Anda di halaman 1dari 10

Konferensi Nasional Teknik Sipil 14 1

Bandung, 1 – 3 Juli 2020

ANALISIS KEBUTUHAN AIR UNTUK PENJADWALAN PENGAIRAN PADA


DAERAH IRIGASI SEDADI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN
GROBOGAN
Aan Faalil Fahruroji1, Akhmad Ali Rifai2, Niken Atmiwyastuti3 dan Nina Restina4

1
Alumni Teknik Sipil Universitas Bung Karno
Email: affahrurozi@gmail.com
2
Alumni Teknik Sipil Universitas Bung Karno
Email: rifaiakhmadali@yahoo.com
3
Dosen Teknik Sipil Universitas Bung Karno
Email: syrazniken@gmail.com
4
Dosen Teknik Sipil Universitas Bung Karno
Email: nina_restina@yahoo.com

ABSTRAK
Dalam upaya memperhitungkan kebutuhan air untuk penjadwalan irigasi meliputi beberapa aspek
salah satunya cara penyiapan lahan. Perencanaan pengelolaan lahan pertanian diperlukan guna
untuk meningkatkan produktivitas petani. Pola tanam merupakan salah satu aspek penting yang
perlu direncanakan dengan memperhatikan analisis iklim, jenis tanah, topografi dan idrotopografi,
kebutuhan dan ketersediaan air. Tujuan penelitian ini adalah untuk meganalisis kebutuhan air
irigasi berdasarkan pola tanam untuk menjadwalkan pengairan pada daerah studi yaitu Daerah
Irigasi Bendung Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan yang memiliki luas sebesar
16.358 ha. Metode pada penelitian ini menggunakan metode aljabar rata – rata dan metode poligon
thiesen untuk menghitung curah hujan rata – rata dan metode Penman – Monteith untuk
evapotranspirasi potensial/acuan. Dari curah hujan rata –rata di dapat hasil curah hujan efektif
untuk padi dan palawija. Skema pola tanam alternatif-11 merupakan skema yang paling optimum
yaitu skema Padi – Padi – Palawija dengan total kebutuhan air sebesar 52,16 l/dt/Ha. Alternatif-11
ini digunakan sebagai acuan dalam memperhitungkan kebutuhan air dengan menggunakan
software Cropwat yaitu sebesar 48,75 l/dt/ha. Dari kedua metode, penggunaan software Cropwat
mampu menghemat sebesar 1,14%.
Kata kunci : Kebutuhan Air Irigasi, Pola Tanam, Software Cropwat

1. PENDAHULUAN
Dalam upaya memperhitungkan kebutuhan air untuk penjadwalan irigasi meliputi banyak aspek yang perlu ditinjau,
salah satunya adalah cara penyiapan lahan. Lahan pertanian yang diusahakan secara intensif dalam waktu yang
relatif lama akan mengalami kerusakan lahan baik secara fisik, kimia maupun biologi yang berdampak pada
penurunan produktivitas tanah sehingga berpengaruh terhadap penerimaan usahatani (Simbolon, 2015). Penelitian
tentang perencanaan pengelolaan lahan pertanian, yang mampu menyeimbangkan antara kelestarian lahan dengan
kebutuhan sosial ekonomi masyarakat khususnya petani, dibutuhkan untuk mengetahui pola optimal tersebut. Untuk
mendapatkan model perencanaan pengelolaan lahan pertanian yang berkelanjutan diperlukan metode yang mampu
memilih kombinasi pemanfaatan yang menghasilkan target yang diharapkan (Sholihah, 2014)
Pola tanam merupakan salah satu aspek terpenting dalam mengatur waktu, tempat, jenus dan luas areal yang bisa
ditanami (Nadjamuddin et al, 2014). Skema pola tanam direncanakan dengan memperhatikan analisis iklim, jenis
tanah, topografi dan hidrotopografi, kebutuhan dan ketersediaan air suatu daerah tertentu yang pada akhirnya dapat
ditentukan skema pola tanam yang memungkinkan untuk diterapkan di daerah tersebut (Wirosoedarmo et al, 2015).
Dari data iklim yang dihitung dengan menggunakan klasifikasi Oldman, dapat ditentukan jenis-jenis tanaman yang
dapat ditanam berdasarkan hasil perhitungan tipe iklim suatu daerah. (Paski et al, 2017).
Kabupaten Grobogan yang memiliki relief daerah pegunungan kapur dan perbukitan serta dataran rendah dari segi
perekonomian ditopang pada sektor pertanian dan merupakan daerah yang cenderung cukup sulit mendapatkan air
bersih. Sumber utama dari kebutuhan air bersumber pada waduk dan sungai. Iklim di Kabupaten Grobogan
termasuk dalam klasifikasi tipe D yang bersifat 6 bulan kering dan 6 bulan basah. Dengan kondisi iklim dan
geografis, tanaman yang dapat tumbuh hanyalah padi dan palawija. Bendung Sedadi merupakan Daerah Irigasi dari
Waduk Kedung Ombo. Bendung ini dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi beberapa desa di Kecamatan
Penawangan, Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Bendung ini
mengairi lahan pertanian di Kabupaten Grobogan seluas 8.832,8 Ha dan Kabupaten Demak seluas 7.525,2 Ha.
Dengan cakupan luas wilayah mencapai 16.358 Ha, sangat diperlukan perencanaan kebutuhan air irigasi guna
mengoptimalkan hasil pertanian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan air untuk tanaman, skema
pola tanam yang ada dan menjadwalkan besar debit yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air di Daerah
Irigasi Sedadi.

2. LANDASAN TEORI

Irigasi

Irigasi adalah upaya untuk memasok penyediaan air dan pengaturan air untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian
yang dapat mencakup permukaan irigasi air, irigasi air bawah tanah, pompa irigasi dan irigasi lokal yang bertujuan
menciptakan kondisi yang lembab pada akar tanaman yang berfungsi untuk keberlangsungan pertumbuhan tanaman.
(Hengky et al, 2017)

Curah Hujan Rerata Metode Aljabar Rata-Rata

Metode Aritmatika atau Rata-rata Aljabar adalah yang paling sederhana untuk menghitung hujan rerata pada suatu
daerah. (Triatmodjo, 2013). Rumus yang digunakan untuk metode ini adalah sebagai berikut :

(1)
Dimana:
R = Curah hujan rata-rata, N = Jumlah pos stasiun hujan R1,R2, Rn = Curah hujan pos stasiun hujan 1,2 .. n
Curah Hujan Rerata Metode Poligon Thiesen

Metode Poligon Thiesen adalah curah hujan rata-rata terbobot (weighted average) masing-masing stasiun hujan
yang luas daerah pengaruhnya ditentukan berdasarkan poligon yang dibentuk (menggambarkan garis-garis sumbu
pada garis-garis penghubung antara dua stasion hujan yang berdekatan). (Untari, 2012). Adapun rumus yang
digunakan untuk metode ini adalah sebagai berikut :

(2)

Dimana:
P = Curah hujan rata-rata P1, P2, Pn, Pn = Curah hujan pos stasiun hujan ke 1,2,-n , An = Luas wilayah pos
stasiun hujan ke 1,2,-n
Curah Hujan Efektif

Hujan efektif (Re) adalah bagian hujan yang secara efektif digunakan oleh tanaman setelah beberapa hilang karena
limpasan permukaan dan perkolasi. Hujan efektif ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman.

(3)

(4)

Evapotranspirasi

Evapotranspirasi tanaman acuan adalah kebutuhan konsumtif tanaman yang merupakan jumlah air untuk evaporasi
dari permukaan areal tanam dengan kondisi air mencukupi, tinggi tanaman sekitar 12 cm dan tanaman tumbuh
dengan baik.

(5)
Dengan :
ETo = Evapotranspirasi potensial/acuan (mm/hari), R n = Radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman
(MJ/m2/hari), T = Suhu udara rata – rata (°C), U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas permukaan
tanah (m/s), es = Tekanan uap air jenuh (kPa), ea = Tekanan uap air aktual (kPa), Δ = Kemiringan kurva
tekanan uap air terhadap suhu (kPa/°C), γ = Konstanta psikometrik (kPa/°C), P = Tekanan Atmosfer (kPa) namun
jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan , asumsi T ko = 293 K untuk T = 20°C dan P o =
101,3 kPa pada zo = 0

Dimana tekanan uap air jenuh dan aktual dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(6)

Dimana kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(7)

Panas laten untuk penguapan (λ) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(8)

Dimana konstanta psikometrik (γ) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(9)

Dimana :
γ = Konstanta psikometrik (kPa/°C), P = Tekanan atmosfer (kPa), λ = Panas laten untuk penguapan (MJ/Kg)

dr dan δ dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini (Duffie & Beckman, 1980)

(10)

Dimana :
dr = Jarak relative antar bumi dan matahari, δ = Sudut deklinasi matahari (rad), J = Integer (30,42 M – 15,23), M =
Bulan (1 s.d 12)

Dengan Radiasi matahari (Rs) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(11)

Dimana :
= Lama penyinaran (%)

Dengan radiasi matahari ekstraterestrial (Ra) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(12)

Dengan sudut saat matahari terbenam (ωs) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(13)
Pengolahan Lahan
Kebutuhan air untuk pengolahan tanah menentukan kebutuhan minimum air irigasi. Faktor-faktor yang menentukan
besarnya kebutuhan air, yaitu besarnya air untuk penjenuhan, pelumpuran, genangan air, lamanya pengolahan tanah,
evaporasi dan perkolasi yang terjadi. Metode yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan irigasi selama
pengolahan tanah adalah oleh Van de Goor dan Zijlstra.

(14)

Dimana :
LP = Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah(mm/hari), M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air
akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari), e = Konstanta = 2,7182

Penggunaan Konsumtif Tanaman

Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk proses fotosintesis dari tanaman tersebut.
Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut :

(15)
Dimana :
ETc = Penggunaan konsumtif (mm/hari), Kc = Koefisien tanaman , ETo = Evapotranspirasi tanaman acuan
(mm/hari)

Perkolasi

Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh, yang tertekan di antara permukaan tanah sampai ke
permukaan air tanah (zona jenuh). Daya perkolasi (P) adalah laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan, yang
besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang terletak antara permukaan tanah dengan
permukaan air tanah.

Skema Pola Tanam

Pada umumnya, pola tanam di suatu daerah irigasi harus diatur sedemikian rupa agar waktu panen dan penanaman
menjadi teratur. Pola tanam ialah susunan rencana penanaman berbagai jenis tanaman selama satu tahun.
Terbatasnya persediaan air adalah alasan yang mempengaruhi penyusunan pola tanam dalam satu tahun (Suryadi,
2011).

Kebutuhan Bersih di Sawah

Dalam menentukan kebutuhan bersih air di sawah harus memperhitungkan hujan efektif yang terjadi. Kebutuhan
bersih air di sawah adalah jumlah air yang dibutuhkan setelah kebutuhan total air di sawah dikurangi dengan hujan
efektif yang terjadi di daerah tersebut.

NFR = ETc + P + WLR - Re (15)

Dimana :
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah (mm/hari) ETc = Penggunaan konsumtif (mm/hari), P = Kehilangan air akibat
perkolasi (mm/hari) , Re = Curah hujan efektif (mm/hari) , WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)

Kebutuhan di Pintu Pengambilan

Dalam menghitung kebutuhan air di pintu pengambilan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

(16)
Dimana :
DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/dt), NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah (mm/hari) , e = Efisiensi
irigasi (%)
Software Cropwat 8.0

Software Cropwat 8.0 adalah program komputer yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air tanaman (ETc)
serta kebutuhan irigasi. Program ini menggunakan model Food Agriculture Organization (FAO) Penman-Monteith
dalam perhitungan Eto (Evapotranspiration) (Smith et al., 1991)

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian
Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. Sumber air Bendung Sedadi berasal dari kali Serang yang ditampung
di Waduk Kedung Ombo.

Gambar 1. Peta Lokasi Bendung Sedadi


Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
 Personal Computer (PC) yang digunakan untuk mengolah data.
 Perangkat lunak Microsoft Office.
 Perangkat lunak Cropwat 8.0
 Peta Skema Jaringan Irigasi DI Sedadi
 Peta Administrasi Kabupaten Grobogan
 Data Curah Hujan Kecamatan Penawangan, Kecamatan Godong, dan Kecamatan Dempet periode tahun
2009 – 2018
 Data Pos Klimatologi Waduk Tempuran periode tahun 2014 – 2018
.
Tahap Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk metode manual dengan mengacu
pada konsep Kriteria Perencanaan Irigasi dan menggunakan software Cropwat 8.0. Hasil dari masing-masing
metode kemudian akan diperbandingkan untuk alur penelitian masing-masing metode ada pada gambar berikut ini :
Metode Manual
Gambar 2. Flowchart Perhitungan Manual Gambar 3. Flowchart Perhitungan Cropwat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Curah Hujan Rata-Rata


Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan curah hujan rerata metode aljabar & polygon thiesen.

Gambar 4. Perbandingan Curah Hujan Rata-rata


Perbandingan Curah Hujan Efektif

Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan curah hujan efektif padi dan palawija metode manual dan software
Cropwat 8.0

Gambar 5. Perbandingan Curah Hujan Efektif Padi Gambar 6. Perbandingan Curah Hujan Efektif Palawija

Perbandingan Evapotranspirasi
Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan evapotranspirasi metode manual dan metode software Cropwat 8.0

Gambar 7. Perbandingan Evapotranspirasi

Skema Pola Tanam Optimum


Skema pola tanam optimum dilakukan dengan membagi 3 dekade dalam 1 bulan. Sehingga ada 36 alternatif pola
tanam. Setelah dilakukan perhitungan, skema pola tanam yang paling optimum (memerlukan seditik air) adalah
alternatif-11 yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam perhitungan kebutuhan air dengan software Cropwat
8.0.
Gambar 8. Skema Pola Tanam Optimum Alternatif -11

Di alternatif-11, pada masa pola tanam I yaitu padi I dimulai di April-2 sampai dengan Juli-3 diketahui kebutuhan
air maksimumnya sebesar 11,68 mm/hari dengan kebutuhan air di pintu pengambilan (DR) sebesar 2,08 ltr/dtk/hari.
Pada masa pola tanam II yaitu palawija dimulai di Agustus-1 sampai dengan Desember-1 diketahui kebutuhan air
maksimumnya sebesar 10,66 mm/hari dengan kebutuhan air di pintu pengambilan (DR) sebesar 1,90 ltr/dtk/hari.
Pada masa pola tanam III yaitu padi II dimulai di Desember-2 sampai dengan April-1 diketahui kebutuhan air
maksimumnya sebesar 4,75 mm/hari dengan kebutuhan air di pintu pengambilan (DR) sebesar 0,85 ltr/dtk/hari.

Perbandingan Kebutuhan Air

Berikut adalah perbandingan kebutuhan air metode manual dan metode software Cropwat 8.0.

Gambar 9. Perbandingan Kebutuhan Air


Penjadwalan Irigasi

Gambar 10. Penjadwalan Irigasi

5. KESIMPULAN
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan air untuk tanaman, skema pola tanam yang ada dan
menjadwalkan besar debit yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air di Daerah Irigasi Sedadi maka
berdasarkan dari data yang sudah dihitung dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan luas wilayah Daerah Irigasi Sedadi sebesar 16.357 Ha, dengan menggunakan 36 alternatif dengan
pergeseran periode setengah bulan pola tanam Padi – Padi – Palawija (Jagung) didapat nilai kebutuhan air di
sawah atau NFR (Netto Field Requirement) yang terkecil (optimum) yaitu pada alternatif-11 hanya
memerlukan air sebesar 52,16 l/dt/ha. Musim tanam Padi I pada rentang waktu Maret-3 s/d Juli-3
membutuhkan air sebesar 20,26 l/dt/h. Musim tanam Palawija pada rentang waktu Agustus-1 s/d Desember-1
membutuhkan air sebesar 21,60 l/dt/ha dan musim tanam Padi II pada rentang waktu Desember-2 s/d Maret-2
membutuhkan air sebesar 10,30 l/dt/ha.
2. Berdasarkan perencanaan skema pola tanam, skema alternatif-11 dengan skema Padi – Palawija – Padi, setelah
dihitung dengan Cropwat 8.0 hanya memerlukan air sebesar 48,75 l/dt/ha. Musim tanam Padi I pada rentang
waktu Maret-3 s/d Juli-3 membutuhkan air sebesar 31,33 l/dt/h. Musim tanam Palawija pada rentang waktu
Agustus-1 s/d Desember-1 membutuhkan air sebesar 8,21 l/dt/ha dan musim tanam Padi II pada rentang waktu
Desember-2 s/d Maret-2 membutuhkan air sebesar 9,21 l/dt/ha. Dengan menggunakan Software Cropwat 8.0,
mampu mengurangi jumlah kebutuhan air sebesar 1,14 % dengan mengasumsikan efisiensi irigasi untuk kedua
metode sebesar 65% di seluruh saluran, baik di primer, sekunder maupun tersier.
3. Dari perhitungan yang sudah dilakukan, penulis berpendapat kelebihan dari penggunaan Software Cropwat 8.0
adalah sebegai berikut
- Software ini mempermudah pekerjaan dalam menghitung kebutuhan air tanaman dan bagaimana
penjadwalan pengairan untuk tanaman yang ingin diketahui.
- Software ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda
dan perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanaman.
- Sofware CROPWAT 8.0 juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktekpraktek irigasi petani dan
untuk menilai kinerja tanaman yang berhubungan dengan kebutuhan air..
DAFTAR PUSTAKA
Abdel Kabirou Bourima, Zhang Weihua, Wei Chaofu. 2015 Irrigation Water Requirements of Rice Using Cropwat
Model in Nothern Benin, Vol-8 No. 2 ISSN 0802-1290. Internationa Journal of Agricultural and
Biological Engineering (IJABE)
Anton Priyonugroho, 2014. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Studi Kasus Pada Daerah Irigasi Sungai Keban Daerah
Kabupaten Empat Lawang, Vol-2 No.3 ISSN 2353-374X Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan.
B. S. Simbolon, Stefanus Barlian Soeryamassoeka, Umar. 2015. Kajian Efektifitas Saluran Irigasi di Daerah Irigasi
Gernis, Pontianak : Universitas Tanjung Pura;
Dedy Febrianto Nadjamuddin, Widandi Soetopo, Moch. Sholichin. 2014. Rencana Penjadwalan Pembagian Irigasi
Daerah Irigasi Paguyuman Kanan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo, Jurnal Teknik Pengairan Vol-5
No. 2 Halaman : 158-165
Dian Dwi Ernawati, Widiandi Soetopo, Moch. Sholichin, 2018. Analisa Tingkat Efisiensi Alokasi Air Irigasi DI
Kedungkandang Malang, Jurnal Teknik Pengairan Vol-9 No. 1 Halaman : 37-46
Hengky Jhony Soumokil, Obednego Dominggus Nara. 2017, Study of Irrigation Water Suplly Eficiency to Support
the Productivity of Farmers (Case Study at Kobisonta Nort Seram Central Maluku District), Vol-4 No. 11
ISSN 2349-6495. International Journal of Advanced Engineering Research and Science (IJAERS)
J. A. I. Paski, G. I. S. L Faski, M. F Handoyo, Dyah A. S. P, 2017. Analisis Neraca Air Lahan untuk Tanaman Padi
dan Jagung di Kota Bengkulu, Vol-15 No.2 ISSN 1829-8907. Jurnal Ilmu Lingkungan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 1986a. Standar Perencanaan Irigasi – Kriteria Perencanaan
01. Jakarta : Direktorat Jendral Pengairan Pekerjaan Umum.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 1986b. Standar Perencanaan Irigasi – Kriteria Perencanaan
03. Jakarta : Direktorat Jendral Pengairan Pekerjaan Umum.
Maehanuddin H., Nikhita G. R., Prapthishree K. S., Praveen L. B., Manasa H. G. 2018. Study on Water
Requirements for Crops and Schedule Irrigation use Cropwat 8.0 IJARSET ISSN 2347-6710 Vol-7.
Engineering Collage
Raes D. 2009. The ETo Calculator : Evapotranspiration from a Reference Surface. Rome : FAO of the United
Nation Land and Water Division.
Ruslan Wirosoedarmo, Usman Apriadi. 2012. Research Planning Plan-Pattern and Water Gates Operational
Pattern of Swamp Reclamation Network on Rimau Island in Kabupaten Musi Banyuasin of South
Sumatera, Jurnal Teknologi Pertanian Vol-3 No. 1 Halaman : 56-66
Sophia Dwiratna Nur Perwitasari, Sholihah. 2016. Irrigation Scheduling Base on Crop Water Balance on Runoff
Harvesting System for Dry Land Farming, Vol-4 No. 2 ISSN 2407-0475 Jurnal Keteknikan Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai