Anda di halaman 1dari 20

HIPERMETROPIA

Tanani Febrianty

102014007

Sken 3
SKENARIO 3
Laki-laki berusia 17 tahun datang ke poli umum
dengan keluhan penglihatan jarak jauh makin
lama makin kabur dan perlu memicingkan
mata agar dapat melihat dengan jelas atau
memajukan badan
RUMUSAN MASALAH

Laki-laki 17 tahun penglihatan jarak jauh makin


lama makin kabur dan perlu memicingkan
mata agar dapat melihat dengan jelas atau
memajukan badan
PEMERIKSAAN FISIK
- Visus okuli dextra : 6/40, dengan pinhole 6/10, dan dikoreksi +3,50 :
6/6

- Visus okuli sinistra : 6/40, dengan pinhole 6/40, dan koreksi +1,50 : 6/6

Segmen anterior :

- Palpebra dan bulu mata ODS : dalam batas normal

- Kornea ODS: jernih, lensa jernih

Tonometri : ODS : 17 mmHg

Funduskopi : ODS : dalam batas normal


EPIDEMIOLOGI
Jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia
hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55
juta jiwa.

Kelainan refraksi hipermetropia ini menyebar


merata di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis
kelamin.
ETIOLOGI
1. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia
aksial merupakan kelainan refraksi akibat
bola mata pendek atau sumbu anteroposterior
yang pendek.

2. Hipermetropia kurvatur, dimana


kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang
retina.

3. Hipermetropia indeks refraktif, dimana


terdapat indeks bias yang kurang pada sistem
optic mata, misalnya pada usia lanjut lensa
KLASIFIKASI
1. Hipermetropia manifes ialah hipermetropia
yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif
maksimal yang memberikan tajam penglihatan
normal. Terdiri atas hipermetropia absolut
ditambah dengan hipermetropia fakultatif.
a) Hipermetropia manifes absolut
b) Hipermetropia manifes fakultatif
KLASIFIKASI
2. Hipermetropia laten, di mana kelainan
hipermetropia tanpa siklopegi (atau dengan obat
yang melemahkan akomodasi) diimbangi
seluruhnya dengan akomodasi.

 Hipermetropia laten diukur bila diberikan


siklopegia.
 Hipermetropia laten merupakan selisih antara
hipermetropia total dan manifes yang
menunjukkan kekuatan tonus dari mm.siliaris.
GEJALA DAN TANDA
 Gejala subjektif terdiri dari :

 Penglihatan dekat & jauh kabur,


sakit kepala, silau, dan terkadang
merasa juling kedalam / penglihatan
ganda. Kecuali pada hipermetrop tinggi
atau pada usia tua
 Astenopia akomodatif
Merupakan akibat dari lensa yang
berakomodasi terus menerus untuk
memfokuskan bayangan yang terletak
dibelakang makula lutea agar
terfokuskan tepat di makula lutea
GEJALA DAN TANDA
 Gejala objektif terdiri dari :

 Bilik mata depan dangkal karena


akomodasi terus menerus sehingga
menimbulkan hipertrofi otot siliaris yang
disertai terdorongnya iris ke depan
 Pupil miosis
 Pseudopapilitis (pseudoneuritis)
karena hiperemis papil N.II akibat
akomodasi terus menerus sehingga
seolah-olah meradang
DIAGNOSIS
 Dari anamnesis sesuai dengan gejala
hipermetropia
 Metode “trial” and “error”

 Retinoskopi: dengan lensa kerja ∫+2.00,


pemeriksa mengamati reflex fundus yang
bergerak searah dengan arah gerakan
retinoskop (with movement) kemudian dikoreksi
dengan lensa sferis positif sampai tercapai visus
maximal (6/6)
 Autorefraktometer (computer)
DIAGNOSIS BANDING
 PRESBIOPIA
 Gangguan akomodasi pada usia lanjut yang
terjadi akibat kelemahan otot akomodasi dan
lensa mata tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya
 Keluhan : mata lelah, berair dan nyeri kepala
DIAGNOSIS BANDING
 PRESBIOPIA

 Penatalaksanaan : Lensa sferis positif sesuai


pedoman umur, yaitu pada umur 40 tahun
ditambahkan sferis +1.00 dan setiap 5 tahun di
atasnya ditambahkan lagi sferis +0.50.
 Prognosis : baik
 Komplikasi : bila tidak dikoreksi dapat makin
parah dan mengakibatkan kualitas hidup
menurun.
TATALAKSANA
HIPERMETROPIA

Koreksi mata dengan kaca mata sferis


positif terkuat atau lensa positif
terbesar , sehingga memberikan
tajam penglihatan maksimal / visus
maximal
KOMPLIKASI
1) Esotropia atau juling ke dalam
terjadi akibat pasien terus-menerus
menggunakan akomodasi,bola
mata turut melakukan
konvergensi.
2) Glaukoma sekunder terjadi akibat
hipertrofi otot siliar pada badan
siliar yang akan mempersempit
sudut bilik mata.
PENCEGAHAN
 Duduk dengan posisi tegak ketika membaca dan
menulis.
 Istirahat mata setiap 30 – 60 menit setelah menonton
TV, komputer atau setelah membaca. Mata
dipejamkan sebentar atau digunakan untuk melihat
objek yang jauh.
 Mengatur jarak membaca yang tepat yaitu lebih dari
30 cm.
 Gunakan penerangan yang cukup

 Jangan membaca dengan posisi tidur


PROGNOSIS
Prognosis tergantung onset kelainan, waktu
pemberian pengobatan, pengobatan yang diberikan
dan penyakit penyerta.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik &
pemeriksaan penunjang pasien ini terdiagnosis
mengalami kelainan media refraksi, yaitu
hipermetropia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai