Eka Rujianto H
Puskesmas Kajen I
3 maret 2019
Tn. B
dr. Suryadi
Puskesmas Kajen I
1. A.Kosasih, I Made Wisnu, Emmy Sjamsoe – Dili, Sri Linuwih Menaldi. Kusta.
Dalam: Djuanda,Adhi dkk.(ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h. 73-88.
4. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Fritzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 6th
2015.
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemantauan pasien TB-MDR sejak awal terdiagnosis hingga
menjalani terapi. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengetahui:
1. Diagnosis TB-MDR berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, tes BTA sputum, dan uji
biomolekuler genetik
2. Manajemen TB-MDR
3. Menganalisa faktoryang berpengaruh dalam munculnya TB-MDR
4. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga.
Nama : Tn. R
Tanggal lahir : 10 Juli 1965
Usia : 54 tahun
Alamat : Desa Nyamok, Kec. Kajen, Kab. Pekalongan
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Sudah menikah
Medikamentosa:
Kanamisin 0,75 g inj. IV
Moxifloxacin 800 mg
Ethionamide 750 mg
Clofazimine 100 mg
Ethambutol 1000 mg
Pyrazinamide 2000 mg
Isoniazid 600 mg
Vit. B6 50 mg
Sukralfat 3 x 1 C
Ondansetron tab 4 mg 3x1
Non medikamentosa:
Istirahat yang cukup.
Control rutin kepuskesmas
Rutin kontrol ke dokter spesialis kulit setiap bulan.
Follow up
Saat ini pasien sedang menjalani pengobatan MH multi basiler dengan regimen
obat WHO dan pasien taat dalam pengobatan Pengobatan dilakukan di Puskesmas Kajen
I, dimulai sejak tanggal 3 Maret 2019. Pasien sudah kontrol ke RSUD kajen pada bulan
April 2019pasien sekarang mengeluh bahwa reaksi obat kadang sangat mengganggu
aktifitas sehingga kami saat homevisit ke 2 dan ke 3 kami membawakan obat tambahan
untuk mengobati keluhan pasien
Tujuan utama yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan insiden
penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, mencegah timbulnya penyakit, untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi pokok yg dilakukan didasarkan atas deteksi dini dan
pengobatan penderita.2
Pengobatan kusta disarankan memakai program Multi Drugs Therapy (MDT)dengan
kombinasi rifampisin, klofazimin, dan DDS, direkomendasikan oleh WHO sejak 1981. Tujuan
dari program MDT adalah: mengatasiresistensi dapson yang semakin meningkat, menurunkan
angka putus obat (drop-out rate) danketidaktaatan penderita.
Obat antikusta yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah DDS, klofazimin dan
rifampicin. Pada tahun 1998 WHO menambahkan 3 obat antibiotik lain untuk pengobatan
alternatif yaitu ofloksasin, minosiklin, dan klaritomisin.1,4
Dosis: dosis tunggal yaitu 50-100 mg/hari untuk dewasa atau 2 mg/kg berat badan untuk anak-
anak.Efek samping: erupsi obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropatia,
Rifampisin merupakan bakterisidal kuat pada dosis lazim dan merupakan obat paling
ampuh untuk kusta saat ini. Rifampisin bekerja menghambat enzim polimerase RNA yang
berikatan secara irreversibel. Namun obat ini harganya mahal dan telah dilaporkan adanya
resistensi.
Dosis: dosis tunggal 600 mg/hari (atau 5-15 mg/kgBB) mampu membunuh kuman kira-kira
99.9% dalam waktu beberapa hari.
Dosis: 50 mg/hari atau 100 mg tiga kali seminggu dan untuk anak-anak 1 mg/kgBB/hari.
Selain itu dosis bulanan 300 mg juga diberikan setiap bulan untuk mengurangi reaksi tipe I
dan II.5
Efek samping: hanya terjadi pada dosis tinggi berupa gangguan gastrointestinal (nyeri
OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg
OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg
PB MB
Lamanya pengobatan morbus hansen tipe PB adalah 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan.
Pengobatan morbus hansen tipe MB adalah sudah sebesar 24 dosis diselesaikan dalam
waktu maksimal 36 bulan.
Minimum 6 bulan untuk PB dan minimum 24 bulan untuk MB maka dinyatakan RFT
(Release From Treatment).
WHO Expert Committee:1,5
o MB menjadi 12 dosis dalam 12-18 bulan, sedangkan pengobatan untuk kasus PB
dengan lesi kulit 2-5 buah tetap 6 dosis dalam 6-9 bulan.
o Bagi kasus PB dengan lesi tunggal pengobatan adalah Rifampisin 600 mg ditambah
dengan Ofloksasin 400 mg dan Minosiklin 100 mg (ROM) dosis tunggal.
Penderita MB yang dengan rifampisin biasanya akan resisten pula dengan DDS
sehingga hanya bisa mendapat klofazimin. Untuk itu pengobatannya dengan klofazimin
50 mg, ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg setiap hari selama 6 bulan, diteruskan
klofazimin 50 mg ditambah ofkloksasin 400 mg atau minosiklin 100 mg setiap hari
selama 18 bulan.
Bagi penderita MB yang klofazimin, diberikan rifampisin 600 mg ditambah
dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg dosis tunggal setiap bulan selama 24
bulan.
Penghentian pemberian obat lazim disebut .Setelah RFT
dilanjutkan dengan tindak lanjut tanpa pengobatan secara klinis dan bakterioskopis
minimal setiap tahun selama 5 tahun. Bila bakterioskopis tetap negatif dan klinis tidak
ada keaktifan baru, maka dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut
.