A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran pada KD Pengetahuan
Setelah mempelajari materi ini dengan pendekatan pembelajaran saintifik, peserta didik:
4.11.1 Dapat menerapkan karakteristik jenis-jenis pola menurut bahannya dengan tepat
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pola dan Teknik Pembuatan Pola (Pattern and Patternmaker)
Pola adalah bentuk benda yang menyerupai benda kerja asli yang terbuat dari kayu,
logam, plastik, atau bahan komposit di mana bahan cetak (biasanya pasir) dibentuk untuk
membentuk rongga cetakan. Kebanyakan pola dilepas dari bagian cetakan setelah selesai dan
digunakan berulang kali untuk membuat duplikat cetakan. Pola yang sekali pakai dari bahan-
bahan seperti lilin atau sterofoam (polystyrene) dibuat dalam jumlah tertentu dan hanya
digunakan sekali untuk menghasilkan cetakan sendiri.
Pemilihan jenis pola yang digunakan untuk pengecoran tergantung pada beberapa faktor,
termasuk jumlah coran yang akan diproduksi, ukuran dan bentuk pengecoran, proses
pengecoran yang akan digunakan, dan persyaratan khusus lainnya seperti keakuratan ukuran
atau tingkat kekasaran. Pembuatan pola dimulai dengan menentukan dimensi hasil
pengecoran yang dibutuhkan.
Pola harus lebih besar dari benda kerja asli untuk menghindari penyusutan logam pada
saat pendinginan. Garis pembagi cetakan harus dipilih, dan lancip (draft) harus disertakan
pada bagian vertikal dari pola untuk dapat digunakan kembali dari cetakan. Pola juga
Page 1 of 11
Teknik Pembuatan Pola
menggabungkan ketentuan untuk sistem saluran (gating) dan sistem penambah (risering),
yang berfungsi mengalirkan cairan logam ke dalam rongga cetakan. Gambar 1
mengilustrasikan pola dan konfigurasi cetakan.
Proses pembuatan pola diawali mengidentifikasi gambar kerja pola meliputi bentuk,
ukuran, bahan dan penyelesaian akhir permukaan pola. Pembuat pola memilih bahan pola
berdasar informasi pada gambar kerja pola. Bahan yang berbeda membutuhkan perlakuan
dan proses pengerjaan pembuatan pola yang berbeda pula. Sebagai contoh, penggunaan
kayu sebagai bahan pembuat pola harus dicermati struktur serat, sifat-sifat, kekuatan dan
sebagainya.
Pada pembuatan pola digunakan berbagai mesin dan perkakas. Pembuat pola
seyogyanya memiliki kompetensi yang sesuai. Sebagai contoh pada pembuatan pola dari kayu
dibutuhkan kompetensi untuk mengoperasikan mesin dan alat, seperti: mesin bubut kayu,
mesin gergaji pita mesin ketam perata dan sebagainya. Demikian pula pada pembuata pola
dari resin, dibutuhkan pengetahuan dan kompetensi berkerja dengan bahan-bahan kimia,
seperti: resin, hardener, katalis, dan sebagainya. Pengetahuan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja mutlak diperlukan dalam proses pembuatan pola.
2. Jenis-Jenis Pola
Jenis pola yang digunakan tergantung pada jumlah coran yang diperlukan, proses
pencetakan atau pengecoran yang akan digunakan, ukuran pola, dan toleransi pengecoran
yang diperlukan. Jika pengecoran akan digunakan kembali, pola prototipe murah sering
digunakan sebagai pilihan pertama. Pemilihan bahan pola juga tergantung dengan proses
pencetakan atau pengecoran dan jenis pola yang akan digunakan. Tipe pola dasar yang paling
umum digunakan untuk bentuk pola sederhana yaitu sebagai berikut.
Pola dari kayu, murah, cepat pembuatannya dan mudah diolah dibanding pola logam.
Pola kayu umumnya dipakai untuk pengecoran dengan cetakan pasir. Permukaan pola kayu
biasanya diperkuat dengan lapisan plastik ataupun krom. Faktor penting dalam menentukan
macam pola adalah: (1) proses pembuatan cetakan, (2) dimana pola tersebut dipakai dan (3)
pertimbangan ekonomi terkait biaya pembuatan cetakan dan biaya pembuatan pola. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan pola dari kayu adalah:
1) Pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan.
2) Pola harus memiliki permukaan yang halus.
Page 3 of 11
Teknik Pembuatan Pola
Pola logam biasanya terbuat dari paduan aluminium, gray iron, ductile iron, atau baja.
Pola yang digunakan biasanya terbuat dari besi cor karena aluminium cenderung cepat aus
pada suhu tinggi. Sifat-sifat untuk pemilihan bahan pola logam didasarkan pada ketahanan
aus, stabilitas dimensi, kemampuan proses mesin, dan kemampuan untuk memberikan hasil
permukaan halus setelah pemesinan.
c. Pola Plastik
Pola plastik biasanya digunakan untuk pola ukuran kecil dan menengah. Pola plastik lebih
tahan lama tetapi biasanya juga lebih mahal daripada pola kayu. Penggunaan pola plastik
meningkat karena plastik lebih baik dari pola kayu dalam kegunaan volume menengah dan
menggantikan peralatan pola produksi tinggi logam. Beberapa pola plastik dapat dibuat
dengan murah dari satu pola utama (biasanya kayu). Pola plastik memiliki stabilitas dimensi
yang sangat baik dan dapat diproduksi dengan keterampilan dan biaya lebih sedikit daripada
pola logam yang sebanding. Pola plastik telah berhasil digunakan dalam mesin cetak tekanan
tinggi. Selain itu, resin poliuretan dan epoksi yang biasanya digunakan untuk pola memiliki
karakteristik yang diinginkan sebagai berikut:
Kekuatan tekan yang lebih baik, kekuatan lentur, ketahanan abrasi, dan ketahanan
benturan dari kayu
Tahan terhadap serangan lingkungan dan kimia
Ikatan yang bagus dengan bahan pola lain untuk perbaikan dan penyisipan
Pelepasan mudah dari pasir cetakan
d. Pola Sterofoam
Pembuatan pola dari stryofoam, secara prinsip, tahap identifikasi gambar dan penentuan
ukuran pola adalah sama dengan pada pembuatnan pola kayu maupun logam.
Bagaimanapun, mengingat karakteristik stryofoam, pada tahap penentuan kup, drag dan
permukaan pisah harus diperhatikan. Stryofoam akan berubah menjadi gas saat dituangi
logam cair. Kup, drag dan permukaan pisah harus di desain untuk mengendalikan ga dari
stryofoam agar tidak menyebabkan cacat pada coran.
Page 4 of 11
Teknik Pembuatan Pola
Pada pengecoran dengan pola stryofoam atau dikenal sebagai lost foam casting, pola
dibuat dari foam polystyrene, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara. (Wikipedia, 2016).
Pola bervolume kecil dapat dipotong dengan tangan atau mesin dari blok solid foam. Jika
geometri atau bentuk pola cukup sederhana dapat dipotong menggunakan pemotong foam
panas-kawat. Jika volume besar, maka pola diproduksi secara massal dengan injection
molding. Butiran expandable polistiren disuntikkan dengan tekanan rendah ke dalam cetakan
aluminium panas. Uap panas dimasukkan dan polistiren akan mengembang mengisi seluruh
cetakan. Hasilnya adalah pola dengan sekitar 97,5% udara dan 2,5% polistirena. Sistem saluran
seperti: cawan tuang, saluran turun, saluran pengalir, saluran masuk dan penamabah
ditempelkan dengan pemanasan pada pola. Selanjutnya, pola stryofoam dilapis dengan
lapisan tipis keramik dengan cara dicelupkan, dipulaskan, disemprotkan atau dialirkan. Fungsi
lapisan ini adalah:
1) Membatasi permukaan pola yang halus dan permukaan pasir yang kasar.
2) Mengontrol permeabilitas. Gas yang timbul akibat penguapan pola saat logam cair
dimasukkan ke cetakan akan keluar melalui lapisan keramik dan bergerak keluar lewat
pasir.
3) Mencegah erosi pasir untuk menghinadri cacat inklusi pasir.
4) Mencegah penetrasi logam cair ke dalam pasir.
e. Pola Lilin
Pola lilin digunakan pada pengecoran investment. Pada pembuatannya pola lilin
dibutuhkan sebuah cetakan untuk membuat pola. Cetakan pembuat pola lilin biasanya dibuat
dari logam. Pembuatan cetakan ini meliputi perancangan cetakan dan pembuatan cetakan.
Oleh karenanya dibutuhkan kompetensi di bidang dies design dan mold making. Pola lilin
yang telah dibuat dengan cetakan kemudian disusun menjadi sebuah pohon pola (assembled
tree).
Page 5 of 11
Teknik Pembuatan Pola
Tabel 1 daftar beberapa karakteristik umum untuk empat bahan pola yang umum
digunakan: kayu, aluminium, besi cor, dan poliuretan.
Bahan pola
No. Karakteristik Cast
Wood Aluminum Plastic Polyurethane
iron
1. Machinability E G F G G
Wear
2. P G E F E
resistance
3. Strength P G E G F
4. Weight E G F G E
5. Repair ability E F G E E
Corrosion
6. E E P E E
resistance
Swelling
7. P E E E G
resistance
E = Excellent; G = Good; F = Fair; P = Poor
Page 6 of 11
Teknik Pembuatan Pola
Page 7 of 11
Teknik Pembuatan Pola
Langkah selanjutnya adalah menentukan permukaan pisah. Cetakan untuk kedua benda
silindris A dan B dapat di buat secara vertikal seperti tergambar atau secara horisontal.
1) Jika dituang secara vertikal, maka bidang-bidang yang sejajar sumbu silindrisnya harus di
beri kemiringan agar mudah di ambil dari cetakan pasir. Permukaan pisah bisa saja tidak
digunakan, yang berarti benda akan dituang secara terbuka tanpa kup dan hanya
dibutuhkan satu pola pejal. Hal ini berarti menghilagkan pula sistem saluran. Namun
dengan cara ini berarti logam akan bersentuhan langsung dengan udara luar setelah
dituang. Hilangnya sistem saluran dapat menyebabkan kotoran dan terak di dalam ladel
akan masuk ke dalam coran.
2) Jika dituang secara horisontal, maka bidang-bidang tegak lurus sumbu silindris harus
diberi kemiringan. Sedang bidang yang sejajar sumbu silindris tidak perlu diberi
kemiringan karena bentuk benda sudah membulat. Permukaan pisah berupa sebuah
bidan sejajar sumbu silindris. Pengecoran secara horisontal ini akan membutuhkan kup
dan drag sehingga diperlukan sistem saluran. Dengan demikian logam cair yang dituang
ke dalam cetakan tidak akan terlalu lam bersentuhan dengan udara luar. Keuntungannya
adalah kemungkinan terak dan kotoran terbawa masuk ke dalam coran lebih kecil.
Kerugiannya adalah proses pembuatan cetakan membutuhkan waktu sedikit lebih lama
karena dibutuhkan kup, drag dan sistem saluran pengecoran.
c. Langkah Pembuatan
Tahapan pembuatan pola dari untuk kasus seperti yang telah di bahas di atas adalah
sebagai berikut:
1) Kayu yang akan dibuat pola dibubut menggunakan mesin bubut kayu sesuai ukuran.
Bagian-bagian tajam diberikan radius.
2) Gunakan amplas kayu untuk mengamplas permukaan hingga halus.
3) Buat lubang berulir pada bagian atasnya untuk mengambil pola dari cetakan.
Page 8 of 11
Teknik Pembuatan Pola
4) Lapisi seluruh permukaan pola dengan dempul plastik untuk menutup pori-pori kayu
sehingga permukaannya menjadi halus disamping lebih tahan aus.
5) Lapisi seluruh permukaan pola dengan cat atau sejenisnya dengan beberapa tahapan
agar permukaan pola menjadi lebih licin.
6) Keringkan cat ditempat teduh dan bebas dari debu.
Gambar 7 dan 8 memperlihatkan langkah-langkah pembuatan pola-pola silindris A dan
B. Pola-pola didesain untuk pengecoran vertikal sehingga tidak dibutuhkan kup.
Jika pola benda silindris A dan B seperti di atas akan dibuat dari logam, maka tahapan
identifikasi gambar dan penentuan ukuran pola adalah sama seperti pada pembuatan pola
dari kayu. Perbedaannya adalah pada tahap pembuatan pola. Pada pola logam digunakan
mesin dan perkakas untuk pengerjaan logam, yaitu: mesin bubut dan perlengkapannya.
Gambar 7. Pola untuk benda silinder A dan B sebelum di dempul dan di cat
Gambar 8. Pola untuk benda silinder A dan B setelah di dempul dan di cat
Pola silindris B dapat dibuat terdiri atas dua bagian, yaitu silinder atas dan bawah yang
kemudian disatukan. Penyatuan kedua bagian sebaiknya dengan teknik baut. Jika disatukan
dengan teknik pengelasan dapat terjadi deformasi akibat panas yang berdampak pada
bentuk dan ukuran pola. Cara ini ditempuh untuk menghemat bahan atau untuk mengatasi
keterbatasan ketersediaan bahan baku pembuat pola. Yang harus diperhatikan adalah
kelurusan sumbu bagian atas dan bawah.
6. Langkah-Langkah Pembuatan Pola Sterofoam
Proses pengecoran yang menggunakan pola sterofoam disebut dengan evaporative foam
process (proses penguapan/penghilangan busa) atau biasa disebut juga dengan istilah lost-
foam process / lost pattern process / full-mold process. Pola cetakan termasuk sistem saluran
masuk, riser dan inti (bila diperlukan) dibuat dari bahan busa polisteren. Dalam hal ini cetakan
Page 9 of 11
Teknik Pembuatan Pola
tidak harus dapat dibuka dalam kup dan drug, karena pola busa tersebut tidak perlu
dikeluarkan dari rongga cetak (lihat gambar 9).
Pola polisteren merupakan pola sekali pakai, sehingga dibutuhkan pola baru setiap kali
pengecoran
Biaya pembuatan pola mahal.
Penggunaan:
Produksi massal untuk pembuatan mesin automobil (dalam proses ini pembuatan dan
pemasangan pola dilakukan dengan sistem produksi automatis).
Page 10 of 11
Teknik Pembuatan Pola
DAFTAR PUSTAKA
Soemowidagdo, A.L. (2016). Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Teknik Pengecoran Logam:
Membuat Pola. Jakarta: Kemdikbud.
________. (1988). ASM Metal Handbook Volume 15. ASM International Handbook Committee.
Page 11 of 11