PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pasien terminal adalah pasien yang dalam keadaan menderita penyakit
dengan stadium lanjut yang penyakit utamanya tidak bisa diobati kembali dan
maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai
sakit, kecemasan, dan kegelisahan tidak akan berkumpul lagi dengan keluarga dan
lingkungan sekitarnya.
mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat
kebutuhan pasien pada stadium terminal suatu penyakit tidak hanya pemenuhan
dihadapi dalam hidup ini, akan membawa orang pada perasaan rendah diri, pesimis
kepada orang lain, tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuatnya,
lain.
1
Lain halnya dengan orang-orang yang benar-benar menjalankan
tidak akan putus asa, tapi ia akan menghadapinya dengan tenang. Dengan cepat
ia akan ingat pada Tuhan, dan menerima kekecewaan itu dengan sabar dan tenang.
jiwa akibat kekecewaan itu. Ia tidak akan menjadi putus asa atau pesimis dalam
Dari pemaparan diatas, terlihat jelas bahwa aspek spiritual dapat membantu
dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat,
mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak
mempunyai sikap sabar. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam, bahwa sikap sabar
merupakan salah satu cara terapi umum pemecahan masalah (rohaniah) individu
sesuai dengan yang dianjurkan al-Quran. Selain itu juga sabar merupakan suatu
yang bersifat dinamik. Umat Islam melihat dinamika kesabaran sebagai lingkaran
yang berasal dari Allah dan kembali pada Allah. Dalam Al-Quran dinyatakan:
ilaihi raaji'uun" Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk
oleh pasien terminal. Untuk menyikapi hal tersebut, maka perlu adanya bimbingan
rohani Islam secara intensif pada pasien terminal, yaitu suatu pemberian bantuan
2
psikologis kepada seseorang ataupun kelompok terhadap nilai-nilai ajaran Islam
yang lebih menekankan pada aspek psikologis atau jiwanya untuk mencapai
kebahagiaan di dunia atau akhirat dengan berlandaskan kepada Al- Quran dan
Sunah.
bergerak dalam bidang bimbingan rohani Islam yang dikenal dengan instalasi
kerohanian. Adapun tujuan dari bimbingan rohani Islam yang diprogramkan oleh
1. Setiap pasien mampu memilki pemahaman Islam yang baik dan menyeluruh,
meliputi aqidah yang lurus, ibadah yang benar, akhlak yang mulia serta
ceramah melalui audioland, audio alquran, dan bimbingan khusnul khotimah. Tetapi
sikap sabar dalam menghadapi penyakit yang di deritanya, sikap merasa tidak
berdaya, marah, tidak menerima dengan keadaan dan kondisi penyakit yang
Bagi pasien terminal yang telah melakukan bimbingan dengan baik, mereka
senantiasa sabar dalam menghadapi penyakitnya. Selain itu juga, sikap mereka bisa
tenang, lebih terarah, terkontrol, bisa menerima secara sadar tentang kondisi yang
terjadi dan hal-hal yang akan terjadi. Tetap beribadah melaksanakan kewajibannya,
seperti shalat walaupun dalam keadaan sakit, serta senantiasa tawakal mendekatkan
diri pada Allah. Mereka yakin bahwa Sakit adalah ujian dari Allah SWT, dengan
3
sakit berarti orang akan memperoleh ampunan dari Allah, dilipatgandakan pahala dan
ditingkatkan derajatnya.
B. DEFINISI
Pasien tahap terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang rnengalami
penyakit/sakit yang tidak rnernpunyai harapan untuk sernbuh yang
diakibatkan kegagalan organ atau multiorgan sehingga sangat dekat proses
kematian. Respon pasien tahap terminal sangat individual tergantung kondisi
fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehinggan dampak yang ditimbulkan pada
tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang
ditunjukan oleh pasien terminal. Tujuan pelayanan pada pasien tahap terminal ini
adalah:
I. Meringankan pasien dari penderitaannya. baik fisik (misalnya rasa nyen,
mual, rnuntah, dll), maupun psikis (sedih, rnarah, khawatir, dll) yang
berhubungan dengan penyakitnya sehingga tercapai kenyamanan fisik dan
psikis.
2. Memberikan dukungan rnoril, spiritual maupun pelatihan praktis dalarn hal
perawatan pasien bagi keluarga pasien dun perawat
3. Menghindarkan atau mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi
4. Meningkatkan mutu pelayanan pada pasien tahap terminal
5. Memberikan pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien tahap
terminal dengan segala kebutuhan uniknya
6. Menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidupnya bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan
senang dan damai.
4
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkupnya adalah pasien pacla lase terminal yaitu pasien dalarn kondisi
sakit yang menurut ilmu kedokteran pada saat ini memiliki prognosis yang menuju
proses kematian. Pada kondisi tersebut perilaku dokter, perawat, petugas kesehatan
yang lain, serta petugas kerohanian harus memahami dan mendukung
pemenuhan kebutuhan unik pasien pada akhir hidupnya. Kebutuhan unik pasien
di akhir kehidupan meliputi beberapa hal berikut:
l. Pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan permintaan pasien dan
keluarga.
2. Menghargai nilai yang dianut pasien. agarna dan preferensi budaya
3. Mengikutsertakan pasien clan keluarganya dalam semua aspek pelayanan
4. Memberi respon pada hal psikologis, emosional, spritual dan budaya dari pasien
dan keluarganya,
5
BAB III
KEBIJAKAN
6
BAB IV
TATALAKSANA
7
keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena
kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya.
Perawat sering kali dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung,
kapan sembuh, kapan pulang, dan sebagainya,
b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
ini menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan
beban yang berat baginya.
c. Open Awareness/Sadar akun keadaan Jan terbuka
Pada situasi ini, pasien dan orang-orang disekitarnya mengetahui
akan adanya ajal yang menjelang dan rnenerirnu untuk
mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini memberikan
kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-
saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hat tersebut.
Respon pasien terhadap kondisi terminal sangat individual. rergantung kondisi
fisik. psikologis, soaial yang dialarni, sehingga dampuk yang ditirnbulkan pada
tiap individu juga berbeda.
4. Bantuan yang dapat diberikan pada tahap terminal
a. Bantuan Emosional
l) Pada fase Denial/Menolak
Petugas Rumah Sakit perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan
denial dengan cara menanyakan tentang kondisi atau prognosisnya dan
pasien dapat mengekspresikan perasaan perasaannya.
2) Pada fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Petugas Rumah Sakit perlu mernbantunya agar
mengerti bahwa rnasih rnerupakan hal yang normal dalam merespon
perasaan kehilangan menjelang kernatian. Akan lebih baik bila
kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa
aman.
3) Pada fase Menawar
Pada fase ini Petugas Rumah Sakit perlu mendengarkan segala
keluhannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan
mengurangi rasa bersalah dan takut yang udak rnasuk akul.
4) Pada fase Depresi
Pada fase ini Petugas Rumah Sak it selalu hadir didekatnya
dun mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika
berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang
8
disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dan pasien
sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5) Pada fase Peneri maan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman-ternannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah
menerima keadaannya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam
program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri
sebatas kemampuannya.
9
6) Eliminasi
Karena aclanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinensia urin dan feses. Obat laxan perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi. Pasien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal,
pispot secara teratur atau dipasang cluk yang diganti setiap saat atau dipasang
kateter. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi
lecet, harus diberikan salep
7) Perubahan Sensori
Pasien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, pasren biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/ternpat terang. Pasien rnasih dapat
mendengar. tetapi tidak dapat/marnpu merespon, perawat dan keluarga harus
bicura dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
10
kebutuhan ritual pasien yang akan rnenghadapi kematian. sehingga
kebutuhan spiritual klien menjelang kernatian dapat terpenuhi.
5. Pelayanan pasien dalam kondisi sakaratul maut:
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau dokter yang mewakili
(dokter jaga) melakukan prosedur pemeriksaan ke pasien dan
mendapatkan data hasil pemeriksaan bahwa pasien berada dalam kondisi
terminal. Jika yang melakukan prosedur pemeriksaan ke pasien adalah
dokter yang mewakili yaitu dokter jaga, maka dokter jaga harus
melakukan prosedur konsultasi ke Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) tentang kondisi pusien tersebut
b. Dokter Penanggung Ju« ab Pcluyunan (DP Jl') atau dokter yang rnewak
i Ii (dokter jaga) menyarnpaik.m kondisi pasien iersebut kepada keluurg«
pasien sesuai dengan prosedur penyumpaian berita/kabar buruk kepada
pasien dan/atau keluarga pasien.
c. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau dokter yang mewakili
(dokter jaga) menanyakan kepada pasien dan/atau keluarga pasien apakah
ada hal-hal yang perlu ditanyakan atau ada keinginan dari pasien dan/atau
keluarga pasien tentang keadaannya.
d. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau dokter yang mewakili
(dokter jaga) melaksanakan secara profesional keinginan pasien dan/atau
keluarga pasien selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan dan aturan agama yang dianut pasien.
e. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau dokter yang mewakili
(dokter jaga) melakukan koordinasi dengan perawat dan petugas
kerohanian. Perawat untuk rnelaksanakan prosedur asuhan keperawatan
pada pasien terminal. Jika pasien tersebut menganut agama Islam, maka
petugas bina rohani melaksanakan prosedur layanan husnul khotimah.
Jikanpasien tersebut rnenganut agama yang lain, maka diperbolehkan
melaksanakan ibadahnya masing-masing.
f. Dokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan dalam rekam medis
pasien tersebut.
11
BAB V
DOKUMENTASI
12