Anda di halaman 1dari 19

A.

HASIL PRAKTIKUM
Prosedure kerja 1
1. Pemberian dopamine disesuaikan dengan berat badan pasien. Pada praktikum ini BB
pasien dianggap 60 kg dengan dosis 3,5 μg/Kg/BB/menit.
2. Pemberian dopamine diberikan melalui microdrips (60 tetes/cc) dan diencerkan
dengan NaCl 0,9%. Pada pratikum ini diencerkan dalam 500 cc NaCl 0,9%.
3. Permintaan dosis biasanya dalam bentuk satuan μg sehingga dopamine 1 amp (200
mg) harus dikonversikan terlebih dahulu ke dalam satuan μg = 200.000 μg
4. Jumlah tetesan pada 500 cc NaCl 0,9% sebanyak 30.000 tetes.
5. Jika diminta 3,5 μg/Kg/BB/menit pada pasien dengan BB 60 kg maka berapakah
pemberian cairannya setiap jam?

Jawab:

 Dik:
BB Pasian : 60 kg
Dosis yang disarankan :3,5 μg/Kg/BB/menit
Dosis standar : 1 amp (200 mg) = 200.000 μg

Volume : 500 cc NaCl 0,9% atau 30.000 tetes


 Dit. Pemberian cairan setiap jam=……?
 Peny.
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛 ×𝐵𝐵×60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Dosis = x Volume
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
3,5 μg/Kg/BB/menit × 60 kg× 60 menit
= x 500 cc
200.000𝜇𝑔

= 31,5 cc/Jam

Jadi jumlah cairan yang diberikan setiap jamnya adalah 31,5 cc/Jam
Prosedure kerja 2
1. Obat Ampicillin 1 vial berisi 1000 mg/1 g obat kering diencerkan/dioplos dengan 4 cc
pelarut/air steril, hitunglah:
a. Berapa kandungan setiap 1 cc obat Ampicillin?
b. Bila menggunakan spuit 3 cc jadi berapa kandungan setiap strip?
2. Bila pasien mendapatkan dosis 3 x 500 mg, berapa cc obat yang diberikan setiap kali
injeksi?
Jawab:
Dik: - Ampicillin 1 vial = 1000 mg
- Aquades = 4 cc
- Dosis yang disarankan = 500 mg
a. Dosis = 1000 mg: 4 cc = 250 mg/cc
 Jadi kandungan setiap 1cc pada obat ampicillin adalah 250 mg/cc
b. Setiap 1 cc pada spuit 3 cc = 10 strip
1 cc = 250 mg/cc
1 strip = volume 1 cc pada spuit 3 cc : jumlah strip pada spuit 3 cc
Atau 250:10 = 25 cc
 Jadi kandungan setiap strip pada spuit 3 cc adalah 25 cc
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛
2.Dosis = x Volume 500 mg:1000 mg x 4 cc = 2 cc
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

 Jadi, obat yang diberikan setiap kali injeksi adalah 2 cc


(Panduan Praktikum Prinsip Sains Keperawatan .2014)
TOPIC TREE

Definisi Tujuan Jenis obat yang


Pengenceran Obat Pengenceran diencerkan

Prosedur Kerja

- Alat Dan Bahan


- Cara Kerja
- Kalkulasi Obat
B. Klarifikasi Kata Kunci

Pengenceran : Berkurangnya konsentarsi zat terlarut dengan penambahan pelarut


Hipotonis :Larutan yang mempunyai konsentarsi zat terlarut lebih rendah dari zat
pelarut
Hipertonis : Konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dari zat pelarut
Isotonis : Konsentasi zat terlarut sama dengan zat pelarut
Injeksi : Pemasukan cairan ke dalam tubuh dengan menggunakan jarum suntik
Aquades : Air hasil penyulingan.
Makrodrips : Tetesan cairan yang setiap 1 cc bernilai 18-20 tetes
Mikrodrips : Tetesan cairan yang setiap 1 cc bernilai 60 tetes
Vial : Botol kecil kemasan obat dan penutupnya terbuat dari karet.
Ampul : Sejenis obat kecil yang berisi cairan obat.
Spuit : Alat suntik untuk menyuntikkan/menghisap cairan/gas
Difusi : Berpindahnya suatu zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Dosis :Kadar dari sesuatu.
Steril : Bebas dari mikroorganisme hidup.
Netralisasi : Proses Penetralan.
Bengkok : Tempat pembuangan kapas alkohol bebas pakai
Suspensi : Partikel yang tidak larut dalam air.
Konsentrasi : Ukuran banyaknya zat dalam suatu campuran di bagi dengan volume total
campuran tersebut.
Teknik aseptik : Upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
Viskositas : Pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun
tegangan.
Larutan homogen : suatu campuran yang terdiri dari 2 bahan/lebih dalam fase yang sama
Larutan heterogen : Suatu campuran yang terdiri dari 2 bahan/lebih memiliki fase yang
berbeda.
Obat : Campuran zat aktif dan zat pengikat.
Solven : Zat cair yang dapat melarutkan zat/subtansi lainnya.
Aspirasi : Masuknya cairan atau benda padat ke dalam saluran nafas.
Dopamin : Suatu neutrotransmitter monoamina yang di temukan dalam sistem saraf
pusat, khususnya nuklei basalis.
Antibiotik : Subtansi atau preparat yang di peroleh dari mikroorganisme dan efektif untuk
mengobati berbagai penyakit bakteri.
C. Pertanyaan penting

1. Apa yang dimaksud dengan pengenceran?


2. Jelaskan tujuan dari pengenceran?
3. Jelaskan obatapasaja yang dapat diencerkan ?
4. Jelaskan perbedaan antara pengenceran vial dengan pengenceran ampul?
5. Obat apasaja yang dapatdiencerkan dengan NaCl?
6. Jelaskan macam-macam spoit yang sering digunakan!
7. Apa akibat dari kesalahan pemberian rute obat pada pasien?
8. Apayang dimaksud dengan doopamin? Dan bagaiimana cara pengenceran dopamin?
9. Mengapa pemberian dopamin harus disesuaikan dengan berat badan pasien?
10. Bagaimana rumus pengenceran berdasarkan berat badan?
11. Berapa lama masa penyimpanan obat yang telah diencerkan, khususnya antibiotik?
12. Hal apa saja yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengenceran obat?
13. Apa akibat adanya udaradalam spoit?

D. Jawaban pertanyaan penting


1. Definiisi pengenceran
a. Pengenceran adalah berkurangnya rasio zat terlarut di dalam larutan akibat
penambahan pelarut. (Zulfikar. 2010)
b. Larutan adalah suatu cairan yang berisi satu macam atau lebih bahan atau obat yang
larut dalam cairan yang melarutkan, sehingga obat tersebut tidak tampak lagi bentuk
sebelumnya (Sutedjo. A.Y. 2008).
c. Pengenceran obat merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk meningkat
keakuratan takaran obat dalam resep disebabkan takaran obat <50 mg, sehingga
dikhawatirkan alat tidak akurat dalam menimbangnya, sehingga diperlukan
pengenceran obat (Anief. 2006).
d. Pengenceran adalah suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa
dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral. Lazim yang dipakai yaitu
aqades dalam jumlah tertentu. (Brandy. J.E. 1999)
e. Pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan
pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit dalam larutan disebut zat
terlarut atau solut. Zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut atau solven. (Adi Gunawandan Roeswati.2004)

2. Tujuan pengenceran
a. Meningkatkan keakuratan takaran obat.
b. Memperkecil ukuran partikel obat.
Pembuluhdarah kapiler (dari bahasa Latin capillaris) ialah pembuluh darah
terkecil di tubuh, berdiameter 5-10 μm, yang menghubungkan arteriola dan venula,
dan memungkinkan pertukaran air, oksigen, karbondioksida, sertanutrien dan zat
kimia sampah antara darah dan jaringan di sekitarnya.
c. Mempercepat proses difusi.
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahny asuatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah.Faktor yang
memengaruhi kecepatan difusi :UkuranpartikelSemakin kecil ukuran partikel,
semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin
tinggi(web.unair.ac.id/artikel.2012).
Manfaat PengenceranAgar mudah terikat dengan protein plasma agar dapat
dibawah oleh darah keseluruh tubuh. Selain itu penyerapan obat dapat dipercepat
dengan memperkecil ukuran partikelnya. Ikatan dengan protein plasma ini kuat untuk
obat yang hipofilik. Ikatan dengan protein plasma ini penting terutama agar dapat
dibawah oleh darah keseluruh tubuh. Dengan demikian agar dapat melintasi
membrane sel, molekul obat harus mempunyai kelarutan lemak, setelah terlebih
dahulu larut dalam air (Departemen Farmakologi & Terapeutik FK UI. 2007).
d. Mengurangi nilai iritasi suatu zat
e. Mempercepat pekerjaan
3 Jenis Obat yang Dapat Diencerkan
Jenis-jenis obat yang diencerkan ada dua yaitu serbuk/pulvis dan cairan/suspense:
1. Serbuk/Pulpis
Serbuk/pulpis dibagi menjadi 2 yaitu pulvis dan pulveres. Menurut FI III serbuk
adalah campuran homogen dari dua atau lebih obat yang diserbukkan. Menurut FI IV,
serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian oral maupun topikal. secara kimia-fisika serbuk mempunyai ukuran
antara 10.000- 0,1 mikrometer.
 Kelebihan bentuk sediaan serbuk :
1. campuran obat dan bahan obat yang sesuai kebutuhan
2. dosis lebih tepat, lebih stabil dari sediaan larutan
3. disolusi/melarut cepat dalam tubuh
4. tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang tidak perlu
 Kekurangan bentuk sediaan serbuk :
1. kurang baik untuk zat obat yang mudah terurai karena kontak dengan udara
2. sulit untuk ditutupi rasanya (tidak enak maupun baunya)
3. peracikannya membutuhkan waktu yang relatif lama
 Karakteristik serbuk
1) homogen dan kering, homogenisitasnya dipengaruhi ukuran partikel dan
densitasnya/berat jenis
2) Punya derajat kehalusan tertentu
 Pembagian Serbuk
1) Pulvis (serbuk tak terbagi)
Pulvis adalah serbuk yang tidak dapat terbagi untuk pemakaiannya, contohnya
serbuk tabur, serbuk gigi dan serbuk effervecent.
2) Pulveres (serbuk terbagi)
Pulveres adalah serbuk yang dapat dibagi dalam bobot yang sama, dibungkus
menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk terbagi boleh dibagi secara
visual/penglihatan, maksimal 10 serbuk secara bersamaan. Umumnya serbuk berbobot
0,5 gram, pengisinya laktosa. Penimbangan diperlukan apabila pasien memperoleh
dosis 80% dari dosis maksimum untuk sekali atau sehari pakai. (S. M. Khopkar.1990)
2. Obat Cair
Sediaan obat cair dalam pengenceran ada tiga yaitu:
1. Solutins (larutan)
Larutan adalah sediaan yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut di
gunakan air suling kecuali di nyatakan lain.
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap,
selain obat. Sebagai pelarut utama elixir adalah etanol yang di maksudkan untuk
mempertinggi kelarutan.
Mixtura adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut banyak.
2. Suspensions(suspensi)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam entuk halus
dan tidak larut, tidak boleh cepat mengendap, bila di gojok perlahan-lahan endapan harus
segera terdispersi kembali.
3. Emulsa(emulsi)
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, di stabilkan dengan zat pengeulsi atau surfaktan yang
cocok. Merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, bisanya air
dan minyak, di mana cairan yang satu terdispersi manjadi butit-butir kecil dalam cairan
yang lain.
Berdasarkan cara pemberiannya, bentuk sediaan cair di golongkan menjadi :
1. Sediaan cair oral : potiones (obat munum), elixir, sirup, guttae.
2. Sediaan cair topical : collirium, gargarisma, mouthwash, guttae nasales, guttae
opthalmicae, guttae auricularis, irigationes, inhalations, ephitema, lotion.
3. Sediaan cair rektal/vagina : clysma, douche.
4. Sediaan cair perenteral : injeksi.
 Keuntungan sediaan cair :
1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan tablet
2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain
3. /Homogenitas lebih terjamin
4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan semi padat, terutama bentuk larutan. Untuk
emulsi dan suspensi, keseragaman dosis tergantung pada pengocokan
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung atau di rusak
cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini dapat di kurangi
dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair karena faktor pengenceran.
 Kerugian sediaan cair :
1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air
2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi
3. Tidak praktis
4. Takaran penggunaan obat tidak dalam dosis terbagi, kecuali sediaan dosis tunggl, dan
harus menggunakan alat khusus
5. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis
reaksi
6. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus. (sediaan
parenteral). (S. M. Khopkar.1990)
4. Perbedaan pengenceran vial dan ampul
1. Mengencerkan obat dari Vial
1) Menyiapkan siringe/spuit yang tepat
2) Membersihkan bagian atas botol aquades dengan kapas alcohol dan
membeiarkannya kering sendri
3) Membuang kapas alcohol ke dalam bengkok
4) Memasukkan jarum melalui karet penutup ke dalam botol aquades
5) Menarik aquades ke dalam siringe/spuit dari dalam botol sejumlah yang
dibutuhkan
6) Memasukkan spuit yang berisi aquades ke dalam vial
7) Membersihkan bagian atas vial dengan kapas alcohol dan membiarkannya kering
8) Membuang kapas alcohol ke dalam bengkok
9) Memasukkan jarum melalui karet penutup botol ke dalam botol
10) Menarik udara ke dalam siringe/spuit dari dalam botol
11) Melepaskan spuit dari botol dan membuang udara yang ditarik dari botol
12) Melarutkan aquades dan obat secara merata.
2. Mengambil Obat Dalam Vial
1) Lepaskan penutup untuk membuka penutup karet, bila penutup sudah terbuka
usap permukaan tutup karet secara kuat dan cepat dengan kapas alkohol dan
biarkan mengering.
2) Tarik penghisap untuk mendapatkan sejumlah udara yang sama dengan volume
obat yang dihisap.
3) Letakkan vial pada permukaan datar menghadap ke atas, tusukkan jarum pada
bagian tengah penutup karet.
4) Injeksikan/masukkan udara ke dalam vial.
5) Balik vial sambil tetap memegang spuit, pegang ujung tabung spuit dan penghisap
dengan ibu jari dan jari tengah dominan.
6) Pertahankan ujung jarum di bawah tinggi cairan.
7) Biarkan obat masuk ke dalam spuit, tarik penghisap bila perlu.
8) Ketuk sisi tabung spuit untuk menghilangkan gelembung udara, keluarkan udara
yang masih ada di atas spuit ke dalam vial.
9) Bila volume yang tepat didapatkan, lepaskan jarum dari vial dengan menarik
pada bagian tabung spuit.
10) Bila ada kelebihan gelembung udara keluarkan dengan cara pegang spuit dengan
jarum menghadap ke arah atas dan ketuk tabung spuit untuk menghilangkan
gelembung. Tarik penghisap perlahan dan dorong ke atas untuk mengeluarkan
udara, jangan mengeluarkan cairan.
11) Tutup jarum dengan penutup amannya, dan ganti jarum dengan yang baru.
12) Beri identitas pasien yang jelas. ( Umi Baroroh L. U. 2004)
3. Mengambil Obat Dalam Ampul
1) Ayunkan/ketuk bagian atas ampul dengan jari secara perlahan dancepat sampai
cairan memasuki ruang bawah ampul.
2) Te mpatkan kassa di leher ampul.
3) Patahkan leher ampul ke arah menjauh dari tangan anda.
4) Pegang ampul ke arah atas atau miring kanan, masukkan jarum spuit ke dalam
tengah lubang ampul (jangan menyentuhkan ujung atau batang jarum pada patahan
ampul).
5) Isap obat dengan cepat dengan menggunakan jarum yang cukup panjang untuk
mencapai dasar ampul, ke dalam spuit dengan menarik penghisapnya (plunger).
6) Pertahankan ujung jarum di bawah permukaan cairan, atur ampul agar semua
cairan dalam isapan jarum.
7) Bila ada gelembung udara yang teraspirasi (terhisap), jangan mengeluarkan udara
ke dalam ampul. Untuk mengeluarkannya, pegang spuit dan jarum menghadap ke
atas, tarik penghisap perlahan dan dorong ke atas untuk mengeluarkan gelembung,
jangan mengeluarkan cairan.
8) Bila ada kelebihan cairan, keluarkan perlahan dengan cara pegang spuit dan jarum
vertikal ke atas sedikit miring ke arah pembuangan.
9) Tutup jarum dengan penutup amannya, dan bila perlu ganti jarum.
10) Beri identitas pasien yang jelas. (Brady, J. E. 1999)
5. Obat yang dapat diencerkan dengan NaCl
 Etoposide
 Carboplatin
 Doxorubicine
 Bleomisin
 Adrianisin
6. Macam-macam spoit:
o Spuit Terumo 3cc With Needle .
Metoda pemakaian Spuit Terumo 3cc With Needle:
-Intra Dermal
-Intra Muscular
-Intra Vena
-Khusus
o Terumo 5cc With Needle
Metoda pemakaian Spuit Terumo 5cc With Needle:
-Intra Vena
o Terumo 10cc With Needle
Metoda pemakaian Spuit Terumo 10cc With Needle:
-Intra Muscular
-Intra Vena
-Sub Cutan
-Micro Sub Cutan
-Khusus

7. Akibat salah pemberian rute obat dari pasien


Apabila injeksi subkutan masuk ke jaringan otot, hal ini akan berbahaya.
Contohnya saja pada penyuntikan insulin yang seharusnya disuntikan pada
jaringan kulit (subkutan) namun apabila insulin masuk ke otak, insulin akan
diserap lebih cepat oleh tubuh dan akibatnya akan terjadi lonjakan kadar glukosa
darah yang berakibat Hipoglikemia. Apabila injeksi Intra Moscular (IM) tidak
sengaja ujung jarum menembus pembuluh darah sehingga obat masuk secara Intra
Vena. Hal ini akan menyebabkan Emboli sebagai reaksi kompon kimia dari obat
tersebut.
8. Dopamine yaitu suatu neutrotransmitter monoamina yang ditemukan dalam
sistem saraf pusat khusunya nuklei basalis, dimana kekurangan dopamine akan
disertai dengan timbulnya penyakit Parkinson. Digunakan untuk mengobati
penyakit Parkinson dan mengatasi shock Cardiogenik. Diopamine merupakan
prekursor noradrenalin dan adrenaline (Rosdiana, Kamus Keperawatan). Dalam
pengenceran Dopamine hal yang harus diperhatikan yaitu berat badan dari pasien,
adapun cara pengencerannya yaitu harus berdasar pada konsep pengenceran:

𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛 ×𝐵𝐵×60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


x Volume
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

9. Karena berdasarkan prosedure yang ada untuk menentukan dosis obat yang akan
di encerkan khusunya pada Dopamine harus disesuaikan pada Berat Badan pasien.

10.
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛 ×𝐵𝐵×60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
x Volume
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

12. Untuk antibiotik jangka waktu 4 hari . cairan Oralit buatan dalam kemasan
bertahan dalam 24 jam.

13. terlebih dahulu menentukan konsentrasi dan volume larutan yang akan dibuat hal
ini bertujuan untuk dapat menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif atau
ketelitian yang tinggi. Larutan yang telah diketahui dengan penentuan konsentrasi
larutan sebaiknya memperhatikan volume larutan yang akan dibuat dari padatan. Dan
apabila larutan yang lebih pekat satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan
satuan yang di inginkan harus di sesuaikan. Jumlah zat pelarut sebelum dan sesudah
pengenceran adalah sama dan memenuhi persamaan .
14. Dampak adanya udara dalam spoit
Apabila terdapat gelembung udara didalam spoit pada saat menginjeksi obat
kedalam tubuh, maka akan berakibat fatal. Karena gelembung udara tersebut bisa
masuk kedalam pembuluh darah dan bersarang, dan akan menimbulkan penyakit
emboli, yakni terhambatnya aliran darah.

E. KESIMPULAN DARI PERTANYAAN


 Pengenceran adalah berkurangnya zat rasio dalam larutan akibat pelarut pada prinsipnya
pengenceran hanya menambahkan pelarut (zulfikar.2010)Pencampuran adalah sebuah zat
yang dibuat dengan menggabungkan 2 zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi.
 Tujuan Pengenceran Obat: Meningkatkan keakuratan takaran obat, Memperkecil ukuran
partikel obat, Mempercepat proses difusi
 Teknik pengenceran, yaitu :
1) Ampul, Ayunkan/ketuk bagian atas ampul dengan jari secara perlahan dancepat sampai
cairan memasuki ruang bawah ampul, Tempatkan kassa di leher ampul, Patahkan leher
ampul ke arah menjauh dari tangan anda, Pegang ampul ke arah atas atau miring
kanan, masukkan jarum spuit ke dalam tengah lubang ampul (jangan menyentuhkan
ujung atau batang jarum pada patahan ampul), Isap obat dengan cepat dengan
menggunakan jarum yang cukup panjang untuk mencapai dasar ampul, ke dalam spuit
dengan menarik penghisapnya (plunger), Pertahankan ujung jarum di bawah
permukaan cairan, atur ampul agar semua cairan dalam isapan jarum, Bila ada
gelembung udara yang teraspirasi (terhisap), jangan mengeluarkan udara ke dalam
ampul. Untuk mengeluarkannya, pegang spuit dan jarum menghadap ke atas, tarik
penghisap perlahan dan dorong ke atas untuk mengeluarkan gelembung, jangan
mengeluarkan cairan, Bila ada kelebihan cairan, keluarkan perlahan dengan cara
pegang spuit dan jarum vertikal ke atas sedikit miring ke arah pembuangan, Tutup
jarum dengan penutup amannya, dan bila perlu ganti jarum, Beri identitas pasien yang
jelas.
2) Vial , Lepaskan penutup untuk membuka penutup karet, bila penutup sudah terbuka
usap permukaan tutup karet secara kuat dan cepat dengan kapas alkohol dan biarkan
mongering, Tarik penghisap untuk mendapatkan sejumlah udara yang sama dengan
volume obat yang dihisap, Letakkan vial pada permukaan datar menghadap ke atas,
tusukkan jarum pada bagian tengah penutup karet, Injeksikan/masukkan udara ke
dalam vial, Balik vial sambil tetap memegang spuit, pegang ujung tabung spuit dan
penghisap dengan ibu jari dan jari tengah dominan, Pertahankan ujung jarum di bawah
tinggi cairan, Biarkan obat masuk ke dalam spuit, tarik penghisap bila perlu, Ketuk sisi
tabung spuit untuk menghilangkan gelembung udara, keluarkan udara yang masih ada
di atas spuit ke dalam vial,Bila volume yang tepat didapatkan, lepaskan jarum dari vial
dengan menarik pada bagian tabung spuit, Bila ada kelebihan gelembung udara
keluarkan dengan cara pegang spuit dengan jarum menghadap ke arah atas dan ketuk
tabung spuit untuk menghilangkan gelembung. Tarik penghisap perlahan dan dorong
ke atas untuk mengeluarkan udara, jangan mengeluarkan cairan, Tutup jarum dengan
penutup amannya, dan ganti jarum dengan yang baru, Beri identitas pasien yang jelas.
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛
 Rumus Pengenceran Obat: Dosis = x Volume
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

 Dampak obat jika tidak diencerkan yaitu: Pengukuran dosis obat kurang akurat,
Ukuran partikel obat lebih besar sehingga sulit diserap , Proses difusi sulit terjadi

F. SASARAN PEMBELAJARAN
a. Mahasiswa mampu memahami definisi pengenceran obat
b. Mahasiswa mampu memahami tujuan pengenceran obat
c. Mahasiswa dapat mengetahui jenis obat yang dapat diencerkan
d. Mahasiswa mampu menghitung dosis dalam pengenceran obat
e. Mahasiswa mampu mempraktekan pengenceran obat
G. INFORMASI TAMBAHAN
 Artikel Tentang Pengenceran
Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi jaksa atas kasus malpraktik dengan terdakwa
dr Wida Parama Astiti. MA memutuskan dr Wida telah melakukan malpraktik sehingga
pasien berusia 3 tahun meninggal dunia dan dijatuhi 10 bulan penjara. Seperti dilansir
dalam website Mahkamah Agung (MA), Jumat (22/3/2013), kasus tersebut bermula saat
dr Wida menerima pasien Deva Chayanata (3) pada 28 April 2010 pukul 19.00 WIB
datang ke RS Krian Husada, Sidoarjo, Jatim. Deva datang diantar orang tuanya karena
mengalami diare dan kembung dan dr Deva langsung memberikan tindakan medis berupa
pemasangan infuse, suntikan, obat sirup dan memberikan perawatan inap. Keesokan
harinya, dr Wida mengambil tindakan medis dengan meminta kepada perawat untuk
melakukan penyuntikan KCL 12,5 ml. Saat itu, dr Wida berada di lantai 1 dan tidak
melakukan pengawasan atas tindakan perawat tersebut dan Deva kejang-kejang. Akibat
hal ini, Deva pun meninggal dunia. “Berdasarkan keterangan ahli, seharusnya
penyuntikan KCL dapat dilakukan dengan cara mencampurkan ke dalam infuse sehingga
cairan KCL dapat masuk ke dalam tubuh penderita dengan cara masuk secara pelan-
pelan,” demikian papar dakwaan jaksa.
Lantas, dr Wida diproses secara hukum dan pada 1 Juni 2011 Kejaksaan Negeri
Sidoarjo menuntut dr Wida dijatuhkan hukuman 18 bulan penjara karena melanggar Pasal
359 KUHP. Tuntutan ini dipenuhi majelis hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo pada 19 Juli
2011. Namun terkait lamanya hukuman, majelis hakim memutuskan dr Wida harus
mendekam 10 bulan karena menyebabkan matinya orang yang dilakukan dalam
melakukan suatu jabatan atau pekerjannya. Putusan ini dikuatkan Pengadilan Tinggi
Surabaya pada 7 November 2011. Namun jaksa tidak puas dan melakukan kasasi ke
Mahkamah Agung (MA). “Putusan Pengadilan Tinggi sangat ringan sehingga tidak
memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat dan tidak membuat jera pelaku
atau orang lain yang akan melakukan perbuatan yang sama,” demikian alasan kasasi
jaksa. Namun, MA berkata lain. “Menolak permohonan kasasi dari Jaksa Penuntut Umum
Kejaksaan Negeri Sidoarjo,” demikian putus MA yang diketok olah majelis hakim Dr
Artidjo Alkostar, Dr Sofyan Sitompul dan Dr Dudu D Machmuddin pada 28 September
2012 lalu.
Kelalaian Dokter atau Perawat
Dalam hal tersebut memang kesalahan paling fatal adalah pemberian KCl secara
bolus (langsung tanpa diencerkan). Hal tersebut memang harus dipilah-pilah bila dokter telah
menulis lengkap dalam advisnya bahwa harus diencerkan maka yang harus diperiksa atau
yang dituntut adalah perawatnya. Karena dokter tidak harus selalu menunggu setiap
pemberian obat. Dalam perawatan pasien perawat memberi obat lebih dari 3 kali perhari dan
setiap dalam pemberian tersebut dokter selalu tidak harus mendampingi perawat. Jadi vonis
hukum tidak benar apabila dokter tersebut salah karena tidak mendampingi perawat saat
pemberian injeksi. Sehingga dalam hal ini maka advis pemberian obat terhadap pasien yang
dilakukan dokter harus jelas tertulis dalam status pasien.
Dalam kasus tersebut dokter akan salah dan dianggap malpraktek bila salah
menuliskan advis dengan menulis jumlah dosis yang berlebihan dan ditulis advis injeksi intra
vena bolus maka dokter lalai dan benar mengalami malpraktek. Jadi hakim harus memeriksa
dengan cermat benarkah dokter menulis advis dalam status. Yang sudah sesuai dokternya
dalam menulis advis atau perawatnya tidak mengikuti advis yang ditulis dokter. Memang
tidak mudah memutuskan seorang dokter malpraktek atau tidak karena dalam pelayanan
medis banyak tenaga kesehatan yang terlibat. Jadi harus dicermati apakah kesalahan dokter,
kesalahan perawat ataukan kesalahan tenaga medis lainnya. Kesalahan advis pemberian obat
yang dilakukan dan beresiko terjadi kesalahan medis adalah pemberiamn injeksi KCl dan
pembian Natrium Bicarbonas bila tidak diencerkan menimbulkan efek samping yang
berbahaya.
Hipokalemia dan Hiperkalemi
Hipokalemia adalah keadaan kadar kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/l. Biasanya
gejala akan muncul sesuai dengan berat ringannya kekurangan. Penyebab hipokalemia adalah
pemasukan yang kurang, masuknya kalium ke dalam sel pada keadaan alkalosis dan
hipersekresi insulin, peningkatan pengeluaran kalium dari urin seperti pada
hiperaldosteronisme, renal tubular asidosis dan akibat pemberian diuretik, pengeluaran dari
saluran pencernaan misalnya diare, muntah – muntah dan pengisapan cairan lambung. Gejala
yang muncul antara lain kelemahan umum, meteorismus, peristaltik usus yang menurun,
gangguan irama dan melemahnya bunyi jantung. Pada pemeriksaan EKG terdapat kelaian
gelombang yang merendah dan melebar, depresi segmen ST, munculnya gelombang U dan
interval PR yang memanjang. Koreksi hipokalemia dilakukan berdasarkan berat ringannya
kekurangan dan gejala. Koreksi dapat diberikan peroral ataupun intravena. Pemberian kalium
secara intravena yang terlalu cepat dapat mengakibatkan disritmia yang fatal yang dapat
megancam jiwa anak segera.
Pemberian kalium intravena dianjurkan dengan dosis 3 – 7 mEq/kgBB dengan
konsentrasi maksimal 40 –80 mEq/l. Hipokalemia dikoreksi bila kadar kalium kurang dari 2,5
mEq, dengan rumus :
 Defisit K (mEq/l) = ( 3,5 – Kadar K sekarang )x 0,3x BB (diberikan dalam 24 jam)
Hiperkalemia
 Keadaan hiperkalemia dapat disebabkan oleh pemasukan kalium yang terlalu banyak,
keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel yang terjadi pada keadaan asidosis,
katabolisme jaringan yang meningkat, destruksi sel dan gangguan ekskresi di ginjal
misalnya pada gagal ginjal dan insufisiensi adrenal.
 Pada EKG dapat terlihat perubahan depolarisasi dan repolarisasi atrium dan ventrikel.
Pertama-tama dapat kita lihat gelombang T yang tinggi dan sempit, interval QT yang
memendek yang menunjukan repolarisasi yang cepat, ini terjadi pada kadar kalium 6 – 7
mEq/l.
 Bila kadar kalium 7 – 8 mEq/l akan terlihat melambatnya depolarisasi seperti komplek
QRS melebar dan gelombang P yang rendah, melebar atau menghilang. Bila kadar
kalum lebih meningkat lagi akan terjadi fibrilasi ventrikel dan cardiac standstill.
 Pengobatan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
1. Semua pemberian kalium distop
2. Suntikan natriun bicarbonas intravena 2,5 mEq/kgBB untuk menaikan PH yang
dapat menurunkan sementara kalium serum
3. Berikan kalsium glukonas 10 % sebanyak 0,5 ml/kgBB secara intravena dalam
waktu 2 – 4 menit dengan maksud mengurangi efek buruk kalium pada jantung
4. Berikan glukosa 10% intravena sebanyak 40ml/kgBB dan insulin 1 unit setiap 30 ml
glukosa 10 %. Dengan pemberian glukosa ini diharapkan kalium akan masuk ke
dalam sel.
5. Bila kadar kalium serum lebih dari 7 mEq/l dan terdapat anuria atau oliguria, harus
dilakukan dialisis peritoneal atau hemodialisis.

H. KESIMPULAN

Pengenceran merupakan suatu proses untuk menurunkan konsentrasi suatu obat


dengan menambahkan zat pelarut sehingga menghasilkan volume yang besar dan
memudahkan terikatnya protein plasma dan dapat dibawa oleh darah ke seulruh tubuh.
Pengenceran obat biasaya dilakukan oleh seorang perawat setelah diberikan resep oleh dokter
sehingga penting untuk mengetahui teknik pengenceran dengan benar agar tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat. GajahMada University: Yogyakarta.


Anief. Farmasetika . GajahMada University: Yogyakarta.
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung ----------------------
Mangkurat,Banjarbaru.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara, Jakarta.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika, Surabaya.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia,-Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai