Landasan Pustaka
Landasan Pustaka
LANDASAN TEORI
antara jumlah air yang digunakan dan jumlah air yang di berikan dinyatakan
(𝑚3)
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Efiensilrigasi = (𝑚3) × 100%
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
6
Rumus yang digunakan untuk menentukan efisiensi pemberian air
(water aplicatiaon efficiency) dari saluran primer ke petak sawah, sebagai
berikut : E = Asa/Adb x 100%.................................................(6)
Dengan :
E = Efisiensi pemberian air
Asa = Air yang sampai di areal irigasi, dan
Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap
Kecepatan suatu aliran juga dapat diketahui dengan alat current meter.
Pengukuran kecepatan aliran dengan metode ini dapat menghasilkan perkiraan
kecepatan aliran yang memadai. Langkah pengukurannya adalah sebagai
berikut:
1. Pilih lokasi pengukuran pada bagian sungai yang relatif lurus dan tidak
banyak pusaran air
2. Bagilah penampang melintang sungai/saluran
3. Ukur kecepatan aliran pada kedalaman tertentu sesuai dengan
kedalaman sungai pada setiap titik interval yang telah dibuat
sebelumnya.
4. Hitung kecepatan aliran rata-ratanya
7
2.3 Kehilangan Air
Kehilangan air umumnya dibagi menjadi 2 kategori, antara lain :
1. Hilangnya konsekuensi fisik dimana kehilangan air terjadi karena
rembesan air di saluran dan perkolasi di tingkat petani (sawah))
2. Kerugian operasional terjafi karena buangan dan kelebihan air selama
operasi saluran limbah air yang digunakan oleh petani.
8
c. Pengendalian dan pengaturan banjir serta usaha perbaikan sungai,
waduk, dan sebagainya.
Untuk mencapai efisiensi penyaluran air irigasi setinggi
mungkin,jumlah kehilangan air yang terjadi selama penyaluran air irigasi
perlu dibatasi.
9
masa pengolahan tanah. Bila menggunakan peralatan mesin secara luas, maka
waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan tanah adalah 1 bulan.
Dalam menentukan kebutuhan air irigasi padi didasarkan pada
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi (KP-01) yang mengacu pada
ketetapan Kementerian Pekerjaan Umum tahun 1986. Irigasi adalah usaha
untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan
untuk keperluan penunjang produksi pertanian (Erman, 2007).
Dimana :
LP = Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah(mm/hari)
10
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
(mm/hari)
M = Eo + P ..................................................................................... (2)
Dimana :
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 ETo selama penyiapan
lahan (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
M.T
k= ................................................................................ (3)
S
Dimana :
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air
50 mm yakni 200 + 50 = 250 mm
e = Konstanta = 2,7182
Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan yang dihitung
menurut rumus diatas dapat diperlihatkan pada Tabel 2.1
Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan dibawah ini.
11
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11,0 15,0 16,5 12,8 13,6
Sumber : Direktorat Jenderal Pengairan, 1986
12
4,0 0,00 0,00 0,00
Sumber : Direktorat Jenderal Pengairan, 1986
2.2.3. Perkolasi
13
Tabel 2.4 Harga Perkolasi Dari Berbagai Jenis Tanah
No. Jenis Tanah Nilai Perkolasi (mm/hari)
1 Tanah lempungan 1,0 – 2,0
2 Tanah lempung pasiran 2,0 – 3,0
3 Tanah pasiran 3,0 – 6,0
(Sumber : Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985)
14
Bulan WLR WLR₁ WLR₂ WLR₃
November-1
November-2
Desember-1
Desember-2 1,1 3,3
Januari-1 1,1 3,3
Januari-2 2,2 3,3 3,3
Februari-1 1,1 3,3
Februari-2 1,1 3,3
Maret-1
Maret-2
April-1
April-2
Mei-1 1,1 3,3
Mei-2 1,1 3,3
Juni-1 2,2 3,3 3,3
Juni-2 1,1 3,3
Juli-1 1,1 3,3
Juli-2
Agustus-1
Agustus-2
September-1
September-2
Oktober-1
Oktober-2
Sumber : KP-Bagian Penunjang, 1986
15
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)
Dimana :
DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/dt)
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah (mm/hari)
e = Efisiensi irigasi (%)
1
= Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/hari
8,64
2.3.1. Evaporatranspirasi
16
untuk menentukan besarnya ETo, yaitu suhu maksimum, suhu
minimum, kelembaban udara, kecepatan angin dan penyinaran
matahari.
Menurut Evaporation Symposium (1959) dalam Seyhan
(1990) rumus yang paling sering digunakan dalam menentukan
evapotranspirasi tanaman acuan adalah yang diajukan oleh Penman.
Pendekatan Penman merupakan suatu kombinasi metode-metode
transfer massa dan neraca energi. Dalam KP-01 penetapan ETo
digunakan metode Penman Modifikasi, sedangkan penetapan ETo
digunakan metode Penman-Monteith. Nilai ETo yang dihasilkan dari
metode Penman Modifikasi menghasilkan nilai perkiraan yang terlalu
tinggi sehingga pada akhirnya dikembangkan metode Penman-
Monteith yang hasilnya mendekati nilai setempat.
Evapotranspirasi tanaman acuan yang diterapkan dalam KP-
01 dapat dihitung menggunakan persamaan. Penman-Monteith, yang
pada tahun 1990 oleh FAO dimodifikasi dan dikembangkan menjadi
rumus FAO Penman-Monteith (Allen et al.,1998) yang diuraikan
dengan persamaan:
900
0,408 ∆𝑅𝑛+ 𝛾 (𝑇+373)𝑈2(𝑒𝑠−𝑒𝑎)
ETo = .......................................... (10)
∆+ 𝛾(1+0,34𝑈2)
Dengan :
ETo = Evapotranspirasi potensial/acuan (mm/hari)
Rn = Radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman
(MJ/m2/hari)
T = Suhu udara rata – rata (°C)
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas permukaan
tanah (m/s)
es = Tekanan uap air jenuh (kPa)
ea = Tekanan uap air aktual (kPa)
Δ = Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu (kPa/°C)
γ = Konstanta psikometrik (kPa/°C)
17
Rn = Rns – Rn1 ............................................................................... (11)
Dengan :
Rns = Radiasi gelombang pendek (MJ/m2/hari)
Rn1 = Radiasi gelombang panjang (MJ/m2/hari)
Rns = (1 – α) Rs ............................................................................ (12)
Dengan :
α = Koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23
Rs = Radiasi matahari (MJ/m2/hari)
𝑛
Rs = (0,25 + 0,5𝑁) Ra ................................................................... (13)
Dengan :
𝑛
= Lama penyinaran (%)
𝑁
Dengan :
dr = Jarak relative antar bumi dan matahari
δ = Sudut deklinasi matahari (rad)
φ = Letak lintang (rad). Jika berada pada lintang utara nilainya
positif, pada lintang selatan nilaiya negatif.
ωs = Sudut saat matahari terbenam (rad)
ωs = arcos (-tanφ tanδ) ................................................................ (15)
Dengan :
δ = Deklinasi matahari (rad)
φ = Letak lintang (rad)
dr dihitung berdasarkan persamaan dibawah ini (Duffie &
Beckman, 1980)
2𝜋
dr = 1 + 0,033 cos (365 J) = 1 + 0,033 cos (0,0172 J) .................. (16)
18
δ dihitung dengan (Duffie & Beckman, 1980)
2𝜋
δ = 0,409 sin (365 J – 1,39) = 0,409 sin (0,0172 J – 1,39) ........... (17)
Dengan :
M = Bulan (1 – 12)
Rn1 = f (ɛa - ɛvs)σTk4 ..................................................................... (19)
f = Faktor penutupan awan, tanpa dimensi
ɛa = Emisivitas efektif atmosfer
ɛvs = Nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah
σ = Nilai konstanta Stefan – Boltzman = 4,90 x 10-9 MJ/m2/K4/hari
Tk = Suhu udara rata-rata (K)
f dihitung dengan rumus (FAO No. 24, 1977)
𝑛
f = 0,9𝑁 + 0,1 ............................................................................... (20)
Dengan :
ɛ’ = Emisivitas atmosfer
ea = Tekanan uap air aktual (kPa)
Tekanan uap jenuh (es) besarnya (Tetens, 1930)
17,27 𝑇
es = 0,611 exp ( 𝑇+237,3) .............................................................. (22)
Dengan :
19
Δ = Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara
(kPa/°C)
T = Suhu udara rata – rata (°C)
es = Tekanan uap jenuh pada suhu T (kPa)
Konstanta psikometrik (γ) dihitung dengan :
𝑃
γ = 0,00163 𝜆 ............................................................................... (25)
Dengan :
γ = Konstanta psikometrik (kPa/°C)
P = Tekanan atmosfer (kPa)
λ = Panas laten untuk penguapan (MJ/Kg)
𝑔
𝑇 − 𝜏(𝑧− 𝑧𝑜 ) 𝜏 𝑅
P= Po( 𝑘𝑜 𝑇 ) ................................................................. (26)
𝑘𝑜
Dengan :
P = Tekanan atmosfer pada elevasi z (kPa)
Po = Tekanan atmsfer pada permukaan laut (kPa)
z = elevasi (m)
zo = elevasi acuaan (m)
g = Gravitasi = 9,8 m/s2
R = Konstanta gas spesifik = 287 J/Kg?K
Tko = Suhu pada elevasi zo
τ = Konstanta lapse rate udara jenuh = 0,0065 K/m
Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan
asumsi Tko = 293 K untuk T = 20°C dan Po = 101,3 kPa
pada zo = 0.
Panas laten untuk penguapan (λ) dihitung dengan rumus :
λ = 2,501 – (2,361 x 10-3)T.......................................................... (27)
Dengan :
λ = Panas laten untuk penguapan (MJ/Kg)
T = Suhu udara rata – rata (°C)
20
2.3.2. Analisis Data Curah Hujan
21
besarnya hujan efektif. Pada KP-01 hujan efektif dapat ditentukan
dengan peluang hujan terlewati 80% (R80) dan memperhitungkan
besarnya koefisien hujan tanaman padi.
Analisis curah hujan yang dimaksud adalah curah hujan
efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif
atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang
secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman (Direktorat
Jenderal Pengairan, 1986). Untuk irigasi padi, curah hujan efektif
bulanan diambil 70% dari curah hujan tengah bulanan yang
terlampaui 80% dari waktu periode tersebut. Untuk curah hujan
efektif untuk palawija ditetukan dengan periode bulanan terpenuh
50%. Perhitungan curah hujan efektif dilakukan dengan 2 cara :
1. Untuk padi
Re = 70% x R80/15 ................................................................ (28)
2. Untuk palawija
Re = 50%x R80/15 ................................................................. (29)
22