Anda di halaman 1dari 37

INFEKSI TRAKTUS GENITALIS

DR. ADRIAN SETIAWAN, SPOG


 Infeksi Traktus Genitalis : Infeksi pada Vulva, Vagina, Cervix, Uterus, Tuba
Fallopi dan Ovarium merupakan masalah ginekologi yang sering terjadi.
 Vagina dilapisi oleh sel epitel squamous nonkeratinized stratified yang
sangat dipengaruhi oleh estrogen dan progesterone
 Waktu lahir epitel vagina bayi mempunyai kadar estrogen yang tinggi and
kaya akan glikogen sehingga lactobacilli bisa tumbuh banyak menjaga
pH vagina rendah < 4.7.
 Setelah beberapa hari lahir, estrogen berkurang sehingga pH naik dan
bakteri kokus gram positif serta bacilli tumbuh
 Pada waktu pubertas estrogen meningkat , epitel vagina kaya akan
glikogen , lactobacilli tumbuh banyak menyebabkan pH vagina menjadi
lebih asam pH diantara 3.5 – 4.5
 Faktor2 yang mempengaruhi efek protektif microflora ini adalah :
Antibiotik, hubungan seksual dimana sperma yang bersifat basa
meningkatkan pH sampai 7.2 menyebabkan tumbuhnya bakteri
abnormal.
 Adanya benda asing seperti tampon, diafragma dan douching yg
berlebihan dapat mempengaruhi pH vagina juga.
 Pada usia menopause estrogen berkurang dapat mempengaruhi pH
vagina menyebakan mudahnya infeksi vagina
Bacterial Vaginosis

 Bacterial Vaginosis sebelumnya dikenal sebagai nonspesifik vaginitis atau


Vaginitis Gardnerella. Timbul bila terjadi perubahan ekosistem vagina
yang ditandai dengan tumbuhnya bakteri anaerob yang berlebihan dan
berkurangnya lactobacilli. Sindroma ini di sebut vaginosis bukan vaginitis
dikarenakan jumlah leukosit yang tidak terlalu dibandingkan dengan
infeksi.
 Insidens tinggi pada 50% wanita hamil. Merupakan penyebab terbanyak
dari vaginal discharge
 Penyebab BV terbanyak adalah bakteri anaerob dan gram negative
seperti : Mycoplasma homins, Bacteroides species, Mobiluncus species
dan Gardnerella Vaginitis.
 Cara penularan tidak termasuk STD tapi muncul berhubungan erat
dengan aktifitas seksual.
 Gejala dan tanda2 klinis : umumnya asimptomatik, timbulnya vaginal
discharge warna off white, tipis dan fishy odor. Sering terjadi setelah
hubungan seksual atau setelah periode menstruasi
 Pemeriksaan laboratorium : (Amsel criteria)
1. Positif whiff test dengan KOH amine-fishy odor
2. Terdapat clue cells ( sel squamous epitel vagina yang dikelilingi dengan
bakteri > 20%)
3. pH vagina > 4.5
4. Homogenous vaginal discharge
 Terapi Bacterial Vaginosis :
1. Clindamycin 300 mg BID selama 7 hari atau
2. Metronidazole 500 mg BID peroral selama 7 hari atau
3. Metronidazole 250 mg TID peroral selama 7 hari
Vulvovaginal Candidiasis

 Candida berasal dari kata Latin Candidus artinya jernih dan putih.
 Jumlah penderita semakin banyak seiring dengan bertambahnyapasien
immunocompromise dan pemakaian antibiotic yang lama.
 Insidens : sekitar 75% wanita pernah mengalami infeksi vulvovaginitis
candida dan 40-45 % mengalami lebih dari 2 episode.
 22 % asimptomatik
 Penyebab terbanyak adalah Candida Albicans dan Candida Glabarata
 Cara penularan :
- merupakan flora normal dari kulit dan vagina dan bukan termasuk
agen pathogen yang ditularkan lewat hubungan seksual.
 Faktor resiko :
1. Kehamilan
2. OCP dan HRT
3. Broad spectrum antibiotic
4. Diabetes
5. Anemia Defisiensi Fe
6. Immonogical defisiensi seperti HIV
 Gejala dan tanda2 klinis :
1. Gatal dan rasa terbakar di vulva dan vagina
2. Vaginal discharge yang kental (Heavy white curd)
3. Peradangan pada vulva dan kadang2 meluas sampai ke area pubis,
daerah inguinal ditandai dengan “rash merah”
 Diagnostik laboratorium :
1. pH vagina normal
2. Pemeriksaan mikroskop langsung dengan tetean larutan KOH 10% akan
terlihat Mycelia dan pseudohyphae
3. Kultur vaginal discharge positif tumbuh jamur (yeast)
 Terapi :
1. Clotrimazole 1% cream 5 gram intravaginal selama 7 hari atau
2. Clotrimazole 100 mg table vaginal selama 7 hari atau
3. Miconazole 100 mg vaginal suppositoria selama 7 hari atau
4. Nystatin 100.000 unit vaginal tablet selama 14 hari
TRICHOMONIASIS

- Donne tahun 1836 adalah orang yang pertama kali menemukan


protozoa Trichomonas vaginalis.
- Hohne pada tahun 1936 menemukan hubungan antara protozoa ini
dan vaginal discharge dengan ditemukannya T. vaginalis di vagina.
- Di USA setiap tahun sekitar 2-3 juta terkena infeksi trikomonas
vaginalis. 30-40 % laki-laki terekspos infeksi ini.
- Di dunia sekitar 180 juta wanita terkena infeksi T. vaginalis
 T. Vaginalis adalah protozoa yang dapat menginfeksi vagina, urethra,
kelenjar paraurethral.
 Berukuran 10-20um dengan 4 flagell anterior dan sedikit lebih besar dari sel
darah putih.
 Berkembang cepat pada kondisi anaerob, pH > 5
 Cara penularan :
1. Melalui kontak seksual dengan pasangan yang terekspose
2. Penularan vertical melalui jalan lahir dan akan persisten selama 1 tahun
3. Masa inkubasi biasanya antara 4-28 hari. Pada wanita infeksi bisa
lama, pada pria umumnya < dari 10 hari
 Gejala dan tanda2 klinis :
1. Bisa asimptomatik sampai radang panggul yang berat
2. Yellow frothy discharge
3. Abnormal vaginal odor
4. Dyspareunia
5. Gatal di vulva
6. Dsyuria
 Pada pemeriksaan terdapat :
1. Vaginal discharge frothy homogenous atau purulent
2. Eritema vulva dan vagina
3. Strawberry cervix
4. Nyeri pada daerah abdomen bawah
 Test diagnostic :
1. pH vagina > 4.5
2. Whiff test 10 % KOH positif
3. Pemeriksaan mikroskop terlihat trichomonad lonjong dengan flagella
yang Panjang dan membrane yang bergerak bergelombang dan
ukuran lebih besar dari sel darah putih
4. Dapat dilakukan pembiakan/kultur
 Terapi:
1. Metronidazole 2 gram PO single dose atau
2. Metronidazole 500 mg BID PO selama 7 hari
 Servisitis :
1. Servisitis akuta :
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorea dan infeksi
postabortum atau postpartum yang disebabkan oleh streptokokus,
stafilokokus dll.
Serviks merah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulen.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeks.
 2. Servisitis kronika
Dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan. Luka2 kecil
atau besar pada serviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya
kuman-kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar2nya menyebabkan infeksi
menahun. Beberapa gambaran patologis yang data ditemukan:
1. Serviks kelihatan noral
2. Porsio uteri tampak kemerahan
3. Sobekan pada serviks uteri lebih uas dan mukosa endoserviks
lebihkelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan infeksi dari vagina.
Serviks bisa mengeras dan hipertrofi.
 Terapi :
1. Kauterisasi
2. Krioterapi
3. Konisasi
4. Amputasi serviks
 Endometritis akuta
Endometrium mengalami edema dan hiperemi. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf
yang banyak serta perdarahan. Penyebab yang paling penting adalah
infeksi GO dan infeksi pada abortus dan partus.
Sebab lain tindakan memasukkan IUD, kerokan, memasukan radium kedalam
uterus.
Tergantung dari virulensi kuman apakah terbatas pada endometrium atau
menjalar ke jaringan di sekitarnya.
 Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting mencegah
agar infeksi tidak menjalar.
 Endometritis kronika
Jarang terjadi karena infeksi tidak dalam masuknya pada myometrium, tidak
dapat mempertahankan diri karena pelepasan lapisan fungsional dari
endometrium pada waktu haid.
Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.
Gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea dan menoragia
Pengobatan tergantung penyebabnya
 Metritis
Adalah radang myometrium. Biasanya terdapat pda abortus septik atau
infeksi post partum. Tidak berdiri sendiri merupakan bagian dari infeksi yang
lebih luas. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang
dapat menimbulkan metritis akut.
Adnexa dan jaringan sekitarnya

 Salpingoooforitis atau adnexitis


- Radang Tuba fallopi dan radang ovarium biasanya bersamaan
- Akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, bisa juga lewat jalan darah
atau menjalar dari jaringan sekitar.
- Penyebab terbanyak infeksi GO, infeksi puerperal dan postabortum.
- 10% infeksi TBC. Juga bisa karena pemasangan IUD, laparatomi, kuretase.
 Salpingoooforitis akuta
- Banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau abortus septik.
- Disebabkan bermacam kuman seperti Streptokokus, stafilokokus, E Coli,
Klostridium dll.
- Menjalar dari serviks atau kavum uteri denganjalan darah atau limfe
- Ovarium kadang2 tidak ikut meradang, tetapi bisa juga terjadi abses
ovarium.
 Gambaran klinis demam, rasa nyeri di sebelah kanan atau kiri uterus,
leukositosis.
 Terapi , : istirahat baring, pemberian antibiotika dan analgetika
 Terapi pembedahan bila terjadi rupture piosalfing atau abses ovarium,
gejala2 ileus karena perlekatan.
 Salpingoooforitis kronika :
1. Hidrosalfing
2. Piosalfing
3. Salpingitis kronika
4. Kista tuboovarian abses
5. Salpingitis tuberkulosa
 Terapi :
1. Antibiotika
2. Pembedahan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai