Anda di halaman 1dari 35

BAB III

ANALISA PERHITUNGAN

3.1. PEMBUATAN BADAN TANGKI

Sebelum pengerjaan dimulai kita harus membuat langkah-langkah apa

yang akan dilakukan sebelum proses pengerjaan tangki dikerjakan, langkah-

langkah tersebut adalah :

3.1.1. Perhitungan Tekanan

Sebelum membuat tangki kita perhitungkan dulu gaya-gaya yang akan

timbul pada tangki tersebut. Data-data yang ada adalah sebagai berikut :

Panjang tangki : 6000 mm

Diameter tangki : 1600 mm

Kapasitas : 12.000 Liter

Tebal plat : 4 mm

a. Volume badan tangki (V)


Dimana :

r = Jari-jari tangki (3,14)

L = Panjang tangki (mm)

Sehingga volume badan tangki adalah :

b. Volume tutup tangki ( V )

c. Tekanan dalam silinder

Dimana :

γ = Berat jenis susu (1031 Kg/m3)

h = Tinggi tekanan pada air (1.5 m)

Sehingga tekanan dalam silinder adalah :

d. Berat muatan tangki

Dimana :

Volume = 12.000 L = 12.000 dm3 = 1,2 . 1010 mm3

Sehingga berat muatan tangki adalah :


e. Tegangan ijin pada tangki

(Elemen mesin, Sularso, hal. 8)

Dimana :

σy = Yield strength Bahan (Stainless Steel SUS 304 = 24 Kg/mm2)

Sf1 = Safety factor (2)

Sf2 = Safety factor (6)

Sehingga tegangan ijin pada tangki adalah :

Maka untuk mencari tebal plat (t)

(Machine Design, RS. Khurmi, hal 175)

pengaruh tebal plat sangat menunjang dalam perencanaan tangki, yaitu harus

mampu menahan beban yang ada, mampu menahan guncangan pada saat

dioperasikan, tidak mengalami perubahan bentuk, retak ataupun pecah. Maka

dalam aplikasinya penulis menggunakan 4 mm hal ini untuk menjaga faktor

keamanan yang lebih besar.

f. Tegangan circumferensial (σc)


(Kekuatan Bahan, Ferdinand, hal.24)

Dimana :

P = Tekanan dalam tangki (atm)

D = Diameter tangki (mm)

l = Panjang tangki (mm)

t = Tebal plat (mm)

Sehingga tegangan circumferensial pada tangki adalah :

g. Tegangan longitudinal (σl)

3.1.2. Proses Pemotongan

Setelah gaya-gaya yang akan terjadi maka selanjutnya kita menghitung

dimensi plat yang akan digunakan untuk bahan tangki dan kemudian dilakukan

pemotongan bahan.

Ukuran plat yang durencanakan untuk badan tangki menggunakan rumus :

Dimana :

L = Panjang plat yang diroll (mm)


ID = Diameter dalam tangki (mm)

t = tebal plat (mm)

Sehingga panjang plat yang akan diproses pada proses rolling adalah :

Karena plat yang dipakai untuk badan tangki ada di pasaran dengan

dimensi panjang 5,5 m, lebar 2.20 m dan tebal 4 mm, maka plat dipakai dua

lekukan.

Sesuai dengan dasar teori yang ada serta praktek yang sering digunakan

bahwa untuk pemotongan stainless steel dengan ketebalan 4 mm menggunakan

Nyala oksi asitelin.

Dengan pertimbangan :

1. Bisa memotong plat dengan pola dan ukuran yang bermacam-

macam.

2 Bahan bakar lebih murah dan nyala api lebih tinggi bila

dibandingkan dengan oksi hydrogen.

1. Plat terhindar dari keretakan, hal ini lebih baik bila dibandingkan

pemotongan dengan gunting.


Kualitas pemotongan ditentukan oleh banyaknya factor, antara lain :

1. Lebar celah potongan yaitu perbedaan besar celah potong antara

plat bagian atas dan plat bagian bawah.

2. Kecepatan potong disesuaikan dengan tebal plat.

3. Jarak antara las dengan ujung pemotongan. Kalau jaraknya terlalu

pendek atau jauh maka hasil yang didapat tidak maksimal karena

panas yang dialirkan juga tidak sesuai dengan yang diinginkan.

4. Kemurnian gas potong mempengaruhi baik dan tidaknya api

pemotongan.

Kebutuhan oksigen dengan gas asitelin untuk pemotongan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel

Parameter Pemotongan Dengan gas

Sumber : Prof.Dr.Ir.Harsono Wiryo Sumarto, Teknologi Pengelasan Jakarta

Pradya Paramita 1991 hal 213

3.1.3. Proses Pengerolan


Proses pengerolan adalah proses lanjutan setelah lat dipotong sesuai

dengan ukuran yang telah direncanakan, jadi proses ini memproses dimana plat

yang datar dirubah menjadi lengkung. Tegangan pada plat pada saat proses

pengerolan haruslah melebihi yield strength bahan (dalam hal ini Stainless Steel

SUS 304 dimana Yield Strenght 24 Kg/mm2 ).

Plat dengan panjang (L) ditumpu oleh dua buah roll dan mendapat gaya

tekan sebesar P dari roll bagian atas maka plat akan mengalami tegangan, bila roll

atas diperbesar maka plat akan mengalami perubahan dari tegangan elastis

menjadi tegangan plastis. Karena roll berputar maka seluruh luasan plat mendapat

gaya tekan secara merata dan sama besarnya sehingga didapatkan bentuk dan

diameter yang sama. Gaya tekan diberikan sedikit demi sedikit agar hasilnya halus

dan tidak merusak plat selain itu juga memperpanjang umur roll.

Pada proses pengerolan diperoleh data, sebagai berikut :

Diameter roll = 320 mm

Jarak roll tetap (bawah) = 500 mm

Gambar 3.1 Proses Rolling

BD = R roll atas + t + R roll bawah


= 160 + 4 + 160

= 324 mm

AE = R roll + t + R dalam tangki

= 160 + 4 + 796

= 960 mm

Segitiga AEC

B’D = Turunnya roll B, dan dicari dengan cara :

B’D = B’F + FD

= B’F + (ED – EF)

= R roll atas + t + (AE . Sin α 0 – R tangki )

= 160 + 4 + (960 Sin 74,9052 – 800)

= 290,8764 mm

Jadi jarak penurunan roll dari awal proses sampai dengan akhir proses

mempunyai lintasan sepanjang :

BB’ = BD – B’D (mm)

= 324 – 290,8764

= 33,12 mm 33 mm

Untuk mempermudah pengerjaan dan mampunyai hasil yang halus, juga

memperpanjang umur roll, maka proses pengerolan dilakukan secara bertahap,

pada penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan 5 tahap pengerolan, terdiri

dari 4 tahap menggunakan penurunan roll sejauh 7 mm. Sedang 1 tahap lagi
menggunakan jarak penurunan roll sejauh 5 mm. Adapun perhitungan proses roll

pada setiap tahap adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan tahap I

Roll diturunkan sejauh 7 mm, sehingga BB’ = 7 mm

Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :

A2 + B2 = C2

(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2

(Rluar tangki + 153)2 + (250)2 = (Rluar tangki + 160)2

R2 + 306R + 23409 + 62500 = R2 + 320R + 25600

Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu

306R + 85909 = 320R + 25600

14R = 60309

R1 = 4307,78 mm

Dari segitiga ADE dapat dicari nilai sudutnya, yaitu :

Untuk mencari α1 dapat diketahui nilainya :


Panjang pelengkungan (L)

(Foundamental of Tool Engineering Design, hal. 222)

Dimana :

IR = Jari-jari dalam tangki (Rluar tangki - t )

= (4307,78 – 4)

= 4303,78 mm

K = Konstanta ; 0,5 bila IR > 2 . t

0,3 bila IR < 2 . t

(Modern Manufacturing Process, hal 576)

t = tebal plat (mm)

Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :

Besar gaya pengerolan (F)

(Foundamentals of Tool Engineering Design, hal 222)

Dimana :

K = Konstanta pengerolan (0,5)


L = Panjang pelengkungan (mm)

S = Kekuatan tarik (53 Kg / mm2)

t = Tebal plat (mm)

I = Lebar daerah deformasi (panjang pelengkungan awal = 500 mm)

Sehingga besar gaya pengerolan adalah :

Kekuatan bahan adalah :

(Foundamental of Tool Engineering Design)

Dimana :

σ = Tegangan yang dialami plat (Kg / mm2)

F = Gaya pengerolan (Kg)

L = Panjang pelengkungan sebelumnya (mm)

B = Panjang awal plat yang akan di roll (mm)

t = Tebal plat (4 mm)

Sehingga kekuatan dari bahan adalah :

b. Perhitungan tahap II

Roll diturunkan sejauh 7 mm, sehingga BB’ = 14 mm


Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :

A2 + B2 = C2

Maka = DE2 + AD2 = AE2

(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2

(Rluar tangki + 146)2 + (250)2 = (Rluar tangki + 160)2

R2 + 292R + 21316 + 62500 = R2 + 320R + 25600

Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu

292R + 83816 = 320R + 25600

28R = 58216

R1 = 2079,14 mm

Dari segitiga ADE dapat dicari nilai sudutnya, yaitu :

Untuk mencari α1 dapat diketahui nilainya :

Panjang pelengkungan (L)


(Foundamental of Tool Engineering Design, hal. 222)

Dimana :

IR = Jari-jari dalam tangki (Rluar tangki - t )

= (2079,14 – 4)

= 2075,14 mm

K = Konstanta ; 0,5 bila IR > 2 . t

0,3 bila IR < 2 . t

(Modern Manufacturing Process, hal 576)

t = tebal plat (mm)

Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :

Besar gaya pengerolan (F)

(Foundamentals of Tool Engineering Design, hal 222)

Dimana :

K = Konstanta pengerolan (0,5)

L = Panjang pelengkungan (mm)

S = Kekuatan tarik (53 Kg / mm2)

t = Tebal plat (mm)

I = Lebar daerah deformasi (panjang pelengkungan awal = 500 mm)

Sehingga besar gaya pengerolan adalah :


Kekuatan bahan adalah :

(Foundamental of Tool Engineering Design)

Dimana :

σ = Tegangan yang dialami plat (Kg / mm2)

F = Gaya pengerolan (Kg)

L = Panjang pelengkungan sebelumnya (mm)

B = Panjang awal plat yang akan di roll (mm)

t = Tebal plat (4 mm)

Sehingga kekuatan dari bahan adalah :

c. Perhitungan Tahap III

Roll diturunkan sejauh 7 mm, sehingga BB’ = 21 mm


Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :

A2 + B2 = C2

Maka = DE2 + AD2 = AE2

(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2

(Rluar tangki + 139)2 + (250)2 = (Rluar tangki + 160)2

R2 + 278R + 19321 + 62500 = R2 + 320R + 25600

Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu

278R + 81821 = 320R + 25600

-42R = 56221

R1 = 1338,59 mm

Dari segitiga ADE dapat dicari nilai sudutnya, yaitu :

Untuk mencari α1 dapat diketahui nilainya :

Panjang pelengkungan (L)


(Foundamental of Tool Engineering Design, hal. 222)

Dimana :

K = Konstanta ; 0,5 bila IR > 2 . t

0,3 bila IR < 2 . t

(Modern Manufacturing Process, hal 576)

t = tebal plat (mm)

Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :

Besar gaya pengerolan (F)

(Foundamentals of Tool Engineering Design, hal 222)

Dimana :

K = Konstanta pengerolan (0,5)

L = Panjang pelengkungan (mm)

S = Kekuatan tarik (53 Kg / mm2)

t = Tebal plat (mm)

I = Lebar daerah deformasi (panjang pelengkungan awal = 500 mm)

Sehingga besar gaya pengerolan adalah :

Kekuatan bahan adalah :


(Foundamental of Tool Engineering Design)

Dimana :

σ = Tegangan yang dialami plat (Kg / mm2)

F = Gaya pengerolan (Kg)

L = Panjang pelengkungan sebelumnya (mm)

B = Panjang awal plat yang akan di roll (mm)

t = Tebal plat (4 mm)

Sehingga kekuatan dari bahan adalah :

d. Perhitungan Tahap IV

Roll diturunkan sejauh 7 mm, sehingga BB’ = 28 mm

Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :

A2 + B2 = C2

Maka = DE2 + AD2 = AE2

(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2

(Rluar tangki + 132)2 + (250)2 = (Rluar tangki + 180)2

R2 + 264R + 17424 + 62500 = R2 + 320R + 25600

Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu


-56R = 54324

R1 = 970,07 mm

Dari segitiga ADE dapat dicari nilai sudutnya, yaitu :

Untuk mencari α1 dapat diketahui nilainya :

Panjang pelengkungan (L)

(Foundamental of Tool Engineering Design, hal. 222)

Dimana :

K = Konstanta ; 0,5 bila IR > 2 . t

0,3 bila IR < 2 . t

(Modern Manufacturing Process, hal 576)

t = tebal plat (mm)

Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :

Besar gaya pengerolan (F)


(Foundamentals of Tool Engineering Design, hal 222)

Dimana :

K = Konstanta pengerolan (0,5)

L = Panjang pelengkungan (mm)

S = Kekuatan tarik (53 Kg / mm2)

t = Tebal plat (mm)

I = Lebar daerah deformasi (panjang pelengkungan awal = 500 mm)

Sehingga besar gaya pengerolan adalah :

Kekuatan bahan adalah :

(Foundamental of Tool Engineering Design)

Dimana :

σ = Tegangan yang dialami plat (Kg / mm2)

F = Gaya pengerolan (Kg)

L = Panjang pelengkungan sebelumnya (mm)

B = Panjang awal plat yang akan di roll (mm)

t = Tebal plat (4 mm)

Sehingga kekuatan dari bahan adalah :


e. Perhitungan Tahap V

Roll diturunkan sejauh 5 mm, sehingga BB’ = 33 mm

Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :

A2 + B2 = C2

Maka = DE2 + AD2 = AE2

(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2

(Rluar tangki + 127)2 + (250)2 = (Rluar tangki + 160)2

R2 + 250R + 16129 + 62500 = R2 + 320R + 25600

Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu

-70R = 53029

R1 = 757,55mm

Dari segitiga ADE dapat dicari nilai sudutnya, yaitu :


Untuk mencari α1 dapat diketahui nilainya :

Panjang pelengkungan (L)

(Foundamental of Tool Engineering Design, hal. 222)

Dimana :

K = Konstanta ; 0,5 bila IR > 2 . t

0,3 bila IR < 2 . t

(Modern Manufacturing Process, hal 576)

t = tebal plat (mm)

Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :

Besar gaya pengerolan (F)

(Foundamentals of Tool Engineering Design, hal 222)

Dimana :

K = Konstanta pengerolan (0,5)

L = Panjang pelengkungan (mm)

S = Kekuatan tarik (53 Kg / mm2)

t = Tebal plat (mm)


I = Lebar daerah deformasi (panjang pelengkungan awal = 500 mm)

Sehingga besar gaya pengerolan adalah :

Kekuatan bahan adalah :

(Foundamental of Tool Engineering Design)

Dimana :

σ = Tegangan yang dialami plat (Kg / mm2)

F = Gaya pengerolan (Kg)

L = Panjang pelengkungan sebelumnya (mm)

B = Panjang awal plat yang akan di roll (mm)

t = Tebal plat (4 mm)

Sehingga kekuatan dari bahan adalah :

Untuk hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel

3.1.4. Proses Pengelasan


Prosedur dan persiapan pengelasan sangat memerlukan mutu dari hasil

pengelasan. Pengelasan ini secara umum meliputi :

Pemilihan jenis pengelasan

Pemilihan prosedur pengelasan

Pemilihan bentuk design geometrinya

Penunjukan juru las

a. Pemilihan jenis pengelasan

Pemilihan ini harus dengan fungsi sambungan las hingga diperoleh

efisiensi yang tinggi, baik ditinjau dari segi waktu, tenaga dan penghematan

energi.

b. Pemilihan prosedur pengelasan

Las ikat (Las Bungkus Elektroda Terbungkus)

Las ikat dilakukan dengan maksud untuk mempermudah pengelasan

bagian-bagian yang telah disiapkan, dilakukan dengan las pendek pada tempat

tertentu untuk keperluan penyetelan. Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi

penyetelan pada waktu pengelasan utama. Jarak antara las ikat yang satu dengan

yang lainnya sekitar 200 mm dengan panjang pengelasan 60 mm (Prof. DR. Ir.

Harsono Wiryo Sumarto, Teknologi Pengelasan Logam, hal 216 ).

Untuk las ikat digunakan pengelasan las busur listrik elektroda terbungkus.

Pengelasan ini bisa dipakai dengan tangan juga bisa digunakan secara otomatis.

Las busur listrik bisa juga dipakai untuk pengelasan baja, besi cor, paduan,

tembaga, paduan nikel dan lain-lain


Cara pengelasan ini digunakan kawat elektroda logam yang terbungkus

dengan fluks yang sewaktu pengelasan ikut mencair. Sedangkan sumber panasnya

menggunakan besar nyala listrik untuk mencairkan logam. Dalam ppengelasan ini

fluks yang mencair mempunyai berat jenis lebih ringan dari bahan metal yang

dicairkan, maka fluks mengapung diatas cairan metal tersebut sekaligus

mengisolasi metal untuk beroksidasi dengan udara luar dan sewaktu membeku

fluks juga ikut membeku dan tetap melindungi metal dari reaksi oksidasi.

c. Bentuk alur dan geometri sambungan las

Berdasarkan Welding Hand Book, hal 268, untuk plat dengan ketebalan 4

mm dengan jenis pengelasan busur redam, bentuk alur yang dianjurkan adalah I

dengan geometri sebagai berikut :

Gambar 3.2 Geometri dan Sambungan Las Ikat

Dari gambar dapat ditentukan :

Jarak antar las (l0) = 200 mm

Panjang lasan (l1) = 60 mm

Jenis las = TIG Welding

d. Perhitungan las ikat sambungan longitudinal pada shell


 Perhitungan las ikat sambungan longitudinal pada shell untuk panjang

shell I dan III adalah 2200 mm

Jumlah las ikat =

= 10 buah

Jumlah jarak las =

= 8 buah, dimana 8 buah berjarak 200 mm.

 Perhitungan las ikat sambungan longitudinal pada shell II dengan

panjang 1144 mm

Jumlah las ikat =

= 5,9 buah  6 buah

Jumlah jarak las =

= 3,9 buah  4 buah, dimana 4 buah tersebut

berjarak 200 mm.

e. Perhitungan sambungan antar shell

Karena tangki menggunakan 3 lembar plat berbentuk silinder, maka untuk

membentuk 3 buah silinder menjadi tangki harus menyambung ketiga plat yang

berbentuk silinder tersebut. Jumlah las ikat yang dibutuhkan untuk menyambung

tiga buah silinder itu yaitu :


Jumlah jarak las =

= 16.28

= 16 buah, dimana 15 buah berjarak 200 mm dan 1 buah

berjarak 256 mm.

 Perhitungan pengelasan

Total las ikat shell = 10+10+6

= 26 buah

Total las ikat antar shell = 2 x 19

= 38 buah

Total las ikat = 26+38

= 64 buah

Panjang total las ikat = 64 x 60

= 3840 mm

Luas penampang lasan =I.t

= 1,5 x 2

= 3 mm2

Volume pengelasan = 3 x 3840

= 11520 mm3
f. Pengelasan inti

Pengelasan inti dibagi menjadi dua pengelasan yaitu pengelasan luar dan

pengelasan dalam.

1. Pengelasan luar

Panjang total lasan = Panjang tangki + (π . D)

= 5544 + (3,14 + 1600)

= 15592 mm

Luas penampang las = Lebar celah las . tebal las

= 1,5 . 2 = 3 mm2

Volume pengelasan = 15592 mm2 . 3 mm

= 46776 mm3

2. Pengelasan dalam

Pengelasan dalam adalah pengelasan inti yang dilakukan dari

dalam yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan bagian dalam.

Panjang total lasan = 5544 + 2( + 1592 )

= 8734,28 mm

Luas penampang lasan= I.t

= 1,5 .2 = 3 mm2

Volume pengelasan = 3 . 8734,28

= 26202,84 mm3

g. Kekuatan las
Jadi , maka kondisi diatas memenuhi syarat.

3.2. Pembuatan Tutup Ujung Tangki (Cone)

3.2.1. Perhitungan Dimensi

Sebelum proses pemotongan dilakukan kita harus mengetahui dimensi

agar pada saat proses drawing tidak terjadi salah ukuran. Karena digunakan untuk

tutup tangki, maka tutup ujung tangki berbentuk lingkaran.

Untuk mencari diameter plat yang akan di drawing, dapat dicari dengan

menggunakan rumus :

Dimana :

D = Diameter plat (mm)

d = Diameter luar tangki (mm)

h = Tinggi cone (mm)

r = Radius lengkung ujung cone (mm)


Dari data yang direncanakan, diketahui :

Diameter dalam tangki (d0) = 1592 mm

Diameter tangki (d) = 1600 mm

Radius pelengkungan cone (R) = 1600 mm

Radius ujung cone (r) = 10% * do

= 0.1 * 1600

= 160 mm

Tebal plat = 4 mm

Sehingga didapat data

Karena hasil pembagian adalah 10, maka rumus yang digunakan adalah
ho = 214,35

h1 = 3,5 . t

= 3,5 . 4 = 14

H = ho + h1

= 214,35 + 14

= 228,35

Karena d/r = 10, maka :


Jadi diameter plat yang akan dipotong adalah 2005,3 mm.

3.2.2. Proses Drawing

Dalam pembentukan cone menggunakan proses drawing, dimana benda

kerja atau plat ditekan oleh sebuah punch dengan besar dan gaya yang telah

ditentukan.

Keterangan :

B = Jari-jari cetakan yang besarnya 10 kali tebal lembaran

E = Lengkungan pons yang tajam menimbulkan penipisan setempat

dan sobekan. Untuk bahan dari baja minimal mempunyai jari-jari

lengkungan sebaiknya 4 kali tebal bahan.

C = Celah cetakan dan pons sebaiknya diantara 10% - 40% lebih

Besar dibanding tebal lembaran.

Secara teoritis pengurangan diameter maksimum untuk satu kali

penekanan adalah 50%, tetapi pada prakteknya akan lebih baik jika prosentase
pengurangan maksimum 40% umtuk satu kali penekanan. Prosentase

pengurangan diameter bisa dihitung dengan rumus berikut :

E = 100 . ( 1-d/D)%......................( Cyrill Donalson Op.Cit 767)

Dimana :

E = Prosentase reduksi ( % )

D = Diameter pelat bahan ( 2005,3 mm )

d = Diameter luar benda kerja ( 1600 mm )

maka :

E = 100 . ( 1 – 1600/2005,3)%

= 20,2%

Karena E< 50% maka terjadi penekanan satu kali.

Sedangkan besarnya gaya yang diperlukan untuk pembentukan cone dalam

pengerjaan drawing dapat dihitung dengan persamaan :

F =  . d . t . S . ( D/d – C )…………..( Cyrill Donaldson )

Dimana :

F = Gaya drawing ( kg )

D = Diameter plat bahan ( mm ) = 2005,3 mm

d = Diameter luar silinder ( mm ) = 1600 mm

t = Tebal plat bahan ( mm ) = 4 mm

S = Tensile strength bahan ( Kg/mm3 ) = 53 Kg/mm3

C = Konstanta gesekan dan pembengkokan = 0,6 – 0,7 ( Cyrill D)

Maka :

F = 3.14 . 1600 . 4 . 53 .( 2005,3/1600 – 0,7 )


= 589326,5 Kg

Menghitung kekuatan bahan

 =

Dimana :

F = gaya drawing ( Kg )

A =  . Dluar tangki . t

= 3.14 . 1600 . 4

= 20096 mm2

Maka

 =

 =

 = 29,32 Kg/mm2

Yield stress ( 24 Kg/mm2 ) <  < Tensile strength ( 53 kg/mm2 ). Maka bahan

tersebut memenuhi syarat.

3.3. Penyambungan Badan dan Tutup Tangki

Untuk proses penyambungan sama dengan proses penyambungan badan

tangki . Jadi untuk langkah-langkahnya sama dengan proses penyambungan badan

tangki.

Perhitungan penyambungan badan tangki dan tutup tangki :

Jumlah las ikat = .2


= .2

= 38,64 = 38

Panjang total lasan = 38 . 60 = 2280 mm

Luas penampang lasan = lebar celah las . tebal las

= 1,5 . 2

= 3 mm2

Volume pengelasan = 3 . 2280 = 6840 mm3

 Pengelasan inti untuk kedua ujung

1. Pengelasan luar

Panjang total lasan = 2 (  . 1600 )

= 10048 mm

Luas penampang lasan = lebar celah las . tebal lasan

= 1,5 . 2

= 3 mm

volume pengelasan = 10048 . 3

= 30144 mm3

2. Pengelasan dalam

Panjang total lasan = 2 . ( . 1592 )

= 9997,76 mm

Luas penampang lasan =I.t

= 1,5 . 2

= 3 mm2
Volume pengelasan = 9997,76 . 3

= 29993,28 mm3

Anda mungkin juga menyukai