Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dunia pendidikan merupakan ruang yang selalu bersentuhan langsung


dengan manusia. Pendidikan yang berkwalitas akan memberikan kemajuan bagi
umat manusia dari berbagai segi kehidupan. Satuan pendidikan pendidikan yang
ada di Indonesia terbagi atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan
formal dimulai dengan Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Sedangkan model penyelenggaraan pendidikan terbagi terbagi
dua yakni pendidikan umum/ akademik dan pendidikan kejuruan/ vokasi/
professional. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk
mempersiapkan peserta didik agar siap bekerja baik secara mandiri (wiraswasta)
maupun mengisi lowongan pekerjaan di dunia industri. Untuk dapat bekerja dan
bersaing di industry maupun berwiraswasta, lulusan SMK harus memiliki
kompetensi nyakni kemampuan yang disyaratkan untuk menyelesaikan
pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan ada pengakuan resmi terhadap
kemampuan tersebut.
Paradigma pendidikan Kejuruan sangat berbeda dengan pendidikan
umum. Pendidkan kejuruan yaitu menekankan pada pendidikan yang
menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven). Kebersambungan
(link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan
kecocokan (match) diantara employee dengan employer menjadi dasar
penyelenggaraan dan ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan vokasi
dapat dilihat dari tingkat mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan
kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan
ditekuninya. Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan
politik. Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan
secara keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau
karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain.
Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan
pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat
kaitannya dengan perencanaan kurikulum. Oleh Karena itu, prinsip, karakteristik
dan asumssi tidak boleh diabaikan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan
kejuruan.

1
BAB II
FILSAFAT, B. PRINSIP, KARAKTERISTIK, DAN ASUMSI PENDIDIKAN PTK

A. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan

Prinsip-prinsip pendidikan teknologi dan kejuruan ada dua sumber yang


membahas tentang prinsip PTK ini. Yang pertama adalah Dr. Charles Allen
Prosser (1871-1952) dalam bukunya “Vocational Education in a Democracy”, dan
Melvin L. Barlow dalam artikelnya Foundation of Vocational Education dalam
American Vocational Journal (1967).

a. Prinsip Pendidikan PTK Menurut Dr. Charles Allen Prosser

Menurut Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952), bahwa sekolah harus


membantu para siswanya untuk mendapatkan pekerjaan, mempertahankan
pekerjaan tersebut dan terus maju dalam karir. Dr. Charles Allen Prosser yakin
bahwa harus ada sekolah vokasional untuk publik sebagai alternatif terhadap
sekolah umum yang sudah ada. Sekolah vokasional yang dimaksud adalah
sekolah yang menyediakan pelajaran untuk berbagai jenis pekerjaan yang ada di
industri. Dr. Charles Allen Prosser percaya bahwa pendidikan vokasional di
jenjang sekolah menengah atas akan mampu menjadikan para siswa lebih
independen.

Dr. Charles Allen Prosser adalah seorang praktisi dan akademisi Amerika
Serikat yang sering dianggap sebagai bapak pendidikan kejuruan, terutama di
Amerika. Professor juga adalah seorang guru Fisika dan Sejarah di New Albany
High School dan mendapatkan gelar PhD dari Columbia University. Di kalangan
akademisi pendidikan vokasi dan kejuruan di Indonesia, Prosser cukup dikenal
sebagai penyusun 16 Prinsip Pendidikan Vokasi atau sering juga disebut sebagai
16 Dalil Prosser:

1) Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih


merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
2) Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-
tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti
yang ditetapkan di tempat kerja.
3) Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan
berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
4) Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu
memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat
yang paling tinggi.
5) Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau
pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang

2
memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat untung
darinya.
6) Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk
membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-
ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
7) Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan
pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
8) Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh
seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
9) Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
10) Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika
pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
11) Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu
okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
12) Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain.
13) Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika
sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan
memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
14) Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan
dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat
peserta didik tersebut.
15) Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.
16) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi
maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.

b. Prinsip Pendidikan adn Kejuruan Menurut Miller


Dalam kaitannya dengan prinsip pengajaran pendidikan kejuruan, Miller
juga memberikan 8 prinsip sebagai berikut:

1. Kesadaran akan karir adalah bagian penting dalam pendidikan kejuruan


khususnya pada proses awal pendidikan itu sendiri.
2. Pendidikan kejuruan merupakan pendikan yang menyeluruh dan
merupakan bagian dari masyarakat (public system).
3. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia
kerja/ dunia industry.
4. Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/ keluarga sebagai salah satu
pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat
menengah.
5. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan
kejuruan.
6. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja melalui
pendidikan kejuruan.

3
7. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan
kejuruan.
8. Pengawasan dalam peningkatan pengalaman okupasi/ pekerjaan dapat
dilakukan melalui pendidikan kejuruan.

c. Prinsip Pendidikan PTK Menurut Melvin L. Barlow


Sedangkan menurut Melvin L. Barlow dalam artikelnya Foundation of
Vocational Education dalam American Vocational Journal (1967), menyampaikan
pokok-pokok pikiran tentang pendidikan vokasi atau kejuruan (vocational
education). Ada 7 poin penting yang dikemukakan, yaitu:
1) Vocational education is a national concern. Pendidikan vokasi adalah hal
penting yang merupakan concern atau kepedulian tingkat nasional.
2) Vocational education provides the common defense and promotes the
general welfare. Pendidikan vokasi yang efektif akan bermanfaat bagi
pertahanan negera (seperti dukungan pada saat kondisi perang), serta
mendukung peningkatan kesejahteraan ekonomi warga negara dan
keluarganya.
3) Vocational preparation of youth and adults is a public school
responsibility. Sekolah publik memainkan peranan penting dalam
menyiapkan generasi muda dan juga warga dewasa untuk
mempersiapkan pekerjaan mereka.
4) Vocational education requires a sound basic education. Pendidikan
vokasi memerlukan adanya fondasi dasar yang baik dan kuat dari jenjang
sekolah sebelumnya agar dapat sukses. Hal ini disebabkan makin
tingginya teknologi yang diapakai di berbagai bidang pekerjaan.
5) Vocational Education is planned and conducted in close cooperation with
business and industry. Hal ini adalah fondasi penting keberhasilan
pendidikan vokasi, umumnya melalui komite penasihat (advisory
committee) yang terdiri dari kalangan bisnis dan industri.
6) Vocational education provide the skills and knowledge valuable in the
labor market. Materi pembelajaran ditentukan berdasar analisis
kebutuhan pasar kerja, dibutuhkan juga studi penempatan dan tindak
lanjut terhadap para lulusan agar diketahui bagaimana hasil program
diterima, dimanfaatkan dan dimodifikasi di pasar kerja.
7) Vocational education provides continuing education for youth and adults.
Pendidikan vokasi tidak hanya ada di sekolah, tetapi juga harus ada di
industri dan berbagai program vokasi untuk orang dewasa, hal ini
berkontribusi nyata meningkatkan tingkat intelegensia (industrial
intelligence) tenaga kerja. Permasalahan dalam pelatihan ulang
(retraining) dan pembelajaran sepanjang hayat adalah elemen penting
yang membentuk pendidikan vokasi yang kuat.

PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di
lingkungan kerja. Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan

4
dunia kerja dan dunia industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan
prasarana. Ketersediaannya bengkel yang lengkap dengan alat dan bahannya
akan memberikan pengalaman belajar yang hampir sama dengan di lapangan
sehingga ketika peserta didik berinteraksi langsung dengan dunia industri, telah
memiliki kemandirian dan keterampilan kerja sesuai yang diharapkan. Untuk
membuat suatu replica sesuai lingkungan kerja, maka diperlukan biaya yang
besar sehingga kami yakin bahwa tidak semua sekolah kejuruan dapat
melakukan hal tersebut karena masalah pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama
dengan industri sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini. Misalnya menerima
peserta didik.

1. praktek industri yaitu peserta didik melakukan kegiatan belajar di industri


karena tidak tersedianya alat dan bahan di sekolah.
2. PSG yaitu pendidikan dual system yaitu peserta didik belajar di industri
dan di sekolah, dan;
3. Prakerin yaitu kegiatan belajar/praktek peserta didik yang murni
dilakukan sepenuhnya di industri.

Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus


berstandar dan selalu mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat
bagi peserta didik.Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber
daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus
menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
cukup canggih. Manajemen prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam
menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan
nasional, oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual
yang jelas agar dalam implementasinya tidak salah arah. Dan juga pendidikan
teknologi dan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang
bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan
sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu
mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan
perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan
pada peserta didik pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi,
keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan
sukses dalam kariernya sepanjang hayat. Oleh karena itu, arah pengembangan
pendidikan kejuruan diorientasikan pada permintaan pasar kerja. Orientasi
berdasarkan permintaan pasar dapat dilakukan dengan pengembangan
kurikulum yang mempertimbangan perkembangan dunia industri.

B. Karakteristik Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan


Dewasa ini negara-negara didunia menempatkan pendidikan menengah
teknologi dan kejuruan sebagai pendukung pengembangan perekonomian
dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional yang pada gilirannya

5
diharapkan dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakatnya. Pendidikan
teknologi kejuruan itu diperlukan untuk menghasilkan teknisi dengan kompetensi
tertentu gunda menjalankan roda perindustrian dan perdagangan serta bidang-
bidang kejuruan lainnya, baik pada tataran nasional maupun regional. Namun
hingga saat ini masih banyak negara-negara berkembang yang belum berhasil
meletakkan landasan pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan yang
sesuai dengan kondisi sumber daya manusia dan sumber daya alam negara
masing.
Bagi indonesia, dengan dikelurkannya UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
srta pembentukan badan standarisasi nasional pendiidkan (BSNP) menunjukkan
adaya upaya pemerintah dan dewan perwakilan rakyat RI dalam membenahi
sistem pendidikan nasional. Namun proses ini pun diperkiran masih memerlukan
waktu yang panjang karena standar-standar pendidikan yang disusun oleh BSBN
(PP No. 19 tahun 2005 pasal 2 ayat 1) belum menampakkan sebgai hasil yang
optimal dalam arti masih perlu diuji coba dan disempurkan.
Untuk mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dalam
hal ini adalah departemen pendidikan nasional (depdiknas), maka setiap satuan
pendidikan terlebih dahulu harus mengembangkan kurikulum dengan mengacu
pada pedoman-pedoman pengembangan KTSP dan kondisi daerah dimana
satuan pendidikan (sekolah) itu berada. Dalam hubungan ini terdapat sepuluh
karakteristik pendidikan teknologi dan kejuruan yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan kurikulum, yakni:
1. Orientasi
2. Justifikasi
3. Fokus
4. Standar
5. Keberhasilan disekolah
6. Perindustrian dan masyarakat
7. Keterlibatan pemerintah
8. Responsiveness
9. Logistik dan pembiayaan
Untuk memahami tentang pendidikan kejuruan, semestinyalah kita harus
memahami karakteristik pendidikan kejuruan terlebih dulu. Meskipun pendidikan
kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun
sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam
definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin
dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum,
yaitu :
1. Orientasi pendidikan kejuruan
Sebagai suatu system pendidikan yang bertujuan mempersiapkan
lulusannya memasuki lapangan kerja, maka orientasi pendidikan kejuruan
haruslah tertuju kepada keberhasilan belajar berupa output atau lulusannya yang

6
dapat dipasarkan di pasar tenaga kerja. Lebih jauh keberhasilan program
pendidikan kejuruan secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya
kelak di lapangan kerja.
2. Justifikasi untuk eksistensinya
Untuk mengembangan program pendidikan kejuruan perlu alasan atau
jastifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum.
Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan tenaga kerja
di lapangan kerja atu industri baik jasa maupun barang.
3. Fokus kurikulumnya
Pendidikan kejuruan bukan hanya menekankan pada aspek skill material
saja, tetapi juga menekankan kepada aspek belajar yang lainnya. Rangsangan
dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup
rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif,
kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan
baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar maupun nanti dalam
situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang
mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.
4. Kriteria keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan 2
kriteria yaitu keberhasilan di sekolah (in school success) dan out of school
succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi
persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja,
sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan
lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.
5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja,
pendidikan kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang
tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan,
inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa,
semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan
perkembangan pendidikan kejuruan.
6. Perbekalan logistiknya
Ditinjau dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau
pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara
realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan
logistik yang lain. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan umum
yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan. Hal ini membuat membuat
sekolah kejuruan membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan sekolah umum.
7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha/ dunia industri.
Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung
dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan

7
matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik
yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan
(curriculum advisory commitee), kesediaan dunia usaha menampung anak didik
sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang memungkinkan kesempatan
pengalaman belajar di lapangan.
Dalam implementasinya, ketujuh karekteristik pendidikan kejuruan
tersebut di atas, mempunyai implikasi dan konsekuensi yang luas terhadap
proses perencanan kurikulum pendidikan kejuruan itu sendiri. Meskipun
pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan,
namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu
yang membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya
dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga
tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan
kurikulum seperti yang dijelaskan diatas.

C. Asumsi-Asumsi Pada Pendidikan Teknologi Kejuruan


Menurut John Thompson (1973) ada tiga asumsi besar yang disampaikan
dalam bukunya yang berjudul “Foundations of Vocational Education” dan bisa
kita lihat dibawah ini:
a. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu
mempersiapkan para siswanya untuk suatu pekerjaan spesifik dalam
masyarakat yang didasarkan pada kebutuhan tenaga kerja yang riil.
Kata kuncinya adalah "real jobs" atau pekerjaan yang benar-benar ada
didalam dunia kerja. Bagaimana intitusi pendidikan vokasi mampu
mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang benar-benar ada dan dibutuhkan
dunia industri? Ini adalah pertanyaan yang sulit namun harus bisa dijawab
sebelum suatu program pendidikan dijalankan. Program pendidikan vokasi harus
dirancang sesuai kebutuhan pekerjaan spesifik yang ada di industri. Metode
analisis pekerjaan (job analysis) adalah teknik yang sering digunakan dalam
upaya para pendidik untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang
kebutuhan pekerjaan di dunia kerja.
b. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu
menjamin adanya pasokan tenaga kerja untuk suatu wilayah.
Ekonomi yang berkembang akan selalu membutuhkan tenaga kerja untuk
mendukung perkembangannya. Pendidikan vokasi dibuat untuk mampu menjadi
pemasok (supplier) kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan agar ekonomi suatu
wilayah bisa berkembang. Pasokan tenaga kerja ini haruslah stabil dan sesuai
kebutuhan. Pasokan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dibanding kebutuhan
adalah hal yang tidak baik, harus sesuai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Perencanaan pendidikan vokasi haruslah didasarkan prediksi yang baik atas
kebutuhan tenaga kerja suatu daerah. Pendidikan vokasi harus mampu menjadi
mitra sejalan dari pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan modernisasi industri, maka
tenaga kerja pun harus selalu ditingkatkan kompetensinya. Karena itu Thompson

8
juga menyinggung tentang tanggung jawab pendidikan vokasi dalam upaya
peningkatan kemampuan para pekerja yang telah bekerja didalam dunia kerja.
Upaya ini krusial dalam meningkatkan efisiensi ekonomi suatu wilayah. Tenaga
kerja yang tidak kompeten akan membebani ekonomi.
c. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila para
lulusannya mendapatkan pekerjaan sesuai apa yang dilatih.
Berbagai survey dilakukan di Amerika untuk mengukur seberapa efisiensi
pendidikan vokasi telah dijalankan. Hampir semua asumsi yang dikembangkan
didasarkan pada seberapa tinggi kesesuaian penempatan para lulusan di industri
dengan apa yang telah mereka pelajari di dunia pendidikan sebelumnya.
ketidakcocokan adalah hal yang harus dihindari semaksimal mungkin karena
menyalahi prinsip efisiensi ekonomi. Jadi apabila dunia pendidikan menghasilkan
lulusan yang bekerja di bidang yang berbeda dari bidang yang dipilih saat
sekolah, maka pendidikan dikatakan tidak berhasil dan tidak efisien secara
ekonomi.
Ada juga yang mengemukakan beberapa asumsi tentang pelaksanaan
pendidikan teknologi dan kejuruan yang berbeda dengan pendidikan umum
memiliki prinsip dalam penyelenggaraannya antara lain:

1. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dapat mengembangkan tenaga kerja


yang marketable
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap
kerja baik bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang
merupakan salah satu institusi yang menyiapka tenaga kerja dituntut mampu
menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat
dan dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang
memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya, memiliki adaptasi dan daya saing
yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan tenaga kerja yang dapat bersaing di
pasar industri, maka perlu pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan industri, yang didukung oleh sarana dan prasarana
praktikum yang memadai.

2. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan didesain untuk menguasai keterampilan


dasar yang essensial untuk dapat berkompetensi di DUDI.
Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja
dimana pelatihan pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi
dan kompetensi untuk proses yang berhubungan dengan bekerja. Perusahaan
bersedia bekerja sama dalam program PSG ini dikarenakan ada beberapa
alasan dan keuntungan yaitu dengan memberikan training maka
keberadaanya dinyatakan sebagai lembaga yang mmeberikan pertimbangan
untuk penawaran pelatihan yang dapat langsung dinikmati oleh perusahaan
dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat memperoleh hasil
dari perusahaan.

9
3. Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum
Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam
pencapaian kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak
menuntut peserta didik dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu yang pro
kontra. ada yang menerima dengan baik tetapi tidak sedikit pula yang
menentang. Dualisme pendidikan akan memberikan kebebasan kepada peserta
didik dalam menentukan menentukan pilihan, apakah akan melanjutkan ke
pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja. Konsekwensinya,
penataan pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara pelajaran
kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan
tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung lebih banyak dari jam
pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya
SMK dengan SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu,
sebaiknya pendidikan kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang
tujuan utamanya adalah memproduksi peserta didik siswi yang siap bekerja
yang memiliki keahlian khusus di bidang tertentu.

Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun


pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih
besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan
seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat
dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena
tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan
masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan
karir peserta didik.

4. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan didesain berbasis masafe konomi oleh


kanena itu sangat berperan dan pertumbuhan ekonomi nasional
Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan
keterampilan atau life skill yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih
baik yaitu memperoleh pekerjaan pada industry atau mendirikan usaha mandiri
untuk menghasilkan uang. Tenaga terampil yang dicetak oleh SMK merupakan
investasi besar dalam mengembangkan perekonomian bangsa.

Herdi, 2009, 10th yang lalu ternyata China lebih terpuruk dibanding
kondisi di Indonesia pada tahun 90an. Namun kondisi sekarang jauh lebih baik,
dibanding Indonesia. Cukup jauh. Apa gerangan yang menyebabkannya? Bila
dipelajari, salah satu kebijakan pemerintahan China yang mendukung
perkembangan industri di China adalah adanya pengembangan Vocational
School yang disupport oleh pemerintahan untuk menjadi cikal bakal industri-
industri rumahan. Vocational School dberikani support penuh oleh Pemerintah
China agar berkembang menjadi sebuah pabrik/industri. Industri-industri yang

10
ada diminta berpartner dengan Vocational School Industri. SDM nya terdiri dari
peserta didik yang dilatih dengan real praktek (learning by doing) dan dengan
tingkat kedisiplinan yang tinggi. Sehingga berjalan dengan waktu, China yang
semula mempunya produk yang dikenal dengan kualitasnya yang kurang baik
(ini dikarenakan merupakan hasil produksi yang baru mulai/tahap belajar) namun
kemudian beriring dengan waktu adanya improvement yang berkelanjutan,
akhirnya China dapat membuat produk dengan kualitas nomor 1. Sekarang
China menjadi tempat produksi segala jenis manufaktur/industri produk dari
sebagian besar merk terkenal di dunia, apakah itu produk jepang, jerman,
amerika dll dari mulai otomotif (motor, mobil), it (laptop, pc, dll), dll semua dibuat
oleh di china yang notabene merupakan hasil dari pengembangan vocational
school industri yang didukung pemerintah dan industrinya.

5. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan seharusnya dievaluasi berdasarkan


efisiensi ekonomi, relevansi dan kecepatan mendapatkan pekerjaan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara
konseptual dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of
return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan
kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan
memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di
samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat
balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan umum.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan
dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-
tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.

Relevansi sekolah kejuruan adalah seberapa besar lulusannya dibutuhlkan oleh


dunia usaha dan dunia industri. Sekolah kejuruan harus benar-benar dievaluasi
seberapa besar kontribusinya terhadap relevansi lulusan terhadap dunia
kerjadan terhadap perkembangan ekonomi. Sekolah kejuruan yang sinergis
dengan dunia industry dapat dilihat dengan lulusannya yang terserap di dunia
industri dengan cepat sesuai dengan bidang keahliannya.

6. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan hendaknya diarahkan untuk memenuhi


tenaga kerja dilingkungannya
Untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri, Seharusnya
pemerintah daerah dengan kekuasaan otonominya mengetahui dengan pasti apa
keunggulan daerahnya. Berdasarkan produk keunggulan daerahnya, maka
dibangun kompetensi sumber daya manusianya. Misalnya di Bali yang terkenal
dengan pariwisatanya, maka pemerintah daerah fokus pada pembangunan
Kompetensi keahlian yang berbasis pariwisata. Di Jawa Tengah yang terkenal
sebagai pusat budaya dan juga kerajinan furniture, dibangun kompetensi yang
berbasis kerajinan furniture. Di Papua yang kaya emas dan juga kayunya,
dibangun komptensi keahlian emas dan kayu. Dengan demikian terbentuk suatu

11
keahlian yang khusus, unik dan berbeda antara satu daerah dengan daerah
lainnya.

Jika selama ini kita masih sibuk menghabiskan anggaran untuk membangun infra
struktur, misalnya gedung, sekolah dan perlengkapannya atau mengundang
investor membangun industri di daerah. Maka sudah saatnya investasi kita
arahkan untuk pembangunan sumber daya manusianya dulu. Tanpa kompetensi.
tanpa adanya “link and match” antara pendidikan dan dunia industri, maka
segala peralatan, gedung dan investasi menjadi tidak maksimal dan sia-
sia.Berapa banyak gedung sekolah dengan segala peralatannya yang canggih
tidak berfungsi dengan baik, karena tidak ada tenaga ahli yang dapat
menjalankannya. Sudah saatnya kita bekerjasama membangun kompetensi
unggulan daerah. Anggaran pendidikan yang begitu besar seharusnya juga
diberikan kepada lembaga pelatihan industri yang sudah terbukti berhasil,
misalnya untuk mendidik tenaga kerja yang trampil dibidang otomotif, tidak perlu
membangun sekolah otomotif sendiri, tapi serahkan dana tersebut misalnya
kepada ASTRA group untuk mengembangkan lembaga pelatihan otomotifnya.
Untuk mencetak tenaga ahli elektronik, berikan anggaran kepada Panasonic
Gobel misalnya untuk memperkuat lembaga pelatihan elektronik yang selama ini
hanya untuk melayani kebutuhan internal.

7. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di tingkat pendidikan menegah bertujuan


untuk mempersiapkan tenaga kerja pemula
Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and
Match” antara keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri.
Bedanya setiap tahun besarnya “gap” itu semakin diperkecil dengan selalu
mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikannya. Jepang saja sebagai
negara industri yang sangat maju masih ada “mis-match” dalam penempatan
tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan memberikan kesempatan bagi pencari
kerja angkatan muda untuk melaksanakan program magang. Dengan magang di
industri atau di UKM (Usaha Kecil Menengah), dan mendapatkan uang saku
yang memadai, maka ketrampilan bekerja seseorang menjadi meningkat.

8. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan adalah system pendidikan untuk menata


system perekonomian nasional.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik
menjadi manusia produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang
berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam
kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya
memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum. Penyiapan
manusia untuk bekerja bukan berarti menganggap manusia semata mata
sebagai factor produksi karena pembangumnan ekonomi memerlukan kesadaran
sebagai warga ne gara yang baik dan bertanggung jawab serta produktif.

12
Semakin tinggi kwalitas pendidikan dan pelatihan seseorang, akan semakin
produktif orang tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas nasional
dan meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar global.

D. MODEL PENYELENGGARAAN PTK BERBASIS KEBUTUHAN


Adapun tujuan dari pada pendidikan kejuruan adalah senantiasa dibentuk
oleh kebutuhan masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus
berperan aktif dan ikut serta menentukan tingkat dan arah perubahan
masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan
berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua
institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan
organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan
pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa
pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus
sebagai media terjadinya perubahan sosial.
Model peyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan berbasis
kebutuhan terhadap masyarakat kita bisa lihat dari segi kurikulum seperti apa
yang diterapkan disetiap daerah dimana proses pendidikan (sekolah)
dilaksanakan. Berikut model kurikulum pendidikan PTK sebagai berikut:

1) Perencanaan kurikulum
a) Mengumpulkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan sisdiknas.
b) Mengumpulkan data komuditas dan budaya
c) Mengumpulkan data yang berkaitan dengan sekolah
d) Merumuskan proses pengambilan keputusan
e) Merumuskan tujuan dan sasaran kurikulum
f) Mengumpul materi dan sarana pembelajaran

2) Penetapan isi kurikulum


a) Pemilihan desain kurikulum,
b) Pemilihan strategi dan metode pembelajaran,
c) Penetapan sasaran kompetensi,
d) Penetapan materi dan sarana pembelajaran,
e) Menetapan prosedur implementasi,
f) Menetapkan prosedur penafsiran hasil tes, pengamatan wawancara dan
lain-lain,
g) Menetapkan metode evaluasi hasil belajar,
h) Penilaian guru (evaluasi diri, evaluasi sejawat).
3) Implementasi kurikulum
a) Penerapan strategi belajar. Seperti belajar mandiri, diskusi, kerja proyek,
karyawisata, laporan, beljar terprogram, investasi kelompok, belajar
kooperatif, belajar tuntas dan lain-lain.

13
b) Mengadakan tes formatif-sumatif, pengamatan perilaku siswa, studi
khusus dan lain-lain.
c) Membuat annecdotal record siswa
d) Identifikasi kebutuhan perubahan materi, metode, sarana dan lain-lain
4) Evaluasi kurikulum
a) Menetapkan teknik evaluasi
b) Pengumpulan data mengenai implementasi, kurikulum, kecakapan guru,
kemajuan siswa, dan revisi kurikulum.

Pendayagunaan potensi sumber daya local, dengan pelaksanaan


kurikulum serta kerjasama dari pemerintah daerah harus seiring sejalan dalam
rangka membuka peluang lebar pengembangan SMK sesuai dengan harapan
dan kebutuhan masyarakat dan dunia industri. Untuk mencari solusi dari
tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara
pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan layanan
pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat
beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional
terbesar yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah
pada sistem SMK. Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat
tergantung pada tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di
wilayah atau daerah setempat.

Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat


tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi
SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara
teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga
kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan
sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu,
pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”.
pengembangan (pembukaan) program keahlian SMK harus Link and Match
dengan kebutuhan pasar kerja. link and match pada dasarnya adalah supplay-
demand dalam arti luas, yaitu dunia pendidikan sebagai penyiapan SDM, dan
individu, masyarakat, serta dunia kerja sebagai pihak yang membutuhkan. Ada
empat aspek kebutuhan yang perlu diantisipasi oleh pendidikan, yaitu:
1. kebutuhan pribdai atau individu
2. kebutuhan keluarga,
3. kebutuhan masyarakt/bangsa,
4. kebutuhan dunia kerja atau dunia usaha.

Untuk menciptakan link and mach antara pendidikan dan dunia kerja (usaha
mandiri dan industri), diperlukan usaha-usaha secara reciprocal antara kedua
pihak. Dunia kerja dituntut untuk lebih membuka diri terhadap pendidikan, baik
dalam arti sikap maupun tindakan nyata termasuk menjadi menjadi tempat
magang dan praktek lapangan bagi para peserta didik. Di pihak lain, dunia

14
pendidikan dituntut untuk melakukan konsolidasi mulai tahap perencanaan
sampai implementasi dan evaluasinya sehingga kebijakan ini mempunyai arti
yang maksimal, sesuai dengan tujuannya. Adapun strategi dasar implementasi
untuk Sekolah Kejuruan dalam link and match adalah:
1. Menggiatkan kunjungan lapangan dan praktek lapangan sebagai bagian
integral kurikulum
2. Meningkatkan program magang di dunia usaha/industry
3. Meningkatkan jumlah dan mutu sarana, prasarana, dan tenaga
4. Meningkatkan daya tarik SMK sebagai pilihan yang mempunyai prospek
yang baik untuk masa depan.

Kegiatan kunjungan ke industri akan memberikan informasi mengenai


perkembangan industri, tenaga kerja yang sangat dibutuhkan dan yang kurang
dibutuhkan saat ini. Jadi apabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh
industri, maka perlu dibuka program keahlian baru dan jika lulusan dari
program keahlian tersebut sudah tidak dibutuhkan oleh masyarakat industry
maka program keahlian tesebut perlu ditutup dahulu untuk menghemat biaya
operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh masyarakat, maka
program keahlian tersebut bisa dibuka kembali.
Tuntutan kebutuhan yang cukup tinggi dari dunia industri atas kompetensi
siswa di bidang komputerisasi dan kewirausahaan. ’Tongkat estafet’ peningkatan
mutu lulusan SMK, dilanjutkan Dr. Joko Sutrisno dengan peningkatan kualitas
guru kejuruan yang juga dibidani oleh P4TK (Pusat Pengembangan Penataran
Pendidik dan Tenaga Kependidikan) melalui program pendidikan dan pelatihan
yang diadakan rutin lima tahun sekali dengan jumlah peserta sekitar 4.000 s/d
5.000 orang guru kejuruan.
Joko menuturkan bahwa pelaksanaan diklat selama ini belum mempunyai
format yang baku. Untuk kedepan, ia mengharapkan Direktorat Jenderal PMPTK
(Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan) dapat membuat format
baku pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan dan peningkatan
mutu lulusan SMK. Di sisi lain, Direktorat Dikmenjur juga menuturkan masih
kurangnya pasokan tenaga guru kejuruan dari lulusan pendidikan guru kejuruan.
Selama ini pasokan tenaga guru kejuruan hanya mencapai angka 4.500
pertahun dan masih jauh dari kebutuhan tenaga guru (sebanyak 10.000 orang
pertahunnya) di seluruh Indonesia.
Tapi Joko tetap optimis. Direktorat Dikmenjur sedang melakukan
penelitian jumlah kebutuhan guru SMK di seluruh Indonesia yang dipandu oleh
Universitas Negeri Semarang. “Targetnya diselesaikan akhir tahun 2007. Data
kebutuhannya akan lebih detail. Dan pihak kami akan terus mendorong
pemerintah pusat dan daerah untuk menambah jumlah rekrutmen tenaga guru
kejuruan,“ tegas Joko.
Perkembangan mutu lulusan SMK kini dipandu oleh kurikulum baru.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapannya, dibawah
bimbingan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Sekolah sudah bisa

15
improvisasi dalam penyusunan kurikulum. Hal ini mendukung pengembangan
bobot jam belajar teori dan ptraktik. Kini, bobot disamakan menjadi sama rata,
dan bukan mengurangi jam belajar teori untuk kemudian menggelembungkan
waktu belajar praktik.
Dalam rangka mendukung upaya peningkatan mutu lulusan SMK,
pemerintah mengalokasikan anggaran khusus untuk peningkatan mutu SMK.
Tahun 2007, alokasi dananya naik sebesar 50% dibanding tahun 2006, menjadi
sekitar Rp 1,6 triliun. Untuk anggaran peningkatan mutu SMK tahun 2008, sudah
ada kenaikan mencapai 25% hingga dananya meningkat menjadi Rp 1,9 triliun.
Jumlah yang sangat menggembirakan untuk mendukung program peningkatan
mutu para lulusannya.

16
BAB III
KESIMPULAN

Berikut ini disajikan beberapa pemikiran awal untuk pengembangan


Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, yaitu, Pertama: pendidikan teknologi dan
kejuruan harus memberi ruang cukup untuk memudahkan learning how to lear
dan learning to unlearn. Untuk itu aspek-aspek kecakapan hidup harus built in
dalam mata kuliah. Jadi yang diperlukan adalah reorientasi pelaksanaan
pendidikan dari subject mater oriented menjadi life skill oriented. Pendidikan
teknologi kejuruan harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
divergen sehingga siswa mampu melihat suatu masalah dari berbagai dimensi
dan akhirnya mampu memecahkannya secara kreatif. Kedua: pendidikan harus
mampu menjadi bentuk quality assurance. Oleh karena itu kurikulum harus
menunjuk mahasiswa/siswa atau ujian akhirnya. Yang dimaksud layanan kepada
siswa paling tidak pola pengajaran yang diterima (sebagai layanan)
siswa/mahasiswa. Ketiga: pendidikan harus dapat memandu terbentuknya
budaya mutu di kampus. Keempat: pendidikan harus memandu hubungan
kolaboratif-sinergis antara kampus/sekolah dengan pelanggan. Pengguna
lulusan harus terlibat dalam desain maupun pelaksanaan pendidikan teknologi
dan kejuruan. Kelima: pendidikan harus memberi ruang gerak kepada
universitas untuk melakukan penyesuaian dengan kondisi setempat, sekaligus
untuk melakukan inovasi.
Demikian sekilas uraian yang dapat kami sampaikan dalam makalah singkat ini,
dengan harapan semoga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
rangka pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan yang sedang disusun.
Apa yang telah ditulis masih merupakan pemikiran awal, tentunya masih banyak
kekurangannya. Namun yang penting kapan lagi kita akan mengembangkan
pendidikan teknologi dan kejuruan ini kalau tidak dimulai dari sekarang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adriyanto, Mohamad, 2011,”16 Prinsip Pendidikan Vokasional dari Prosser”


http://1ptk.blogspot.com/2011/11/prinsip-pendidikan-vokasional-dari.html
Blog, Ayomy, Octo,2012, “Filsafat Dan Arah Pendidikan Teknologi Kejuruan”,
http://1octo.wordpress.com/2012/07/17/filsafat-dan-arah-pendidikan-teknologi-
kejuruan/
Ditjen,Dikmen,2012, “Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan
Menengah”,Jakarta
Reksoatmodjo, Narsoyo, Tedjo, 2010,“Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan”, Bandung, PT Rafika Aditama,
Pardjono,2011,”Peran Industry dalam pengembangan SMK”Makalah
Kusuma, Sunaryo, Wowo,2013,”Filasafat Pendidikan Teknologi, Vokasi, dan
Kejuruan”, Bandung, Alfabeta
KPTK, 2010,“ Sistem Pendidikan Kejuruan Indonesia”
http://kptk.weebly.com/indonesia.html
Sudjani,2010,”Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
dalam Menghasilkan Guru SMK di Era Global dan Otonomi”,
http://hipkin.or.id/pengembangan-kurikulum-pendidikan-teknologi-dan-kejuruan-
dalam-menghasilkan-guru-smk-di-era-global-dan-otonomi/
Dasman,Johan,2010,”Pendidikan Teknologi dan Kejuruan”,
http://dasmanjohan.wordpress.com/2010/11/04/pendidikan-teknologi-dan-
kejuruan/
Adriyanto, Mohamad, 2011,“Mengukur Keberhasilan Pendidikan Vokasi”
http://1ptk.blogspot.com/2011/11/mengukur-keberhasilan-pendidikan-vokasi.html

http://bustamin-against.blogspot.co.id/2013/10/prinsip-karakteristik-dan-
asumsi.html

18

Anda mungkin juga menyukai