Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak

sesuai dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau suara suara yang

sebenarnya tidak ada (Hartono, 2012). Halusinasi adalah persepsi atau

tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal

(Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana

pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu

pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan

yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus

eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien

mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada

halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus

internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien

B. Penyebab

Penyebab Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor

seperti: biologis, psikologis dan sosial

1. Faktor Predisposisi

a. Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan

gangguan seperti:

5
1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal,temporal dan

sistem limbik. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan

dalam belajar, daya ingat dan berbicara.

2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal, perinatal,

neonatus dan kanak kanak.

b. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respon psikologis diri klien, sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi ganguan orientasi realitas adalah penolakan atau

kekerasan dalam hidup klien. Penolakan dapat dirasakan dari

keluarga, pengasuh atau teman yang bersikap dingin, cemas, tidak

peduli atau bahkan terlalu melindungi sedangkan kekerasan dapat bisa

berupa konflik dalam rumah tangga merupakan lingkungan resiko

gangguan orientasi realitas.

c. Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan

orientasi realitas seperti kemiskinan, konflik sosial, budaya, kehidupan

yang terisolir disertai stres yang menumpuk.

2. Faktor Presipitasi

Secara fisik pasien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan

setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan

tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap

stressor dan masalah koping dapat mengindikasi kemungkinan

6
kekambuhan (Keliat, 2006). Faktor presipitasi terjadinya gangguan

halusinasi adalah:

a) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang

mengatur proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu

masuk dalam otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b) Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap

stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

c) Sumber Koping

1) Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

C. Rentang Respon Neorobiologi

Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori, dan merupakan

salah satu dari adanya gangguan dari respons neurobiologi. Rentang respons

neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya fikiran logis dan terciptanya

hubungan sosial yang harmonis. Rentang respon yang paling maladaptif

adalah adanya waham, halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri.

Berikut adalah rentang respon neurobiologi:

7
Adaptif Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang proses  Gangguan proses


 Persepsi akurat fikir tidak berfikir/waham
 Emosi konsisten terganggu  Halusinasi
dengan  Ilusi  Kesukaran proses
pengalaman  Emosi tidak stabil emosi
 Perilaku cocok  Perilaku tidak  Perilaku tidak
 Hubungan sosial biasa terorganisasi
harmonis  Menarik diri  Isolasi sosial

(Yusuf, Fitryasari & Nihayati, 2015)

D. Intensitas level Halusinasi

Level Karakteristik Perilaku Pasien


Halusinasi
Tahap 1  Mengalami ansietas,  Tersenyum/tertawa
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa sendiri
Tingkat ansietas bersalah, dan  Menggerakkan bibir
sedang ketakutan, tanpa suara
Secara umum  Mencoba berfokus  Menggerakkan mata
halusinasi merupakan pada pikiran yang yang cepat
suatu kesenangan dapat menghilangkan  Respon verbal yang
ansietas lambat
 Pikiran dan  Diam dan
pengalaman sensori berkonsentrasi
maaasiiih ada dalam
kontrol kkkeeesadaran
(jika kecemasan
dikontrol)

Tahap II  Pengalaman sensori  Peningkatan sistem


Menyalahkan, tingkat menakutkan saraf otak, tanda-
kecemasan berat,  Mulai merasa tanda ansietas
secara umum kehilangan kontrol (denyut jantung,
halusinasi  Merasa dilecehkan pernafasan, tekanan
menyebabkan antipati oleh pengalaman darah meningkat)
sensori tersebut  Rentang perhatian
 Menarik diri dari menyempit
orang lain  Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
NON PSIKOTIK

8
 Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dan
realita.

Tahap III  Pasien menyerah dan  Perintah halusinasi


Mengontrol tingkat menerima pengalaman ditaati
kecemasan berat, sensorinya  Sulit berhubungan
pengalaman sensori  Isi halusinasi menjadi dengan aorang lain
tidak dapat ditolak atraktif  Rentang perhatian
lagi  Kesepian bila hanya beberapa
pengalaman sensori detik atau menit
berhasil  Gejala fisik ansietas
berat berkeringat
“PSIKOTIK” tremor dan tidak
mampun karena
mengikuti perintah

TAHAP IV  Pengalaman snsori  Perilaku panik


Menguasa Tingkat menjadi ancaman  Potensial tinggu
Kecemasan. Panik  Halusinasi dapat utk bunuh diri
secara umum berlangsung selama membunuh
dipengaruhi oleh beberapa jam atau hari  Tindakan gitasi ,
waham menarik diri atau
“Psikotik” coma
 Tidak mampu
berespon terhadap
perintah yang
kompleks
 Tidask mau baya

(Yusuf. Fitryasari, Nurazlan, 2015)

E. Jenis-Jenis Halusinasi

Jenis-Jenis Halusinasi Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi

gejala penyakit tertentu, seperti skizofrenia. Namun terkadang juga dapat

disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba, demam, depresi atau demensia,

berikut ini jenis jenis halusinasi:

9
1. Halusinasi Pendengaran (Audio)

Adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari

bunyi, musik, kebisingan atau suara. Mendengar suara ketika tidak ada

stimulus pendengaran adalah jenis yang paling umum dari halusinasi

audio pada penderita gangguan mental. Suara dapat didengar baik di

dalam kepala maupun di luar kepala seseorang dan umumnya dianggap

lebih parah ketika hal tersebut datang dari luar kepala, suara bisa datang

berupa suara wanita maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab. Pada

penderita skizofrenia gejala umum adalah mendengarkan suara-suara dua

orang atau lebih yang berbicara pada satu sama lain, ia mendengar suara

berupa kritikan atau komentar tentang dirinya, prilaku atau pikirannya.

2. Halusinasi penglihatan

Adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan. Isi dari

halusinasi dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh seperti

manusia. Misalnya seseorang merasa ada orang berdiri di belakangnya

3. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)

Adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa biasanya

pengalaman ini tidak menyenangkan. Misalnya seorang individu mungkin

mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus menerus. Jenis

halusinasi ini sering terlihat di beberapa gangguan medis seperti epilepsi

dibandingkan pada gangguan mental.

4. Halusinasi penciuman (Olfaktori)

Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada bau ini

biasanya tidak menyenangkan seperti mau muntah, urin, feses asap atau

10
daging busuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia dan

dapat diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra penciuman.

Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh virus,trauma,tumor

otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan.

5. Halusinasi sentuhan (Taktil)

Adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau

suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini

umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada

kulit (Hartono, 2012).

F. Tanda Dan Gejala

Tanda Gejala Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah

sebagai berikut:

1. Bicara,senyum dan tertawa sendiri

2. Mengatakan mendengar suara

3. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan

4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis

5. Tidak dapat memusatkan konsentrasi

6. Pembicaraan kacau terkadang tidak masuk akal

7. Sikap curiga dan bermusuhan

8. Menarik diri,menghindar dari orang lain,

9. Sulit membuat keputusan

10. Ketakutan

11
11. Mudah tersinggung

12. Menyalahkan diri sendiri/orang lain

G. Diagnosis

1. Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan

Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

2. Diagnosis Keperawatan

a. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan halusinasi.

b. Perubahan persepsi sensori :halusinasi berhubungan dengan menarik

diri

H. Intervensi Keperawatan

1. Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

12
b. Tindakan keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi

dengan pasien tentang isi halusinasinya (apa yang

didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadi

halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan

respon pasien saat halusinasi muncul.

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara:

a) Menghardik halusinasi

b) Bercakap-cakap dengan orang lain

c) Melakukan aktifitas yang terjadwal

d) Menggunakan obat secara teratur

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga

a. Tujuan

1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik dirumah

sakit maupun dirumah.

2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk

pasien

b. Tindakan keperawatan

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat

pasien

2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi,

jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala

halusinasi, proses terjadinyan halusinasi, serta cara merawat

pasien halusinasi.

13
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan

cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan

pasien.

4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga

(Yusuf, Fitryasari & Nihayati, 2015)

I. Evaluasi

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Pasien mempercayai perawat

2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan

merupakan masalah yang harus diatasi

3. Pasien dapat mengontrol halusinasi

4. Keluarga mampu merawat pasien dirumah, ditandai dengan hal berikut:

a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh

pasien

b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien dirumah

c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien

d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat

digunakan untuk mengatasi masalah pasien

e. Keluarga melaporkan keberhasilannya merawat pasien.

14

Anda mungkin juga menyukai