Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk menekan
jumlah populasi penduduk. Anjuran pemakaian metode kontrasepsi ini sudah diterapkan
dibeberapa negara (Anjum et al., 2014). Jumlah pengguna kontrasepsi modern bertambah 2
juta orang dalam rentang waktu tiga tahun terakhir (BKKBN, 2015).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu bersifat
sementara dan dapat pula bersifat permanen. Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu
indikator yang mempengaruhi fertilitas. Jenis-jenis metode kontrasepsi memiliki tingkat
efektivitas yang tinggi untuk mencegah kehamilan, akan tetapi efektivitas kontrasepsi juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku dan sosial budaya pemakainya (BKKBN,
2012).
Metode kontrasepsi yang tersedia terbatas dan mencakup persyaratan dan keamanan
metode kontrasepsi yang belum banyak Pasangan Usia Subur (PUS) mengetahuinya
(Manuaba,2013). Di Puskesmas Kartasura sendiri, peneliti menemukan bahwa banyak
Pasangan Usia Subur yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi.
Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode
kontrasepsi tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

B. PASANGAN USIA SUBUR (PUS)


Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan
perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah
berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau
cerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan
reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga
jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi
dan kualitas generasi yang akan datang.
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah Pasangan suami-istri yang istrinya berumur 15-49 tahun
dan masih haid,atau pasangan suami-istri yang istrinya berusia kurang dari 15 tahun dan
sudah haid,atau istri sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan).
Namun dalam mini survei dibatasi wanita PUS umur 15-49 tahun.

C. KONTRASEPSI
Kontrasepsi berasal dari kata“kontra”yang berarti mencegah atau melawan dan
“Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur
matang dan sperma untuk mencegah kehamilan upaya tersebut dapat bersifat sementara,
dapat pula bersifat permanen (prawirohardjo, 2002). Jadi, pemilihan kontrasepsi adalah
menentukan alat atau obat yang digunakan untuk mencegah atau menghindari terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma baik
yang bersifat sementara maupun bersifat permanen.
Menurut Sahora Pinem (2002: 202) mengemukakan bahwa : “pelayanan kontrasepsi
mempunyai 2 tujuan yaitu” :
a. Tujuan Umum : Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB
yaitu dihayatinya NKKBS.
b. Tujuan pokok : penurunan angka kelahiran yang bermakna. Gna mencapai tujuan
tersebut, ditempuh kebijaksanaan menggolongkan pelayanan KB kedalam tiga fese
yaitu :
1. Fase menunda kehamilan/kesuburan
2. Fesa menjarangkan kehamilan

3. Fase menghentikan dan mengakhiri kehamilan

Menurut Saifudin, Abdul Bari dkk, 2006 (dalam Sahora Pinem, 2002: 208) bahwa :
”secara umum persyaratan metode kontresepsi ideal adalah sebagai berikut :

a) Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.


b) Berdaya guna, artinya bila dugunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah
terjadinya kehamilan.
c) Dapat diterima bukan hanya oleh klien tetapi juga lingkungan budaya di
masyarakat.
d) Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klen akan segera kembali
kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrsepsi

1) Faktor pasangan: Usia, gaya hidup, frekuensi sanggama, jumlah keluarga yang
diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewantaan, sikap
kepriaan.

2) Faktor kesehatan: Kontraindikasi absolut atau relatif, status kesehatan, riwayat


haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggu

3) . Faktor metode kotrasepsi : pemeriksaan dan pemakaian berkesinambungan


dipandang dari pihak calon akseptor dan pihak medis (petugas KB), efektifitas,
efek samping minor, kerugian, biaya dan komplikasi potensial.
Jenis-jenis kontrasepsi

Di bawah ini dijelaskan beberapa jenis-jenis alat kontrasepsi yang biasa digunakan

1. Metode Sederhana

1) Tanpa Alat

1. KB alamiah = Natural family planning.= Fertility Awarenness methods. =


Periodik Abstines. = Metode Rhyhm. = Pantang berkala.

a. Metode Kalender (ogino-Knaus)

Dasar : menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan.

Teknik metode kalender :

a) Untuk menentukan awal masa subur dengan mengurangi 18 hari dari siklus
haid terpendek.
b) Untuk menentukan akhir masa subur dengan mengurangi 11 hari dari siklus
haid terpanjang.

Perkiraan masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi yaitu :

a) Spermatozoa bertahan hidup dalam tuba falopii 2-3 hari dan ovum hidup
selama 24 jam setelah ovulasi. Oleh karena itu masa subur ialah 12-16 hari
sebelum haid yang akan datang.

b) Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan masa
subur tetapi lebih aman kalau dimulai 18 hari sebelum haid yang akan
datang. Penjelasannya sebagai berikut:

c) Biasanya ovulasi terjadi pada hari ke-14 sebelum haid yang akan datang,
tetapi dapat juga lebih cepat atau lebih lambat 2 hari, yakni menjadi hari ke-
16 atau hari ke-12 sebelum haid yang akan datang. Sperma dapat hidup
selama 2 x 24 jam, dan hal ini dapat dipakai untuk menentukan saat
permulaan masa berpantang, yaitu 2 hari sebelum ovulasi sehingga masa
berpantang dimulai pada hari ke-18 sebelum haid berikutnya.
d) Sel telur dapat hidup selama 1 x 24 jam. Hal inipun dapat digunakan untuk
menentukan saat terakhir mada berpantang, yaitu 24 jam sesudah ovulasi,
sehingga masa berpantang terakhir adalah hari ke-11 sebelum haid
berikutnya.

b. Metode Suhu badan Basal (termal)

Dasar : peninggian suhu badan basal 0,2 – 0.5 0C pada waktu ovulasi. Peningkatan
suhu badan basal disebabkan oleh peningkatan kadar hormon progesteron, mulai 1 -2
hari setelah ovulasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal :

1) Influenza atau infeksi saluran pernapasan lain.

2) Peradangan lokal lidah, mulut atau daerah anus.

3) Penyakit-penyakit lain yang meningkatkan suhu badan.

4) Jam tidur yang tidak teratur.

5) Minum minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu badan


basal.

6) Pemakaian selimut elektris.

7) Gagal membaca termometer dengan tepat.

8) Efektifitas metode suhu badan basal.

c. Metode Lendir Serviks atau Metode Ovulasi Bilinga (MOB)

Dasar : perubahan siklis dari lendir yang terjadi karena perubahan


kadar estrogen.

Cara pemeriksaan lendir serviks : Masa subur dapat dipantau melalui


lendir serviks yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari, dan ambil
kesimpulan pada malam hari. Klien dianjurkan untuk memeriksakan lendir dengan
jari tangan atau tissu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah.
Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina

Ciri-ciri ledir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30) hari

a) Fase 1. Haid hari 1-5, lendir dapat ada atau tidak dan tertutup oleh darah haid.

b) Fase 2. Pasca haid hari ke 6-10, tidak ada lendir atau kalaupun ada sedikit
sekali.

c) Fase 3. Awal pra-ovulasi hari ke 11-13, lendir keruh, kuning atau putih dan
lihat (kenyal). Perasaan wanita lihat dan atau lembab.

d) Fase 4. Segera sebelum pada saat dan sesudah ovulasi, hari ke 14-17. Lendir
bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan dan konsistensinya seperti putih
telur. Hari terakhir dari fase ini dikenal sebagai “gejala puncak” atau peak
symptom. Perasaan wanita lubrikatif dan atau basah.

e) Fase 5. Pasca ovulasi hari ke 18-21, lendir sedikit, keruh dan liat. Perasaan
wanita liat dan atau lembab.

f) Fase 6. Akhir pasca ovulasi atau segera pra-haid, hari ke 27-30 lendir jernih
seperti air. Perasaan wanita liat dan atau lembab dan atau basah.

2. Coitus interruptus

Metode Coitus interuptus juga dikenal dengan metode senggama terputus. Teknik ini
dapat mencegah kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria
harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk kedalam rahim
wanita.

1) Dengan Alat

1. Metode Barier

a) Kondom pria
b) Barier Intra-vaginal : Diagfragma, Kap serviks, spons, dan kondom
perempuan.

2. Kimiawi
Spermisid : vagina cream, Vagina foam, Vaginal Jelly, Vagina suppositoria,
Vagina tablet (busa), Vagina soluble film.
2. Metode Modern
1. Kontrasepsi hormonal
Pre-oral
a. Pil Oral Kombinasi (POK).
b. Mini-pil.
c. Morning-after-pill.
Suntik : ( DMPA, NET-EN, Microspheres, Microcapsules).
Sub-kutis : Implant ( Alat Kontrasepsi Bawah Kulit = AKBK)
2. Intra Utirine Devices ( IUD, AKDR).

3. Kontrasepsi Mantap :
1) Pada wanita (MOW)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan.
Dengan menutup atau oklasi tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.
Kelebihan
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan).
b. Tidak efek samping dalam jangka panjang.
c. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi loka.
d. Tidak bergantunf pada faktor senggama.

Kelemahan/Efek samping
a. Risiko dan efek samping pembedahan.
b. Kadang-kadang sedikit merasa nyeri pada saat operasi.
c. Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar.
2) Pada pria (MOP)
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan ovum dengan sperma)tidak
terjadi (Saifuddin, Abdul Bari dkk,2006).

Kelebihan
a. Tidak mengganggu ereksi, potensi seksual dan produksi hormon.
b. Sifatnya permanen.
c. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat seumur
hidup.
d. Lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil).

Kelemahan/Efek samping
a. Harus ada tindakan pembedahan.

b. Tidak dilakukan pada suami yang masih ingin memiliki anak.

c. Kadang-kadang timbul infeksi pada kulit skrotum, apabila operasinya tidak


sesuai dengan prosedur

Berdasarakan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :


1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini
adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.

2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang
termasuk dalam MKJP. Berikut ini kontrasepsi non MKJP yaitu :

a. Kondom
Dasarnya kondom dapat menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus
genitalia interna perempuan.
Kondom merupakan sarung/selubung karet yang berbentuk silinder, dapat terbuat
dari lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat bersenggama.
Muaranya berbentuk tebal dan kalau di gulung berbentuk rata atau mempunyai
bentuk seperti putting susu.
Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan spermatozoa dan ovum dengan cara
menampung sperma di ujung kondom sehingga sperma tersebut tidak masuk ke
dalam vagina perempuan.
Keuntungan
1. Mencegah kehamilan, dapat diandalkan dan reversibel.

2. Tidak mengganggu kesehatan klien.

3. Mencegah penularan HIV/AIDS dari satu pasangan kepaada yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

4. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow up.

5. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks pada perempuan (mengurangi


iritasi bahan kasinogenik eksogen pada serviks).

6. Pria secara aktif ikut dalam program KB, pasangan saling berinteraksi.

7. Mencegah imuno infertilitas.

8. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar.

Kerugian

1. Angka kegagalan relatif tinggi.

2. Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks guna


memasang kondom.
3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pasca setiap
senggama.

b. Pil
Pil kontrasepsi mengandung kombnasi hormon estrogen dan progesteron, dan
merupakan salah satu cara pencegahan kehamilan paling ekonomis. Alasannya karena
harganya relatif murah. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah ovulasi, dan
mengentalkan lendir serviks sehingga sperma tidak bisa mencapai uterus.
Cara kerja
1. Menekan ovulasi.

2. Mencegah implantasi.

3. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.

4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya


akan terganggu pula.

Efektifitas
Efektifitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektifitas praktisnya
90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara teratur.
Keuntungan
1. Mudah menggunakannya dan mudah didapat.

2. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid.

3. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektropik Terganggu) dan


kista ovarium.

4. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim.

5. Pemilihan kesuburan hampir 100%.


Efek samping
Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek samping
Antara lain : mual, BB naik, sakit kepala (berkunang- kunang), perubahan
warna kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-bulan.

c. Suntik
Penggunaan alat kontrasepsi suntik merupakan tindakan invasif. Karena menembus
pelindung kullit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik untuk
mencegah infeksi (buku petugas fasilitas pelayanan KB (Depkes, RI 2006).

Cara Kerja
1. Menekan ovulasi.

2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.

3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.

4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Efektifitas
1. Dalam teori: 99,755%

2. Dalam pratek: 95-97%

Keuntungan
a. Mengurangi kunjungan.

b. Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat.

c. Dapat dipakai dalam waktu yang lama.

d. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI).


Efek samping
Efek samping dari suntik Cyclofem yang sering ditemukan adalah mual, BB
bertambah, sakit kepala, pusing dan kadang gejala tersebut hilang setelah beberapa
bulan atau setelah dihentikan. Sedangkan efek samping dari suntikan Depo Provera,
Depo Progestin, Depo Geston dan noristiet yang sering dijumpai adalah mentruasi
tidak teratur, masa menstruasi akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan bahkan
mungkin menjadi anemia pada beberapa klien.

d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


AKDR atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat
IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan dengan atau tanpa metal/steroid yang
ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dapat dapat dilepaskan
setiap saat bila anda berkeinginan untuk mempunyai anak.
Cara Kerja
AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur.
Efektifitas
Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama 1 tahun).
Keuntungan
a. Tidak terganggu faktor lupa.

b. Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan


Tembaga T 380A).

c. Mengurangi kunjungan ke klinik.

d. Tidak mengganggu produksi ASI

Kerugian
a. Dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi panggul.

b. Klien tdak bisa memasang ataupun melepas sendiri, petugas kesehatan yang
diperbolehkan memasang juga yang telah terlatih.

c. Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau selama pemakaian,


sehingga akseptor harus mengecek keberadaan AKDR dengan meraba dengan jari
benang pada liang vagina sewaktu-waktu (bila ada indikasi terlepasnya AKDR) atau
rutin pada akhir menstruasi.

Efek samping

Perdarahan dan kram selama minggu pertama setelah pemasangan. Kadang ditemukan
keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama)
terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD
mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, dan dihubungkan dengan resiko infeksi
rahim.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2015. Laporan Hasil Pelayanan Kontrasepsi Agustus 2012. Kantor Menteri
Negara Kependudukan. Jakarta
Suratun, 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi . Trans
Info Media. Jakarta.
Marhaeni, S, 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Implant di
Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2009. Penelitian
Medias Imroni, Nur Alam Fajar, Fatmalina Febri.
Yanuar, 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur tentang KB
terhadap Pemilihan Kontrasepsi di Lingkungan Kelurahan Joho Kecamatan
Sukoharjo. Skipsi. Yogyakarta; UGM : 54.
Yulizawati, 2012. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Peningkatan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol.3
No.2 Edisi Desember 2012.
MAKALAH

PASANGAN USIA SUBUR

DIsusun oleh :
Meigi E Mamesah
Shania E Tumilaar
Natalia Sutoyo
Olland Rantung
Indasari Tumuwo
Luthverina watimmena
Meylan Mait

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2016

Anda mungkin juga menyukai