2. Kriteria yang harus dipenuhi oleh workshop dan guru agar dapat melaksanakan teaching factory
Workshop sangat penting dalam teaching factory yang harus di lengkapi dengan peralatan yang sesuai
dengan pruduksi yang akan di hasilkan. Sumber daya manusia (SDM) di sekolah antara lain pendidik,
tenaga kependidikan, dan juga peserta didik (siswa). Pendidik/ guru dalam pembelajaran
teaching factory merupakan sumber daya yang mempunyai peran penting. Berdasarkan UU
No.20 2003 Pasal 39 Ayat (2) disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Ketercapaian tujuan pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh kualifikasi dan kompetensi pendidik/ guru. Kualifikasi bisa berupa
kesesuaian dengan kebutuhan lembaga berupa latar belakang baik pendidikan formal dan non
formal. Kompetensi antara lain berupa kepribadian, kemampuan berkomunikasi, kepakaran pada
materi pembelajaran baik teori maupun praktek, dan kemampuan seseorang untuk mengelola
proses pembelajaran
3. Yang harus dilakukan apailah fasilitas di sekolah tidak memenuhi syarat dalam Teaching Factory
Tidak semua SMK memiliki potensi yang besar sehingga tantangan masing-masing sekolah berbeda-beda.
Pembangunan sektor pendidikan sesungguhnya merupakan bagian dari anggaran pembangunan nasional,
namun sifatnya terbatas. Keterbatasan anggaran yang ada mengharuskan manajemen sekolah mengatur
dan melakukan inovasi-inovasi dalam manajemen pengelolaan sekolah. Kerja sama dengan dunia usaha
dan industri merupakan salah satu alternatif mengatasi keterbatasan ini.
Kurangnya sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki Sekolah Menengah Kejuruan menjadi isu
penting yang tidak pernah ada henti-hentinya untuk melengkapi dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan, bahkan pemerintah telah mengeluarkan undang-undang pendidikan dan Permendiknas yang
mengatur standar, khususnya berkaitan dengan problematik sarana dan prasarana. Upaya pemenuhan
fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan tersebut dilakukan dengan cara menganalisis alternatif
pemecahan masalah melalui penilaian kekuatan dan kelemahan setiap alternatif pemecahan. Hasil yang
diperlihatkan berdasarkan komponen alternatif pemecahan memperlihatkan bahwa komponen pelibatan
dunia usaha dan industri menjadi pilihan pertama untuk menyelesaikan permasalahan keterbatasan
sarana prasarana khususnya untuk kepentingan praktik siswa SMK
Dalam mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah bagaimana upaya pemenuhan sarana dan
prasarana (fasilitas) pendidikan di sekolah menengah kejuruan dalam peningkatan mutu pendidikan, perlu
melibatkan banyak pihak yang memiliki kepentingan sehubungan dengan eksistensi lembaga pendidikan
khususnya untuk kejuruan. Beberapa alternatif pemecahan tersebut antara lain:
1. Pelibatan dunia usaha dan industri sebagai wadah mempengaruhkan pengalaman belajar siswa. Hal ini
dimaksudkan untuk mengkonsolidasikan pengalaman penggunaan fasilitas yang telah bersifat simulatif di
sekolah, melaksanakan aktivitas riil di lapangan kerja dengan segala kompleksitas kehidupan, berbagi
tanggungjawab dalam pelaksanaan pencapaian kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
Pemanfaatan fasilitas yang tidak dimiliki oleh sekolah sebagai bentuk kontribusi Du/Di terhadap
pendidikan, hal ini selaras` dengan kebijakan Link and Match yang telah dikeluarkan oleh Mendikbud
2. Pemberdayaan sarana dan prasarana (fasilitas) sekolah dimaksudkan untuk mengupayakan secara
mandiri dari kekurangan atau kebutuhan fasilitas termasuk upaya menghambat kerusakan sarana dan
prasarana melalui program maintenance and repair, kegiatan production based training dan unit produksi
& jasa, Rekonstruksi dari fasilitas yang sudah lama tidak difungsikan.
3. Pelibatan masyarakat terutama orang tua siswa sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dalam
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasana sekolah, Dalam kenyataannya partisipasi masyarakat tidak
hanya dalam bentuk bantuan dana bagi penyelenggaraan pendidikan, tetapi juga secara garis besar
partisipasi masyarakat dan keluarga dalam pendidikan dikategorikan sebagai home resources, commuity
resources, school resources (Bambang Indriyanto, 2001)
4. Pelibatan pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan suatu kewajiban sebagai sumber
suporting utama dalam mengatur keberlangsungan sekolah, baik proses maupun investasi (UU RI No 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 10 dan 11), suporting tersebut meliputi:
pengaturan melalui perundang-undangan/peraturan-peraturan/kebijakan-kebijakan, pendanaan dan atau
pengadaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan, perancangan dan pengembangan kerangka program,
penetapan standar pelaksanaan,