Pd
TEKNIK MESIN
KOMPETENSI PROFESIONAL
1. Anda diminta membuat desain pola pelat pasangan dari kayu (ukuran pola,
kemiringan pola, bentuk serta ukuran inti dan sebagainya) untuk membuat produk
berbahan dasar aluminium seperti tampak pada gambar di bawah ini dengan proses
pengecoran menggunakan cetakan pasir
2. Gambar di bawah ini adalah bodi cyclone dust colector yang terbuat dari pelat
galvanis. Identifikasi bagian-bagian dari benda tersebut yang memerlukan
sambungan. Rencanakan jenis sambungan dan metode penyambungan yang saudara
anggap tepat. Gambarkan dan jelaskan
JAWABAN
1. Gambar desain pola (meliputi ukuran pola, kemirinan pola, dan sebagainya) sesuai
gambar di bawah ini:
Dalam desain pola pengecoran logam Ukuran pola harus dibuat lebih besar
dari sebenarnya untuk antisipasi penyusutan dan penyelesaian akhir. Pola plat
pasangan biasanya dibuat dari logam. Bahan yang biasa dipakai untuk pola logam
adalah besi cor. Biasanya dipakai besi cor kelabu karena sangat tahan aus, tahan panas
(untuk pembuatan cetakan kulit) dan tidak mahal. Berikut ini akan dihitung ukuran
gambar pola dengan memperhatikan ukuran penyusutan, ukuran tambahan pemesinan
dan kemiringan pola.
Pola yang digunakan untuk pembuatan cetakan benda coran digolonkan
menjadi dua yaitu:
a. pola logam.
Pola logam dipergunakan agar dapat menjaga ketelitian ukuran benda
coran, terutama dalam masa produksi sehingga unsur pola bisa lebih lama
dan produktivitas lebih tinggi.
b. pola kayu (termasuk pola plastik dan sterofom)
Pola kayu dibuat dari kayu, murah, cepat dibuatnya dan mudah diolahnya
dibandingkan dengan pola logam.Oleh karena itu pola kayu umumnya
dipakai untuk cetak pasir maupun pasir cetak CO2.
Karena bahan untuk pola plat pasangan adalah terbuat dari bahan besi tuang,
maka ukuran penyusutan yang terjadi untuk coran dengan bahan dasar aluminium
adalah 10/1000, sehingga ukuran pola untuk setiap dimensinya adalah sebagai
berikut:
Desain pola flange kayu mahoni
Ukuran tambahan pemesinan, dengan memperhatikan tabel berikut ini :
Diatas telah di jelaskan bahwa pola plat pasangan terbuat dari bahan logam,
maka untuk ukuran kemiringan pola diambil 1/200, maka ukuran dimensi pola
berdasarkan kemiringan adalah ditambahkan 0.3 mm
1600-3200 75 60 x 60 70 x 15
hanya perbedaannya pola pasangan menggunakan plat yang berada ditengah-tengah pola..
Tujuan pemasangan pola pada plat agar plat dapat menyangga pola terhadap geseran dan
getaran sehingga cetakan pasir yang dihasilkan dari jenis pola pasangan lebih presisi.
b. Harus disiapkan dahulu pola yang akan digunakan sebelum pemasangan pola pada plat
Pola bentuk belahan terdiri 2 bagian dengan ukuran hampir sama besar.
c. Kemudian tempelkan pola belahan pada salah satu sisi plat dan gambarlah bentuk
d. Aturlah tata letak penempatan pola agar pola bagian atas dan bawah berada pada satu
garis sumbu.
e. Perlakuan yang sama juga diulangi pada sisi sebaliknya plat. sehingga kesesuaian pola
yang ada diatas plat dengan dibawah plat bisa diatur sehingga berada pada tempat yang
f. Penempelan pola pada plat dilakukan dengan mengacu gambar penampang pola dan garis
g. Kemudian penempelan pola pada dengan lem yang diperkuat dengan klem. Setelah pola
dianggap cukup kuat pada plat,maka pengeboran dilakukan pada bagian pola atas sampai
menembus masuk pada plat, demikian juga pola bawah dibor dengan cara sama.
Pada proses ini drencanakan akan menghasilkan produk flange dengan ukuran
diameter atas 66 mm, panjang 116 mm, dan diameter bawah 105,50 mm. maka dari
itu dalam pembuatan pola flange harus lebih besar dari ukuran rencana yang
ditentukan, dikarenakan produk flange akan mengalami penyusutan saat proses
pengecoran dan penyusutan saat finishing.
Tabel 1.Tabel Penyusutan Paduan Logam
(Diambil dari Proses Pengecoran bagian 2 penyusutan.html)
Metode yang bisa digunakan untuk menghubungkan antara pola dengan plat
sebelum pemasangan pola pada plat adalah :
a) Menggunakan pin pengikat dengan dibantu kekuatan lem. Cara ini lebih
praktik namun memiliki kelemahan yaitu tidak bisa dilepas antara bagian pola
dengan bagian plat.
b) Menggunakan mur baut. Penggunaan mur baut lebih disukai karena pola bisa
dilepaskan dari plat, walaupun pengerjaannya membutuhkan waktu dan
ketelitian yang lebih dari metode pertama. Pada modul ini digunakan metode
penempelan dengan mur baut, dengan tujuan penggunaan mur baut untuk
memudahkan pemasangan pola dengan plat dan memudahkan pembuatan
cetakan pada pasir cetak.
Tahap- tahap dalam pembuatan cetakan pasir basah seperti terlihat pada gambar
adalah:
a) Meletakkan rangka cetak bawah (drag) di atas lantai yang bersih dan rata dengan
pasir yang tersebar mendatar.
b) Meletakkan cetakan di atas papan cetakan dan letakkan pola plat drag di dalam
cetakan bawah dan posisinya ditengah tengah rangka cetak. Rangka cetakan
harus cukup besar sehingga tebal pasir 30 sampai 50 mm. Letak saluran turun
ditentukan terlebih dahulu
c) Menaburkan pasir muka yang telah diayak untuk menutupi permukaan pola
dalam rangka cetak (gambar 1)
d) Memasukkan pasir secara bertahap dan dipadatkan dengan penumbuk dan harus
dilakukan dengan hati hati agar tidak pola tidak terdorong langsung oleh
penumbuk. Pemasukan dan pemadatan pasir dilakukan bertahap hingga penuh
dan permukaannya diratakan, dan cetakan diangkat bersama pola dari papan
cetakan (gambar 2)
e) Rangka cetak drag dibalik dan diletakkan di atas papan cetakan. dan setengah
pola lainnya bersama sama ranga cetakan untuk kup dipasang di atasnya,
kemudian bahan pemisah ditaburkan di permukaan pisah dan dipermukaan pola
(gambar 3)
f) Batang saluran turun atau pola untuk penambah dipasang, kemudian pasir muka
dan pasir cetak dimasukkan dalam rangka cetakan dan dipadatkan (gambar 4).
Kemudian kalau rangka-rangka cetakan cetakan tidak mempunyai pen atau
kuping, maka rangka-rangka cetakan harus ditandai agar tidak keliru dalam
penutupannya. Selanjutnya kup dipisahkan dari drag dan diletakkan mendatar
pada papan cetakan (gambar 5).
g) Pengalir dan saluran dibuat dengan mempergunakan spatula. Pola untuk pengalir
dan saluran dipasang sebelumnya yang bersentuhan dengan pola utama, jadi tidak
perlu dibuat dengan spatula (gambar 6). Pola diambil dari cetakan dengan jara.
Kemudian kup dan drag ditutup (gambar 7), maka pembuatan cetakan berakhir.
a. Memakai alat pelindung diri: untuk kesehatan dan keselamatan kerja seperti
apron, safety shoes, wearpack, sarung tangan dan face shield.
b. Pemadaman LPG : sebelum mengambil logam cair dari tungku, semburan panas
dari pembakaran LPG telah dimatikan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan.
c. Pengeluaran cairan : cairan aluminium dikeluarkan dari tanur diterima dalam ladel
dan dituangkan ke dalam cetakan. Ladel yang digunakan harus sama sekali kering
yang dikeringkan lebih dulu oleh burner minyak residu sebelum dipakai .
d. Pembuangan terak : sebelum penuangan, terak diatas cairan harus dibuang,
dimana terak teresebut terjadi karena penambahan inokulan dan erosi dari bahan
lapisan.
e. Mengatur temperatur penuangan: temperatur penuangan banyak mempengaruhi
kualitas coran, temperatur yang terlalu rendah menyebankan waktu pembekuan
yang sangat pendek, serta kecairan yang sangat buruk sehignga dapat
menyebabkan cacat rongga udara, salah alir dan sebagainya.
f. Mengatur waktu penuangan : dalam proses penuangan cairan logam sangat
penting dilakukan dengan tenang dan cepat, kecepatan penuangan dan cara cara
penuangan yang benar sangat berpengaruh terhadap hasil dari coran.
Proses Pengecoran
3. Pengecoran dan pembuatan spesimen yang akan dilakukanuji sifat Fisis dan sifat
mekanis dengan menggunakancetakan Pasir CO₂.
4. Pembongkaran cetakan
Cetakan pasir kali, pasir co₂ dan logam dibongkar untuk mengeluarkan produk cor.
Sistem saluran dipisahkan dari produk cor. Produk cor dibersihkan dan diberi label
atau tanda untuk membedakan setiap variasi cetakan. Kemudian spesimen difoto.
2. Gambar di bawah ini adalah bodi cyclone dust colector yang terbuat dari pelat
galvanis. Identifikasi bagian-bagian dari benda tersebut yang memerlukan
sambungan. Rencanakan jenis sambungan dan metode penyambungan yang saudara
anggap tepat. Gambarkan dan jelaskan
1. Bagian A disambung dengan bagian B, C, dan bagian yang tak nampak yang
berhadapan dengan sisi C.
Di A merupakan sambungan pelat menggunakan paku keling
Di B merupakan Sambungan pitsburg lock seam atau Sambungan grooved
seam
Di C merupakan sambunganSambungan pitsburg lock seam
Bagian E Bagian F
Sambungan bagian E dengan F menggunakan sekrup Ø6 x ¾” penhead screw
metal sheet.
Sambungan sisi silinder tirus dengan menggunakan rivet 1/8” sheet pop rivet
1/16 x 1/8 “ grpip range
Sambungan Bagian silinder tirus kebawah dijepit oleh bagian E dan F
Sambungan Collar dengan bagian K (cone) menggunakan rivet 1/8” sheet pop
rivet 1/16 x 1/8 “ grpip range
Sambungan bagian inlet dengan C disambung dengan sambungan patri