Anda di halaman 1dari 12

dr.

Eka Rujianto H
Puskesmas Kajen I
3 maret 2019
Tn. B
dr. Suryadi
Puskesmas Kajen I

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan


Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja Dewasa  Lansia 
Bumil
 Deskripsi :
 Tujuan :
Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Pustaka
 Diskusi  Presentasi dan  E-mail  Pos
diskusi
Nama : Tn.R, 54 th Nomor Registrasi :
BP Umum telp :- Terdaftar sejak :

Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 52 tahun. Pasien datang ke Pukesmas


dengan keluhan mati rasa pada ke 2 lengan kanan dan kedua kai. Pasien membawa rujukan
dari RSUP DR KARIYADI dan telah didiagnosis Morbus Hansen MultiBasiler, pasien
merasakan keluhan sejak 3 bulan yang lalu sudah eriksa ke rumahsakit dan didiagnosis
dengan penyakit saraf dan kulit lain. Namun setelah di rujukdan dilakukan pemeriksaan di
RSUP DR KARIYADI pasien didiagnosa dengan Morbus Hansen dan kini dirujuk ke
puskesmas suntuk mendapatkan terapi

1. A.Kosasih, I Made Wisnu, Emmy Sjamsoe – Dili, Sri Linuwih Menaldi. Kusta.

Dalam: Djuanda,Adhi dkk.(ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h. 73-88.

2. Buxton K.P. ABC of Dermatology, 4th ed (BMJ Books); 2003.p.109-10.

3. Lewis S. Leprosy. Update 4 Februari 2010. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/1104977-overview#showall, 19 Juni 2016.

4. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Fritzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 6th

Edition. Mc Graw Hill; 2008.h. 665-71.

5. World Health Organization. WHO model prescribing information: drug used in

leprosy. Diunduh dari: http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Jh2988e/1.html, 19Juni

2015.

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemantauan pasien TB-MDR sejak awal terdiagnosis hingga
menjalani terapi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengetahui:
1. Diagnosis TB-MDR berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, tes BTA sputum, dan uji
biomolekuler genetik
2. Manajemen TB-MDR
3. Menganalisa faktoryang berpengaruh dalam munculnya TB-MDR
4. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga.

Nama : Tn. R
Tanggal lahir : 10 Juli 1965
Usia : 54 tahun
Alamat : Desa Nyamok, Kec. Kajen, Kab. Pekalongan
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Sudah menikah

Keluhan utama : batuk berdarah


Pasien datang ke Pukesmas dengan keluhan tangan dan kaki kebal-kebal keluhan
sudah dirasakan sejak 23 bulan yang lalu, pasien merasa semakin lama tanagn dan kaki
mati rasa dan semutan. Pasien mengaku terdapat panu pda tangan dan kaki semakin lama
semakin melebar.
Pasien pernah periksa ke spesialis saraf untuk diperiksa namun tidak ada perbaikian.
Pasien merasa kurang puas dan secara pribadi memeriksakan diri ke klinik bedah saraf
dan dilakukan CT-SCAN namun tidak puas dengan hasil pemeriksaaan. 1 bulan yang lalu
pasien memeriksakan dirinya ke oli Kulit RSUD kajen dan didiagnosisi dengan suspek
Morbus Hansen dan dirujuk ke RSUP DR KARIYADI dan didiagnosis dengan Morbus
Hansen. Dari RSUP dirujuk kembali untuk mendapatkan terapi di puskesmas
.
Riwayat penyakit dahulu :
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita: tidak ada
b. Riwayat rawat inap : tidak pernah
c. Riwayat Operasi : tidak pernah
d. Riwayat Kecelakaan : tidak pernah
e. Riwayat Pengobatan :tidak ada
f. Riwayat Alergi makanan / obat : tidak ada
Riwayat keluarga:
Riwayat keluhan yang serupa tidak ada.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien adalah rumah antar penduduk dengan
jarak yang berdekatan. Rumah pasien dikelilingi rumah penduduk lainnya dengan jarak
yang bervariasi. Sebelah depan rumah pasien adalah jalan yang beraspal. Sebelah kanan
dan kiri rumah pasien terdapat rumah lainnya. Rumah pasien merupakan rumah permanen
dengan tiga kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu dan dapur. Ventilasi dirumah
pasien cukup baik, di mana terdapat dua buah buah jendela besar di depan dan belakang
rumah, serta dua buah jendela kecil di samping rumah. Rumah tersebut merupakan milik
pasien sendiri berukuran 350 m2. Pasien tinggal bersama istri dan anakmya
Pasien merupakan kepala keluarga dengan dua orang tanggungan, yaitu satu orang
istri dan anak terahirnya yang berusia 16 tahun. Pasien bekerja sebagai seorang wira
swasta dan istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Total penghasilan keluarga setiap
bulan sebesar 6 juta rupiah. Anak pertama pasien sudah menikah, sedangkan anak yang
lain saat ini berstatus sebagai pelajar.
Pasien tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol, ataupun mengonsumsi narkoba.
Hasil Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum/ Kesadaran
KU : Compos Mentis ( GCS 15 : E4 V5 M6 )
2) Vital Sign
Tekanan Darah : 140/80
Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 18x/ menit
Suhu : 36,6oC
Berat Badan :63 kg
Tinggi Badan : 175 cm
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kulit : Sianosis (-),ikterus (-), keriput (+)
b. Kepala:
Rambut rontok : (-)
Wajah : tidak terdapat deformitas
Mata : konjungtivaanemis (-/-), alis rontok (-/-),
scleraikterik(-/-), lagoftalmus (-/-)
Hidung : nafascupinghidung(-/-), mimisan (-/-)
Telinga : penebalan pada daun telinga kiri (-/-), nyeri (-/-), pendengaran
kanan dan kiri dengan tes bisik (+/+), luka (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar leher tidak ditemukan
c. Toraks
Pulmo : normothorax, simetris, gerak dinding dada kanan dan kiri sama,
retraksi intercosta (-/-), sela iga melebar (-), Suara Dasar
vesikuler, Wheezing :-/- , Rhonki: -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II intensitas normal regular, murmur (-), gallop
(-), kesan konfigurasi jantung dalam batas normal
d. Abdomen :
Inspeksi:perut tampak datar,simetris
Palpasi :nyeri tekan(-),lien dan hepar tidak teraba
Perkusi:timpani
Auskultasi:Bising usus(+)normal
E ekstremitas
Ditemukan lesi hipopigmen tasi berbatas tegas pada kedua telapak tangan dan
kaki dilakukan dilakukan tes raba dan nyeri hasilnya semua negatif

Hasil pemeriksaan laboratorium


Hasil pemeriksaan serologi : M.Leprae(+)
Hasil kultur: M Leprae (+)

 Medikamentosa:
 Kanamisin 0,75 g inj. IV
 Moxifloxacin 800 mg
 Ethionamide 750 mg
 Clofazimine 100 mg
 Ethambutol 1000 mg
 Pyrazinamide 2000 mg
 Isoniazid 600 mg
 Vit. B6 50 mg
 Sukralfat 3 x 1 C
 Ondansetron tab 4 mg 3x1
 Non medikamentosa:
 Istirahat yang cukup.
 Control rutin kepuskesmas
 Rutin kontrol ke dokter spesialis kulit setiap bulan.
Follow up
Saat ini pasien sedang menjalani pengobatan MH multi basiler dengan regimen
obat WHO dan pasien taat dalam pengobatan Pengobatan dilakukan di Puskesmas Kajen
I, dimulai sejak tanggal 3 Maret 2019. Pasien sudah kontrol ke RSUD kajen pada bulan
April 2019pasien sekarang mengeluh bahwa reaksi obat kadang sangat mengganggu
aktifitas sehingga kami saat homevisit ke 2 dan ke 3 kami membawakan obat tambahan
untuk mengobati keluhan pasien
Tujuan utama yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan insiden
penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, mencegah timbulnya penyakit, untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi pokok yg dilakukan didasarkan atas deteksi dini dan
pengobatan penderita.2
Pengobatan kusta disarankan memakai program Multi Drugs Therapy (MDT)dengan
kombinasi rifampisin, klofazimin, dan DDS, direkomendasikan oleh WHO sejak 1981. Tujuan
dari program MDT adalah: mengatasiresistensi dapson yang semakin meningkat, menurunkan
angka putus obat (drop-out rate) danketidaktaatan penderita.
Obat antikusta yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah DDS, klofazimin dan
rifampicin. Pada tahun 1998 WHO menambahkan 3 obat antibiotik lain untuk pengobatan
alternatif yaitu ofloksasin, minosiklin, dan klaritomisin.1,4

Merupakan singkatan dari Diamino Diphenyl Sulfon. Dapson bersifat bakteriostatik


dengan menghambat enzim dihidrofolat sintetase. Dapson bekerja sebagai anti metabolit
PABA. Indeks morfologi kuman penderita LL yang diobati dengan Dapson biasanya menjadi
nol setelah 5 sampai 6 bulan.

Dosis: dosis tunggal yaitu 50-100 mg/hari untuk dewasa atau 2 mg/kg berat badan untuk anak-
anak.Efek samping: erupsi obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropatia,

nekrolisis epidermal toksik, hepatitis dan methemoglobinemia. Efek samping tersebut

jarang dijumpai pada dosis lazim.

Rifampisin merupakan bakterisidal kuat pada dosis lazim dan merupakan obat paling
ampuh untuk kusta saat ini. Rifampisin bekerja menghambat enzim polimerase RNA yang
berikatan secara irreversibel. Namun obat ini harganya mahal dan telah dilaporkan adanya
resistensi.

Dosis: dosis tunggal 600 mg/hari (atau 5-15 mg/kgBB) mampu membunuh kuman kira-kira
99.9% dalam waktu beberapa hari.

Efek samping: hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal dan erupsi kulit.


Obat ini bersifat bakteriostatik setara dengan dapson. Diduga bekerja melalui
gangguan metabolisme radikal oksigen. Obat ini juga mempunyai efek anti inflamasi sehingga
berguna untuk pengobatan reaksi kusta.

Dosis: 50 mg/hari atau 100 mg tiga kali seminggu dan untuk anak-anak 1 mg/kgBB/hari.
Selain itu dosis bulanan 300 mg juga diberikan setiap bulan untuk mengurangi reaksi tipe I
dan II.5

Efek samping: hanya terjadi pada dosis tinggi berupa gangguan gastrointestinal (nyeri

abdomen, diare, anoreksia dan vomitus).1,4

Merupakan turunan fluorokuinolon yang paling aktif terhadap M. leprae in vitro.


Dosis optimal harian adalah 400 mg. Dosis tunggal yang diberikan dalam 22 dosis akan
membunuh kuman M. leprae hidup sebesar 99,99%. Efek sampingnya adalah mual, diare, dan
gangguan saluran cerna lainnya, berbagai gangguan susunan saraf pusat termasuk insomnia,
nyeri kepala, dizziness, nervousness dan halusinasi.

Termasuk dalam kelompok tetrasiklin. Efek bakterisidalnya lebih tinggi daripada


klaritromisin, tetapi lebih rendah daripada rifampisin. Dosis standar harian adalah 100 mg.
Efek sampingnya adalah pewarnaan gigi bayi dan anak-anak, kadang-kadang menyebabkan
hiperpigmentasi kulit dan membran mukosa, berbagai simtom saluran cerna dan susunan saraf
pusat, termasuk dizziness dan unsteadiness.1,4

Merupakan kelompok antibiotik makrolid dan mempunyai aktivitas bakterisidal


terhadap M. leprae pada tikus dan manusia. Pada penderita kusta lepromatosa, dosis harian
500 mg dapat membunuh 99% kuman hidup dalam 28 hari dan lebih dari 99% dalam 56 hari.
Efek sampingnya adalah nausea, vomitus dan diare.2
Penatalaksanaan kusta menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) menurut WHO
tahun 1998 adalah sebagai berikut:5

OBAT DEWASA

BB<35 kg BB>35 kg

Rifampisin 450 mg/bln (diawasi) 600 mg/bln (diawasi)

Dapson swakelola 50mg/hari(1-2mg/kgBB/hari) 100 mg/hari

OBAT DEWASA

BB<35 kg BB>35 kg

Rifampisin 450 mg/bln (diawasi) 600 mg/bln (diawasi)

Klofazimin 300 mg/bln diawasi dan


diteruskan 50 mg/hari
swakelola
Dapson swakelola 100 mg/hari
50mg/hari(1-2mg/kgBB/hari)

PB MB

OBAT < 10 tahun 10th – 14 th < 10 th 10 th -14 th

BB < 50kg BB < 50 kg

Rifampisin 300 mg/bln 450 mg/bln 300 mg/bln 450 mg/bln

Klofazimin - - 100 mg/bln 150 mg/bln


dilanjutkan 50 mg, dilanjutkan 50
2x/mgg mg/hr

25 mg/hr 50 mg/hr 25 mg/hr 50 mg/hr

 Lamanya pengobatan morbus hansen tipe PB adalah 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan.
 Pengobatan morbus hansen tipe MB adalah sudah sebesar 24 dosis diselesaikan dalam
waktu maksimal 36 bulan.
 Minimum 6 bulan untuk PB dan minimum 24 bulan untuk MB maka dinyatakan RFT
(Release From Treatment).
 WHO Expert Committee:1,5
o MB menjadi 12 dosis dalam 12-18 bulan, sedangkan pengobatan untuk kasus PB
dengan lesi kulit 2-5 buah tetap 6 dosis dalam 6-9 bulan.
o Bagi kasus PB dengan lesi tunggal pengobatan adalah Rifampisin 600 mg ditambah
dengan Ofloksasin 400 mg dan Minosiklin 100 mg (ROM) dosis tunggal.
 Penderita MB yang dengan rifampisin biasanya akan resisten pula dengan DDS
sehingga hanya bisa mendapat klofazimin. Untuk itu pengobatannya dengan klofazimin
50 mg, ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg setiap hari selama 6 bulan, diteruskan
klofazimin 50 mg ditambah ofkloksasin 400 mg atau minosiklin 100 mg setiap hari
selama 18 bulan.
 Bagi penderita MB yang klofazimin, diberikan rifampisin 600 mg ditambah
dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg dosis tunggal setiap bulan selama 24
bulan.
 Penghentian pemberian obat lazim disebut .Setelah RFT
dilanjutkan dengan tindak lanjut tanpa pengobatan secara klinis dan bakterioskopis
minimal setiap tahun selama 5 tahun. Bila bakterioskopis tetap negatif dan klinis tidak
ada keaktifan baru, maka dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut
.

Anda mungkin juga menyukai