PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
BAB II
FILSAFAT, B. PRINSIP, KARAKTERISTIK, DAN ASUMSI PENDIDIKAN PTK
Dr. Charles Allen Prosser adalah seorang praktisi dan akademisi Amerika
Serikat yang sering dianggap sebagai bapak pendidikan kejuruan, terutama di
Amerika. Professor juga adalah seorang guru Fisika dan Sejarah di New Albany
High School dan mendapatkan gelar PhD dari Columbia University. Di kalangan
akademisi pendidikan vokasi dan kejuruan di Indonesia, Prosser cukup dikenal
sebagai penyusun 16 Prinsip Pendidikan Vokasi atau sering juga disebut sebagai
16 Dalil Prosser:
2
memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat untung
darinya.
6) Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk
membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-
ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
7) Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan
pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
8) Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh
seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
9) Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
10) Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika
pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
11) Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu
okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
12) Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain.
13) Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika
sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan
memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
14) Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan
dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat
peserta didik tersebut.
15) Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.
16) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi
maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
3
7. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan
kejuruan.
8. Pengawasan dalam peningkatan pengalaman okupasi/ pekerjaan dapat
dilakukan melalui pendidikan kejuruan.
PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di
lingkungan kerja. Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan
4
dunia kerja dan dunia industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan
prasarana. Ketersediaannya bengkel yang lengkap dengan alat dan bahannya
akan memberikan pengalaman belajar yang hampir sama dengan di lapangan
sehingga ketika peserta didik berinteraksi langsung dengan dunia industri, telah
memiliki kemandirian dan keterampilan kerja sesuai yang diharapkan. Untuk
membuat suatu replica sesuai lingkungan kerja, maka diperlukan biaya yang
besar sehingga kami yakin bahwa tidak semua sekolah kejuruan dapat
melakukan hal tersebut karena masalah pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama
dengan industri sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini. Misalnya menerima
peserta didik.
5
diharapkan dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakatnya. Pendidikan
teknologi kejuruan itu diperlukan untuk menghasilkan teknisi dengan kompetensi
tertentu gunda menjalankan roda perindustrian dan perdagangan serta bidang-
bidang kejuruan lainnya, baik pada tataran nasional maupun regional. Namun
hingga saat ini masih banyak negara-negara berkembang yang belum berhasil
meletakkan landasan pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan yang
sesuai dengan kondisi sumber daya manusia dan sumber daya alam negara
masing.
Bagi indonesia, dengan dikelurkannya UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
srta pembentukan badan standarisasi nasional pendiidkan (BSNP) menunjukkan
adaya upaya pemerintah dan dewan perwakilan rakyat RI dalam membenahi
sistem pendidikan nasional. Namun proses ini pun diperkiran masih memerlukan
waktu yang panjang karena standar-standar pendidikan yang disusun oleh BSBN
(PP No. 19 tahun 2005 pasal 2 ayat 1) belum menampakkan sebgai hasil yang
optimal dalam arti masih perlu diuji coba dan disempurkan.
Untuk mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dalam
hal ini adalah departemen pendidikan nasional (depdiknas), maka setiap satuan
pendidikan terlebih dahulu harus mengembangkan kurikulum dengan mengacu
pada pedoman-pedoman pengembangan KTSP dan kondisi daerah dimana
satuan pendidikan (sekolah) itu berada. Dalam hubungan ini terdapat sepuluh
karakteristik pendidikan teknologi dan kejuruan yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan kurikulum, yakni:
1. Orientasi
2. Justifikasi
3. Fokus
4. Standar
5. Keberhasilan disekolah
6. Perindustrian dan masyarakat
7. Keterlibatan pemerintah
8. Responsiveness
9. Logistik dan pembiayaan
Untuk memahami tentang pendidikan kejuruan, semestinyalah kita harus
memahami karakteristik pendidikan kejuruan terlebih dulu. Meskipun pendidikan
kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun
sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam
definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin
dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum,
yaitu :
1. Orientasi pendidikan kejuruan
Sebagai suatu system pendidikan yang bertujuan mempersiapkan
lulusannya memasuki lapangan kerja, maka orientasi pendidikan kejuruan
haruslah tertuju kepada keberhasilan belajar berupa output atau lulusannya yang
6
dapat dipasarkan di pasar tenaga kerja. Lebih jauh keberhasilan program
pendidikan kejuruan secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya
kelak di lapangan kerja.
2. Justifikasi untuk eksistensinya
Untuk mengembangan program pendidikan kejuruan perlu alasan atau
jastifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum.
Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan tenaga kerja
di lapangan kerja atu industri baik jasa maupun barang.
3. Fokus kurikulumnya
Pendidikan kejuruan bukan hanya menekankan pada aspek skill material
saja, tetapi juga menekankan kepada aspek belajar yang lainnya. Rangsangan
dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup
rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif,
kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan
baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar maupun nanti dalam
situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang
mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.
4. Kriteria keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan 2
kriteria yaitu keberhasilan di sekolah (in school success) dan out of school
succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi
persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja,
sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan
lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.
5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja,
pendidikan kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang
tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan,
inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa,
semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan
perkembangan pendidikan kejuruan.
6. Perbekalan logistiknya
Ditinjau dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau
pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara
realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan
logistik yang lain. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan umum
yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan. Hal ini membuat membuat
sekolah kejuruan membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan sekolah umum.
7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha/ dunia industri.
Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung
dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan
7
matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik
yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan
(curriculum advisory commitee), kesediaan dunia usaha menampung anak didik
sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang memungkinkan kesempatan
pengalaman belajar di lapangan.
Dalam implementasinya, ketujuh karekteristik pendidikan kejuruan
tersebut di atas, mempunyai implikasi dan konsekuensi yang luas terhadap
proses perencanan kurikulum pendidikan kejuruan itu sendiri. Meskipun
pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan,
namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu
yang membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya
dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga
tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan
kurikulum seperti yang dijelaskan diatas.
8
juga menyinggung tentang tanggung jawab pendidikan vokasi dalam upaya
peningkatan kemampuan para pekerja yang telah bekerja didalam dunia kerja.
Upaya ini krusial dalam meningkatkan efisiensi ekonomi suatu wilayah. Tenaga
kerja yang tidak kompeten akan membebani ekonomi.
c. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila para
lulusannya mendapatkan pekerjaan sesuai apa yang dilatih.
Berbagai survey dilakukan di Amerika untuk mengukur seberapa efisiensi
pendidikan vokasi telah dijalankan. Hampir semua asumsi yang dikembangkan
didasarkan pada seberapa tinggi kesesuaian penempatan para lulusan di industri
dengan apa yang telah mereka pelajari di dunia pendidikan sebelumnya.
ketidakcocokan adalah hal yang harus dihindari semaksimal mungkin karena
menyalahi prinsip efisiensi ekonomi. Jadi apabila dunia pendidikan menghasilkan
lulusan yang bekerja di bidang yang berbeda dari bidang yang dipilih saat
sekolah, maka pendidikan dikatakan tidak berhasil dan tidak efisien secara
ekonomi.
Ada juga yang mengemukakan beberapa asumsi tentang pelaksanaan
pendidikan teknologi dan kejuruan yang berbeda dengan pendidikan umum
memiliki prinsip dalam penyelenggaraannya antara lain:
9
3. Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum
Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam
pencapaian kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak
menuntut peserta didik dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu yang pro
kontra. ada yang menerima dengan baik tetapi tidak sedikit pula yang
menentang. Dualisme pendidikan akan memberikan kebebasan kepada peserta
didik dalam menentukan menentukan pilihan, apakah akan melanjutkan ke
pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja. Konsekwensinya,
penataan pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara pelajaran
kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan
tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung lebih banyak dari jam
pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya
SMK dengan SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu,
sebaiknya pendidikan kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang
tujuan utamanya adalah memproduksi peserta didik siswi yang siap bekerja
yang memiliki keahlian khusus di bidang tertentu.
Herdi, 2009, 10th yang lalu ternyata China lebih terpuruk dibanding
kondisi di Indonesia pada tahun 90an. Namun kondisi sekarang jauh lebih baik,
dibanding Indonesia. Cukup jauh. Apa gerangan yang menyebabkannya? Bila
dipelajari, salah satu kebijakan pemerintahan China yang mendukung
perkembangan industri di China adalah adanya pengembangan Vocational
School yang disupport oleh pemerintahan untuk menjadi cikal bakal industri-
industri rumahan. Vocational School dberikani support penuh oleh Pemerintah
China agar berkembang menjadi sebuah pabrik/industri. Industri-industri yang
10
ada diminta berpartner dengan Vocational School Industri. SDM nya terdiri dari
peserta didik yang dilatih dengan real praktek (learning by doing) dan dengan
tingkat kedisiplinan yang tinggi. Sehingga berjalan dengan waktu, China yang
semula mempunya produk yang dikenal dengan kualitasnya yang kurang baik
(ini dikarenakan merupakan hasil produksi yang baru mulai/tahap belajar) namun
kemudian beriring dengan waktu adanya improvement yang berkelanjutan,
akhirnya China dapat membuat produk dengan kualitas nomor 1. Sekarang
China menjadi tempat produksi segala jenis manufaktur/industri produk dari
sebagian besar merk terkenal di dunia, apakah itu produk jepang, jerman,
amerika dll dari mulai otomotif (motor, mobil), it (laptop, pc, dll), dll semua dibuat
oleh di china yang notabene merupakan hasil dari pengembangan vocational
school industri yang didukung pemerintah dan industrinya.
11
keahlian yang khusus, unik dan berbeda antara satu daerah dengan daerah
lainnya.
Jika selama ini kita masih sibuk menghabiskan anggaran untuk membangun infra
struktur, misalnya gedung, sekolah dan perlengkapannya atau mengundang
investor membangun industri di daerah. Maka sudah saatnya investasi kita
arahkan untuk pembangunan sumber daya manusianya dulu. Tanpa kompetensi.
tanpa adanya “link and match” antara pendidikan dan dunia industri, maka
segala peralatan, gedung dan investasi menjadi tidak maksimal dan sia-
sia.Berapa banyak gedung sekolah dengan segala peralatannya yang canggih
tidak berfungsi dengan baik, karena tidak ada tenaga ahli yang dapat
menjalankannya. Sudah saatnya kita bekerjasama membangun kompetensi
unggulan daerah. Anggaran pendidikan yang begitu besar seharusnya juga
diberikan kepada lembaga pelatihan industri yang sudah terbukti berhasil,
misalnya untuk mendidik tenaga kerja yang trampil dibidang otomotif, tidak perlu
membangun sekolah otomotif sendiri, tapi serahkan dana tersebut misalnya
kepada ASTRA group untuk mengembangkan lembaga pelatihan otomotifnya.
Untuk mencetak tenaga ahli elektronik, berikan anggaran kepada Panasonic
Gobel misalnya untuk memperkuat lembaga pelatihan elektronik yang selama ini
hanya untuk melayani kebutuhan internal.
12
Semakin tinggi kwalitas pendidikan dan pelatihan seseorang, akan semakin
produktif orang tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas nasional
dan meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar global.
1) Perencanaan kurikulum
a) Mengumpulkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan sisdiknas.
b) Mengumpulkan data komuditas dan budaya
c) Mengumpulkan data yang berkaitan dengan sekolah
d) Merumuskan proses pengambilan keputusan
e) Merumuskan tujuan dan sasaran kurikulum
f) Mengumpul materi dan sarana pembelajaran
13
b) Mengadakan tes formatif-sumatif, pengamatan perilaku siswa, studi
khusus dan lain-lain.
c) Membuat annecdotal record siswa
d) Identifikasi kebutuhan perubahan materi, metode, sarana dan lain-lain
4) Evaluasi kurikulum
a) Menetapkan teknik evaluasi
b) Pengumpulan data mengenai implementasi, kurikulum, kecakapan guru,
kemajuan siswa, dan revisi kurikulum.
Untuk menciptakan link and mach antara pendidikan dan dunia kerja (usaha
mandiri dan industri), diperlukan usaha-usaha secara reciprocal antara kedua
pihak. Dunia kerja dituntut untuk lebih membuka diri terhadap pendidikan, baik
dalam arti sikap maupun tindakan nyata termasuk menjadi menjadi tempat
magang dan praktek lapangan bagi para peserta didik. Di pihak lain, dunia
14
pendidikan dituntut untuk melakukan konsolidasi mulai tahap perencanaan
sampai implementasi dan evaluasinya sehingga kebijakan ini mempunyai arti
yang maksimal, sesuai dengan tujuannya. Adapun strategi dasar implementasi
untuk Sekolah Kejuruan dalam link and match adalah:
1. Menggiatkan kunjungan lapangan dan praktek lapangan sebagai bagian
integral kurikulum
2. Meningkatkan program magang di dunia usaha/industry
3. Meningkatkan jumlah dan mutu sarana, prasarana, dan tenaga
4. Meningkatkan daya tarik SMK sebagai pilihan yang mempunyai prospek
yang baik untuk masa depan.
15
improvisasi dalam penyusunan kurikulum. Hal ini mendukung pengembangan
bobot jam belajar teori dan ptraktik. Kini, bobot disamakan menjadi sama rata,
dan bukan mengurangi jam belajar teori untuk kemudian menggelembungkan
waktu belajar praktik.
Dalam rangka mendukung upaya peningkatan mutu lulusan SMK,
pemerintah mengalokasikan anggaran khusus untuk peningkatan mutu SMK.
Tahun 2007, alokasi dananya naik sebesar 50% dibanding tahun 2006, menjadi
sekitar Rp 1,6 triliun. Untuk anggaran peningkatan mutu SMK tahun 2008, sudah
ada kenaikan mencapai 25% hingga dananya meningkat menjadi Rp 1,9 triliun.
Jumlah yang sangat menggembirakan untuk mendukung program peningkatan
mutu para lulusannya.
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
http://bustamin-against.blogspot.co.id/2013/10/prinsip-karakteristik-dan-
asumsi.html
18