Deskripsi :
Dari hasil tabel diatas didapatkan hasil pada kuisioner MEWS jika pada
pengukuran RR, Nadi, dan tekanan darah dalam batas normal. Pada
indikator suhu pada pukul 08.50 suhu responden 35,2ºC berubah menjadi
42
36ºC. tingkat kesadaran terjadi perubahan responden di recovery room
dari tidak ada respon, setelah observasi 45 menit menjadi sadar penuh.
2. Responden II
Deskripsi :
Dari hasil tabel diatas didapatkan hasil pada kuisioner MEWS jika pada
pengukuran RR, Nadi, dan tekanan darah dalam batas normal. Pada
indikator suhu pada pukul 11.20 suhu responden 35,3ºC berubah menjadi
36ºC. tingkat kesadaran terjadi perubahan responden di recovery room
dari berespon terhadap nyeri, setelah observasi 45 menit menjadi sadar
penuh.
3. Responden III
43
Deskripsi :
Dari hasil tabel diatas didapatkan hasil pada kuisioner MEWS jika pada
pengukuran RR, Nadi, dan tekanan darah dalam batas normal. Pada
indikator suhu pada pukul 15.15 suhu responden 35,2ºC berubah menjadi
36ºC. tingkat kesadaran terjadi perubahan responden di recovery room
dari tidak ada respon, setelah observasi 45 menit menjadi sadar penuh.
4. Responden IV
Deskripsi :
Dari hasil tabel diatas didapatkan hasil pada kuisioner MEWS jika pada
pengukuran RR, Nadi, dan tekanan darah dalam batas normal. Pada
indikator suhu pada pukul 16.30 suhu responden 35ºC berubah menjadi
36ºC. tingkat kesadaran terjadi perubahan responden di recovery room
dari tidak ada respon, setelah observasi 45 menit menjadi sadar penuh.
44
1. Mengatasi hipotermi pada pasien dengan memindakan pasien dari
ruangan bersuhu rendah ke ruangan bersuhu lebih hangat, kemudian
memberikan slimut tambahan pada pasien, dan memantau kembali
suhu pasien serta melaporkan pada dokter dan perawat di recovery
room
2. Untuk tingkat kesadaran intervensi yang dilakkan adalah memantau
arways, breathing, dan circulation (ABC), dan cek repson pasien
setiap 5 menit untuk mengetahui kondisi kesadaran pasien
C. Pembahasan
1. Analisis Situasi Profil Lahan Praktik
Rumah Sakit Pantiwilasa Citarum adalah sebuah rumah sakit
umum kelas madya (C) yang merupakan salah satu unit kerja dari
Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), yaitu sebuah
yayasan kesehatan kristen yang didirikan oleh Sinode Gereja Kristen
Jawa (Sinode GKJ) dan Sinode Gereja Kristen Indonesia (GKJ) Jawa
Tengah. Keberadaan Rumah Sakit Pantiwilasa Citarum bermula dari
keberadaan Rumah Sakit Bersalin Panti Wilasa yang didirikan pada 19
Januari 1950 di Jl. Dr.Cipto No.50 Semarang. Padatahun 1966, para
pengurus yayasan mencetuskan ide untuk membangun Rumah Sakit
Bersalin Pantiwilasa di lokasi lain karena tempat yang lama sudah
tidak memungkinkan dilakukan perluasan gedung baru. Setelah
beberapa lama mencari lokasi yang tepat, pada bulan Mei 1969
diperoleh sebidang tanah di kelurahan Mlati harjo, tepatnya di Jalan
Citarum 98 Kelurahan Mlatiharjo, Kecamatan Semarang Timur. Pada
tanggal 09 Mei 2012 diresmikan Gedung Medik Sentral 4 lantai.
Dengan pengembangan tersebut kapasitas tempat tidur yang tersedia di
RS Pantiwilasa Citarum menjadi sebanyak 201 tempat tidur. Pelayanan
yang tersedia berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap, farmasi, gizi,
gigi, bedah umum, pelayanan gawat darurat, radiologi, laboratorium,
kamar operasi, fisioterapi, hemodialisa, home care.
45
Hasil observasi yang telah dilakukan di rumah sakit didapatkan
data bahawa di ruang recovery room menggunakana PADSS (Post
Anaestetich Dischart Scoring System) dan Aldret Score (pasien
dewasa). Skor tersebut digunkan untuk mengukur tanda-tanda vital
pada pasien saat pasien berada dimeja operasi sampai pasien kembali ke
bangsal, di recovery room terdapat alat-alat yang digunakan untuk
mengukur hemodinamik pasien post operasi, seperti tensi, oximetri,
termometer, troli emergensi, dan oksigen sentral.
46
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Mahesh
Krishnamurthy dari departemen kedokteran, rumah sakit
easton,Universitas Drexel College of Medicine pada tahun 2015
didapatkan data bahwa penerapan MEWS dapat menurunkan angka
kejadian pasien masuk ke ICU atau angka kejadian code blue di rumah
sakit, dibuktikan dari angka kejadian pada tahun 2012 sebanyak 8 dari
12 pasien ICU harus berlanjut ke code blue, sedangkan pada tahun 2013
didapatkan data hanya sebanyak 4 dari 176 pasien ICU herus berlanjut
ke code blue, hasil statistik chi-square adalah 4.0655; nilai P adalah
0,043768. Hasilnya signifikan pada p <0,05. data tersebut menunjukkan
adanya penurunan angka kejaidan pasien kegawatan atau pengawasan
yang harus berakhir dengan code blue di rumah sakit karna kurangnya
sistem peringatan dini pada pasie yang perlu pengawasan khusus.
47
mengobati pasien yang terancam secara vital yang dapat menyebabkan
penurunan efek samping yang serius. Menggunakan MEWS
memastikan bahwa perawatan yang tepat dilakukan di tempat yang
tepat oleh orang yang tepat.
Dari hasil tabel diatas menunjukkan adanya persamaan di 5
menit pertama,kedua,dan ketiga dimana intervesni yang dilakukan
perawat adalah :
a. Kesadaran
Pemanjangan pemulihan kesadaran, merupakan salah satu penyulit
yang sering dihadapi di ruang pulih. Banyak faktor penyulit yang
sering dihadapi di ruang pulih. Banyak faktor yang terlibat dalam
penyulit ini. Apabila hal ini terjadi diusahakan memantau tanda vital
yang lain dan mempertahankan fungsinya agar tetap adekuat.
Disamping itu pasien belum sadar tidak merasakan adanya tekanan,
jepitan atau rangsangan pada anggota gerak, mata atau pada kulitnya
sehingga mudah mengalami cedera, oleh karena itu posisi pasien
diatur sedemikian rupa, mata ditutup dengan plester atau kasa yang
basah sehingga terhindar dari cedera sekunder selama durasi operasi
b. Respirasi
1) Sumbatan jalan napas
Pasien tidak sadar sangat mudah mengalami sumbatan jalan
napas akibat dari jatuhnya lidah ke hipofaring, timbunan air liur
atau sekret, bekuan darah, gigi yang lepas dan isi lambung
akibat muntah atau regurgitasi.
2) Depresi napas
Depresi sentral adalah yang paling sering akibat dari efek
sisa opiat, disamping itu bisa juga disebabkan oleh keadaan
hipokapnea, hipotermia dan hipoperfusi. Depresi perifer yaitu
karena efek sisa pelupuh otot, nyeri, distensi abdomen dan
rigiditas otot. Usaha penanggulangannya disesuaikan dengan
penyebabnya.
48
c. Sirkulasi
Parameter hemodinamik yang perlu diperhatikan adalah :
1) Tekanan darah
Tekanan darah normal berkisar 90/50 – 160/100. Sebab-sebab
hipertensi pasca bedah adalah hipertensi yang diderita prabedah,
nyeri hipoksia dan hiperkarbia, penggunaan vasopresor, dan
kelebihan cairan. Dan ada pula sebab-sebab hipotensi / syok pasca
bedah adalah perdarahan, defisit cairan, depresi otot jantung dan
dilatasi pembuluh darah yang berlebihan. Penanggulangannya,
dapat disesuaikan dengan penyebabnya
2) Dernyut Jantung
Denyut jantung normal berkisar 55 – 120 x/menit (tergantung
usia) dengan irama yang teratur
d. Suhu tubuh
Usaha-usaha untuk meghangatkan kembali diruang pulih adalah
dengan cara:
1) Pada bayi, segera dimasukkan dalam inkubator
2) Pasang selimut penghangat
e. Posisi pasien
1) Posisi miring stabil pada pasien operasi tonsil
2) Ekstensi kepal, pada pasien yang belum sadar
3) Posisi terlentang dengan elevasi kedua tungkai dan bahu (kepala)
pada pasien blok spinal dan bedah otak
49
c. Mempertahankan sirkulasi darah, dapat dilakukan dengan
pemberian cairan.
d. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran. Vomitus atau muntahan
mungkin saja terjadi akibat pengaruh anestesia sehingga perlu
dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting
untuk dilakukan observasi terkait dengan kondisi perdarahan yang
dialami pasien.
e. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output cairan.
Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti
dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang
mengakibatkan menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin
terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
f. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injuri
Pasien post anestesi biasanya akan mengalami kecemasan,
disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien
pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri
biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi
keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medis terkait
dengan agen pemblok nyerinya.
50
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi menggunakan
MEWS didapatkan data bahwa penilaian pada MEWS lebih spesifik
dimana tanda-tanda vital termonitor, serta apabila terdapat skor yang
menunjukkan kegawatan pada pasien post operasi dapat segera
diberikan intervensi yang sesuai dengan keadaan pasien, dan MEWS
dapat diterapkan pada saat intra operasi maupun post operasi (recovery
room) . Sedangkan pada Aldret skor penilaian terhada pasien post
operasi tidak spesifik dan hanya dilakukan pada saat pasien akan
kembali ke ruangan.
51