX bermain boneka,masak-masak).
Cooperative play : aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permaiann jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).
KECENDERUNGAN UMUM SELAMA ANAK-ANAK
Usia : Bayi
Usia : Pra-sekolah
Tipe paling lazim dari bermain : aktivitas fisik, aktivitas kelompok, permainan
formal, bermain peran
Usia : Remaja
Karakter sosial bermain : kerjasama
REFERENSI