Anda di halaman 1dari 2

1.

Manfaat Pembelajaran Teaching Factory


Pengertian Pembelajaran Teaching Factory
Penerapan pembelajaran teaching factory telah berjalan diberbagai negara termasuk di Indonesia sehingga definisi
pembelajaran teaching factory begitu beragam. Definisi teaching factory tergantung dari ahli yang mengemukan
definisi tersebut. Menurut Sovia Veronica Purba (2009), teaching factory adalah pembelajaran berbasis produksi
yaitu suatu proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur
dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan tuntutan pasar atau
konsumen. Definisi tersebut memiliki poin penting yaitu: pembelajaran berbasis produksi, proses pembelajaran
keahlian dan ketrampilan, barang dan jasa yang dihasilkan memenuhi standar industri, produk sesuai tuntutan
pasar atau konsumen
Manfaat penerapan teaching factory terhadap peserta didik, guru, dan sekolah. antara lain:
1. siswa dapat mempelajari proses produksi suatu barang atau jasa tertentu yang memenuhi standar industri
yang dijadikan acuan;
2. meningkatkan wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam pengoperasian mesin produksi;
3. mampu menerapkan budaya disiplin dan teratur dalam bekerja melalui penerapan tata tertib dan standar
operasi prosedur kerja industri; dan
4. mengenal system pengelolaan usaha bidang industri dengan memperkenalkan dasardasar manajerial
pengelolaan pabrik, dan mengetahui resiko-resiko usaha yang menyertainya
5. Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja,dan wirausaha.
6. Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya.
7. Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing
8. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
9. Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK.
10. Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin
kerjasama dengan dunia kerja yang aktual, dll.
11. Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat
keputusan tentang karier yang akan dipilih.
12. Memberi kesempatan kepada guru SMK untuk memperluas wawasan intruksional.
13. Memberi kesempatan kepada guru SMK untuk membangun jembatan intruksional antara kelas dan
dunia kerja.
14. Membuat pembelajaran lebih menarik dan memotivasi siswa belajar.
15. Menyadarkan siswa SMK bahwa dalam penguasaan keterampilan tidak hanya mempratikan soft skills
(bekerja dalam tim,komunikasi, dll), tetapi juga merealisasikan pengetahuan secara langsung dan
latihan bekerja untuk memasuki dunia kerja secara nyata.
16. Sarana pelatihan dan praktik berbasis produksi secara langsung bagi siswa SMK untuk mendukung
ketercapaian penguasaan kopetensi yang dibutuhkan oleh DU/DI.

2. Kriteria yang harus dipenuhi oleh workshop dan guru agar dapat melaksanakan teaching factory
Workshop sangat penting dalam teaching factory yang harus di lengkapi dengan peralatan yang sesuai
dengan pruduksi yang akan di hasilkan. Sumber daya manusia (SDM) di sekolah antara lain pendidik,
tenaga kependidikan, dan juga peserta didik (siswa). Pendidik/ guru dalam pembelajaran
teaching factory merupakan sumber daya yang mempunyai peran penting. Berdasarkan UU
No.20 2003 Pasal 39 Ayat (2) disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Ketercapaian tujuan pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh kualifikasi dan kompetensi pendidik/ guru. Kualifikasi bisa berupa
kesesuaian dengan kebutuhan lembaga berupa latar belakang baik pendidikan formal dan non
formal. Kompetensi antara lain berupa kepribadian, kemampuan berkomunikasi, kepakaran pada
materi pembelajaran baik teori maupun praktek, dan kemampuan seseorang untuk mengelola
proses pembelajaran

3. Yang harus dilakukan apailah fasilitas di sekolah tidak memenuhi syarat dalam Teaching Factory

Tidak semua SMK memiliki potensi yang besar sehingga tantangan masing-masing sekolah berbeda-beda.
Pembangunan sektor pendidikan sesungguhnya merupakan bagian dari anggaran pembangunan nasional,
namun sifatnya terbatas. Keterbatasan anggaran yang ada mengharuskan manajemen sekolah mengatur
dan melakukan inovasi-inovasi dalam manajemen pengelolaan sekolah. Kerja sama dengan dunia usaha
dan industri merupakan salah satu alternatif mengatasi keterbatasan ini.

Kurangnya sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki Sekolah Menengah Kejuruan menjadi isu
penting yang tidak pernah ada henti-hentinya untuk melengkapi dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan, bahkan pemerintah telah mengeluarkan undang-undang pendidikan dan Permendiknas yang
mengatur standar, khususnya berkaitan dengan problematik sarana dan prasarana. Upaya pemenuhan
fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan tersebut dilakukan dengan cara menganalisis alternatif
pemecahan masalah melalui penilaian kekuatan dan kelemahan setiap alternatif pemecahan. Hasil yang
diperlihatkan berdasarkan komponen alternatif pemecahan memperlihatkan bahwa komponen pelibatan
dunia usaha dan industri menjadi pilihan pertama untuk menyelesaikan permasalahan keterbatasan
sarana prasarana khususnya untuk kepentingan praktik siswa SMK
Dalam mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah bagaimana upaya pemenuhan sarana dan
prasarana (fasilitas) pendidikan di sekolah menengah kejuruan dalam peningkatan mutu pendidikan, perlu
melibatkan banyak pihak yang memiliki kepentingan sehubungan dengan eksistensi lembaga pendidikan
khususnya untuk kejuruan. Beberapa alternatif pemecahan tersebut antara lain:

1. Pelibatan dunia usaha dan industri sebagai wadah mempengaruhkan pengalaman belajar siswa. Hal ini
dimaksudkan untuk mengkonsolidasikan pengalaman penggunaan fasilitas yang telah bersifat simulatif di
sekolah, melaksanakan aktivitas riil di lapangan kerja dengan segala kompleksitas kehidupan, berbagi
tanggungjawab dalam pelaksanaan pencapaian kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
Pemanfaatan fasilitas yang tidak dimiliki oleh sekolah sebagai bentuk kontribusi Du/Di terhadap
pendidikan, hal ini selaras` dengan kebijakan Link and Match yang telah dikeluarkan oleh Mendikbud

2. Pemberdayaan sarana dan prasarana (fasilitas) sekolah dimaksudkan untuk mengupayakan secara
mandiri dari kekurangan atau kebutuhan fasilitas termasuk upaya menghambat kerusakan sarana dan
prasarana melalui program maintenance and repair, kegiatan production based training dan unit produksi
& jasa, Rekonstruksi dari fasilitas yang sudah lama tidak difungsikan.

3. Pelibatan masyarakat terutama orang tua siswa sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dalam
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasana sekolah, Dalam kenyataannya partisipasi masyarakat tidak
hanya dalam bentuk bantuan dana bagi penyelenggaraan pendidikan, tetapi juga secara garis besar
partisipasi masyarakat dan keluarga dalam pendidikan dikategorikan sebagai home resources, commuity
resources, school resources (Bambang Indriyanto, 2001)

4. Pelibatan pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan suatu kewajiban sebagai sumber
suporting utama dalam mengatur keberlangsungan sekolah, baik proses maupun investasi (UU RI No 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 10 dan 11), suporting tersebut meliputi:
pengaturan melalui perundang-undangan/peraturan-peraturan/kebijakan-kebijakan, pendanaan dan atau
pengadaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan, perancangan dan pengembangan kerangka program,
penetapan standar pelaksanaan,

Anda mungkin juga menyukai