Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran lahan praktik


Penerapan modified early warning system (mews) digunakan untuk
meningkatkan patient safety pada pasien post operasi di recovery room
instalasi bedah sentral RS pantiwilasa citarum Semarang. Besar sampel
yang diperoleh dalam studi kasus ini berjumlah 4 responden yang sesuai
dengan kriteria inklusi. Keempat responden tersebut diberi perlakuan
penerapan modified early warning system (mews) dan dicatat pada lembar
opservasi yang sudah disediakan setiap 5 menit sekali sebanyak 3 kali
waktu pertama pasien masuk di recovery room dan 10 menit sekali
setelahnya sampai pasien kembali ke bangsal. Pengambilan data diperoleh
selama rentang waktu empat hari (10-14 Agustus 2018).
B. Hasil
Adapun hasil dari pengkajian sebagai berikut :
1. Responden I

Tabel 4.1 MEWS responden


I
tanggal 10/08/18 10/08/18 10/08/18 10/08/18 10/08/18 10/08/18 10/08/18
waktu 08.50 08.55 09.00 09.05 09.15 09.25 09.35
6
5
4 ∎
3 ∎
2 ∎
1 ∎
0 ∎ ∎ ∎
*Interventions C B A A A A A
Simbol warna orens kuning hijau hijau Hijau Hijau hijau

Deskripsi :
Dari hasil tabel diatas didapatkan hasil pada kuisioner MEWS jika pada
pengukuran RR, Nadi, dan tekanan darah dalam batas normal. Pada
indikator suhu pada pukul 08.50 suhu responden 35,2ºC berubah menjadi

42
36ºC. tingkat kesadaran terjadi perubahan responden di recovery room
dari tidak ada respon, setelah observasi 45 menit menjadi sadar penuh.

2. Responden II

Tabel 4.2MEWS responden


II
tanggal 10/08/18 10/08/18 10/08/18 10/08/18 10/08/18 10/08/18 10/08/18
waktu 11.20 11.25 11.30 11.35 11.45 11.55 12.05
6
5
4
3 ∎ ∎
2 ∎
1 ∎
0 ∎ ∎ ∎
*Interventions B B A A A A A
Simbol warna kuning kuning hijau Hijau hijau hijau hijau

Deskripsi :
Dari hasil tabel diatas didapatkan hasil pada kuisioner MEWS jika pada
pengukuran RR, Nadi, dan tekanan darah dalam batas normal. Pada
indikator suhu pada pukul 11.20 suhu responden 35,3ºC berubah menjadi
36ºC. tingkat kesadaran terjadi perubahan responden di recovery room
dari berespon terhadap nyeri, setelah observasi 45 menit menjadi sadar
penuh.

3. Responden III

Tabel 4.3 MEWS responden


III
tanggal 11/08/18 11/08/18 11/08/18 11/08/18 11/08/18 11/08/18 11/08/18
waktu 15.15 15.20 15.25 15.30 15.40 15.50 16.00
6
5
4 ∎ ∎
3 ∎
2 ∎ ∎
1 ∎
0 ∎
*Interventions C C B A A A A
Simbol warna Orens orens kuning hijau hijau hijau hijau

43
Deskripsi :
Dari hasil tabel diatas didapatkan hasil pada kuisioner MEWS jika pada
pengukuran RR, Nadi, dan tekanan darah dalam batas normal. Pada
indikator suhu pada pukul 15.15 suhu responden 35,2ºC berubah menjadi
36ºC. tingkat kesadaran terjadi perubahan responden di recovery room
dari tidak ada respon, setelah observasi 45 menit menjadi sadar penuh.

4. Responden IV

Tabel 4.4 MEWS responden


IV
tanggal 11/08/18 11/08/18 11/08/18 11/08/18 11/08/18 11/08/18 11/08/18
waktu 16.30 16.35 16.40 16.45 16.55 17.05 17.15
6
5
4 ∎ ∎
3 ∎
2 ∎ ∎
1 ∎
0 ∎
*Interventions C C B A A A A
Simbol warna orens orens kuning hijau hijau hijau hijau

Deskripsi :
Dari hasil tabel diatas didapatkan hasil pada kuisioner MEWS jika pada
pengukuran RR, Nadi, dan tekanan darah dalam batas normal. Pada
indikator suhu pada pukul 16.30 suhu responden 35ºC berubah menjadi
36ºC. tingkat kesadaran terjadi perubahan responden di recovery room
dari tidak ada respon, setelah observasi 45 menit menjadi sadar penuh.

Dari ke empat responden diatas dapat disumpulkan bahwa


permasalahan yang sama terjadi pada awal pasien masuk di recovery
room dimana skor suhu dan tingkat kesadaran menjadi masalah dari ke
empat pasien, intervensi yang dilakukan harus menyesuaikan dengan
seberapa tinggi skor pasien di masing-masing waktu yang sudah tertera
di tabel MEWS, namun selam di lahan intervensi yang dilakukan adalah

44
1. Mengatasi hipotermi pada pasien dengan memindakan pasien dari
ruangan bersuhu rendah ke ruangan bersuhu lebih hangat, kemudian
memberikan slimut tambahan pada pasien, dan memantau kembali
suhu pasien serta melaporkan pada dokter dan perawat di recovery
room
2. Untuk tingkat kesadaran intervensi yang dilakkan adalah memantau
arways, breathing, dan circulation (ABC), dan cek repson pasien
setiap 5 menit untuk mengetahui kondisi kesadaran pasien

C. Pembahasan
1. Analisis Situasi Profil Lahan Praktik
Rumah Sakit Pantiwilasa Citarum adalah sebuah rumah sakit
umum kelas madya (C) yang merupakan salah satu unit kerja dari
Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), yaitu sebuah
yayasan kesehatan kristen yang didirikan oleh Sinode Gereja Kristen
Jawa (Sinode GKJ) dan Sinode Gereja Kristen Indonesia (GKJ) Jawa
Tengah. Keberadaan Rumah Sakit Pantiwilasa Citarum bermula dari
keberadaan Rumah Sakit Bersalin Panti Wilasa yang didirikan pada 19
Januari 1950 di Jl. Dr.Cipto No.50 Semarang. Padatahun 1966, para
pengurus yayasan mencetuskan ide untuk membangun Rumah Sakit
Bersalin Pantiwilasa di lokasi lain karena tempat yang lama sudah
tidak memungkinkan dilakukan perluasan gedung baru. Setelah
beberapa lama mencari lokasi yang tepat, pada bulan Mei 1969
diperoleh sebidang tanah di kelurahan Mlati harjo, tepatnya di Jalan
Citarum 98 Kelurahan Mlatiharjo, Kecamatan Semarang Timur. Pada
tanggal 09 Mei 2012 diresmikan Gedung Medik Sentral 4 lantai.
Dengan pengembangan tersebut kapasitas tempat tidur yang tersedia di
RS Pantiwilasa Citarum menjadi sebanyak 201 tempat tidur. Pelayanan
yang tersedia berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap, farmasi, gizi,
gigi, bedah umum, pelayanan gawat darurat, radiologi, laboratorium,
kamar operasi, fisioterapi, hemodialisa, home care.

45
Hasil observasi yang telah dilakukan di rumah sakit didapatkan
data bahawa di ruang recovery room menggunakana PADSS (Post
Anaestetich Dischart Scoring System) dan Aldret Score (pasien
dewasa). Skor tersebut digunkan untuk mengukur tanda-tanda vital
pada pasien saat pasien berada dimeja operasi sampai pasien kembali ke
bangsal, di recovery room terdapat alat-alat yang digunakan untuk
mengukur hemodinamik pasien post operasi, seperti tensi, oximetri,
termometer, troli emergensi, dan oksigen sentral.

2. Analisis penerapan MEWS pada pasien post operasi di recovery


room
Berdasarkan studi kasus dari 4 responden post oprasi bahwa
pengkajian dilakukan di recovery room hanya dengan menggunakan
aldrete score, sehingga salah satu tindakan yang dilakukan oleh peneliti
adalah dengan menerapkan Modified Early Warning System (MEWS)
untuk memantau kondisi pasien post operasi di recovery room.
Pada tabel modified early warning system (mews) peneliti
mampu mengetahui skor atau nilai yang menentukan kondisi pasien
post operasi di recovery room dengan general anastesi dari pasien
pertama masuk di recovery room sampai pasien kembali ke bangsal,
sehingga memudahkan dalam memberikan intervensi pada pasien
sesuai dengan skor yang didapatkan, intervensi yang diberikan yaitu :
1. Mengatasi hipotermi pada pasien dengan memindakan pasien dari
ruangan bersuhu rendah ke ruangan bersuhu lebih hangat,
kemudian memberikan slimut tambahan pada pasien, dan
memantau kembali suhu pasien serta melaporkan pada dokter dan
perawat di recovery room
2. Untuk tingkat kesadaran intervensi yang dilakkan adalah memantau
arways, breathing, dan circulation (ABC), dan cek repson pasien
setiap 5 menit untuk mengetahui kondisi kesadaran pasien

46
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Mahesh
Krishnamurthy dari departemen kedokteran, rumah sakit
easton,Universitas Drexel College of Medicine pada tahun 2015
didapatkan data bahwa penerapan MEWS dapat menurunkan angka
kejadian pasien masuk ke ICU atau angka kejadian code blue di rumah
sakit, dibuktikan dari angka kejadian pada tahun 2012 sebanyak 8 dari
12 pasien ICU harus berlanjut ke code blue, sedangkan pada tahun 2013
didapatkan data hanya sebanyak 4 dari 176 pasien ICU herus berlanjut
ke code blue, hasil statistik chi-square adalah 4.0655; nilai P adalah
0,043768. Hasilnya signifikan pada p <0,05. data tersebut menunjukkan
adanya penurunan angka kejaidan pasien kegawatan atau pengawasan
yang harus berakhir dengan code blue di rumah sakit karna kurangnya
sistem peringatan dini pada pasie yang perlu pengawasan khusus.

3. Analisis Intervensi penerapan MEWS pada pasien post operasi di


recovery room
Dari 4 responden yang telah dilakukan pemantauan
menggunakan skor MEWS ,terdapat perbedaan skor dari setiap pasien
dengan hasil semua menunjukkan angka yang semakin menurun setiap
kali dilakukan pemeriksaan kembali. Dalam implementasi yang telah
dilakukan selama 5 menit sebanyak 3 kali dari pasien pertama masuk ke
recovery room dan 10 menit berikutnya jika kondisi mebaik sampai
pasien kembali ke bangsal. Skor rata-rata saat pasien masuk ke recovery
room adalah 3 (kuning) dimana kondisi pasien masih belum stabil dan
masih dibawah pengaruh obat anastesi sehingga perlu pengawasan yang
lebih dari dokter anastesi atau dari perawat yang bertugas di recovery
room dan skor akhir saat pasien akan kembali ke ruangan yaitu 1
dimana kondisi pasien sudah stabil dan membaik dari kondisi
sebelummnya. Manajemen rumah sakit, dokter dan perawat harus
mempertimbangkan penggunaan protokol observasi dalam rutinitas
sehari-hari. Dengan cara ini ada metode standar untuk mendeteksi dan

47
mengobati pasien yang terancam secara vital yang dapat menyebabkan
penurunan efek samping yang serius. Menggunakan MEWS
memastikan bahwa perawatan yang tepat dilakukan di tempat yang
tepat oleh orang yang tepat.
Dari hasil tabel diatas menunjukkan adanya persamaan di 5
menit pertama,kedua,dan ketiga dimana intervesni yang dilakukan
perawat adalah :
a. Kesadaran
Pemanjangan pemulihan kesadaran, merupakan salah satu penyulit
yang sering dihadapi di ruang pulih. Banyak faktor penyulit yang
sering dihadapi di ruang pulih. Banyak faktor yang terlibat dalam
penyulit ini. Apabila hal ini terjadi diusahakan memantau tanda vital
yang lain dan mempertahankan fungsinya agar tetap adekuat.
Disamping itu pasien belum sadar tidak merasakan adanya tekanan,
jepitan atau rangsangan pada anggota gerak, mata atau pada kulitnya
sehingga mudah mengalami cedera, oleh karena itu posisi pasien
diatur sedemikian rupa, mata ditutup dengan plester atau kasa yang
basah sehingga terhindar dari cedera sekunder selama durasi operasi
b. Respirasi
1) Sumbatan jalan napas
Pasien tidak sadar sangat mudah mengalami sumbatan jalan
napas akibat dari jatuhnya lidah ke hipofaring, timbunan air liur
atau sekret, bekuan darah, gigi yang lepas dan isi lambung
akibat muntah atau regurgitasi.
2) Depresi napas
Depresi sentral adalah yang paling sering akibat dari efek
sisa opiat, disamping itu bisa juga disebabkan oleh keadaan
hipokapnea, hipotermia dan hipoperfusi. Depresi perifer yaitu
karena efek sisa pelupuh otot, nyeri, distensi abdomen dan
rigiditas otot. Usaha penanggulangannya disesuaikan dengan
penyebabnya.

48
c. Sirkulasi
Parameter hemodinamik yang perlu diperhatikan adalah :
1) Tekanan darah
Tekanan darah normal berkisar 90/50 – 160/100. Sebab-sebab
hipertensi pasca bedah adalah hipertensi yang diderita prabedah,
nyeri hipoksia dan hiperkarbia, penggunaan vasopresor, dan
kelebihan cairan. Dan ada pula sebab-sebab hipotensi / syok pasca
bedah adalah perdarahan, defisit cairan, depresi otot jantung dan
dilatasi pembuluh darah yang berlebihan. Penanggulangannya,
dapat disesuaikan dengan penyebabnya
2) Dernyut Jantung
Denyut jantung normal berkisar 55 – 120 x/menit (tergantung
usia) dengan irama yang teratur
d. Suhu tubuh
Usaha-usaha untuk meghangatkan kembali diruang pulih adalah
dengan cara:
1) Pada bayi, segera dimasukkan dalam inkubator
2) Pasang selimut penghangat
e. Posisi pasien
1) Posisi miring stabil pada pasien operasi tonsil
2) Ekstensi kepal, pada pasien yang belum sadar
3) Posisi terlentang dengan elevasi kedua tungkai dan bahu (kepala)
pada pasien blok spinal dan bedah otak

Sedangkan dari hasil tabel diatas menunjukkan adanya persamaan di 10


menit pertama,kedua,dan ketiga dimana intervesni yang dilakukan
perawat adalah :
a. Mempertahankan jalan napas, dengan mengatur posisi, memasang
suction dan pemasangan mayo/gudel.
b. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi, dengan pemberian bantuan
napas melalui ventilator mekanik atau nasal kanul.

49
c. Mempertahankan sirkulasi darah, dapat dilakukan dengan
pemberian cairan.
d. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran. Vomitus atau muntahan
mungkin saja terjadi akibat pengaruh anestesia sehingga perlu
dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting
untuk dilakukan observasi terkait dengan kondisi perdarahan yang
dialami pasien.
e. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output cairan.
Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti
dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang
mengakibatkan menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin
terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
f. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injuri
Pasien post anestesi biasanya akan mengalami kecemasan,
disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien
pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri
biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi
keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medis terkait
dengan agen pemblok nyerinya.

Menurut hasil penelitian Mahesh Krishnamurthy (2015) bahwa


MEWS dapat menurunkan angka kejadian code blue di rumah sakit,
diharapkan dari penerapan MEWS di RS Pantiwilasa Citarum
Semarang juga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian code blue
khususnya di recovery room instalasi bedah sentral. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Hurtado (2016) juga menunjukkan
adanya angka penurunan terjadinya mortalitas dan pasien masuk yang
dirawat dengan menggunakan MEWS

50
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi menggunakan
MEWS didapatkan data bahwa penilaian pada MEWS lebih spesifik
dimana tanda-tanda vital termonitor, serta apabila terdapat skor yang
menunjukkan kegawatan pada pasien post operasi dapat segera
diberikan intervensi yang sesuai dengan keadaan pasien, dan MEWS
dapat diterapkan pada saat intra operasi maupun post operasi (recovery
room) . Sedangkan pada Aldret skor penilaian terhada pasien post
operasi tidak spesifik dan hanya dilakukan pada saat pasien akan
kembali ke ruangan.

4. Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan dalam penerapan


MEWS pada pasien post operasi di recovery room
Berdasarkan hasil studi kasus yang sudah dilakukan bahwa
penerapan MEWS pada pasien post operasi di recovery room lebih
evektif dibandingangkan hanya mengggunakan skor lain karena
kecepatan, ketepatan, dan ketelitian sudah dapat dilakukan dalam satu
kali pengkajian pada pasien post operasi di recovery room. Sehingga
intervensi ini dapat diterapkan oleh perawat sebagai alternatif dalam
mengatasi masalah keperawatan pada setiap pasien di recovery room
untuk menurunkan angka code blue dan kegawatan pada pasien post
operasi seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahesh
Krishnamurthy (2015) bahwa dengan menerapkan MEWS pada pasien
dapat menurunkan kejadian code blue di rumah sakit.

51

Anda mungkin juga menyukai