Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi menunjukkan penggunaan air yang merupakan rasio

antara jumlah air yang digunakan dan jumlah air yang di berikan dinyatakan

dalam persen (%).

(𝑚3)
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Efiensilrigasi = (𝑚3) × 100%
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Diperkirakan efisiensi irigasi ditetepkan sebagai berikut :


1. Jaringan tersier = 80%
2. Jaringan sekunder = 90%
3. Jaringan primer = 90%
Sedangkan faktor efisiensi irigasi keseluruhan adalah 80% × 90% × 90% =
65%
Pemakaian air hendaknya diusahakan seefisien mungkin terutama
untuk daerah dengan ketersediaan air yang terbatas. Kehilangan air dapat
diminimalkan melalui : 26
1. Perbaikan sistem pengelolaan air
- Sisi operasional dan perawatan yang baik
- Memaksimalkan operasional pintu air
- Pemberdayaan petugas
- Penguatan institusi
- Meminimalkan pengambilan air tanpa izin
- Partisipasi P3A
2. Perbaikan fisik prasarana irigasi
- Mengurangi kebocoran disepanjang saluran
- Meminimalkan penguapan
- Menciptakan sistem irigasi yang handal, berkelanjutan, dan
diterima petani

6
Rumus yang digunakan untuk menentukan efisiensi pemberian air
(water aplicatiaon efficiency) dari saluran primer ke petak sawah, sebagai
berikut : E = Asa/Adb x 100%.................................................(6)
Dengan :
E = Efisiensi pemberian air
Asa = Air yang sampai di areal irigasi, dan
Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap

2.2 Debit Air


Jumlah cairan yang mengalir melalui penampang aliran per satu unit
waktu disebut debit aliran (Q).
Q=AxV
Dengan :
A = luas saluran (݉ଶ).
Vav = kecepatan rata-rata yang dihitung berdasarkan pengamatan
suatu alat (m/s).
Q = debit aliran (liter/detik atau ݉ଷ/‫) ݏ‬

Kecepatan suatu aliran juga dapat diketahui dengan alat current meter.
Pengukuran kecepatan aliran dengan metode ini dapat menghasilkan perkiraan
kecepatan aliran yang memadai. Langkah pengukurannya adalah sebagai
berikut:
1. Pilih lokasi pengukuran pada bagian sungai yang relatif lurus dan tidak
banyak pusaran air
2. Bagilah penampang melintang sungai/saluran
3. Ukur kecepatan aliran pada kedalaman tertentu sesuai dengan
kedalaman sungai pada setiap titik interval yang telah dibuat
sebelumnya.
4. Hitung kecepatan aliran rata-ratanya

7
2.3 Kehilangan Air
Kehilangan air umumnya dibagi menjadi 2 kategori, antara lain :
1. Hilangnya konsekuensi fisik dimana kehilangan air terjadi karena
rembesan air di saluran dan perkolasi di tingkat petani (sawah))
2. Kerugian operasional terjafi karena buangan dan kelebihan air selama
operasi saluran limbah air yang digunakan oleh petani.

2.4 Kebutuhan Air


Untuk memenuhi kebutuhan air di areal pertanian Daerah Irigasi
Sedadi, air dialirkan secara gravitasional memakai saluran primer, sekunder
dan tersier. Pengaliran air tersebut dapat optimal jika keadaan saluran dalam
kondisi baik sehingga upaya pemeliharaan fisik saluran irigasi perlu lebih
diperhatikan.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengairan atau pengelolaan sumber
daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi penyelenggaraan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya
air dan pengendalian daya rusak air. Pengertian yang lebih luas dari UU No. 7
tahun 2004 tersebut adalah sebagai berikut :
a. Irigasi yaitu usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
kegiatan pertanian yang berasal dari air permukaan maupun air tanah.
b. Pengembangan daerah rawa yaitu pematangan tanah du daerah rawa
antara lain untuk pertanian.

8
c. Pengendalian dan pengaturan banjir serta usaha perbaikan sungai,
waduk, dan sebagainya.
Untuk mencapai efisiensi penyaluran air irigasi setinggi
mungkin,jumlah kehilangan air yang terjadi selama penyaluran air irigasi
perlu dibatasi.

2.5 Analisis Kebutuhan Air

Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan


tanaman untuk membentuk jaringan tanaman, diuapkan, perkolasi dan
pengolahan tanah. Kebutuhan air untuk irigasi adalah kebutuhan air tanaman
dikurangi hujan efektif. Hujan efektif adalah bagian dari hujan total yang
dapat dimanfaatkan oleh tanaman, setelah beberapa hilang akibat intersepsi,
limpasan dan perkolasi. Gray (1961) dalam Seyhan (1990) menyatakan
intersepsi adalah bagian dari presipitasi yang tetap berada pada permukaan
vegetasi, sebagian air yang diintersepsi ini menguap dan sebagian mencapai
tanah secara langsung.
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (1986) menghitung besarnya
kebutuhan air irigasi padi ditentukan oleh faktor-faktor pengolahan tanah,
penggunaan konsumtif tanaman, perkolasi, pergantian lapisan air dan hujan
efektif. Dalam menentukan kebutuhan bersih air di sawah (Net Field Water
Requirement) harus memperhitungkan faktor kebutuhan konsumtif tanaman
dan hujan efektif.
Kebutuhan total air di sawah (Gross Water Field Requirement) harus
memperhitungkan tingkat efisiensi irigasi. Kebutuhan air di sawah dinyatakan
dalam mm/hari atau liter/det/ha. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah pada
umumnya menentukan kebutuhan air minimum pada suatu proyek irigasi.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
pengolahan tanah adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan
tanah dan jumlah air yang diperlukan untuk pengolahan tanah. Untuk daerah-
daerah proyek baru, diambil jangka waktu 1.5 bulan untuk menyelesaikan

9
masa pengolahan tanah. Bila menggunakan peralatan mesin secara luas, maka
waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan tanah adalah 1 bulan.
Dalam menentukan kebutuhan air irigasi padi didasarkan pada
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi (KP-01) yang mengacu pada
ketetapan Kementerian Pekerjaan Umum tahun 1986. Irigasi adalah usaha
untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan
untuk keperluan penunjang produksi pertanian (Erman, 2007).

2.2.1. Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

Kebutuhan air untuk pengolahan tanah menentukan


kebutuhan minimum air irigasi. Faktor-faktor yang menentukan
besarnya kebutuhan air, yaitu besarnya air untuk penjenuhan,
pelumpuran, genangan air, lamanya pengolahan tanah, evaporasi
dan perkolasi yang terjadi.
Dalam KP-01 waktu untuk pekerjaan pengolahan tanah
adalah selama satu bulan. Kebutuhan air yang diperlukan untuk
pengolahan tanah bertekstur berat (lempung) adalah 200 mm,
setelah selesai lapisan genangan air di sawah ditambah 50 mm. Hal
ini dilakukan sebagai cadangan air yang akan dipakai akibat
kehilangan air karena perkolasi dan evaporasi.
Jadi kebutuhan air yang diperlukan untuk pengolahan tanah
dan lapisan air awal seluruhnya menjadi 250 mm. Air yang
dibutuhkan untuk pengolahan tanah setelah dibiarkan bera atau
kering lebih dari 2.1 bulan adalah 300 mm. Metode yang digunakan
dalam perhitungan kebutuhan irigasi selama pengolahan tanah yang
diterapkan dalam KP-01 dikembangkan oleh Van de Goor dan
Zijlstra.
e𝑘
LP = M (e𝑘 −1) ................................................................................ (1)

Dimana :
LP = Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah(mm/hari)

10
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
(mm/hari)
M = Eo + P ..................................................................................... (2)
Dimana :
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 ETo selama penyiapan
lahan (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
M.T
k= ................................................................................ (3)
S

Dimana :
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air
50 mm yakni 200 + 50 = 250 mm
e = Konstanta = 2,7182
Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan yang dihitung
menurut rumus diatas dapat diperlihatkan pada Tabel 2.1
Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan dibawah ini.

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan


T = 30 hari T = 45 hari
Eo + P
mm/hari S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5,0 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6,0 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12,0 13,6 9,4 10,4
7,0 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8,0 13,0 14,5 10,4 11,4
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9,0 13,6 15,2 11,2 12,1
9,5 14,0 15,5 11,6 12,5
10,0 14,3 15,8 12,0 12,9

11
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11,0 15,0 16,5 12,8 13,6
Sumber : Direktorat Jenderal Pengairan, 1986

2.2.2. Penggunaan Konsumtif Tanaman

Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh


tanaman untuk proses fotosintesis dari tanaman tersebut.
Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut :
ETc = Kc . ETo ............................................................................... (4)
Dengan :
ETc = Penggunaan konsumtif (mm/hari)
Kc = Koefisien tanaman
ETo = Evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
Besarnya koefisien tanaman tergantung dari jenis tanaman
dan fase pertumbuhan tanaman. Nilai ETo dari rumus Penman
menunjuk pada tanaman acuan apabila digunakan albedo (koefisien
pemantulan) 0.25 (rerumputan pendek). Koefisien yang digunakan
dalam perhitungan ETc harus didasarkan pada ETo dengan albedo
0.25. Rumus Penman dimodifikasi dengan metode Nedeco/Prosida
dan metode FAO dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Harga Koefisien Tanaman Padi

Bulan Nedeco/prosida FAO


ke Variasi Variasi Variasi Variasi
Biasa Unggul Biasa Unggul
0,5 1,20 1,20 1,10 1,10

1,0 1,20 1,27 1,10 1,10

1,5 1,32 1,33 1,10 1,05


2,0 1,40 1,30 1,10 1,05
2,5 1,35 1,30 1,10 0,95
3,0 1,25 0,00 1,05 0,00
3,5 1,12 0,00 0,95

12
4,0 0,00 0,00 0,00
Sumber : Direktorat Jenderal Pengairan, 1986

Tabel 2.3 Harga Koefisien Tanaman Palawija

Setengah Koefisien tanaman


Bulan ke Kedelai Jagung Kac.
Bawang Buncis Kapas
Tanah
1 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
2 0,75 0,59 0,51 0,51 0,64 0,50
3 1,00 0,96 0,66 0,59 0,89 0,58
4 1,00 1,05 0,85 0,90 0,95 0,75
5 0,82 1,02 0,95 0,95 0,88 0,91
6 0,45 0,95 0,95 - - 1,04
7 - - 0,55 - - 1,05
8 - - 0,55 - - 1,05
9 - - - - - 1,05
10 - - - - - 0,78
11 - - - - - 0,65
12 - - - - - 0,65
13 - - - - - 0,65
Sumber : Direktorat Jenderal Pengairan, 1986

2.2.3. Perkolasi

Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak


jenuh, yang tertekan di antara permukaan tanah sampai ke
permukaan air tanah (zona jenuh). Daya perkolasi (P) adalah laju
perkolasi maksimum yang dimungkinkan, yang besarnya
dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang
terletak antara permukaan tanah dengan permukaan air tanah.
Harga perkolasi dari berbagai jenis tanah dapat dilihat di Tabel 2.4
dibawah ini.

13
Tabel 2.4 Harga Perkolasi Dari Berbagai Jenis Tanah
No. Jenis Tanah Nilai Perkolasi (mm/hari)
1 Tanah lempungan 1,0 – 2,0
2 Tanah lempung pasiran 2,0 – 3,0
3 Tanah pasiran 3,0 – 6,0
(Sumber : Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985)

2.2.4. Pergantian Lapisan Air

Pergantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali, masing-


masing 50 mm (3.3 mm/hari) selama sebulan dan 2 bulan setelah
penanaman bibit. Pergantian lapisan air dilakukan untuk
menggenangi lapisan tanah yang berfungsi sebagai cadangan air
untuk perkolasi dan evapotranspirasi tanaman. Tujuan lain adanya
genangan tersebut, yaitu untuk menekan pertumbuhan gulma.
Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan.
Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Adapun
ketentuan-ketentuan penggantian lapisan air (Water Level
Requirement atau WLR) adalahsebagai berikut.
Tabel 2.7 Nilai Rata – Rata Penggantian Lapisan Air (WLR)

14
Bulan WLR WLR₁ WLR₂ WLR₃
November-1
November-2
Desember-1
Desember-2 1,1 3,3
Januari-1 1,1 3,3
Januari-2 2,2 3,3 3,3
Februari-1 1,1 3,3
Februari-2 1,1 3,3
Maret-1
Maret-2
April-1
April-2
Mei-1 1,1 3,3
Mei-2 1,1 3,3
Juni-1 2,2 3,3 3,3
Juni-2 1,1 3,3
Juli-1 1,1 3,3
Juli-2
Agustus-1
Agustus-2
September-1
September-2
Oktober-1
Oktober-2
Sumber : KP-Bagian Penunjang, 1986

2.2.5. Kebutuhan Bersih Air di Sawah

Dalam menentukan kebutuhan bersih air di sawah harus


memperhitungkan hujan efektif yang terjadi. Kebutuhan bersih air
di sawah adalah jumlah air yang dibutuhkan setelah kebutuhan
total air di sawah dikurangi dengan hujan efektif yang terjadi di
daerah tersebut.
NFR = ETc + P + WLR - Re ......................................................... (7)
Dimana :
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah (mm/hari)
ETc = Penggunaan konsumtif (mm/hari)
P = Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)

15
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)

2.2.6. Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan

Dalam menghitung kebutuhan air di pintu pengambilan


dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑁𝐹𝑅
DR = 𝑒 𝑥 8,64 .................................................................................. (8)

Dimana :
DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/dt)
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah (mm/hari)
e = Efisiensi irigasi (%)
1
= Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/hari
8,64

2.6 Analisis Data Iklim

Tidak semua presipitasi yang mencapai permukaan secara langsung


terinfiltrasi ke dalam tanah atau melimpas di atas permukaan. Sebagian secara
langsung atau setelah penyimpanan bawah permukaan hilang dalam bentuk
evaporasi, yaitu proses dimana air menjadi uap, transpirasi, yaitu proses
dimana air menjadi uap melalui metabolisme tanaman (Seyhan 1990). Analisis
data iklim diperlukan untuk menghitung besarnya nilai evapotranspirasi.
Faktor-faktor lingkungan yang mengendalikan evapotranspirasi adalah
radiasi, pasokan air, karakteristik tanaman, defisit penjenuhan di udara dan
gerakan udara horizontal dan vertikal. Karakteristik tanaman yang berperan
penting, yaitu albedo permukaan tanaman, perkembangan akar, struktur
tegakan dan struktur fisiologi tanaman.

2.3.1. Evaporatranspirasi

Evapotranspirasi tanaman acuan adalah kebutuhan konsumtif


tanaman yang merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan
areal tanam dengan kondisi air mencukupi, tinggi tanaman sekitar 12
cm dan tanaman tumbuh dengan baik. Iklim memiliki peran penting
dalam penentuan karakteristik tersebut. Data iklim yang dibutuhkan

16
untuk menentukan besarnya ETo, yaitu suhu maksimum, suhu
minimum, kelembaban udara, kecepatan angin dan penyinaran
matahari.
Menurut Evaporation Symposium (1959) dalam Seyhan
(1990) rumus yang paling sering digunakan dalam menentukan
evapotranspirasi tanaman acuan adalah yang diajukan oleh Penman.
Pendekatan Penman merupakan suatu kombinasi metode-metode
transfer massa dan neraca energi. Dalam KP-01 penetapan ETo
digunakan metode Penman Modifikasi, sedangkan penetapan ETo
digunakan metode Penman-Monteith. Nilai ETo yang dihasilkan dari
metode Penman Modifikasi menghasilkan nilai perkiraan yang terlalu
tinggi sehingga pada akhirnya dikembangkan metode Penman-
Monteith yang hasilnya mendekati nilai setempat.
Evapotranspirasi tanaman acuan yang diterapkan dalam KP-
01 dapat dihitung menggunakan persamaan. Penman-Monteith, yang
pada tahun 1990 oleh FAO dimodifikasi dan dikembangkan menjadi
rumus FAO Penman-Monteith (Allen et al.,1998) yang diuraikan
dengan persamaan:
900
0,408 ∆𝑅𝑛+ 𝛾 (𝑇+373)𝑈2(𝑒𝑠−𝑒𝑎)
ETo = .......................................... (10)
∆+ 𝛾(1+0,34𝑈2)

Dengan :
ETo = Evapotranspirasi potensial/acuan (mm/hari)
Rn = Radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman
(MJ/m2/hari)
T = Suhu udara rata – rata (°C)
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas permukaan
tanah (m/s)
es = Tekanan uap air jenuh (kPa)
ea = Tekanan uap air aktual (kPa)
Δ = Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu (kPa/°C)
γ = Konstanta psikometrik (kPa/°C)

17
Rn = Rns – Rn1 ............................................................................... (11)

Dengan :
Rns = Radiasi gelombang pendek (MJ/m2/hari)
Rn1 = Radiasi gelombang panjang (MJ/m2/hari)
Rns = (1 – α) Rs ............................................................................ (12)

Dengan :
α = Koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23
Rs = Radiasi matahari (MJ/m2/hari)
𝑛
Rs = (0,25 + 0,5𝑁) Ra ................................................................... (13)

Dengan :
𝑛
= Lama penyinaran (%)
𝑁

Ra = Radiasi matahari ekstraterestrial (MJ/m2/hari)


Ra = 37,6 dr(ωs sinφ sinδ + cosφ cosδ sinωs) .............................. (14)

Dengan :
dr = Jarak relative antar bumi dan matahari
δ = Sudut deklinasi matahari (rad)
φ = Letak lintang (rad). Jika berada pada lintang utara nilainya
positif, pada lintang selatan nilaiya negatif.
ωs = Sudut saat matahari terbenam (rad)
ωs = arcos (-tanφ tanδ) ................................................................ (15)

Dengan :
δ = Deklinasi matahari (rad)
φ = Letak lintang (rad)
dr dihitung berdasarkan persamaan dibawah ini (Duffie &
Beckman, 1980)
2𝜋
dr = 1 + 0,033 cos (365 J) = 1 + 0,033 cos (0,0172 J) .................. (16)

18
δ dihitung dengan (Duffie & Beckman, 1980)
2𝜋
δ = 0,409 sin (365 J – 1,39) = 0,409 sin (0,0172 J – 1,39) ........... (17)

J = Integer (30,42 M – 15,23) ...................................................... (18)

Dengan :
M = Bulan (1 – 12)
Rn1 = f (ɛa - ɛvs)σTk4 ..................................................................... (19)
f = Faktor penutupan awan, tanpa dimensi
ɛa = Emisivitas efektif atmosfer
ɛvs = Nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah
σ = Nilai konstanta Stefan – Boltzman = 4,90 x 10-9 MJ/m2/K4/hari
Tk = Suhu udara rata-rata (K)
f dihitung dengan rumus (FAO No. 24, 1977)
𝑛
f = 0,9𝑁 + 0,1 ............................................................................... (20)

ɛ’ dihitung dengan rumus (Jensen dkk, 1990)


ɛ’ = (0,34 – 0,14 √𝑒𝑎................................................................... (21)

Dengan :
ɛ’ = Emisivitas atmosfer
ea = Tekanan uap air aktual (kPa)
Tekanan uap jenuh (es) besarnya (Tetens, 1930)
17,27 𝑇
es = 0,611 exp ( 𝑇+237,3) .............................................................. (22)

Tekanan uap aktual (ea) dihitung dengan :


ea = es x Rh ................................................................................. (23)
Dengan :
Rh = Kelembaban relatif rata-rata (%)
Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung
dengan:
4098 𝑒𝑠
Δ = (𝑇+237,3)2 ............................................................................... (24)

Dengan :

19
Δ = Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara
(kPa/°C)
T = Suhu udara rata – rata (°C)
es = Tekanan uap jenuh pada suhu T (kPa)
Konstanta psikometrik (γ) dihitung dengan :
𝑃
γ = 0,00163 𝜆 ............................................................................... (25)

Dengan :
γ = Konstanta psikometrik (kPa/°C)
P = Tekanan atmosfer (kPa)
λ = Panas laten untuk penguapan (MJ/Kg)
𝑔
𝑇 − 𝜏(𝑧− 𝑧𝑜 ) 𝜏 𝑅
P= Po( 𝑘𝑜 𝑇 ) ................................................................. (26)
𝑘𝑜

Dengan :
P = Tekanan atmosfer pada elevasi z (kPa)
Po = Tekanan atmsfer pada permukaan laut (kPa)
z = elevasi (m)
zo = elevasi acuaan (m)
g = Gravitasi = 9,8 m/s2
R = Konstanta gas spesifik = 287 J/Kg?K
Tko = Suhu pada elevasi zo
τ = Konstanta lapse rate udara jenuh = 0,0065 K/m
Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan
asumsi Tko = 293 K untuk T = 20°C dan Po = 101,3 kPa
pada zo = 0.
Panas laten untuk penguapan (λ) dihitung dengan rumus :
λ = 2,501 – (2,361 x 10-3)T.......................................................... (27)

Dengan :
λ = Panas laten untuk penguapan (MJ/Kg)
T = Suhu udara rata – rata (°C)

20
2.3.2. Analisis Data Curah Hujan

Hujan berperan dalam memenuhi kebutuhan air bagi


tanaman. Selama musim hujan sebagian besar kebutuhan air
tanaman dipenuhi oleh hujan dan pada musim kering dipenuhi oleh
kebutuhan air irigasi. Hujan dalam tahun basah, tahun normal dan
tahun kering merupakan hujan andalan, yaitu hujan dengan
kemungkinan terlampaui 20% untuk tahun basah, 50% tahun
normal dan 80% untuk tahun kering. Ketiga nilai tersebut berguna
untuk merencanakan pemberian air irigasi.

Hujan yang terjadi pada suatu wilayah akan mengalami


proses infiltrasi. Menurut Seyhan (1990) infiltrasi merupakan air
yang diterima permukaan bumi jika permukaannya tidak kedap air,
dapat bergerak ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan
kapileOr dalam suatu aliran. Faktor-faktor yang mempengaruhi
infiltrasi adalah karakteristik hujan, kondisi permukaan tanah,
kondisi penutupan permukaan dan karakteristik air yang
terinfiltrasi. Hujan efektif adalah bagian hujan yang secara efektif
digunakan oleh tanaman setelah beberapa hilang karena limpasan
permukaan dan perkolasi. Hujan efektif ini digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman.
Pemahaman mengenai hujan sangat diperlukan agar
tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pada saat
terjadi hujan, air yang jatuh tidak semua dimanfaatkan oleh
tanaman. Hujan yang jatuh hanya sebagian yang terserap tanaman
disebut hujan efektif dan sisanya terbuang dalam bentuk
penguapan, perkolasi atau limpasan. Dalam menentukan hujan
efektif dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam panduan
penggunaan Microsoft Excel hujan efektif dapat ditentukan dengan
nilai persentase hujan bulanan tertentu, hujan andalan, rumus
empiris dan USBR. Dalam simulasi perencanaan irigasi pada
Microsoft Excel digunakan hujan andalan untuk menentukan

21
besarnya hujan efektif. Pada KP-01 hujan efektif dapat ditentukan
dengan peluang hujan terlewati 80% (R80) dan memperhitungkan
besarnya koefisien hujan tanaman padi.
Analisis curah hujan yang dimaksud adalah curah hujan
efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif
atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang
secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman (Direktorat
Jenderal Pengairan, 1986). Untuk irigasi padi, curah hujan efektif
bulanan diambil 70% dari curah hujan tengah bulanan yang
terlampaui 80% dari waktu periode tersebut. Untuk curah hujan
efektif untuk palawija ditetukan dengan periode bulanan terpenuh
50%. Perhitungan curah hujan efektif dilakukan dengan 2 cara :
1. Untuk padi
Re = 70% x R80/15 ................................................................ (28)
2. Untuk palawija
Re = 50%x R80/15 ................................................................. (29)

22

Anda mungkin juga menyukai