Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA DATA, KONSEP, KONSTRUK, TEORI DAN HUKUM


ATAU POTULAT DALAM KONTEKS PENDIDIKAN SAINS

Mata Kuliah : Filsafat Sains

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Wahidin, M.Pd.

Disusun oleh :

Nama : Zulfanur

Kelas /semester : Biologi C / VII

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH

DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2016
Nama : Zulfanur

NIM :1413163126

Kelas : Biologi C

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menurut hamdani (2001) merupakan masalah hidup dan kehidupan


manusia sebagai media efektif yang telah teruji mampu mengantarkan dan menyiapkan
generasi insani yang berkualitas. Dalam pendidikan tidak terlepas dari ilmu, ilmu dipahami
sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Jadi, ilmu bertujuan untuk meramalkan dan
memahami gejala-gejala alam dan ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah
kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren.

Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan harus dipilah (menjadi suatu
bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten.
Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan
setepat-tepatnya. Metodis berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan
menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis berarti dalam usaha
menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan
langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang
terpadu. Segala metode yang dilakukan pasti terdapat fakta ilmiah dan aturan , yaitu data,
konsep, konstruk, teori dan hukum. Hal ini sangat berhubungan sekali dengan sains. Sains ini
bisa menjadi ilmu dalam pembelajaran. Selain itu, sains melandasi perkembangan teknologi,
sedangkan teknologi menunjang perkembangan sains. Sains digunakan dalam upaya
memperoleh penjelasan tentang objek dan fenomena alam serta untuk aktivitas invention
(penemuan) berupa rumus-rumus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari pendidikan sains?
2. Bagaimana hakikat dari pendidikan sains?
3. Bagaimana hubungan antara data, konsep, konstruk, teori dan hukum dalam
pendidikan sains?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari pendidikan sains
2. Untuk mengetahui hakikat dari pendidikan sains
3. Untuk mengetahui hubungan antara data, konsep, konstruk, teori dan hukum dalam
pendidikan sains
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Sains

Pendidikan Sains menurut Zuhdan (2005) merupakan disiplin ilmu yang didalamnya
terkait dengan ilmu pendidikan dan Sains itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas
mengenai pendidikan Sains serta ruang lingkupnya, Sains memiliki dua pengertian yaitu dari
segi pendidikan dan Sains itu sendiri.

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan menurut John Dewey (1978) merupakan “Aducation is all one with growing,
with has no end beyond itself” yang berarti pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan
dengan pertumbuhan, pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya.

Pendidikan menurut Siswoyo merupakan “proses sepanjang hayat dan perwujudan


pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka
pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta
sebagai makhluk Tuhan”.

Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses sadar dan
terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik dan
mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang
diharapkan. Dari definisi di ini dapat dikatakan bahwa pendidikan tidak hanya menitik
beratkan pada pengembangan pola pikir saja, namun juga untuk mengembangkan semua
potensi yang ada pada diri seseorang. Jadi pendidikan menyangkut semua aspek pada
kepribadian seseorang untuk membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik.

2. Pengertian Sains

Trowbridge & Byebee (1986: 38) menyatakan bahwa sains adalah ”Science is a body of
knowledge, formed by a process of continuous inquiry, and encompassing the people who are
enganged in the scientific enterprice”. Berdasarkan pada definisi tersebut, karakteristik sains
yang khas adalah sains ditempuh melalui berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan,
yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem yang unik. Nash dalam
bukunya The Nature of Science menyatakan bahwa ”Science is a way of looking at the
world”. Jadi disini sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati
sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Selanjutnya Nash mengemukakan bahwa cara
memandang sains terhadap sesuatu itu berbeda dengan cara memandang biasa atau cara
memandang filosof misalnya dengan cara memandang sains bersifat analisis, melihat sesuatu
secara lengkap dan cermat serta dihubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang
lain sehingga secara keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek
yang diamati. Lebih lanjut ia menandaskan bahwa ”the whole science is nothing more than a
refinement of everyday thinking”. Kalimat tersebut maksudnya adalah metode berpikir atau
pola pikir sains tidak sama dengan pola pikir seharihari, di mana berpikirnya harus menjalani
“refinement” sehingga cermat dan lengkap.
Dalam pembelajaran Sains mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta
persoalannya. Ruang lingkup sains yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan
alam semesta serta proses materi dan sifatnya. Sains terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika,
Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika sains lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup.
Pada sapek Biologi sains mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta
lingkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia sains mempelajari gejala-gejala kimia baik
yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.

Pendidikan sains menurut Sadia (1999) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah
laku siswa hingga siswa memahami proses-proses sains, memiliki nilai-nilai dan sikap yang
baik terhadap sains serta menguasi materi sains berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan
teori sains”. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Sains merupakan
suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan
menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku
siswa sehingga siswa dapat memahami proses sains dan dapat dikembangkan di masyarakat.

B. Hakikat Pendidikan Sains

Hakikat sains menurut Piaget (dalam Sanjaya, 2008) adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu
merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi
membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalaman-pengalaman seseorang.

Kuslan dan Stones dalam buku Samatowa (2006) menyatakan bahwa hakikat sains
mencakup dua aspek, yaitu body of knowledge yang sering disebut sebagai aspek produk
dan method yang dikenal dengan aspek proses. Jadi, hakikat sains merupakan jembatan bagi
para siswa untuk mengungkap dan memahami realitas alam.

Menekankan hakikat sains dalam pembelajaran, merupakan upaya untuk


memberdayakan pembelajar melalui pendidikan sains. Hal ini merupakan harapan dalam
kegiatan pendidikan secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian di atas maka tinjauan terhadap pendidikan sains pada hakekatnya
dapat dilihat dari tiga segi, yaitu :

1. Sains sebagai proses

Pengertian sains sebagai proses maksudnya adalah bagaimana cara mendapatkan


ilmu pengetahuan tersebut. Pengertian mendapatkan pengetahuan untuk pembelajar dapat
berupa konsep-konsep yang sedang dipelajarinya. Penekanan dari hakekat sains sebagai
proses adalah pada bagaimana seorang pembelajar menemukan sendiri apa yang sedang
dipelajarinya. Yang dimaksud dengan menemukan sendiri disini bukan berarti konsep yang
sedang dipelajarinya adalah murni hasil pemikiran pembelajar tersebut. Dalam hal ini,
pembelajar masih tetap mempelajari konsep-konsep yang sudah ditemukan oleh para ahli
sains, tetapi yang menjadi titik berat adalah bagaimana urutan-urutan atau tahapan-tahap yang
dilakukan pembelajar pada saat mempelajari konsep tersebut. Jika pembelajar dalam
memahami suatu konsep sesuai dengan urutan atau langkah yang seharusnya, maka berarti
pembelajar tersebut telah memahami hakekat sains sebagai proses.

Sebagai contoh akan dijelaskan bagaimana seorang peserta memahami konduktor


dan isolator. Peserta didik tidak menghafal definisi konduktor dan isolator tetapi peserta didik
mengerti apa yang dimaksud dengan konduktor dan isolator setelah peserta didik tersebut
melakukan kegiatan dengan menggunakan baterai, kabel, bola lampu, dan benda-benda yang
akan diselidikinya. Mula-mula peserta didik mencoba membuat rangkaian dengan
menggunakan apa yang sudah disiapkannya, kemudian mereka mencoba mengganti
hubungan kabel dengan benda-benda yang sedang diselidikinya satu-persatu. Setelah semua
benda diselidiki, ternyata ada dua kelompok benda yang sifatnya berbeda yaitu kelompok
pertama terdiri atas kayu, karet, kaca, dan kertas tidak dapat menyalakan bola lampu;
sedangkan kelompok kedua terdiri atas besi, aluminium, tembaga, dan seng dapat
menyalakan lampu.

Selanjutnya diharapkan peserta didik dapat menggeneralisasikan sendiri benda-


benda lainnya yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan benda-benda lainnya yang
dapat menghantarkan arus listrik. Dari kegiatan yang dilakukannya tersebut, peserta didik
dapat mengelompokan sendiri benda yang termasuk isolator dan benda yang termasuk
konduktor. Kegiatan seperti itu mencerminkan hakekat pendidikan sains sebagai proses;
karena peserta didik pada saat mempelajari konsep isolator dan konduktor.

b. Sains sebagai Produk

Pengertian sains sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada memahami
apa yang sudah dihasilkan oleh sains itu sendiri misalnya, prinsip-pinsip, hukum-hukum, dan
rumus-rumus. Usaha pemahaman peserta didik terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan
penggunaan rumus-rumus yang berlaku dalam sains menunjukkan hakekat sains sebagai
produk. Pemahaman yang dilakukan peserta didik terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum,
dan rumus-rumus tidak memerlukan urutan atau tahapan tertentu. Peserta didik cukup
memahami isi kandungan dari prinsip atau hukum yang sedang dipelajarinya itu; atau
bagaimana caranya menggunakan rumus untuk memecahkan soal yang sedang dibahasnya.

c. Sains sebagai sikap atau nilai

Sains diyakini dapat melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri
siswa. Jujur, dapat bekerja sama, teliti, tekun, hati-hati, toleran, skeptis, merupakan sikap dan
nilai yang dapat terbentuk melalui pembelajaran sains.

Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan baik, akan dapat membentuk sikap
dan nilai positif dalam diri siswa sebagai bekal yang diperlukannya dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Tentunya hal tersebut dapat tercapai jika
pembelajaran sains dipandang sebagai proses tidak hanya sekedar mempelajari produknya
saja. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk
melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini
tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam
dapat berbentuk kuantitas.

C. Hubungan antara Data, Konsep, Konstruk, Teori dan Hukum atau Potulat dalam
Konteks Pendidikan Sains
1. Pengertian dan contoh dari Data, Konsep, Konstruk, Teori dan Hukum atau Potulat
dalam Konteks Pendidikan Sains
a. Data
Data menurut Zuhdan (2005) merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa
Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu
pernyataan yang diterima secara apa adanya.
Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya
dapat berupa angka, kata-kata, atau citra. Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk
menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat
sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri, hal ini
dinamakan deskripsi. Pemilahan banyak data sesuai dengan persamaan atau perbedaan yang
dikandungnya dinamakan klasifikasi. Dalam IPA suatu fakta dapat dinyatakan dengan
matahari terbit dari Timur dan terbenam ke sebelah Barat.

Jenis data menurut cara memperolehnya (Varel, 1965) :

1) Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / obyek penelitian oleh peneliti
perorangan maupun organisasi.
2) Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.
Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan
berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial.

Macam-macam data berdasarkan sumber data :

1) Data internal adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu
organisasi secara internal.
2) Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi yang ada di luar
organisasi.

Klasifikasi data berdasarkan jenis datanya :


1) Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka.
2) Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang mengandung
makna.
b. Konstruk dan Konsep

Konstruk adalah konsep yang dapat diamati dan diukur atau memberikan batasan pada
konsep. Dalam tahapan riset, proses ini termasuk pada definisi konsep. Konsep adalah istilah
mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau
hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai
generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan
berbagai fenomena yang sama. Sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai abstraksi
yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi konsep merupakan sejumlah
cirri atau standar umum suatu objek.

Pengetahuan tentang konsep penting dipahami karena beberapa alasan. Pertama, untuk
menyederhanakan proses riset dengan cara mengombinasikan karakteristik-karakteristis
tertentu, objek-objek atau individu-individu ke dalam kategori yang lebih umum. Kedua,
konsep menyederhanakan komunikasi diantara orang-orang yang ingin berbagi pemahaman
tentang konsep yang digunakan dalam riset. Ketiga, sebagai dasar untuk membangun
variable maupun skala pengukurang yang akan digunakan.

Dikemukakan oleh Collette &Chiappetta, menurut Bruner, Goodnow, dan Austin (1965),
sebuah konsep setidaknya memiliki 5 unsur, (1) nama, (2) definisi, (3) lambang, (4) nilai,
dan (5) contoh. Misalnya konsep tentang perpindahan. Nama dari konsep adalah
perpindahan, definisinya adalah sebuah vektor yang arahnya dari benda pada kedudukan
awal menuju kedudukan akhir dan mempunyai besar yang sama dengan jarak terpendek
antara dua kedudukan. Lambang perpindahan adalah C, mempunyai nilai,

c. Teori

Ilmuwan menggunakan teori untuk menjelaskan pola-pola. Teori merupakan usaha


intelektual yang sangat keras karena ilmuwan harus berhadapan dengan kompleksitas dan
kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi dari pengamatan langsung. Teori memiliki
tujuan yang berbeda dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan hukum-hukum, tetapi ilmuwan
menggunakan jenis pengetahuan ini untuk menyajikan penjelasan-penjelasan dari fenomena-
fenomena yang terjadi. Teori-teori mempunyai hakikat berbeda dan tidak pernah menjadi
fakta atau hukum, tetapi teori tetap berlaku sementara sampai disangkal atau direvisi.
Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena
tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan).
Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan Sebuah teori membentuk
generalisasi atas banyak observasi dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling
berkaitanGagasan ini menjadi jelas ketika orang merujuk teori atom, yang menyatakan bahwa
seluruh benda tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang disebut dengan atom.
Gambaran visual ini akan lebih sukar diterima ketika meninjau salah satu aspek teori yang
menyatakan bahwa sebuah atom sebenarnya 99,99 % kosong. Selain teori atom ada teori
relativitas,yaitu tentang lubang hitam yang dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan
menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam. Terdapat miskonsepsi
yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup bukti dan telah teruji
oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah benar
karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan
hukum akan tetap menjadi hukum.
d. Hukum
Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari
sifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian. Hukum dalam sains
merupakan suatu pernyataan yang mengungkapkan adanya hubungan antara gejala alam yang
konsisten.
Adapun yang perlu diingat untuk memahami hukum ini adalah:

a. Suatu pernyataan

b. Menyatakan adanya hubungan antara fakta

c. Telah diuji kebenarannya oleh ahli di bidang itu

d. Bersifat universal

e. Dapat digunakan untuk meramalkan

f. Berlaku pada kondisi yang terbatas

g. Peramalan hanya cocok bila kondisi tertentu yang terbatas itu terpenuhi.

Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable Hukum-hukum tentang


gas, hukum-hukum tentang gerak, dan hukum tentanglistrik sebagai contoh, menentukan hal-
hal yang dapat diamati di bawah kondisi-kondisi tertentu. Contohnya dalam sains adalah
hukum Archimedes, yaitu “ Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam
zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan oleh benda tersebut”. Maka terjadilah peristiwa benda yang terapung, melayang,
dan tenggelam pada air.

2. Hubungan antara Data, Konsep, Konstruk, Teori dan Hukum atau Potulat dalam Konteks
Pendidikan Sains

Tiga komponen sains menurut Yogiela (2011) dalam blognya menyatakan bahwa
produk sains (products of science), proses sains (scientific processes), dan sikap sains
(scientific attitudes). Pengetahuan sains yang sering disebut produk sains merupakan
akumulasi antara hasil aktivitas empiris dan analisis para ilmuwan. Aspek produk
diantaranya adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip, dan teori. Fakta merupakan produk
dari aktivitas empiris sains, sedangkan konsep, prinsip, dan teori adalah produk dari aktivitas
analisis. Pengetahuan, prinsip, hukum maupun teori-teori merupakan hasil rekaan atau
buatan manusia dalam memahami dan menjelaskan alam dengan berbagai fenomena yang
terjadi di dalamya. Dengan demikian, sains sebagai suatu produk keilmuwan mencakup
konsep, hukum dan teori yang dikembangkan sebagai pemenuhan rasa ingin tahu manusia.
Dalam pembelajaran sains, aspek produk tampil dalam bentuk bahan pengajaran yang berisi
pokok-pokok bahasan. Ilmuwan menggunakan beraneka ragam prosedur empiris dan analitik
dalam usahanya mengungkap realitas semesta. Prosedur inilah yang lebih dikenal sebagai
proses sains. Aspek proses, yaitu suatu cara atau metode memperoleh pengetahuan. Metode
ini disebut dengan metode keilmuwan. Metode keilmuwan yang baku saat ini merupakan
hasil perkembangan sebelumnya. Menurut Fadia (2008) metode keilmuwan merupakan
perpaduan antara rasionalisme yang meyakini bahwa pengetahuan dapat diperoleh melaui
pikiran dan empirisme yang meyakini bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui
pengalaman. Metode keilmuwan memiliki enam kerangka dasar prosedur yaitu sadar akan
adanya masalah dan perumusan masalah, pengamatan dan pengumpulan data yang relevan,
penyusunan atau klasifikasi data, perumusan hipotesis, deduksi dan hipotesis, serta tes dan
pengujian kebenaran hipotesis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pendidikan Sains merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk
mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk
membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses
sains dan dapat dikembangkan di masyarakat.
2. Hakikat sains mencakup dua aspek, yaitu body of knowledge yang sering disebut sebagai
aspek produk dan method yang dikenal dengan aspek proses. Jadi, hakikat sains
merupakan jembatan bagi para pembelajar untuk mengungkap dan memahami realitas
alam.
3. Sains sebagai suatu produk keilmuwan mencakup konsep, hukum dan teori yang
dikembangkan sebagai pemenuhan rasa ingin tahu manusia. Dalam pembelajaran sains,
aspek produk tampil dalam bentuk bahan pengajaran yang berisi pokok-pokok bahasan.
DAFTAR PUSTAKA

Fadila, S. 2008. Perkembangan IPA (Sains) di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.

Hamdani. 2001. filsafat pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Sadia,W. et al. 1999. Pengembangan Buku Ajar IPA Pendidikan dasar Berwawasan STM.
Laporan Penelitian HB Dirjen Dikti.

Samatowa. 2006 . Membelajarkan IPA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional

Vessel, M.F. 1965. Elementary School Science Teaching. New Delhi: Pentice-Hall of India,
Ltd.

Zuhdan. 2005. Bahan ajar Pemantapan Penguasaan Materi Pendidikan Profesi Guru Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogjakarta

Zuhairini.2009. filsafat pendiikan islam. Jakarta : Bumi Askara

Yogielka11. 2011. Pengertian science http://yogielka11.blogspot.com/2011/11/pengertian-


science.html

faizalnizbah. 2013. Hakikat dan pengertian sains


.http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/07/hakikat-dan-pengertian-sains.html

Anda mungkin juga menyukai