Anda di halaman 1dari 21

Hipermetropi

Oleh : Hasnaa Salsabiilaa


PROSEPTOR dr. Arini Ghaisa, Sp.M
Definisi
Hipermetropia (hypermetropia) atau berpenglihatan jauh adalah keadaan refraktif
mata dimana berkas parallel cahaya yang datang, terfokus di belakang retina
dengan akomodasi dalam keadaan istirahat. Dengan demikian, akibat titik focus
posterior berada di belakang retina, gambar yang diterima menjadi kabur.
Bentuk Hipermetropia

• Kongenital = diakibatkan bonle mata pendek atau kecil.


Co: mikroftalmus

• Simple = Lanjutan hypermetropia anak yang tidak berkurang pada


perkembanganya, jarang melebihi >5 dioptric

• Didapat = diakibatkan jarak lensa ke retina terlalu pendek. Co: umum


didapat setelah bedah pengeluaran lensa pada katarak (afakia), retinitis
sentralis (edema macula)
Etiologi
01 02
Sumbu utama bola Kelengkungan kornea
mata yang terlalu dan lensa yang tidak
pendek kuat

03 04
Daya pembiasan bola Perubahan posisi lensa
mata yang terlalu lemah
Klasifikasi Klinis
1. Simple/developmental hypermetropia
Yang paling sering ditemukan. Keadaan ini terjadi akibat variasi
normal pertumbuhan mata. Aksial dan kurvatural hypermetropia
termasuk dalam tipe ini.

2. Hipermetropia patologis
Terjadi akibat kelalaian bola mata akibat kongenital ataupun
didapat. Indeks dan posisional hypermetropia termasuk dalam tipe
ini.

3. Hipermetropia fungsional
Terjadi akibat kelumpuhan dalam akomodasi seperti pada pasien
dengan kelumpuhan nervus III.
Klasifikasi Berdasarkan Penyebabnya
1. Hipermetropia aksial, merupakan bentuk hipermetropia yang paling sering
dijumpai. Pada hipermetropia ini diameter anteroposterior bola mata lebih
pendek dari normal sedangkan total kekuatan refraksi mata normal.
2. Hipermetropia refraktif, merupakan hipermetropia yang di sebabkan oleh
penurunan kekuatan refraksi mata.

Jenis hipermetropia ini dibedakan lagi atas:


a. Curvatural hypemetropia, hipermetropia yang disebabkan oleh penurunan
kekuatan refraksi mata akibat kelengkungan kornea, lensa atau keduanya
yang lebih tipis dari normal.
b. Index hypemetropia, disebabkan penurunan indeks refraksi lensa mata pada
usia tua.
c. Positional hypemetropia, disebabkan pergerakan lensa mata ke posterior
Klasifikasi Berdasarkan Penyebabnya
Menurut Ilyas, 2017 Pengelompokan hipermetropia berdasarkan kekuatan
lensa koreksi yang dibedakan (derajat) :
1. Hipermetropia ringan: Spheris +0.25 D s/d Spheris +3.00 D
2. Hipermetropia sedang: Spheris +3.25 D s/d Spheris +6.00 D
3. Hipermetropia berat : > +6.00 D
Hiperopia /
Hipermetropia
Anatomi Mata
Fisiologi Penglihatan
Fisiologi Penglihatan
Faktor Risiko
Risiko klinis yang signifikan ditentukan oleh kombinasi factor
herediter (keturunan) dan perbedaan biologis. Faktor risiko
meliputi:
- Panjang aksial mata terlalu pendek
- Kelengkungan kornea terlalu datar
- Ada atau tidaknya gejala (hyperopic signifikan)

(American Optometric Assosiation 2017)


Gejala Klinis

Penglihatan yang kabur Astenopia Disfungsi akomodatif


dalam jarak dekat

Disfungsi binocular Ambliopia Strabismus


Komplikasi

• Glaukoma = diakibatkan karena hipertrofi otot siliar yang menyebabkan


sempitnya balik mata
• Esotropia + dapat terjadi bila pasien selalu melakukan akomodasi
• Ambliopia (mata malas) = dapat terjadi jika terjadi perbedaan hipermtropia
antara kedua mata
Tatalaksana
Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung untuk mematahkan sinar
lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif
maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
Hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata lensa positif terbesar yang masih
memberikan tajam penglihatan maksimal (Ilyas, 2017).

Diberikan koreksi hipermetropia manifest dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa
positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal (6/6). Bila terdapat juling
kedalam atau esotropia diberikan kacamata koreksi hipermetropia total. Bila terdapat tanda
atau bakat juling keluar (eksotopia) maka diberikan kacamata positif kurang.
Tatalaksana
Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis positif terkuat
atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila
pasien dengan S+3.00 ataupun dengan S+3.25 memberikan ketajaman penglihatan 6/6,
maka diberikan kacamata S+3.25. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata. Pada
pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka sebainya
pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegik atau melumpuhkan otot
akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan
koreksi kacamatanya dengan mata yang istirahat.
Tatalaksana
Lensa konveks dapat diberikan dalam bentuk kacamata, dimana kecamata merupakan bentuk
yang paling nyaman, aman, dan gampang dalam mengoreksi hipermetropia. Lensa kontak
diindikasikan pada keadaan anisomertropia, atau pada keadaan ketika mata telah stabil.
Dapat pula dilakukan penatalakasanaan operasi.
Teknik Pemeriksaan Hipermatropia
Pasien duduk menghadap ke kartu Snellen pada jarak 6
meter. 1
Mata dipasang dengan lensa coba
2
Tutup satu mata, biasanya mata kiri ditutup terlebih
dahulu untuk memeriksa mata kanan.
3
Pasien diminta menyebutkan kartu Snellen mulai dari
huruf teratas dan diteruskan pada baris dibawah hingga
huruf yang masih dilihat atau disebutkan.
4
`Lensa positif (+) terkecil ditambah pada mata yang
sedang diperiksa, bila lebih jelas lensa lensa positif
tersebut ditambah kekuatannya perlahan-lahan dan
pasien diminta menyebutkan huruf-huruf pada baris
lebih bawah.
Teknik Pemeriksaan Hipermatropia
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai